• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembagian Filsafat dan Cara Mempelajarin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pembagian Filsafat dan Cara Mempelajarin"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Pembagian Filsafat dan Cara Mempelajarin

Filsafat

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Mata Kuliah : FILSAFAT UMUM

Dosen : M. ALKAMUIS, MA.Pd

DISUSUN OLEH

Kelompok 3 (Tiga) Semester I-C Tarbiah

1. ASRI NIARTI 2. KHAIRUNNISA 3. RIKI ANDRIAN

\

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

JAM’IYAH MAHMUDIYAH

▸ Baca selengkapnya: ide cara pembagian doorprize

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pembagian Filsafat dan Cara Mempelajarin Filsafat ”pembuatan makalah dengan tepat waktu. Tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan inspirator terbesar dalam segala keteladanannya. Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah FILSAFAT UMUM yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini, orang tua yang selalu mendukung kelancaran tugas kami, serta pada anggota tim yang selalu kompak dan konsisten dalam penyelesaian tugas ini.

Akhirnya penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi tim penulis khususnya dan pembaca yang budiman pada umumnya. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Tanjung Pura Oktober 2017

Tim Penulis

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...1

C. Tujuan Pembahasan...1

BAB II PEMBAHASAN...2

A. Pengertian Filsafat...2

B. Pembagian Filsafat...3

C. Metode Mempelajarin Filsafat...11

BAB III PENUTUP...13

A. Kesimpulan...13

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari – hari kita mungkin sering mendengar kata filsafat. Lalu apakah kita sudah mengetahui pengertian dari filsafat tersebut? Banyak juga orang yang belum mengetahui makna sesungguhnya dari filsafat padahal filsafat adalah ilmu yang penting karena filsafat adalah induk dari segala ilmu pengetahuan. Selain itu banyak pula yang belum mengetahui ruang lingkup dari filsafat. Sesungguhnya ruang lingkup filsafat saling berhubungan dengan pengertian filsafat itu sendiri.

Maka dari itu kami menyusun makalah ini untuk memberi penjelasan sedikit tentang Pengertian Filsafat serta Macam-macam Filsafat dan Cara Mempelajarin Filsafat. Selain itu, makalah ini juga ditujukan sebagai tugas mata kuliah Filsafat Umum.

B. Rumusan Masalah 1. Apa itu Filsafat ?

2. Bagaimana Pembagian Filsafat ?

3. Bagaimana Metode Mempelajarin Filsafat ?

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk Mengetahui Filsafat

2. Untuk Mengetahui Pembagian Filsafat

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat

Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa. Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal.1

Secara harfiyah atau etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan dan kebenaran. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, yang merupakan katan majemuk dari Philia dan Sophia. MenurutPoedjawijatna filsafat berasal dari kata Arab yang erat hubungannya dengan bahasa Yunani, bahkan asalnya memang dari kata Yunani, yaitu philosophia, yang merupakan bentuk kata majemuk dari philodan sophia. Philo berarti cinta atau keinginan dan karenanya berusaha untuk mencapai yang diinginkan itu. Sedangkan sophia berarti kebijakan (hikmah) atau kepandaian. Jadi filsafat adalah keinginan yang mendalam untuk mendapatkan kepandaian atau cinta pada kebijakan. Harun Nasution juga mengatakan bahwa filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafa dengan wazan atau timbanganfa’lala, fa’lalah dan fi’lal. Kalimat isim atau kata benda dari katafalsafa

(6)

ini adalah falsafah dan filsaf. Dalam bahasa Indonesia, lanjut Harun banyak terpakai kata filsafat, padahal bukan dari kata falsafah(Arab) dan bukan pula dari philosophy (Inggris), bahkan juga bukan merupakan gabungan dari dua kata fill (mengisi atau menempati)dalam bahasa Inggris dengan safah (jahil atau tidak berilmu) dalam bahasa Arab sehingga membentuk istilah filsafat. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut"filsuf".

B. Pembagian Filsafat

1. Teologi

Mengkaji persoalan-persoalan tentang eksistensi Tuhan yang dibahas secara terlepas dari keprcayaan agama. Eksistensi Tuhan hendak dipahami secara rasional. Konsekwensinya, Tuhan menjadi sistem filsafat yang perlu dianalisis dan dipecahkan lewat metode ilmiah. Apabila Tuhan dilepaskan dari kepercayaan agama, maka hasil analisis dan pembahasan yang diperoleh bisa berupa satu dari beberapa kemungkinan sebagai berikut :

(a). Tuhan tidak ada.

(b). Tidak dapat dipastikan apakah Tuhan ada atau tidak.

(c). Tuhan ada tanpa dapat dibuktikan secara rasional.

(d). Tuhan ada, dengan bukti rasional

(7)

1. Argumen Ontologis. Semua manusia memiliki ide tentang Tuhan. Sementara itu, diketahui pula bahwa kenyataan atau realitas senantiasa lebih sempurna daripada ide. Dengan demikian, Tuhan pasti ada dan realitas adaNya pasti lebih sempurna daripada ide manusia tentang Tuhan.

2. Argumen Kosmologi. Setiap akibat pasti ada sebab. Dunia (kosmos) adalah akibat, karena itu pasti memiliki sebab di luar dirinya sendiri. Penyebab adanya dunia itulah Tuhan.2

3. Argumen Teleologis. Segala sesuatu ada tujuannya. Sebagai contoh, mata untuk melihat, telinga untuk mendengar dan kaki untuk berjalan. Karena segala sesuatu memiliki tujuan, itu berarti seluruh realitas tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan dijadikan oleh yang mengatur tujuan itu. Pengatur tujuan itu adalah Tuhan.

4. Argumen Moral. Manusia bermoral karena dapat membedakan yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah, dan seterusnya. Itu menunjukkan bahwa ada dasar dan sumber moralitas. Dasar dan sumber moralitas itu adalah Tuhan.

Skeptisisme secara umum meragukan segala keyakinan yang telah digenggam selama ini. Menurut aliran ini sesungguhnya tak dapat dipastikan apakah Tuhan itu benar-benar ada atau tidak mungkin saja ada tapi mungkin juga tidak ada. Skepteisisme merupakan pintu yang terbuka lebar ke arah ateisme (dalam arti teoritis), yaitu suatu paham yang berupaya mempertanggungjawabkan secara falsafati keyakinan bahwa Tuhan tidak ada.

Karena itu, David Hume menegaskan bahwa tidak ada bukti yang benar-benar shahih tentang adanya Tuhan dan bahwa Dia menyelenggarakan dunia ini. Hume menolak eksistensi Tuhan dan kebenaran agama, bahkan menolak gagasan tentang Tuhan serta menganggap bahwa moralitas semata-mata hanya perasaan

(8)

manusia belaka. Terhadap perasaan sendiri, akal sehat tidak memiliki wewenang untuk mengendalikan atau mengawasinya.

Sigmund Freud (1856-1939) menyatakan bahwa Tuhan memiliki tiga fungsi utama bagi kehidupan praktis manusia di dunia, yaitu :3

1. Tuhan dianggap penguasa alam. Oleh karena itu dengan menyembahNya, manusia akan dapat mengatasi kecemasannya terhadap alam yang begitu dahsyat.

2. Keyakinan agama memperdamaikan manusia dengan nasibnya yang mengerikan, terutama setelah kematian

3. Tuhan memelihara dan menjaga agar ketentuan dan peraturan kultur akan dilaksanakan.

Kehidupan moral merupakan tempat bagi Tuhan untuk berperan. Segala perbuatan yang baik akan memperoleh ganjaran dan segala perbuatan yang jahat akan dihukum. Hukuman itu akan berlangsung nanti setelah kematian, karena di sanalah segala ganti rugi terhadap kesusahan dan penderitaan akan diperoleh dan kejahatan akan dibalas setimpal dengan perbuatn manusia. Freud kemudian menyimpulkan bahwa religi adalah suatu ilusi yang berasal dari semacam infantilisme atau sifat kekanak-kanakan. Dengan demikian, bagi Freud, Tuhan hanyalah ilusi.

2. Kosmologi

Kosmologi berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari kata kosmos dan logos. Kosmos berarti dunia, alam atau ketertiban (lawan dari chaos = kacau balau) dan logos berarti kata atau ilmu. Jadi kosmologi berarti pembicaraan atau ilmu tentang

(9)

alam semesta dan ketertiban yang paling fundamental dari seluruh realitas. Kosmologi memandang alam semesta sebagai suatu totalitas dari fenomena dan berupaya untuk memadukan spekulasi metafisika dengan evidensi ilmiah di dalam suatu kerangka yang koheran. Hal-hal yang biasa disoroti dan dipersoalkan adalah mengenai ruang dan waktu, perubahan, kebutuhan, kemungkinan-kemungkinan dan keabadian. Metode yang digunakan bersifat rasional dan justru hal itulah yang membedakannya dari berbagai kisah asal mula struktur alam.

3. Epistemologi

Istilah “Epistemologi” berasal dari bahasa Yunani yaitu “episteme” yang berarti pengetahuan dan “logos” berarti perkataan, pikiran, atau ilmu. Kata“episteme” dalam bahasa Yunani berasal dari kata kerja epistamai, artinya menundukan, menempatkan, atau meletakkan. Maka, secara harfiah episteme berarti pengetahuan sebagai upaya intelektual untuk menempatkan sesuatu dalamkedudukan setepatnya. Bagi suatu ilmu pertanyaan yang mengenai definisi ilmuitu, jenis pengetahuannya, pembagian ruang lingkupnya, dan kebenaranilmiahnya, merupakan bahan-bahan pembahasan dari epistemologinya.4

Epistemologi sering juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge). Epistemologi lebih memfokuskan kepada makna pengetahuan yang berhubungan dengan konsep, sumber, dan kriteria pengetahuan, jenis pengetahuan, dan lainsebagainya. Beberapa ahli yang mencoba mengungkapkan definisi dari pada epistemologi adalah P. Hardono Hadi. Menurut beliau epistemologi adalah cabangfilsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasarnya, serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Tokoh lain yang mencoba mendefinisikan epistemologi adalah D.W Hamlyin, beliau mengatakan bahwa epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, dasar dan pengandaian-pengandaian serta secara umum hal itu dapat di andalkannya sebagai penegas bahwa orang memiliki pengetahuan.

(10)

Runes dalam kamusnya menjelaskan bahwa epistemologiy is the branch of philosophy which invetigates the origin, structure, methods and validity ofknowledge. Itulah sebabnya kita sering menyebutnya dengan istilah epistemologi untuk pertama kalinya muncul dan digunakan oleh J.F Ferrier pada tahun 18545

Aliran-aliran Epistemologi Ada beberapa aliran yang berbicara tentang ini, diantaranya:

a. Empirisme Kata empiris berasal dari kata Yunani empieriskos yang berasaldari kata empiria, yang artinya pengalaman. Menurut aliran inimanusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Dan biladikembalikan kepada kata Yunaninya, pengalaman yang dimaksudadalah pengalaman inderawi. Manusia tahu es dingin karena manusia menyentuhnya, gula manis karena manusia mencicipinya.

Maksudnya adalah bahwa manusia itu pada mulanya kosong dari pengetahuan, lantas pengalamannya mengisi jiwa yang kosong itu,lantas ia memiliki pengetahuan. Mula-mula tangkapan indera yangmasuk itu sederhana, lama-lama sulit, lalu tersusunlah pengetahuan. Berarti, bagaimanapun kompleks (sulit) pengetahuan manusia, iaselalu dapat dicari ujungnya pada pengalaman indera. Sesuatu yang tidak dapat diamati dengan indera bukan pengetahuan yang benar.Jadi, pengalaman indera itulah sumber pengetahuan yang benar.Karena itulah metode penelitian yang menjadi tumpuan aliran ini adalah metode eksperimen. Kesimpulannya bahwa aliran empirisme lemah karena keterbatasan indera manusia. Misalnya benda yang jauh kelihatan kecil, sebenarnya benda itu kecil ketika dilihat dari jauh, sedangkan kalau dilihat dari dekat benda itu besar.

b. Rasionalisme Secara singkat aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasarkepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur

(11)

dengan akal. Manusia, menurut aliran ini, memperoleh pengetahuan melalui kegiatan akal menangkap objek. Bapak aliran ini adalah. Descartes seorang filosof yang tidak puas dengan filsafat scholastik yang pandangannya bertentangan, dan tidak ada kepastian disebabkan oleh kurangnya metode berpikir yang tepat. Dan ia juga mengemukakan metode baru, yaitu metode raguan. Jika orang ragu terhadap segala sesuatu, dalam keragu-raguanitu jelas ia sedang berpikir. Sebab, yang sedang berpikir itu tentu ada dan jelas ia sedang terang menderang. Cogito Ergo Sun (saya berpikir,maka saya ada). Rasio merupakan sumber kebenaran. Hanya rasio sajalah yang dapat membawa orang kepada kebenaran. Yang benar hanya tindakan akal yang terang benderang yang disebut Ideas Claires el Distictes (pikiran yang terang benderang dan terpilah-pilah).

Ide terang benderang inilah pemberian tuhan kepada seorang yang dilahirkan (idea innatae = ide bawaan). Sebagai pemberian tuhan, maka tak mungkin tak benar. Karena rasio saja yang dianggap sebagai sumber kebenaran, aliran ini disebut rasionalisme. Aliran rasionalisme ada dua macam, yaitu dalam bidang agama dan dalam bidang filsafat. Dalam bidang agama, aliran rasionalisme adalah lawan dari otoritas dan biasanya digunakan untuk mengkritik ajaran agama.6

c. Positivisme Tokoh aliran ini adalah August Compte. Ia menganut paham empirisme. Ia berpendapat bahwa indera itu sangat penting dalam memperoleh pengetahuan. Tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen. Kekeliruan indera akan dapat dikoreksi lewat eksperimen. Eksperimen memerlukan ukuran-ukuran yang jelas. Misalnya untuk mengukur jarak kita harus menggunakan alat ukur misalnya meteran, untuk mengukur berat menggunakan neraca atau timbangan misalnya kiloan. Dan dari itulah kemajuan sains benar benar dimulai. Kebenaran diperoleh dengan akal dan didukung oleh bukti empirisnya. Dan alat bantu itulah bagian dari aliran positivisme. Jadi, pada dasarnya positivisme

(12)

bukanlah suatu aliran yang dapat berdiri sendiri. Aliran ini menyempurnakan empirisme dan rasionalisme.

d. Intuisionisme Henri Bergson adalah tokoh aliran ini. Iamenganggap tidak hanya indera yang terbatas. Akal juga terbatas.Objek yang selalu berubah, demikian bargson. Jadi, pengetahuan kitatentangnya tidak pernah tetap. Intelektual atau akal juga terbatas. Akal hanya dapat memahami suatu objek bila ia mengonsentrasikan dirinya pada objek itu, jadi dalam hal itu manusia tidak mengetahui keseluruhan (unique), tidak dapat memahami sifat-sifat yang tetap pada objek. Misalnya manusia mempunyai pemikiran yang berbeda- beda. Dengan menyadari kekurangan dari indera dan akal maka Bergson mengembangkan satu kemampuan tingkat tinggi yangdimiliki manusia, yaitu intuisi.

e. Kritisme Aliran ini muncul pada abad ke-18 suatu zaman baru dimana seseorang ahli pemikir yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara rasioanalisme dengan empirisme. Seorang ahli pikir Jerman Immanuel Kant. mencoba menyelesaikan persoalan diatas, pada awalnya, Kant mengikuti rasionalisme tetapi terpengaruh oleh aliran empirisme. Akhirnya Kant mengakui peranan akal harus dan keharusan empiris, kemudian dicoba mengadakan sintesis. Walaupun semua pengetahuan bersumber pada akal(rasionalisme) tetapi adanya pengertian timbul dari pengalaman (empirisme). Jadi, metode berpikirnya disebut metode kritis. Walaupun ia mendasarkan diri dari nilai yang tinggi dari akal, tetapi iatidak mengingkari bahwa adanya persoalan-persoalan yang melampuiakal.7

f. Idealisme. Idealisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitan dengan jiwa dan roh.Istilah idealisme diambil dari kata idea yaitu suatu yang hadir dalam jiwa. Pandangan ini dimiliki oleh Plato pada filsafat modern. Idealisme mempunyai argumen epistemologi tersendiri. Oleh karena itu, tokoh-tokoh

(13)

yang mengajarkan bahwa materi tergantung pada spirit tidak disebut idealisme karena mereka tidak menggunakan argumen epistemologi yang digunakan oleh idealisme. Idealisme secara umum berhubungan dengan rasionalisme. Ini adalah madzhab epistemologi yang mengajarkan bahwa pengetahuan apriori (masa bodoh) atau deduktif dapat diperoleh dari manusia denganakalnya.8

4. Logika

Logika sebagai salah satu cabang filsafat pada dasarnya adalah cara untuk menarik kesimpulan yang valid. Secara luas logika dapat didefinisikan sebagai pengkajian untuk berfikir secara sahih. Ada banyak cara menarik kesimpulan. Namun secara garis besar, semua itu digolongkan menjadi dua cara yaitu logika induktif dan logika deduktif. Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Sedangkan logika deduktif berhubungan dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus yang umum menjadi kesimpulan yang bersifat khusus atau individual. Baik logika induktif maupun logika deduktif, dalam proses penalarannya mempergunakan premis-premis yang berupa pengetahuan yang dianggap benar. Ketepatan penarikan kesimpulan tergantung dari tiga hal, yakni kebenaran premis mayor, kebenaran premis minor dan keabsahan pengambilan keputusan. Sekiranya salah satu dari ketiga unsur tersebut tidak terpenuhi maka kesimpulan yang ditariknya akan salah.

5. Etika

Etika (dalam Islam dikenal akhlaq) adalah ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Etika berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, ethos dan

(14)

ethikos. Ethos berarti sifat, watak dan kebiasaan, sedangkan ethikos berarti susila, keadaban atau perbuatan dan kelakuan yang baik. Adapun istilah moral berasal dari bahasa Latin, yaitu mores merupakan bentuk jamak dari mos, yang berarti adat istiadat atau kebiasaan, watak, kelakuan, tabiat dan cara hidup. Mempelajari etika bertujuan untuk mendapatkan konsep yang sama mengenai penilaian baik dan buruk bagi semua manusia dalam ruang dan waktu tertentu. Etika biasanya disebut ilmu pengetahuan normatif, sebab etika menetapkan ukuran bagi perbuatan manusia dengan penggunaan norma tentang baik dan buruk.

Etika merupakan cabang filsafat yang amat berpengaruh sejak zaman Socrates. Etika membahas baik dan buruk atau benar tidaknya tingkah laku dan tindakan manusia serta sekaligus menyoroti kewajiban-kewajiban manusia. Etika tidak mempersoalkan apa atau siap manusia itu, tetapi bagaimana manusia seharusnya berbuat dan bertindak.

6. Estetika.

Estetika adalah cabang filsafat yang membicarakan masalah seni (art) dan keindahan (beauty). Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, aisthesis yang berarti penyerapan inderawi, pemahaman intelektual atau bisa juga berarti pengamatan spritual. Dengan kata lain, estetika merupakan studi filsafat yang mempersoalkan atau mengkaji hal-ihwal nilai keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa di dalam diri segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang utuh dan menyeluruh. Bagi ilmu pengetahuan yang beraneka ragam itu, filsafat berfungsi sebagai pengikat ke arah keseragaman dan kesatuan. Keanekaragaman ilmu pengetahuan yang berada secara terpisah-pisah antara satu dengan yang lain itu terjadi seragam, tertata secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang utuh menyeluruh di dalam obyek, metode dan teori kebenaran filsafat 9

(15)

Estetika dapat dibagi menjadi dua, yaitu estetika deskriptif yang menguraikan dan melukiskan fenomena-fenomena pengalaman keindahan, dan estetika normatifyang mempersoalkan dan menyelidiki hakikat, dasar dan ukuran pengalaman keindahan. Ada pula yang membagi estetika kepada filsafat seni dan filsafat keindahan. Filsafat seni mempersoalkan status ontologis dari karya seni dan mempertanyakan pengetahuan apakah yang dihasilkan oleh seni serta apakah yang dapat diberikan oleh seni untuk menghubungkan manusia dengan realitas. Sedangkan filsafat keindahan membahas apakah keindahan itu dan apakah nilai indah itu obyektif atau subyektif.

C. Metode Mempelajarin Filsafat

Dalam mempelajari filsafat kita memerlukan penjelasan mengenai cara mempelajari / memahami filsafat ini.

Cara mempelajari filsafat Ada 3 macam metode mempelajari filsafat : metode sistematis, metode historis, dan metode kritis

1. Metode sistematis

Adalah cara mempelajari filsafat mengenai materi/masalah-masalah yang dibicarakannya. Sistematis disini artinya adanya susunan dan urutan (hierarki) juga kaitan suatu masalah dengan materi/masalah lain yang terdapat dalam filsafat

Misalnya mula menghadapi teori pengetahuan dari beberapa cabang filsafat. Lalu mempelajari teori hakekat yang merupakan cabang lain. Kemudian ia mempelajari teori nilai atau filsafat nilai.

Dengan belajar filsafat melalui metode ini perhatian kita terpusat pada isi filsafat, bukan pada tokoh ataupun pada periode.10

(16)

2. Metode historis

Metode historis adalah cara mempelajari filsafat berdasarkan urutan waktu, perkembangan pemikiran filsafat yang telah terjadi sejak kelahirannya sampai saat ini sepanjang dapat dicatat dan memenuhi syarat-syarat pencatatan serta pemikiran sejarah. Metode ini digunakan untuk mempelajari filsafat dengan cara mengikuti sejarahnya. Ini dapat dilakukan dengan membicarakan tokoh, riwayat hidup, pokok ajarannya, baik dalam teori pengetahuan, teori hakikat, maupun teori nilai.

Menurut Bertens sejarah perkebangan filsafat dibagi dalam 4 tahap yaitu,

a. zaman yunani kuno dari abad ke 6 SM sampai dengan 200 M.

b. zaman patristik dan pertengahan dari 200 sampai 1500 M.

c. zaman modern dari 1500 sampai 1800 dan

d. zaman baru sejak 1800.

3. Metode kritis

(17)

Langkah pertama ialah memahami isi ajaran, kemudian mengajukan kritikan. Karena kritik itu mungkin dalam bentuk menentang, dapat juga berupa dukungan terhadap ajaran filsafat yang sedang dipelajari. Ia mengkritik mungkin dengan menggunakan pendapatnya sendiri ataupun pendapat orang lain. Jadi, jelas pengetahuan ala kadarnya, tatkala memulai pelajaran, amat diperlukan dalam belajar filsafat dengan metode ini. Selain metode diatas ada juga metode lain yaitu metode ihtisar (sari:singkatan) yang secara ringkas mengemukakan inti dari berbagai aliran atau masalah filsafat yang pernah berkembang baik secara berurutan menurut waktu ataupun tidak.11

(18)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengertian Filsafat Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa

Macam-macam Filsafat 1. Teologi

2. Kosmologi 3. Epistemologi 4. Logika 5. Etika 6. Estetika

(19)

DAFTAR PUSAKA

A. Khudori Soleh. M.Ag. 2004. Wacana Baru Filsafat Islam. Pustaka Pelajar.

Mustofa. 1997. Filsafat Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Ahmad Tafsir. 2000. Filsafat Umum. PT. (Remaja Rosdakarya Bandung.

Dr.Ahmad Tafis1. 990,Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra

Referensi

Dokumen terkait

2 Melakukan praktik keperawatan berdasarkan kode etik keperawatan Indonesia dan memperhatikan budaya2. 1 Menghormati hak privasi klien/ pasien

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan skripsi diatas dengan judul Bimbingan Kelompok dengan Teknik Modeling sebagai upaya Meningkatkan Kedisiplinan Shalat Pada Wanita

Hasil modifikasi tersebut dapat memberikan implikasi mendasar pada persamaan antar variabel laten di penelitian ini (ASU=ITU berubah menjadi ASU=ITU+PU). Namun langkah

Hubungan Secara Formal, bahwa rumusan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia adalah seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD'45; bahwa Pembukaan UUD'45 berkedudukan dan

Gambar perancangan denah baru jaringan kabel telepon..

a) Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau tidak memadai. b) Kondisi hunian rumah dan permukiman serta penggunaan ruang-ruangnya mencerminkan penghuninya yang kurang

Perhitungan emisi bahan bakar dilakukan dengan pendekatan melalui faktor emisi dan NCV seperti pada persamaan (1) untuk bahan bakar LPG dan persamaan (2) untuk bahan bakar

Usaha dan upaya untuk senantiasa melakukan yang terbaik atas setiap kerja menjadikan akhir dari pelaksanaan penelitian yang berwujud dalam bentuk penulisan skripsi