• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan panen di perkebunan kelapa sawit PT. Gunung Sejahtera Puti Pesona (GSPP), Astra Agro Lestari, Desa Arga Mulya, Kalimantan Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan panen di perkebunan kelapa sawit PT. Gunung Sejahtera Puti Pesona (GSPP), Astra Agro Lestari, Desa Arga Mulya, Kalimantan Tengah"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

ASTRA AGRO LESTARI, DESA ARGA MULYA

KALIMANTAN TENGAH

Benny G. Kaban

A24060177

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

Gunung Sejahtera Puti Pesona (GSPP), Astra Agro Lestari, desa Arga Mulya, Kalimantan Tengah. (Di bawah Bimbingan Prof. Dr. Ir. SUDIRMAN YAHYA, MSc.)

Kegiatan magang dilaksanakan sejak tanggal 15 Februari 2010 sampai 15 Juni 2010 di perkebunan kelapa sawit PT. Gunung Sejahtera Puti Pesona (GSPP), Astra Agro Lestari, desa Arga Mulya, Kalimantan Tengah. Tujuan dari kegiatan magang ini adalah memperdalam pengetahuan yang telah diterima dalam perkuliahan dengan penerapan langsung di lapangan dengan melakukan proses kerja yang nyata, memperoleh pengetahuan pengelolaan teknis dan manajerial di lapangan pada berbagai pekerjaan serta mengetahui pengelolaan perkebunan kelapa sawit khususnya aspek panen. Selama melakukan kegiatan magang penulis melaksanakan berbagai jenis pekerjaan di lapangan dan di kantor pada seluruh level manajerial yang diizinkan manajemen kebun mulai dari karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor, dan pendamping asisten.

Kegiatan panen di Kebun PT. GSPP menggunakan sistem hanca panen giring tetap per kemandoran, yaitu menempatkan pemanen dengan cara digiring dari satu hanca ke hanca selanjutnya dalam seksi panen yang telah ditetapkan pada hari tersebut.

(3)

ASTRA AGRO LESTARI, DESA ARGA MULYA

KALIMANTAN TENGAH

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Benny G. Kaban

A24060177

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(4)

Judul :PENGELOLAAN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. GUNUNG SEJAHTERA PUTI PESONA (GSPP), ASTRA AGRO LESTARI, DESA ARGA MULYA, KALIMANTAN TENGAH

Nama Mahasiswa : BENNY G. KABAN

NRP : A24060177

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Prof.Dr.Ir. Sudirman Yahya, MSc NIP : 19490119.197412.1.001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr.Ir. Agus Purwito, MSc.Agr NIP : 19611101.198703.1.003

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sei Piring, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara pada tanggal 30 Mei 1988. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dari bapak A. Kaban dan ibu R. Pakpahan.

Tahun 2000 penulis menyelesaikan pendidikan SD selama enam tahun dari SD N No.017137 P.Rakyat, Kab. Asahan. Pada tahun 2003 penulis lulus dari SLTP Negeri 4 P.Rakyat, Kab. Asahan dan penulis lulus dari SMU St. Thomas 1 Medan, Sumatera Utara pada tahun 2006.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengelolaan Panen di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Gunung Sejahtera Puti Pesona (GSPP), Astra Agro Lestari, Desa Arga Mulya, Kalimantan Tengah”. Kegiatan magang skripsi ini dilaksanakan terdorong oleh keinginan untuk mengetahui proses pemanenan kelapa sawit yang benar secara lebih jauh.

Penulis mennyampaikan terimakasih kepada Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, MSc yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan magang dan penulisan skripsi serta kepada seluruh pihak yang telah turut membantu sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan, semoga skripsi ini dapat memberikan informasi dan manfaat yang berharga bagi para pembaca.

Bogor, 2011

(7)

DAFTAR ISI

Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan ... 11

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ... 12

Pengambilan Contoh Daun (Leaf Sampling Unit) ... 18

Pemupukan ... 20

Perawatan Jalan dan Titi Panen ... 24

(8)

Peralatan Panen ... 37

Angka Kerapatan Panen (AKP) ... 38

Pelaksanaan Panen ... 40

Basis dan Premi Potong Buah ... 41

Mutu Buah ... 42

Mutu Hanca ... 44

Brondolan Tinggal ... 44

Buah Matang Tinggal ... 45

Kondisi Pokok... 46

Struktur Organisasi Panen ... 47

Pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS) ... 47

KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

Kesimpulan ... 50

Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kriteria Pruning pada Tanaman Kelapa Sawit ... 18

2. Kandungan Hara N, P, dan K dalam Kotoran Sapi ... 24

3. Kriteria Penentuan Denda Pemanenan ... 29

4. Perbandingan Luas Areal Rencana dan Realisasi ... 34

5. Pengamatan Angka Kerapatan Panen ... 38

6. Hasil Pengamatan Kerapatan Panen ... 38

7. Perbandingan Angka Kerapatan Panen ... 39

8. Tingkat Kematangan Buah pada Tanaman Kelapa Sawit ... 42

9. Hubungan Fraksi Buah dengan Kadar Minyak dan ALB ... 43

10.Pengamatan Kematangan Buah ... 43

11.Pengamatan Brondolan Tinggal ... 45

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai

Karyawan Harian Lepas ... 51

2. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor ... 53

3. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten ... 54

4. Peta Lokasi Kebun PT. GSPP ... 55

5. Peta Survei Pemetaan Tanah Kebun PT. GSPP ... 56

6. Peta Survei Pemetaan Tanah Afdeling India (OI) ... 56

7. Data Curah Hujan Tahun 2000 sampai 2009 ... 57

8. Struktur Organisasi PT. GSPP ... 58

9. Seksi Panen Afdeling India (OI) ... 59

(12)

Latar Belakang

Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting peranannya dalam rangka meningkatkan ekspor migas bagi Indonesia melalui minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit. Kelapa sawit merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk dikembangkan sebagai sumber devisa Negara, oleh karena itu peningkatan produksi minyak kelapa sawit perlu terus dilakukan untuk memenuhi permintaan dari dalam dan luar negeri.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas kelapa sawit, yaitu iklim, topografi, kondisi tanah, bahan tanam, dan teknik budidaya tanaman. Selain itu umur tanaman, jumlah populasi per hektare, sistem penyerbukan, sistem koordinasi panen, sistem pengamanan produksi serta sistem premi panen juga berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006).

Cara untuk meningkatkan produksi minyak kelapa sawit di antaranya dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), meningkatkan efisiensi pengelolaan di pabrik kelapa sawit, memperluas areal pertanaman kelapa sawit, dan menerapkan sistem budidaya kelapa sawit secara benar. Peningkatan produksi sudah seharusnya diiringi dengan peningkatan kualitas minyak sawit. Kualitas minyak sawit ditentukan oleh tinggi rendahnya kandungan asam lemak bebas dan kebersihan minyak kelapa sawit tersebut (Rainkine, 1999).

Panen dan pengolahan hasil merupakan rangkaian terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit di lapangan yang berkaitan dengan kualitas minyak sawit. Panen bertujuan untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi, asam lemak bebas yang rendah, serta memelihara kondisi tanaman agar tetap baik. Oleh karena itu pengelolaan panen yang baik harus dilakukan untuk mendapatkan produksi dengan kualitas dan kuantitas yang baik pula.

(13)

Tujuan

(14)

Pemanenan merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan produksi tanaman kelapa sawit. Pelaksanaan kegiatan pemanenan berpengaruh langsung terhadap kualitas minyak yang dihasilkan. Maksudnya, kualitas minyak yang dihasilkan tergantung dari kriteria panen buah yang layak dipanen. Oleh karena itu, kegiatan panen harus dilakukan dengan sebaik-baiknya agar diperoleh target produksi dengan kualitas yang baik.

Persiapan Panen

Menurut Hutabarat (1965) keberhasilan panen sangat bergantung pada sarana penunjang dalam pemanenan seperti peralatan yang digunakan untuk panen, kelancaran transportasi dan penyediaan bahan tanaman yang tepat waktu serta didukung oleh faktor pendukung lainnya yang meliputi organisasi panen yang baik, keadaan areal dan insentif yang diberikan. Pelaksanaan panen yang tepat meliputi penentuan kriteria panen, penyebaran dan rotasi panen, penyediaan tenaga kerja yang terampil, teknis panen, pengumpulan hasil dan pengawasan serta pengangkutan panen.

Kualitas Panen

Kualitas panen yang baik meliputi tiga tahapan, yaitu pemanenan yang sesuai dengan prosedur, pengangkutan hasil yang efektif dan efisien, serta tahap pengolahan tandan buah segar (TBS) di pabrik. Ketiga tahapan tersebut merupakan subsistem-subsistem dari satu tujuan induk yaitu objektif Panen Angkut Olah (PAO). Tahap-tahap di atas harus berjalan dengan baik untuk mendapatkan mutu minyak sawit yang tinggi (Tobing, 1992).

Kriteria Matang Panen

(15)

karena serangan penyakit. Kriteria matang panen berhubungan dengan kadar kandungan minyak dan kandungan asam lemak bebas (ALB) dalam daging buah.

Rotasi Panen

Rotasi panen adalah selang waktu antara panen yang satu dengan panen berikutnya pada satu hanca panen. Rotasi panen erat hubungannya dengan kerapatan panen, kapasitas pemanen,dan keadaan pabrik. Oleh karena itu, rotasi panen pada kenyataannya dapat berubah-ubah tergantung kondisi di lapangan. Rotasi panen merupakan salah satu faktor pembatas dalam menentukan produksi TBS, kualitas/mutu buah, mutu transport, pengolahan TBS di pabrik kelapa sawit (PKS), dan biaya eksploitasi (Pahan, 2008).

Kerapatan Panen

Hal lain yang perlu diperhatikan pada waktu akan melakukan kegiatan panen adalah kerapatan panen. Kerapatan panen merupakan perkiraan jumlah pokok yang akan dipanen pada suatu blok dalam satu hari panen. Kerapatan panen yang tinggi biasanya terjadi pada bulan panen puncak dan sebaliknya, kerapatan panen yang rendah terjadi pada bulan panen trek atau rendah. Perhitungan kerapatan panen oleh mandor panen dilakukan sehari sebelum pelaksanaan panen dengan melakukan pengambilan contoh yaitu 15% dari luas blok yang dipanen.

Menurut Pahan (2008) kualitas minyak sawit yang dipanen ditentukan oleh tinggi rendahnya kandungan ALB, rendemen, dan kebersihan minyak kelapa sawit tersebut. Buah yang dipanen adalah buah yang mempunyai kandungan asam lemak bebas yang rendah dan rendemen minyak yang tinggi. Hal ini dapat dicapai jika pemanenan tandan dilakukan pada kematangan buah yang optimum. Pengangkutan buah sawit ke PKS harus dilakukan setelah pemanenan pada hari yang sama agar keberlanjutan datangnya buah tetap terjamin dan mutu minyak tidak turun.

Pengangkutan TBS

(16)

TBS di lapangan, dan biaya (Rp/kg TBS) transport yang minimum. Menuruti Setyamidjaja (1991) buah kelapa sawit yang sudah matang dan masih segar hanya mengandung 0.1% asam lemak. Tetapi buah-buah yang sudah memar atau pecah dapat mengandung asam lemak bebas sampai 50%, hanya dalam waktu beberapa jam saja. Oleh karena itu, pengangkutan tandan buah segar (TBS) sangat mempengaruhi kualitas dari TBS (Pahan, 2008).

Menurut Pahan (2008) pengangkutan TBS dan brondolan adalah kegiatan pengangkutan dari tempat penampungan hasil (TPH) ke pabrik kelapa sawit pada setiap hari panen. Pada prinsipnya TBS dan brondolan harus diangkut secepatnya ke PKS untuk diolah pada hari itu juga. Hal ini dilakukan supaya minyak yang dihasilkan tetap bermutu baik. Oleh karena itu, pengangkutan panen merupakan unsur yang sangat penting agar tandan dapat masuk segera ke pabrik untuk diolah pada hari panen.

(17)

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di PT. Gunung Sejahtera Puti Pesona, Astra Agro Lestari yang berada di Desa Arga Mulya yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Pangkalan Banteng, Kabupaten Kota Waringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah selama 4 bulan (tanggal 15 Februari 2010 – 15 Juni 2010).

Metode Pelaksanaan Kerja Praktek

Selama bekerja secara langsung di lapangan mahasiswa berperan sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama dua bulan, pendamping mandor selama satu bulan, dan sebagai pendamping Asisten Divisi selama satu bulan.

Kegiatan yang dilakukan oleh penulis selama menjadi KHL adalah melaksanakan aspek teknis yaitu pembibitan, pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, perawatan tanaman, serta pemanenan tanaman kelapa sawit. Pekerjaan yang dilakukan penulis pada saat berstatus sebagai pendamping mandor adalah melaksanakan aspek manajerial meliputi check roll

atau apel pagi, pengawasan KHL, menghitung prestasi kerja KHL, merencanakan kebutuhan bahan dan biaya operasional, serta membuat laporan kerja mandor. Jurnal harian kegiatan magang sebagai KHL disajikan pada Tabel Lampiran 1, sedangkan jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor disajikan pada Tabel Lampiran 2.

(18)

Pengumpulan Data

Pengumpulan data secara langsung dilakukan dengan pengamatan pada kegiatan perkebunan di lapangan, diskusi, wawancara dengan staf dan karyawan kebun dengan pendekatan masalah aspek pemanenan. Metode tidak langsung dilakukan studi pustaka dan pengumpulan data dari dari laporan bulanan, laporan tahunan, dan arsip kebun. Aspek teknis dan aspek manajerial yang diamati penulis dalam kegiatan magang meliputi:

1. Produksi. Pengamatan terhadap jumlah produksi, kondisi areal kebun, dan tindakan kultur teknis yang diterapkan.

2. Persiapan panen. Pengamatan terhadap kegiatan yang dilakukan sebelum panen.

3. Kriteria matang panen. Pengamatan terhadap tingkat kematangan atau tingkat fraksi panen tandan kelapa sawit (TBS) yang telah siap dipanen. Kriteria diamati berdasarkan jumlah brondolan dan warna kulit buah.

4. Sistem hanca panen. Pengamatan terhadap sistem panen yang diterapkan di kebun. Mengevaluasi kelebihan dan kelemahan sistem panen tersebut sesuai dengan kondisi kebun.

5. Rotasi panen. Pengamatan terhadap lama waktu antara panen terakhir dengan panen berikutnya dalam satu seksi panen. Pengamatan dikaitkan dengan tingkat kematangan buah, tingkat produksi, luas lahan panen, dan jumlah tenaga pemanen.

6. Angka kerapatan panen. Pengamatan dilakukan dengan mengambil pohon contoh sekitar 10% dari populasi tanaman dalam satu blok dengan memilih barisan tanaman secara acak. Pada setiap pohon dihitung jumlah tandan yang siap dipanen pada keesokan harinya.

7. Tenaga pemanen. Pengamatan terhadap keefektifan pengaturan tenaga pemanen berdasarkan jumlah pemanen dan tercapainya basis panen.

(19)

9. Pengawasan dan denda panen. Pengamatan terhadap mekanisme dan keefektifan pelaksanaan pengawasan panen, serta mempelajari sistem denda yang diterapkan di kebun.

Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan terhadap semua kegiatan yang berlangsung di perkebunan. Adapun Aspek teknis dan aspek manajerial yang diamati penulis dalam kegiatan magang adalah sebagai berikut:

Pengamatan dan Pengolahan Data

Hasil kegiatan magang berupa data primer dan data sekunder akan digunakan sebagai bahan perbandingan dengan studi pustaka dan norma-norma baku tentang teknik budi daya kelapa sawit. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan lapangan terhadap semua kegiatan yang berlangsung di perkebunan. Data pengamatan lapangan dipusatkan pada kegiatan panen yaitu kriteria panen, sistem dan rotasi panen, hanca panen, bobot janjang rata-rata (BJR), angka kerapatan panen, pelaksanaan panen, basis dan premi panen, pengamatan tangkai panjang belum dipotong, dan buah matang tertinggal di pohon serta brondolan tertinggal tidak dikutip.

Kegiatan pengumpulan data primer dilakukan pada saat penulis melakukan kegiatan magang yaitu pada saat menjadi pendamping mandor dan pendamping asisten. Kegiatan pengumpulan data primer ini dilakukan sebanyak empat kali pengulangan pada blok-blok yang diamati. Adapun cara pengamatan disesuaikan dengan kegiatan yang akan diamati.

Pada pengamatan Angka Kerapatan Panen (AKP) dilakukan pengamatan pada 5 blok, yaitu blok 7, blok 10, blok 13, blok 16 dan blok 19, dengan mengambil 10 % dari total pokok produktif (7 pasar panen dari masing-masing blok) sebagai pokok sampel dan melakukan pengulangan pengamatan sebanyak 4 kali (selama 4 minggu).

(20)

Dengan melakukan pengamatan sebanyak 4 kali (selama 4 minggu) dari 1 baris tanaman (1 baris tanaman dan 2 TPH) pada masing-masing pemanen.

(21)

Secara administratif kebun PT. Gunung Sejahtera Puti Pesona (GSPP) terletak di desa Argamulya, Kecamatan Pangkalan Banteng, Kabupaten Kota Waringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah. Lokasi kebun PT. GSPP sebelah Utara berbatasan dengan PT. Persada Bina Nusantara Abadi (PBNA), sebelah Barat berbatasan dengan PT. Gunung Sejahtera Yoli Makmur (GSYM) dan PT. Gunung Sejahtera Dua Indah (GSDI), di sebelah Selatan berbatasan dengan Desa I dan Desa III, dan disebelah timur berbatasan dengan PBNA dan PT. Bangun Jaya Alam Permai (BJAP). Peta lokasi kebun PT. GSPP terlampir pada Gambar Lampiran 1.

Keadaan Tanah dan Iklim

Kondisi alam PT. GSPP mempunyai topografi datar hingga bergelombang dengan tingkat kemiringan < 10%. Berdasarkan hasil survey, di kebun PT. GSPP terdapat 2 jenis tanah, yakni ordo Inceptisol dan Ultisol, adapun hasil evaluasi kelas kesesuaian lahan terhadap sifat fisik dan kimia tanahnya, maka kebun PT. GSPP tergolong dalam kelas S3 (kurang sesuai), namun secara teknis semua lahan tersebut masih dapat ditingkatkan menjadi kelas S2 (potensial) dengan memperbaiki faktor pembatas utamanya. Data hasil penggolongan seri tanah dan hasil evaluasi kesesuaian lahan terlampir pada Gambar Lampiran 2 dan 3.

(22)

Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan

Perkebunan kelapa sawit PT. GSPP dibangun di areal seluas 8926 ha, dengan seluruh areal adalah areal tanaman menghasilkan (TM), areal prasarana (emplasement, jalan, jembatan, dan parit) seluas 803 ha. Kebun PT. GSPP terbagi menjadi 10 Afdeling, yaitu Afdeling OA seluas 923 ha, Afdeling OB seluas 783 ha, Afdeling OC seluas 849 ha, Afdeling OD seluas 897 ha, Afdeling OE seluas 1.008 ha, Afdeling OF seluas 832 ha, Afdeling OG seluas 760 ha, Afdeling OH seluas 912 ha, Afdeling OI seluas 946 ha, dan Afdeling OJ seluas 1.012 ha.

Kondisi Pertanaman dan Produksi

Berdasarkan hasil penelitian IPB, lahan pada Kebun PT. GSPP termasuk kelas lahan S-3 dengan faktor pembatas sebagian besar adalah ketersediaan hara yang rendah (S3-n) (40.9 %) dan ketersediaan hara dan media perakaran (S3-nr) (40.3 %). Pertumbuhan dan hasil tanaman pada areal TM 10 ke atas memperlihatkan keadaan tegakan yang relatif beragam. Hal ini terjadi karena tinggi tingkat penyulaman. Dalam satu blok bisa terdapat perbedaan umur pokok mencapai 5 tahun atau lebih.

Keadaan ini berkaitan dengan berbagai kekurangan dalam penerapan teknik budidaya yang baik, sejak pembukaan lahan, pembibitan hingga pemeliharan tanaman.. Pembukaan lahan yang kurang sempurna, penyiapan lahan yang tidak mengikuti norma baku, dan seleksi bibit di pimbibitan yang tidak ketat. Beberapa areal sudah ditanami, walaupun masalah drainase dan kejadian banjir belum diatasi.

Selain masalah pembukaan lahan sampai penanaman, pemeliharaan tanaman, terutama pemupukan tidak selalu dilakukan sesuai dengan kebutuhan, baik dari segi dosis, jenis pupuk, maupun waktu pemberian. Mengingat sifat tanah areal perkebunan ini didominasi oleh tekstur berpasir dengan kemampuan menahan air dan hara yang rendah, KTK dan kadar bahan organik yang rendah, maka cara aplikasi dan penempatan pupuk yang tepat adalah juga sangat penting.

(23)

ton/ha/tahun. Dari pengamatan lapangan terlihat bahwa selain keragaman pertumbuhan dan hasil yang cukup tinggi, produksi yang rendah dapat terjadi pada pokok ukuran tajuknya kurang jagur (LAI rendah), jumlah buah yang sedikit dan letaknya pada spiral agak ke atas, yakni 3 dan 4. Kahat P dapat memperlambat pemunculan pelepah baru, demikian juga bunga pada ketiak pelepah tersebut. Selain itu kahat unsur hara mikro, terutama B dan Mo, yang biasa terjadi pada tanah berpasir, bisa menyebabkan kematian meristem, aborsi bunga, diferensiasi sel dan perkembangannya. Keadaan ini terlihat terutama pada pokok tanaman sulaman, yang kalah bersaing dengan tanaman yang lebih tinggi dan jagur, dalam mendapatkan cahaya, air dan hara tanah.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Perkebunan kelapa sawit PT. GSPP merupakan salah satu unit usaha dari Astra Agro Lestari. Dalam struktur organisasi PT.GSPP, kedudukan tertinggi dipegang oleh seorang Administratur. Administratur membawahi lima orang Asisten Kepala yakni dua orang Asisten Kepala Tanaman, seorang Kepala Tata Usaha, seorang Kepala Teknik, dan seorang Kepala Pabrik. Struktur organisasi kebun PT.GSPP dapat dilihat dalam Gambar Lampiran 4.

Administratur bertugas mengelola, mengorganisir, dan mengendalikan kebun dalam rangka membangun dan merawat tanaman kelapa sawit untuk mencapai target produksi tandan buah segar yang telah ditetapkkan dengan rencana dan standar teknis kerja yang berlaku. Administratur bertanggung jawab atas seluruh kegiatan operasional dan administrasi kebun.

(24)

pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan serta mengevakuasi hasil kerja lapangan. Pengelolaan administrasi yang dilakukan oleh asisten afdeling meliputi pembuatan rencana kerja harian, bulanan, dan tahunan, memeriksa dan mengevaluasi laporan kerja mandor serta membuat bon permintaan dan pengeluaran barang (BPPB). Dalam melaksanakan tugasnya, asisten afdeling dibantu oleh mandor I untuk mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada di lapangan.

(25)

Aspek Teknis

Pemeliharaan tanaman kelapa sawit dan pemanenan buah matang merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan demi tercapainya produktivitas yang tinggi. Kegiatan pemeliharaan bertujuan untuk mengelola areal pertanaman kelapa sawit secara optimal agar didapat pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang baik. Kegiatan pemeliharaan yang baik juga mempermudah proses kegiatan pemanenan. Kegiatan panen pada tanaman kelapa sawit merupakan kegiatan utama pada perkebunan kelapa sawit.

Pengelolaan perkebunan kelapa sawit meliputi pengelolaan kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan administrasi. Pelaksanaan teknis yang dilakukan selama penulis melakukan magang antara lain pengendalian gulma manual dan kimiawi yakni dongkel anak kayu, rawat piringan, pasar pikul dan tempat penampungan hasil (TPH). Kegiatan pemeliharaan yang lain yaitu penunasan, pemupukan, aplikasi tandan kosong dan kotoran sapi (pupuk organik) dan pengendalian hama dan penyakit. Pada pekerjaan yang berkaitan dengan produksi kegiatan yang dilakukan adalah pemotongan buah (panen), taksasi (menghitung kerapatan panen), dan sensus produksi.

Pengendalian Gulma

(26)

Semprot gawangan, pasar rintis dan TPH. Kegiatan ini dilakukan dengan cara melakukan penyemprotan di gawangan hidup dan gawangan mati serta TPH dengan tujuan mengendalikan populasi gulma yang ada agar meminimalkan persaingan unsur hara antara tanaman dan gulma serta untuk mempermudah kegiatan operasional lain seperti mempermudah pengumpulan buah, pengutipan brondolan dan proses pemeriksaan.

Kegiatan semprot gawangan menggunakan alat RB-15 yang besarnya pengeluaran berdasarkan ukuran nozzlenya. Sasaran kerja dari semprot gawangan adalah tumbuhan (gulma) di gawangan yang berpotensi menjadi kompetitor dalam penyerapan hara dan menganggu aktivitas pekerja (panen, pemupukan dan aktivitas lain), khusus untuk kegiatan ini hanya mengendalikan gulma Mikania micrantha dan Assystachia coromandeliana. Hasil yang diharapkan dari kegiatan semprot piringan ini adalah tingkat kematian gulma sasaran di atas 90% dan hasil semprotan merata sesuai sasaran. Berdasarkan pengamatan penulis, hasil kegiatan semprot gawangan pada Afd. OI PT. GSPP sudah sesuai harapan, yakni tingkat kematian gulma mencapai 95% dan hasil semprotan yang merata.

Bahan yang digunakan untuk kegiatan semprot piringan tersebut adalah Glifosat (0,6 liter/ha/rotasi), Gramoxone (0,30 liter/ha/rotasi), dan Ally 20 WDG (0,02 liter/ha/rotasi), sedangkan untuk prestasi kerja karyawan semprot ditentukan sebesar 1,5 ha/HK/rotasi. Penulis melakukan kegiatan dengan prestasi sebesar 1,5 ha/HK. Kendala yang terjadi selama kegiatan penyemprotan adalah tertundanya kegiatan akibat turunnya hujan, rusaknya alat semprot, berkurangnya anggota tim semprot gawangan akibat dialihkan untuk kegiatan lain, dan sulitnya mendapatkan sumber air pada saat musim kemarau.

(27)

Sprayer SOLO 15 liter. Konsentrasi yang digunakan adalah 0,7 % dengan dosis 1.1 liter/ha untuk pengendalian secara spot spraying. Prestasi kerja yang ditetapkan untuk pengendalian secara spot spraying adalah 3-5 ha/HK.

Dongkel anak kayu (DAK). DAK adalah kegiatan mengendalikan gulma dengan cara membongkar atau mencabut gulma hingga akarnya dengan harapan tidak tumbuh kembali. Gulma yang termasuk dalam kegiatan DAK adalah kayu-kayuan, kayu plangas, gelagah, mimosa, keladi, anak sawit dan lain-lain. Kegiatan DAK dilakukan dengan menggunakan cangkul, parang dan cados. Kegiatan DAK biasanya dilakukan oleh Karyawan Harian Lepas (KHL). Umumnya karyawan mendapat hanca 1 baris tanaman/orang. Gulma umumnya dibabat kandas sampai ke permukaan tanah agar tidak menyebabkan tertinggalnya akar gulma. Norma kegiatan ini adalah 1 ha/HK. Adapun masalah yang sering dihadapi pada saat melakukan kegiatan DAK ini adalah pendongkelan sering kali tidak sampai ke bagian akarnya, sehingga gulma cepat tumbuh kembali. Penulis melakukan kegiatan ini dengan mendapat prestasi 1ha/HK.

Pengendalian Hama

Pengendalian hama pada dasarnya merupakan upaya untuk menghindari turunnya produktivitas akibat serangan hama yang menyerang perkebunan kelapa sawit. Pemilihan jenis, metode (biologi, mekanik, kimiawi, dan terpadu), serta waktu pengendalian yang dianggap paling cocok dilatarbelakangi oleh pemahaman atas siklus hidup hama tersebut. Pada kebun PT. GSPP yang areal pertanamannya sudah memasuki umur tanaman menghasilkan (TM), hama yang menyerang sudah tidak terlalu banyak dan beragam. Berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan kegiatan magang di Kebun PT. GSPP, hama yang ditemui adalah hama ulat api dan tikus, dan pengendalian hama ulat api dan tikus, menggunakan metode biologi (hayati).

Untuk pengendalian hama ulat api pengendalian dilakukan dengan menanam tanaman Turnera subulata dan Antigonon leptopus sebagai inang dari musuh alami ulat api seperti serangga Sycanus sp. Tanaman Turnera subulata

(28)

umumnya adalah di jalan utama (main road) dan pada jalan koleksi (collection road).

Pengendalian hama tikus yang dilakukan adalah pengendalian dengan menggunakan metode biologi. Tindakan pengendalian hama tikus akan berhasil dengan baik, apabila populasinya dapat ditekan dengan semaksimal mungkin sampai ke sumbernya. Pengendalian hama dilakukan dengan cara melakukan pengembangbiakan burung hantu Tylo alba dengan memasang rumah burung yang disebut Nest Box. Lokasi penempatan kandang ini harus strategis (berdekatan dengan pohon besar) dan diusahakan agar jauh atau membelakangi lampu penerangan serta aman dari manusia. Hal ini dimaksudkan agar burung hantu memperoleh lingkungan habitat yang baik.

Penunasan

Penunasan atau pruning adalah proses pembuangan pelepah yang tidak produktif lagi pada tanaman kelapa sawit. Tujuan penunasan adalah menjaga suplai hara dan air tidak terus berlangsung kepada jaringan pelepah yang tidak produktif lagi, memudahkan pekerjaan panen dan perawatan, menjaga agar brondolan tidak menyangkut di ketiak pelepah, menjaga kelembaban agar tidak mempercepat perkembangan hama/penyakit, serta meningkatkan keefektifan penyerbukan (pollination).

Untuk tetap mempertahankan produksi yang maksimum, maka harus dihindari terjadinya over pruning. Over pruning adalah terbuangnya sejumlah pelepah produktif secara berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi. Guna menghindari terjadinya over pruning perlu dilakukan pelatihan karyawan, meningkatkan pengawasan dan penggunaan alat yang tepat.

(29)

tidak nyata, sebab pada saat kegiatan ini penulis bertugas sebagai pendamping mandor.

Tabel 1. Kriteria Penunasan pada Tanaman Kelapa Sawit

Umur ∑ Baku diatas permukaan tanah, maka kembali dilakukan pruning sampai songgo 2.

Pengambilan Contoh Daun (Leaf Sampling Unit)

Leaf Sampling Unit (LSU) adalah satu unit areal yang digunakan sebagai pengambilan contoh daun dari tanaman yang telah ditetapkan sebagai pokok titik sampel (TS) dan dapat mewakili luasan blok yang seragam dalam hal kesuburan, umur tanaman, dan perlakuan yang diberikan. Tujuan kegiatan ini adalah memperoleh gambaran atas status hara tanaman per blok dan salah satu dasar dalam pembuatan rekomendasi pemupukan. Kegiatan LSU harus dilakukan minimal 2 bulan setelah pemupukan terakhir, tidak diperkenankan dilakukan pada musim kemarau panjang atau pada bulan dengan curah hujan lebih dari 400 mm, dan apabila memungkinkan pengambilan sampel dilakukan pada bulan yang sama tiap tahunnya.

(30)

akan diambil contoh daunnya. Penentuan titik sampel (TS) berikutnya berjarak selang 10 tanaman dalam barisan dan 10 tanaman untuk pindah barisan.

Gambar 1. Cara Menentukan Pokok Sampel LSU

Beberapa syarat tanaman sebagai pokok titik sampel (TS) di antaranya adalah: (1). Pokok tidak dekat dengan sungai, jalan, parit, dan bangunan; (2). bukan merupakan pokok sisipan; (3). Merupakan pokok normal dan tidak terserang penyakit; (4). Apabila pokok sampel mati atau terserang penyakit, maka pokok sampel dapat dipindahkan selang 1-2 pokok dalam satu baris. Setelah sampai pada titik sampel (TS) yang telah ditentukan, selanjutnya adalah mengambil daun contoh yaitu pelepah ke-17. pelepah nomor 17 ditentukan dengan cara :

1. Pelepah no. 17 adalah yang terletak di bawah pelepah no. 9

2. Pelepah no. 9 adalah pelepah yang terletak di bawah pelepah no. 1

3. Pelepah no. 1 adalah pelepah termuda yang helai daunnya telah terbuka seluruhnya.

Alasan pemilihan awal daun pada pelepah ke-17 adalah karena daun dari pelepah ke-17 dianggap sebagai yang sangat sensitif terhadap perubahan yang terjadi dalam status hara tanaman.

(31)

2. Dari pelepah no. 17 diambil enam helai daun, tiga helai di kiri dan tiga helai di kanan.

3. Setelah helai anak daun dipotong dari pelepah, kemudian dipotong menjadi tiga bagian, bagian tengahnya dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk kemudian dibersihkan lalu diiris halus dan dikemas dengan kantung plastik.

4. Kantung plastik diikat dan diberi label kemudian dikirim ke kantor besar untuk dioven dengan suhu 65oC-80oC selama 12 jam.

Alat yang digunakan untuk kegiatan ini antara lain: egrek untuk memotong pelepah daun yang ke-I7, cat, kuas, kertas label, gunting, kapas, aquades, plastik putih ukuran 2 kg dan pisau. Norma yang berlaku pada kegiatan ini adalah 1 blok/l tim/HK. Rata-rata prestasi yang diperoleh karyawan adalah 1 blok/ 1 tim/HK dan rata-rata penulis 1 blok/l tim/HK.

Pemupukan

Pemupukan merupakan salah satu aspek penting dalam perkebunan kelapa sawit, hal ini disebabkan antara lain karena tanaman kelapa sawit memiliki kebutuhan akan unsur hara makro dan mikro yang jumlah ketersediannya dalam tanah terbatas.

Pada saat tanaman memasuki fase tanaman menghasilkan tanaman memiliki kebutuhan unsur hara tertinggi dan apabila pengaplikasian yang dilakukan sudah tepat (waktu, cara, bahan, dosis dan jenis) maka hal tersebut akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Selain itu, pupuk juga menggantikan unsur hara yang hilang karena pencucian dan terangkut melalui produk yang dihasilkan, serta mempertahankan kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit, dan kegiatan pemupukan merupakan kegiatan yang biaya anggarannya mencapai 60% dari total biaya anggaran.

(32)

mutu pemupukan yang lebih baik, supervisi lebih fokus, dan produktivitas yang lebih tinggi.

Sebagai contoh, Afdeling OI berpasangan dengan Afdeling OJ. Pada saat Afdeling OI melaksanakan pemupukan, maka tenaga pemupuk yang digunakan adalah tenaga pemupuk dari Afdeling OI dan OJ dengan alasan yang telah dipaparkan sebelumnya. Begitu juga sebaliknya, apabila Afdeling OJ melaksanakan pemupukan, maka tenaga pemupuk yang digunakan adalah tenaga pemupuk dari Afdeling OJ dan OI.

Kegiatan ini terdiri dari organisasi-organisasi yang saling mendukung untuk tercapainya tujuan dari sistem gang tersebut, adapun organisasi tersebut adalah:

1. Organisasi kerja penguntilan

2. Organisasi kerja Pengangkutan dan Pengeceran 3. Organisasi kerja penaburan

Penguntilan. Kegiatan pemupukan diawali dengan proses penguntilan, Penguntilan pupuk dilakukan di gudang pupuk dengan tujuan untuk menghindari kehilangan baik yang disebabkan karena operasional penguntilan (tercecer) maupun karena faktor cuaca yang tidak dikehendaki baik itu hujan maupun panas. Sebelum dimasukkan ke dalam karung until, pupuk harus dihampar terlebih dahulu dengan tujuan agar pupuk yang menggumpal dapat dipecahkan sehingga tidak ada lagi pupuk yang menggumpal sehingga proses penyerapan pupuk oleh tanaman dapat berlangsung secara maksimal. Apabila pupuk yang menggumpal telah selesai dipecah maka penguntil akan melakukan kegiatan penguntilan pupuk sesuai dengan takaran yang disediakan. Paket untilan dibatasi maksimal 15 kg per until agar distribusi pupuk ke pokok dapat lebih merata. Setelah pupuk selesai diuntil karung untilan harus disusun dengan rapi dan teratur di gudang agar memudahkan pada saat pengangkutan pupuk keesokan harinya.

(33)

perusahaan untuk kegiatan penguntilan adalah sebesar 1,4 ton per hari kerja (HK). Penulis melakukan kegiatan penguntilan pupuk dengan prestasi 1,4 ton.

Pengangkutan dan pengeceran. Pengambilan pupuk dari gudang sentral ke blok yang akan diaplikasi pupuk menggunakan unit truk. Jumlah unit yang dibutuhkan disesuaikan dengan rencana aplikasi pemupukan yang akan dilaksanakan. Pengambilan pupuk dari gudang diawasi oleh seorang mandor yang membawahi tenaga pemuat pupuk. Pengambilan pupuk dari gudang harus sepagi mungkin agar pelaksanaan pemupukan dapat selesai sebelum tengah hari.

Pupuk yang sudah diuntil, diecer di setiap baris tanaman. Pupuk harus diecer di sebelah dalam blok, bukan di jalan ataupun di parit blok. Pupuk tidak boleh diecer pada TPH karena pupuk dapat mengkontaminasi TBS dan brondolan. Adapun masalah yang biasanya terjadi pada proses ini adalah keterlambatan proses pelangsiran pupuk akibat kurangnya tenaga bongkar muat, masih adanya pupuk yang diecer di jalan, parit blok atau TPH serta

Penaburan. Pelaksanaan penaburan pupuk dimulai dengan masing-masing penabur membawa untuk satu baris tanaman. Penabur mengaplikasikan pupuk sesuai dengan takaran yang telah dikalibrasi. Penabur melakukan penaburan sesuai dosis per pokok dan melingkar dengan ketentuan pupuk ditabur merata mulai jarak 0,5 meter dari pangkal batang sampai gawangan. Untuk penaburan pupuk Mikro (Cu-EDTA) dilakukan pada pangkal batang dengan membuat lubang terlebih dahulu barulah kemudian pupuk diletakkan di lubang, lalu lubang ditimbun kembali. Tujuan pengaplikasian pupuk dalam lubang adalah untuk meningkatkan serapan hara dan mengurangi terjadinya kehilangan pupuk akibat pencucian dan aliran permukaan.

Norma kerja yang diterapkan dalam kegiatan pemupukan adalah 600-650 kg/HK yang tergantung pada dosis/pokok, topografi lahan, kecepatan penabur, dan lain-lain. Kendala yang sering dihadapi dalam proses pemupukan adalah masih adanya ditemukan pupuk yang menggumpal, dosis per pokok yang tidak merata serta terdapat beberapa pokok yang tidak mendapatkan pupuk atau mendapatkan pupuk yang lebih sedikit dari pada dosis yang ditentukan.

(34)

belanjan pupuk mencapai 60 % dari total anggaran belanja kebun. Waktu pemupukan pada tanaman menghasilkan (TM) ditentukan oleh curah hujan, pemupukan yang optimum dilakukan pada bulan-bulan dengan curah hujan 100-200 mm/bulan, sedangkan curah hujan minimum 60 mm/bulan dan maksimum 300 mm/bulan. Bila curah hujan < 60 mm/bulan, pemupukan sebaiknya ditunda. Begitu pula bila curah hujan mencapai > 300 mm/bulan maka pemupukan juga sebaiknya ditunda terlebih dahulu. Pada TM frekuensi aplikasi pemupukan adalah 2 aplikasi/tahun atau satu kali setiap semester.

Pemupukan organik. Pemupukan organik yang dilakukan di kebun PT. GSPP ada dua macam, yaitu dengan Aplikasi janjangan kosong dan kotoran sapi. Janjangan kosong merupakan tandan kosong dari pabrik kelapa sawit (PKS) yang berasal dari stasiun rebusan dan stasiun pemipilan. Janjangan kosong (JJK) kaya akan kandungan bahan organik yang berguna untuk memperbaiki sifat tanah. Aplikasi JJK dapat meningkatkan kadar bahan organik tanah sehingga dapat memperbaiki sifat fisik, biologis dan kimia tanah. Rata-rata satu ton janjangan kosong mengandung unsur hara utama sebanding dengan 8.0 kg Urea; 2.9 kg RP; 18.3 kg MOP; 5.0 kg Kieserit; dan unsur lainnya (B,Cu,Zn,Fe,dan Mn). Dari keempat unsur di atas, unsur yang paling banyak terkandung dalam JJK adalah kalium (Pahan, 2008). Pemberian janjang kosong dilakukan dengan dosis 200 kg/pokok di antara pokok dalam gawangan mati. Janjangan kosong yang diaplikasikan sebaiknya cukup satu lapis. Bila lebih dari satu lapis, akan merangsang perkembangbiakan kumbang badak Oryctes rhinoceros di dalam tumpukan.

(35)

Tabel 2. Kandungan Hara N, P, dan K dalam Kotoran Sapi

Bobot Badan (kg) N (%) P (%) K (%)

277 28,1 9,1 20,0

340 42,2 13,6 30,0

454 56,2 18,2 39,9

567 70,3 22,7 49,9

Sumber: PT. GSPP, 2010

Pengaplikasian kotoran sapi ini dilakukan dengan dosis 20 kg/pokok dengan cara ditabur di luar piringan dan di gawangan secara merata. Adapun masalah yang sering terjadi pada kegiatan pemupukan anorganik ini ialah pupuk yang di tebar seringkali tidak merata (bertumpuk). Penulis melakukan kegiatan aplikasi tandan kosong dan kotoran sapi dengan tanpa mendapat prestasi nyata.

Perawatan Jalan dan Titi Panen

Pada saat melakukan kegiatan magang, penulis mengikuti pekerjaan perawatan/pemeliharaan ringan jalan dan pengerasan jalan pada tempat-tempat tertentu dengan cara manual, sedangkan untuk kegiatan pemeliharaan dengan mekanis penulis belum berkesempatan melakukannya karena tidak adanya kegiatan tersebut pada saat penulis melakukan magang di Kebun PT.GSPP. Adapun urutan kerja pemeliharaan jalan secara manual adalah mengalirkan terlebih dahulu air yang menggenang pada jalan ke arah parit dengan menggunakan cangkul lalu apabila air sudah mengering maka pada lubang jalan diletakkan batu-batu besar sebagai pondasi awal yang kemudian akan ditimbun oleh batu-batu yang berukuran lebih kecil. Penulis tidak memiliki prestasi kerja yang nyata karena pada saat kegiatan perawatan penulis bertugas sebagai pendamping mandor.

(36)

mengenai ketersediaannya adalah 3 : 1, pengertiannya adalah satu titi panen untuk tiga pasar rintis.

Untuk kemudahan melewatinya berdasarkan pengamatan penulis titi panen beton lebih mudah untuk dilewati karena tidak licin dan memiliki permukaan yang lebih lebar dibandingkan titi panen ulin. Untuk kegiatan pemeliharaan titi panen, kegiatan yang dilakukan adalah penambahan titi panen dan penggantian titi panen yang mengalami kerusakan. Tidak ada prestasi yang jelas untuk kegiatan pemeliharaan titi panen tetapi hanya berdasarkan jam kerja. Panen

Panen adalah pemotongan tandan dari pohon hingga pengangkutan ke pabrik. Urutan kegiatan panen adalah pemotongan pelepah, pemotongan tandan buah matang panen, pengutipan brondolan, penyusunan pelepah, pengangkutan hasil ke TPH, dan pengangkutan hasil ke pabrik. Keberhasilan panen sangat bergantung pada tenaga pemanen, ketrampilan pemanen, sistem panen yang digunakan, peralatan panen yang digunakan, kelancaraan sarana transportasi serta faktor pendukung lainnya seperti organisasi panen yang baik, keadaan areal dan insentif yang diberikan.

Persiapan panen. Persiapan panen merupakan penyiapan areal yang akan dipanen. Persiapan panen yang baik akan memperlancar pelaksanaan panen, kegiatan persiapan panen yang dilakukan pada Kebun PT. GSPP (seluruh tanaman kelapa sawit pada Kebun PT. GSPP merupakan tanaman menghasilkan) meliputi: penentuan kebutuhan tenaga kerja, penetapan seksi panen, penetapan luas hanca kerja pemanen, penetapan luas hanca permandoran, peralatan panen (dodos, angkong, gancu, egrek, gantolan brondolan, dan kampak), transportasi untuk pengangkutan TBS dari TPH ke pabrik, kemudian sarana panen (pasar rintis, piringan dan gawangan tanaman, pemasangan titi panen, pemeliharaan jalan, pemeliharaan TPH, dan lain sebagainya).

(37)

Brondolan lepas tersebut adalah brondolan yang lepas secara normal dan sehat, bukan brondolan yang lepas karena serangan tikus atau brondolan yang lepas karena serangan penyakit.

Buah yang dikategorikan buah yang tidak normal adalah sebagai berikut : Buah sakit adalah buah yang masih berwarna hitam tapi sebagian (biasanya bagian pucuk dari tandan) sudah membrondol (abortus). Buah batu adalah buah yang sudah matang yang ditunjukkan dengan warna buah jingga tetapi buahnya tidak lepas dari tandannya (tidak membrondol).

Sistem hanca panen. Hanca panen adalah luas areal yang akan dipanen dalam satu hari dengan tujuan agar kegiatan panen berjalan dengan baik. Pada Kebun PT. GSPP sistem hanca panen yang digunakan adalah sistem hanca panen giring tetap per kemandoran, yaitu menempatkan pemanen dengan cara digiring dari satu hanca ke hanca selanjutnya dalam seksi panen yang telah ditetapkan pada hari tersebut.

Adapun kelebihan sistem hanca giring tetap ini dibandingkan dengan sistem hanca giring murni dan hanca tetap adalah: manajemen pelaksanaan panen dapat dilaksanakan dengan baik, jumlah tenaga kerja dapat diatur, antara kemandoran yang satu dengan yang lain dapat bersaing dengan sehat, hasil kerja masing-masing kemandoran dapat ditingkatkan dengan memperhatikan kekuatan masing-masing karyawan, serta mandor aktif melakukan pengawasan (Pahan, 2008).

(38)

Gambar 2. Alat-alat Panen

Rotasi panen. Rotasi panen adalah selang waktu yang dibutuhkan dari proses panen satu ke proses panen selanjutnya pada suatu hanca panen. Rotasi panen berhubungan erat dengan kerapatan panen, kemampuan pemanen dan keadaan pabrik. Dengan demikian Rotasi panen mempengaruhi transport buah, biaya potong buah, persentasi buah mentah dan proses pengutipan brondolan. Rotasi panen yang ditetapkan di PT. GSPP adalah 6/7 yang artinya adalah dalam 7 hari terdapat 6 hari panen dan 1 hari libur. Penentuan rotasi 6/7 ini mengharuskan dilakukannya pengaturan tenaga sesuai dengan kerapatan panen.

Angka kerapatan panen. Angka kerapatan panen adalah perkiraan jumlah pohon yg dapat dipanen dari seluruh pohon yg ada dalam blok, dihitung secara acak dari sejumlah pohon tertentu dalam blok tersebut. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui jumlah tenaga pemanen yang dibutuhkan untuk areal tersebut dan transport yang dibutuhkan. Sistem perhitungan yang digunakan untuk mengetahui angka kerapatan panen adalah dengan mengamati pokok sampel pada gawangan sampel yang berada pada areal atau blok yang akan di panen. Umumnya dari suatu areal diambil 10% sebagai pokok sampel.

Kebutuhan tenaga kerja pemanen. Pada Kebun PT. GSPP penentuan kebutuhan tenaga kerja pemanen didasarkan atas luas areal per rotasi panen dan kemampuan rata-rata pemanen. Untuk menghitung kebutuhan tenaga kerja pemanen digunakan rumus:

(39)

Basis dan premi panen. Pada Kebun PT. GSPP terdapat tiga jenis basis yang harus dipenuhi oleh pemanen, yaitu basis luas, basis waktu dan basis borong. Basis borong adalah jumlah tandan yang harus dipanen sebagai dasar untuk menghitung kelebihan tandan sebagai premi. Jumlah basis borong ditetapkan dengan pertimbangan rata-rata kemampuan pemanen per hari kerja, selama jam kerja yakni 7 jam untuk hari biasa dan 5 jam untuk haru jumat, umur tanaman, bobot janjang rata-rata, dan persentasi populasi pokok produktif serta distribusinya dilapangan.

Basis luas adalah hanca panen yang harus diselesaikan oleh pemanen dalam suatu hari kerja walaupun basis borong telah didapatkan. Basis waktu adalah jumlah jam yang harus ditepati pemanen dalam melakukan pekerjaannya, yaitu 7 jam pada hari biasa dan 5 jam pada hari jumat. Untuk basis luas, pemanen tidak dikenakan sanksi apabila basis hanca yang ditetapkan tidak dapat dipenuhi pada saat panen puncak asalkan pemanen sudah memenuhi basis waktu.

Premi panen diberikan kepada pemanen yang memperoleh panenan melebihi target (basis borong) yang harus dipanen oleh seorang pemanen. Premi panen diberikan dengan tujuan meningkatkan mutu hasil panen dan pendapatan pemanen sesuai dengan jumlah dan mutu hasil yang diperoleh oleh pemanen tersebut.

Pengangkutan tandan buah segar (TBS). Pengangkutan TBS merupakan salah satu bagian penting dalam siklus panen. Sedikitnya ada 4 hal yang menjadi sasaran kelancaran pengangkutan buah yaitu menjaga agar kadar asam lemak bebas (ALB) harian ±2-3%, menjaga agar pengolahan di pabrik tetap lancar, menjamin keamanan TBS di lapangan, dan meminimalkan biaya pengangkutan.

Pengangkutan TBS dan brondolan adalah kegiatan pengangkutan dari TPH ke pabrik kelapa sawit (PKS). Pada dasarnya TBS dan brondolan harus diangkut secepatnya ke PKS untuk diolah pada hari itu juga atau minimal 12 jam setelah di potong, hal ini dilakukan agar dapat menghasilkan minyak yang bermutu baik. Karena itu, tidak dibenarkan adanya buah yang tidak terangkut pada hari itu juga (restan).

(40)

jumlah buah, ada tidaknya buah mentah atau buah busuk yang terpanen, ada atau tidaknya buah dengan tangkai panjang, dan lain-lain. Sistem pengangkutan yang dilakukan di Kebun PT. GSPP adalah pengambilan TBS dari jarak yang terjauh dahulu dari PKS dengan menggunakan dump truck. Pengangkutan dilakukan dengan mendatangi TPH blok yang menjadi hanca pemuat. Pada kebun PT. GSPP terdapat empat tim pemuat yang masing-masing terdiri dari tiga orang.

Gambar 3. Proses Pengangkutan TBS dan Brondolan.

Denda panen. Denda (penalty) merupakan potongan terhadap buah yang diperoleh pemanen disebabkan pelanggaran pemanen atas tata tertib panen. Tujuan pemberian denda adalah agar pemanen dapat melaksanakan ketentuan panen yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan tidak mengulangi kesalahan pada jenis pekerjaan yang sama. Denda kepada pemanen dapat berupa surat peringatan atau langsung pemotongan buah yang diperoleh pemanen.. Besarnya denda berdasarkan kesalahan yang dilakukan oleh pemanen, besarnya denda maksimal yang di terima oleh seorang pemanen di Kebun PT. GSPP adalah ≤ premi yang di terima pada hari itu, sehingga denda panen tidak mengurangi upah pokok karyawan. Adapun kriteria pemberian denda disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Kriteria Penentuan Denda Pemanenan

No Buah Sat uan Penalt y (denda)

1 Buah ment ah 1 Janjang Rp. 5000

2 Buah t inggal 1 Janjang Rp. 5000

(41)

Aspek Manajerial Pendamping Mandor

Karyawan di Kebun PT. GSPP digolongkan menjadi dua bagian, yakni karyawan staf dan karyawan non-staf. Karyawan non-staf terdiri dari mandor I, mandor panen, mandor rawat, kerani buah, kerani afdeling dan pengawas HPT. Sementara karyawan tingkat staf adalah asisten afdeling, kepala kebun (asisten kepala), kepala pabrik, kepala teknik infrastruktur, kepala tata usaha dan administratur.

Tugas dan tanggung jawab staf dan mandor dimulai dari Apel Pagi yang dilakukan setiap hari kerja dimana kegiatan ini dimulai dengan asisten yang memberikan pengarahan kepada seluruh mandor di afdelingnya tentang pekerjaan apa yang akan dilakukan, pada afdeling OI PT. GSPP kegiatan ini dilakukan pada malam hari, lalu kemudian masing-masing mandor memberikan pengarahan mengenai pekerjaan yang akan dilakukan. Setelah apel pagi barulah masing-masing mandor memberikan hanca yang akan dikerjakan pada hari itu kepada masing-masing karyawan bawahannya. Apel pagi dimulai pukul 05.30 dan diikuti oleh asisten afdeling, seluruh mandor dan kerani buah serta seluruh karyawan. Pekerjaan dimulai pukul 06.30-14.00 WIB dengan istirahat selama 30 menit antara pukul 11.30-12.00

Selama satu bulan menjadi pendamping mandor pekerjaan yang telah dilakukan oleh penulis adalah menjadi pendamping mandor I, pendamping mandor panen, pendamping kerani panen, dan pendamping mandor rawat. Selama menjadi pendamping mandor penulis diberikan tanggung jawab seperti halnya mandor yang lain (kecuali pada saat menjadi pendamping mandor I dan asisten afdeling) yakni bertanggung jawab terhadap karyawan yang dipimpin dan memberi laporan pertanggungjawaban kepada mandor I dan asisten afdeling.

(42)

membuat laporan hasil pemanen ( janjang dan tonase ) untuk perhitungan gaji pemanen. Penulis menjadi kerani buah di afdeling OI dikemandoran I.

Mandor rawat. Tugas umum mador rawat di antaranya adalah membuat rencana tenaga kerja yang akan dipakai untuk kegiatan rawat esok hari, membuat rencana kebutuhan material yang akan dipakai untuk pekerjaan semprot dan pemupukan, mengikuti apel pagi, membuat laporan hasil kerja di buku mandor rawat pada sore hari, mengawasi pekerja di lapangan dan memastikan hasilnya sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, menyiapkan peralatan rawat dan memastikannya dapat digunakan di lapangan (alat semprot, ember pupuk, takaran pupuk,dll), melaporkan pemakaian material ke kerani afdeling, dan melakukan pengecekan ulang pekerjaan semprot (untuk bahan yang bersifat kontak H+1 dan yang bersifat sistemik H+7). Selama menjadi pendamping mandor rawat, penulis mengikuti pengawasan kegiatan semprot gawangan, jalan rintis dan TPH, DAK, pemupukan (organik dan anorganik), garuk piringan manual, dan lain-lain.

Mandor panen. Tugas dan tanggung jawab umum dari mandor panen adalah mengikuti apel pagi (menyampaikan evaluasi kerja kemarin, keadaan umum hanca panen hari ini dan membagi hanca panen), melakukan kontrol lapangan diantaranya adalah mengecek ketuntasan ancak panen dan menjaga kualitas hasil yang dipanen sesuai dengan standar perusahaan, dan melaksanakan sensus / taksasi harian, membuat ranking output pemanenya (terendah-tertinggi), dan memonitor absensi karyawan. Penulis menjadi pendamping mandor panen di afdeling OI PT. GSPP kemandoran I.

Kerani Afdeling. Tugas dan tanggung jawab kerani afdeling adalah membuat laporan harian, mingguan dan bulanan afdelingnya, membuat permintaan bahan/ material yang dibutuhkan di lapangan setiap harinya, membuat daftar hadir karyawan, mencatat seluruh kegiatan harian rawat dan produksi, membuat dan merekap data produksi harian serta bertanggung jawab kepada mandor I dan asisten.

(43)

harian, mingguan dan bulanan, mengontrol pemakaian material (Pupuk dan herbisida), mengontrol rotasi rawat, melakukan pengecekan terhadap pekerjaan kemarin, melakukan kontrol lapangan untuk mengecek kesesuaian dengan rencana kerja hari ini (kualitas panen dan rawat), membuat perhitungan sensus/ taksasi produksi harian, dan memonitor proses pengangkutan buah.

Pendamping Asisten

Tugas dan tanggung jawab asisten afdeling adalah mengelola kegiatan afdeling untuk mencapai target produksi afdeling serta mengelola seluruh kegiatan di afdeling. Asisten juga bertugas melaksanakan adminsitrasi afdeling dengan tertib, pembinaan sumber daya manusia yang ada di afdelingnya, pengendalian biaya yang telah disetujui oleh administratur, dan bertanggung jawab terhadap manajer kebun secara langsung. Asisten Kebun juga bertanggung jawab secara penuh terhadap kondisi kebun selama 24 jam, yang meliputi semua pekerjaan yang ada di divisi maupun dalam lingkungan kemasyarakatan.

(44)

Persiapan panen merupakan penyiapan areal yang akan dipanen, penyiapan tenaga pemanen dan alat panen. Persiapan panen yang baik akan memperlancar pelaksanaan kegiatan panen. Kegiatan persiapan panen yang dilakukan pada Kebun PT. GSPP (seluruh tanaman kelapa sawit pada Kebun sudah menghasilkan [TM]) meliputi: kebutuhan tenaga kerja, penetapan seksi potong buah, penetapan luas hanca kerja pemanen, penetapan luas hanca per kemandoran, peralatan panen (egrek, angkong, gancu, gantolan brondolan, dan kampak), transportasi untuk pengangkutan tandan buah segar (TBS) dari tempat pengumpulan hasil (TPH) ke pabrik kelapa sawit (PKS), kemudian sarana panen (pasar rintis, piringan, dan gawangan tanaman, pemasangan titi panen, pemeliharaan jalan, dan pemeliharaan TPH).

Seksi Panen

Seksi panen. Seksi panen adalah areal panen yang harus diselesaikan dalam satu hari panen. Pada dasarnya penetapkan seksi panen merupakan suatu bentuk pengelompokan blok-blok area TM dengan fungsi utama sebagai kerangka area kerja yang harus bisa diselesaikan dalam satu hari panen, sehingga faktor kemampuan karyawan tenaga panen menjadi hal penting dalam penetapan seksi panen. Seksi panen disusun dengan sedemikian rupa agar mempermudah proses pemanenan, seperti, pindah hanca pemanen dari satu blok ke satu blok yang lain, mempermudah kontrol asisten, mandor I dan mandor panen, mempermudah transport buah dan meningkatkan output pemanen.

Contoh perhitungan:

Afdeling OI PT. GSPP mempunyai luas area TM 905.6 ha, dengan estimasi produksi 20 ton/ha/tahun, maka untuk pembagian areal tersebut dalam enam seksi dapat dihitung sebagai berikut:

Penetapan luas area produksi per seksi per rotasi panen (ha/seksi/rotasi):

 Luas rata-rata per seksi : 905.6 ha / 6 seksi panen = 150.9 ha

 Luas rata-rata per 5 jam kerja: 5/7 x 150.9 ha = 107.7 ha

(45)

 Luas rata-rata seksi panen hari biasa (7 jam kerja) : 150.9 + 7.2 = 158.1 ha

 Luas rata-rata seksi panen hari jumat (5 jam kerja) : 107.7 + 7.2 = 114.9 ha

Penetapan rencana produksi per seksi per rotasi panen (ton/ha/seksi/rotasi)

 Produksi rata-rata per rotasi panen : /

/ = 0.38 ton/ha/rotasi Perkiraan produksi per seksi per rotasi panen

 Hari biasa (7 jam kerja) = 0.38 ton TBS/ha x 158.1 ha = 60 ton

 Hari biasa (5 jam kerja) = 0.38 ton TBS/ha x 114.9 ha = 43.7 ton (72.8% dari hari biasa)

Berdasarkan hasil perhitungan ini dilakukan perbandingan dengan luas areal aktual (realisasi) yang ada dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan antara luas areal yang ditetapkan tampa mempertimbangkan faktor lain dengan luas areal yang memperhitungkan faktor lain. Berikut adalah perbandingannya:

Tabel 4. Perbandingan Luas Areal Rencana dan Realisasi

Seksi A B C D E F Total

P 158.1 ha 158.1 ha 158.1 ha 158.1 ha 114.9 ha 158.1 ha 905.6 ha R 159.57 ha 152.8 ha 153.2 ha 149.4 ha 140.7 ha 150.0 ha 905.6 ha Sumber: Kantor Besar PT. GSPP, 2010.

P = luas areal yang ditetapkan tanpa mempertimbangkan faktor lain R = luas areal aktual (real)

Berdasarkan data di atas, dapat dilihat perbedaan antara luas areal yang ditetapkan tanpa mempertimbangkan faktor lain dengan luas areal aktual. Faktor-faktor yang dijadikan bahan pertimbangan pada PT. GSPP di antaranya adalah topografi blok, posisi blok terhadap blok yang lain, posisi blok dari afdeling, dan lain-lain.

Rotasi Panen

(46)

aspek atau faktor yang paling menentukan dalam pekerjaan potong buah untuk mendapatkan hasil (MKS + IKS) yang tinggi (kuantitas dan kualitas) yaitu pusingan potong buah. Pusingan potong buah sangat erat hubungannya dengan kualitas buah atau saling mempengaruhi dengan mekanisme kerja sebagai berikut: 1. Meningkatnya buah mentah yang dipotong akan cenderung mempercepat siap borong dan memperlambat pusingan potong buah.

2. Buah masak yang seharusnya dipanen pada hari itu menjadi tertinggal di pokok. 3. Buah masak yang tertinggal di pokok akan terus membrondol, pada pusingan berikutnya, buah tersebut telah terlampau masak, bahkan sebagian telah membusuk sehingga menjadi buah busuk.

4. Persentase brondolan yang meningkat mengakibatkan penurunan output potong buah karena waktu pemanen banyak tersita untuk mengutip brondolan.

5. Situasi ini dapat mengakibatkan tukang potong buah tidak mencapai siap borong sehingga mendorong mereka untuk memotong buah mentah lagi demi mengejar siap borong karena memotong buah mentah tidak perlu mengutip brondolan terlalu banyak. Akibat kejadian ini pusingkan potong buah akan semakin bertambah terlambat.

Rotasi potong buah yang terlalu cepat juga dapat merangsang pemanen untuk memotong buah mentah (demi mengejar siap borongnya). Hal ini dikarenakan pada saat itu kerapatan buah matang telah menurun. Untuk menjaga pusingkan potong buah tetap normal, penting sekali untuk terus-menerus memantau daftar pusingkan potong buah yang ada di kantor afdeling; di samping informasi mengenai umur tanaman dan kerapatan buah masak, jumlah tenaga potong buah, jumlah borongan dan persentase siap borong, serta curah hujan.

(47)

tidak dapat dilakukan, dengan kata lain kegiatan rawat menjadi terhambat pusingannya.

Tenaga Panen

Tenaga panen merupakan jumlah tenaga kerja pemanen yang dikhususkan untuk melakukan kegiatan panen. Jumlah tenaga yang harus dipersiapkan tergantung dari produktivitas pemanen pada saat kerapatan buah normal; estimasi produksi (ton/ha) per seksi panen, per rotasi; kondisi topografi kebun dan homogenitas tanaman. Perhitungan sederhana untuk menetapkan jumlah pemanen per hari panen pada Afd. OI PT. GSPP dapat dilihat di bawah ini.

Contoh perhitungan.

Afdeling OI mempunyai luasan 905.6 ha dengan umur tanaman 16 tahun, BJR 22 kg, kerapatan buah rata-rata 20% dari populasi pokok produktif maka perhitungan jumlah pemanen adalah:

Jlh pemanen = % × ×

= % × × ( × )

. /

= .

. /

= 45 orang.

Bila fluktuasi produksi dari bulan ke bulan cukup tinggi dan tidak mampu diatasi dengan cara memasangkan istri untuk kerja panen maka perlu menyediakan tenaga cadangan, kebijakan ini disesuaikan dengan kondisi di masing-masing kebun. Pada Afd. OI PT. GSPP jumlah tenaga panen yang tersedia pada saat penulis melakukan kegiatan magang adalah 46 orang, sehingga dari perhitungan sederhana di atas dapat disimpulkan bahwa tenaga panen di Afd. OI PT. GSPP cukup untuk melaksanakan kegiatan panen pada saat kerapatan normal. Persiapan Teknis Lapangan

(48)

GSPP pemeliharaan TPH dilakukan dengan cara menimbun TPH dengan menggunakan tanah merah, hal ini dilakukan agar TPH tidak tergenang air apabila musim hujan. Selain itu kegiatan pembersihan TPH lain dilakukan bersama dengan kegiatan rawat semprot gawangan, pasar rintis dan TPH. Pada PT. GSPP rasio ketersediaan TPH adalah 3:1 yang pengertiannya adalah setiap 3 pasar pikul terdapat 1 TPH.

Selain TPH, pemeliharaan titi panen sangat penting dilakukan karena titi panen adalah akses utama yang menghubungkan TPH dan pasar pikul (blok) yang sangat dibutuhkan untuk kegiatan-kegiatan didalam blok. Di PT. GSPP terdapat dua jenis titi panen, yaitu titi panen kayu ulin dan titi panen beton. Berdasarkan pengamatan penulis, titi panen beton lebih disukai oleh pekerja karna ukurannya yang lebih besar, lebih stabil, lebih tahan lama dan tidak licin saat terjadi hujan. Rasio ketersediaan titi panen di Kebun PT. GSPP adalah 3:1 yang artinya setiap tiga pasar pikul terdapat satu titian panen.

Pasar pikul juga merupakan unsur yang tidak kalah penting. Pasar pikul yang ada di Kebun PT. GSPP Afd. OI kebanyakan adalah pasar timbun, hal ini dikarenakan terdapat blok yang sering terjadi banjir saat hujan sehingga menyulitkan kegiatan panen dan perawatan. Kegiatan yang dilakukan untuk merawat pasar pikul di antaranya adalah melakukan penyemprotan dan penimbunan pasar pikul.

Peralatan Panen

(49)

Angka Kerapatan Panen (AKP)

Angka kerapatan panen (taksasi) adalah perkiraan jumlah pohon yg dapat dipanen dari seluruh pohon yg ada dalam blok, dihitung secara acak dari sejumlah pohon tertentu dalam blok tersebut. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui jumlah tenaga pemanen yang dibutuhkan untuk areal tersebut dan transport yang dibutuhkan. Hasil perhitungan angka kerapatan panen ini juga digunakan afdeling sebagai laporan kepada PKS sebagai acuan barapa banyak perkiraan buah yang akan diolah oleh pabrik pada hari tersebut.

Sistem perhitungan yang digunakan untuk mengetahui angka kerapatan panen adalah dengan mengamati pokok sampel pada gawangan sampel yang berada pada areal atau blok yang akan di panen. Umumnya dari suatu areal diambil 10% sebagai pokok sampel. Pada saat melakukan kegiatan magang penulis melakukan kegiatan pengamatan kerapatan panen. Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah buah matang dan jumlah pokok di tiap baris yang di amati. Hasil pengamatan kerapatan panen disajikan pada Tabel 5,6 dan 7. Tabel 5. Pengamatan Angka Kerapatan Panen

Sumber: Pengamatan Lapang, 2010

Tabel 6. Hasil Pengamatan Kerapatan Panen

(50)
(51)

Tabel 7. Perbandingan Angka Kerapatan Panen yang diamati berbeda. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya iklim, umur tanaman dan keadaan atau lokasi blok tersebut. Dari pengamatan diatas, dapat dilihat bahwa nilai AKP yang diperoleh berkisar antara 19-25 %. Menurut Tobing (1992) nilai AKP 15-25 % menunjukkan produksi sedang, maka berdasarkan pernyataan tersebut produksi Kebun PT. GSPP Afd. OI blok 7, 10, 13, 16, dan 19 tergolong sedang.

Ada beberapa hal yang menyebabkan AKP rencana dan realisasi berbeda, di antaranya adalah tingkat ketelitian saat pengamatan masih rendah atau adanya kesalahan dari pemanen, seperti adanya buah matang tertinggal di pokok dan adanya buah mentah (belum fraksi) yang dipanen. Perbedaan selisih AKP rencana dan realisasi sebagaimana yang ditetapkan oleh PT. GSPP adalah < 5%, dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis didapati bahwa selisih AKP rencana dan realisasi adalah < 5%.

Angka kerapatan panen digunakan untuk menghitung estimasi produksi pada blok yang diamati, sehingga dapat diketahui berapa jumlah unit truk pengangkut yang dibutuhkan untuk mengangkut hasil panen keesokan hari serta tenaga pemanen yang dibutuhkan. Berikut adalah contoh perhitungan perkiraan produksi dengan menggunakan hasil dari pengamatan AKP:

Perkiraan Produksi = AKP × jumlah pokok produktif × BJR Blok 7 = 22.00% × 5,717 × 23.80 = 29,934 kg

(52)

Blok 16 = 24.78% × 3,499 × 19.79 = 17,158 kg Blok 19 = 19.82% × 3,355 × 17.82 = 11,850 kg

Pelaksanaan Panen

Prinsip dasar dari kegiatan panen adalah memotong tandan matang, mengumpulkan TBS, dan mengangkut ke pabrik untuk seterusnya diolah menjadi minyak sawit berkualitas baik yaitu mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dan asam lemak bebas (ALB) yang rendah serta memelihara kondisi tanaman tetap baik. Urutan pelaksanaan panen di kebun PT. GSPP adalah sebagai berikut: 1. Mengikuti apel pagi dan setelah mendapat hanca dari mandor panen, pemanen segera menuju blok yang akan dipanen sesuai batas hanca yang telah ditentukan. 2. Tempat awal dan arah panen dari setiap pemanen harus searah pada masing-masing mandorkan.

3. Pemanen harus memperhatikan jumlah brondolan yang jatuh di piringan sebagai indikator melaksanakan pemotongan buah.

4. Pemanen memotong pelepah yang menjadi penyanggah buah masak (tidak boleh sengkleh) lalu kemudian memotong buah matang panen dan mengutip brondolan yang ada di piringan, pelepah (ketiak daun) dan sekitarnya (di gawangan, bila brondolan tersebar ke gawangan). Mengeluarkan brondolan bersamaan dengan janjang panen.

5. Tangkai panjang harus dipotong pendek, dengan panjang maksimal 2 cm. 6. Menyusun pelepah sesuai aturan. Pada saat ini aturan yang berlaku untuk penyusunan pelepah adalah disusun membentuk huruf “U”.

7. Menyusun janjangan dengan rapi di TPH resmi (Tempat Pengumpulan Hasil), 5 janjang perbaris ke belakang untuk memudahkan penghitungan.

8. Mengalasi brondolan dengan alas terpal atau karung bekas pupuk yang telah dicuci bersih.

(53)

Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan pada saat pemanenan, diantaranya adalah pemanen harus teratur memeriksa secara teliti setiap pokok untuk melihat buah matang yang siap dipanen, tidak boleh memanen buah mentah, tidak ada buah matang yang tertinggal baik di pokok ataupun yang sudah diturunkan, tangkai buah harus dipotong rapat (cangkem kodok) dan tidak ada pelepah yang sengkleh.

Dalam pelaksanaan magang ini penulis masih menemui adanya kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh pemanen, di antaranya adalah masih didapati buah masak yang tinggal di pokok, buah mentah (belum fraksi) yang di panen, dan masih adanya brondolan yang tertinggal di pokok dan di piringan. Hal ini pada aplikasinya memerlukan pengawasan atau kontrol yang lebih baik dari mandor sehingga kesalahan-kesalahan dapat diminimalisir.

Basis dan Premi Potong Buah

Basis borong adalah jumlah tandan yang harus dipanen sebagai dasar untuk menghitung kelebihan tandan sebagai premi. Basis borong ini ditentukan berdasarkan bobot janjang rata-rata (BJR). Premi panen diberikan kepada pemanen yang memperoleh panenan melebihi target (basis borong) yang harus dipanen oleh seorang pemanen. Premi panen diberikan dengan tujuan memotivasi pemanen, meningkatkan mutu hasil panen dan pendapatan pemanen sesuai dengan jumlah dan mutu hasil yang diperoleh oleh pemanen tersebut.

Kegiatan panen di Kebun PT. GSPP menerapkan dua jenis premi yaitu premi progresif dan premi lebih borong. Premi progresif adalah premi yang diberikan kepada pemanen pada saat jumlah janjang panen sama dengan atau lebih dari jumlah janjang basis borong yang telah ditentukan dan besarnya premi basis borong (dinyatakan dalam Rp/HK), nilainya adalah sama untuk setiap tahun tanam.

(54)

Mutu Buah

Kriteria matang panen adalah pedoman yang digunakan untuk menentukan apakah buah itu dinyatakan matang, mentah, atau busuk. Hal ini amat penting karena sangat mempengaruhi kualitas rendemen minyak dan asam lemak bebas. Pedoman yang digunakan Kebun PT. GSPP untuk menentukan kematangan suatu buah adalah minimal terdapat lima buah brondolan alami jatuh di piringan. Brondolan yang jatuh di piringan adalah brondolan yang lepas secara normal, bukan brondolan yang lepas karena serangan tikus atau brondolan yang lepas karena perubahan iklim yang ekstrim.

Menurut Mangoensoekarjo (2003) panen buah mentah akan merugikan perusahaan karena produktivitas minyak kelapa sawit menurun. Selain itu pengolahan inti kelapa sawit menjadi sulit karena tempurung buah yang belum matang cukup keras. Kandungan minyak sawit meningkat dari tahap mentah ke matang kemudian menurun pada tahap lewat matang, sedangkan kandungan ALB meningkat dari buah matang sampai lewat matang. Adapun kriteria kematangan buah dan hubungan hubungan fraksi buah dengan kadar minyak dan asam lemak bebasnya dapat dilihat pada tabel 8 dan tabel 9.

Tabel 8. Tingkat Kematangan Buah pada Tanaman Kelapa Sawit

Fraksi ∑ brondolan lepas Derajat

kemat angan 00 Buah masih berwarna hitam, belum ada yg membrondol Sangat mentah

0 Buah jingga dan buah luar sudah membrondol 1 – 12.5 % Mentah

1 Buah luar sudah membrondol 12.5 - 25 % Hampir matang

2 Buah luar sudah membrondol 25 – 50 % Matang

3 Buah luar sudah membrondol 50 – 75 % Matang

4 Buah luar sudah membrondol 75 – 100 % Lewat matang

Gambar

Tabel 1. Kriteria Penunasan pada Tanaman Kelapa Sawit
Gambar 1. Cara Menentukan Pokok Sampel LSU
Gambar 2. Alat-alat Panen
Gambar 3. Proses Pengangkutan TBS dan Brondolan.
+7

Referensi

Dokumen terkait

(4) Apakah terdapat pengaruh signifikan secara simultan keterlibatan kerja, disiplin kerja,dan kompensasi kerja terhadap produktivitas kerja karyawan pada Pabrik

• Bagi mahasiswa yang telah mengambil mata kuliah Statistik Sosial Lanjutan tidak perlu mengambil mata kuliah Teknik Formulasi Kebijakan, bagi yang belum mengambil

Tokoh lain yang mencoba mendefinisikan epistemologi adalah D.W Hamlyin, beliau mengatakan bahwa epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat

pengelola UPKu untuk membuat PEMBUKUAN secara tertib dan teratur, karena pertanggungjawaban pengelolaan Usaha Sektor Riil adalah berdasarkan dari laporan keuangan yang dibuat.

001 tahun 2015 tentang pedoman analisis kinerja pelayanan publik yang meliputi standar pelayanan publik yang telah dilakukan dengan baik sesuai dengan peraturan yang

Pengaruh Return On Asset (ROA), Net Profit Margin (NPM) dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia Periode

[r]

Tri Nur Kristina, DMM, M.Kes, Ketua Program Studi Magister Ilmu Biomedik Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada