• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH FILSAFAT ILMU EPISTEMOLOGI MAGIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH FILSAFAT ILMU EPISTEMOLOGI MAGIS"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH FILSAFAT ILMU

“EPISTEMOLOGI”

Dosen Pengampu : Dr. Ani Purwanti, S.H., M.Hum.

DISUSUN OLEH :

NAMA

: LAILATUSSAFAAH I

NIM

: 11010116410101

Disusun Dalam Rangka Pemenuhan Ujian Mata Kuliah Filsafat Ilmu

MAGISTER ILMU HUKUM

UNIVERSITAS DIPONEGORO

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, karena dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bias terpenuhi secara cepat dan mudah. Ilmu juga meruupakan sarana untuk membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.

Berbicara tentang filsafat ilmu, pasti akan menjumpai istilah epistimologi, sebab manusia tidak hanya memerlukan kebutuhan pokok saja, Akan tetapi manusia juga memerlukan informasi untuk mengetahui keadaan di lingkungan sekitar mereka. Dalam upaya untuk memperoleh informasi, manusia seringkali melakukan komunikasi ataupun cara-cara lain yang bisa digunakan. Salah satu informasi yang didapat dari komunikasi adalah pengetahuan. Pengetahuan sangat diperlukan bagi kehidupan manusia karena dapat memberikan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan. Dalam mencari pengetahuan, tak jarang manusia harus mempelajari Epistemologi. Epistemologi disebut juga sebagai teori pengetahuan karena mengkaji seluruh tolak ukur ilmu-ilmu manusia, termasuk ilmu logika dan ilmu-ilmu manusia yang bersifat gamblang, merupakan dasar dan pondasi segala ilmu dan pengetahuan.

(3)

B. Permasalahan

1. Apa pengertian Epistemologi ?

2. Apa ruang lingkup dan aliran – aliran epistemologi ?

C. Tujuan penulisan

1. Memahami pengertian dari epistemologi

(4)

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Epistemologi

Epistemologi berasal dari kata episteme dan logos, berasal dari bahasa Yunani. Episteme artinya pengetahuan, sedangkan logos menunjukkan adanya pengetahuan sistematik. Jadi Epistemologi dapat diartikan sebagai pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan (Theory of Knowledge). Atau menurut Webster Third New International Dictionary mengartikan epistemologi sebagai "The Study of method and ground of knowledge, especially with reference to its limits and validity". Paul Edwards, dalam The Encyclopedia of Philosophy, menjelaskan bahwa epistemologi adalah "the theory of knowledge." Pada tempat yang sama ia menerangkan bahwa epistemologi merupakan "the branch of philosophy which concerned with the nature and scope of knowledge, its presuppositions and basis, and the general reliability of claims to knowledge."1

Beberapa tokoh juga mendefinisikan tentang Epistemologi antara lain kedua tokoh dari Indonesia yaitu: P.Hardoyo Hadi menyatakan bahwa Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skop pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasarnya, serta bertanggung jawab atas pernyataan tentang pengetahuan yang dimiliki (Gallagher,1994:5). Sedangkan menurut D.W. Hamlyn bahwasannya epistemologi adalah sebagai cabang dari filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, dasar dan pengendalian-pengendaliannya serta secara umum hal itu dapat di andalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan (Edward,1967:8-9).

Epistemologi juga disebut logika, yaitu ilmu tentang pikiran. Akan tetapi, logika dibedakan menjadi dua, yaitu logika minor dan logika mayor. Logika minor mempelajari struktur berpikir dan dalil-dalilnya, seperti silogisme. Logika mayor mempelajari hal pengetahuan, kebenaran, dan kepastian yang sama dengan lingkup epistemologi. Epistemologi juga dikaitkan bahkan disamakan dengan suatu disiplin yang disebut Critica, yaitu pengetahuan sistematik mengenai kriteria dan patokan untuk menentukan pengetahuan yang benar dan yang tidak benar. Jacques Martain mengatakan: “Tujuan epistemologi bukanlah hal utama

(5)

untuk menjawab pertanyaan, apakah saya dapat tahu, tetapi untuk menemukan material, criteriology, kritika pengetahuan,gnosiology dan dalam bahasa Indonesia lazim dipergunakan istilah ‘Filsafat Pengetahuan :3

1) Logika material

Logika material merupakan suatu ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan kebenaran materiil, yang kadang-kadang disebut juga dengan kebenaran autentik atau otentisitas isi pemikiran.

2) Kriteriologi

Istilah kriteriologia berasal dari kata kriterium yang berarti ukuran, yang berarti ukuran untuk menetapkan benar-tidaknya suatu pikiran atau pengetahuan tertentu. Sehingga kriteriologi merupakan suatu cabang filsafat yang berusaha untuk menetapkan benar tidaknya suatu pikiran atau pengetahuan berdasarkan ukuran tentang kebenaran.

3) Kritika pengetahuan

Kritika pengetahuan dalap diartikan menunjuk kepada suatu ilmmu pengetahuan yang berdasarkan tinjauan secara mendalam berusaha menentukan benar tidaknya suuatu pikiran atau pengetahuan manusia. Kritikan disini dapat dikatakan sejenis usaha manusia untuk menetapkan, apakah suatu pikiran atau pengetahuan manusia itu sudah benar atau tidak denar dengan jalan meninjaunya secara sedalamm-dalamnya.

4) Gnoselogia

Istilah gnoselogia berasal dari kata gnosis dan logos. Gnosis berarti pengetahuan yang bersifat keilahian, logos berarti ilmu pengetahuan. Sehingga, gnoselogia berarti ilmu pengetahuan atau cabangfilsafat yang berusaha untuk memperoleh pengetahuan mengenai hakikat pengetahuan, khususnya mengenai pengetahuan yang bersifat keilahian.

5) Filsafat pengetahuan

2Ibid. halaman 25

(6)

Filsafat pengetahuan merupakan salah satu cabang filsafat yang mempersoalkan mengenai masalah hakikat pengetahuan.

Epistemologi sangat berkaitan erat dengan ilmu-ilmu lain. Contoh kaitannya dengan ilmu Biologi adalah ketika seseorang melakukan penelitian tentang ikan, dimana ikan ini termasuk ke dalam hewan vertebrata. Maka muncul beberapa pertanyaan seperti :

 Apakah benar ikan itu termasuk ke dalam vertebrata ?

 Bagaimana cara kita mengetahui bahwa ikan termasuk hewan vertebrata ?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut maka di jawab dengan epistemology karena epistemology itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana cara mendapatkan ilmu yang benar.

2. Ruang Lingkup dan aliran – aliran Epistemologi 2.1. Ruang lingkup epistemologi

M. Arifin merinci ruang lingkup epistemologi, meliputi hakekat, sumber, dan validitas pengetahuan. Mudlor Ahmad merinci menjadi enam aspek yaitu hakekat, unsur, macam, tumpuan, batas dan sasaran pengetahuan, bahkan A. M. Saefuddin menyebutkan, bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab, apakah ilmu itu, dari mana asalnya, apa sumbernya, apa hakikatnya, bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar, apa kebenaran itu, mungkinkah kita mencapai itu, mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar, apa yang dapat kita ketahui, dan sampai di manakah batasannya. Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok; masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu(Saefuddin,1991:31).4

M. Amin Abdullah menilai, bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak terbatas pada dataran asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis. Penyederhanaan makna epistemologi itu berfungsi memudahkan pemahaman seseorang, terutama untuk tahapan pemula.

2.2.Aliran-aliran Epistemologi

(7)

Ada beberapa aliran yang membicarakan tentang ini yaitu:5 1) Empirisme

Empirisme berasal dari kata yunani yaitu empeirikos yang berasal dari kata empiria, artinyapengertian. Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Dan apabila dikembalikan pada kata Empiria maka pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman inderawi yaitu pendengaran, penglihatan dan lain-lain. Sehingga dapat dicontohkan bahwa manusia tahu tentang es dingin karena kita menyentuhnya.

John Locke (1632-1704) adalah bapak aliran ini dan pada zaman modern mengemukakan sebuah teori yang bernama Tabula Rasa yang secara bahasa berarti meja lilin. Maksud dari teori ini adalah bahwa manusia pada mulanya kosong dari penetahuan, lantas pengalaman-pengalaman manusia tersebut yang akan mengisi kekosongan tersebut. Mula-mula pengetahuan yang di tangkap melalui indra manusia itu sederhana akan tetapi lama kelamaan akan menjadi semakin ruwet baru akan tersusun pengetahuan yang hakiki. Ini berarti bagaiman pun kompleks ruwetnya suatu pengetahuan manusia, Ia selalu dapat dicari ujungnya pada pengalaman indera. Dan dapat dikatakan sesuatu yang tidak dapat diamati dengan indera bukan pengalaman yang benar. Jadi pengalaman indera adalah pengetahuan yang sebenarnya.Oleh karena itu metode penelitian yang menjadi tumpuan aliran ini adalah metode eksperimen.

Kelemahan aliran ini cukup banyak. Kelemahan pertama adalah indera manusia sangatlah terbatas.Misalnya benda yang jauh kelihatan kecil dan apakah bendah tersebut kecil? Tentu tidak. Dari contoh diatas dapat dikatakan bahwa keterbatasan kemampuan indera ini dapat melaporkan objek tidak sebagaimana aslinya atau adanya. Dan dari sini akan menimbulkan suatu pengetahuan yang salah. Kelemahan yang kedua adalah indera manusia dapat menipu. Misalnya ketika seseorang sakit malariah gula rasanya pahit dan udara panas akan di anggapnya sangat dingin. Dan ini akan menimbulkan pengetahuan empiris yang salah juga. Kelemahan yang ketiga adalah objek yang menipu. Contohnya ilusi, fatamorgana. Jadi, objek itu sebenarna tidak di tangkap oleh alat indera.

(8)

Karena objek tersebut membohongi alat indra manusia maka dapat menimbulkan pengetahuan indrawi yang salah. Yang kelemahan yang keempat berasal dari indera dan objek sekaligus. Dalam hal ini dapat di contohkan indera yang paling berperan adalah indera penglihatan tidak mampu melihat seekor kerbau secara keseluruan dan kerbau itu juga tidak mampu memperlihatkan badannya secara keseluruan.

Artinya jika kita melihat kerbau tersebut dari depan maka yang hanya terlihat adalah kepalahnya saja dan kerbau pada saat itu tidak dapat memperlihatkan ekornya. Dan dapat disimpulkan bahwa empiris lemah karena keterbatasan indera manusia oleh karena itu, muncul aliran resionalisme dan terdapat aliran yang mirip dengan empirisme yaitu sensasionalisme. Sensasi artinya rangsangan inderawi dan secara kasar sensasi adalah pengalaman inderawi.

2) Rasionalisme

Secara singkat aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Dan dapat di artikan pengetahuan yang benar diperoleh dan diukir dengan akal. Manusia, menurut aliran ini memperoleh pengetahuan dengan kegiatan akal dalam menangkap objek. Orang mengatakan bahwa bapak dari aliran ini adalah Rene Descarte (1596-1650) akan tetapi, sesunguhnya psham seperti ini sudah ada sejak dahulu. Dan ini diwujudkan bahwa orang-orang yunani kuno telah meyakini juga bahwa akal adalah alat dalam memperoleh pengetahuan yang benar.

(9)

tentang tentang objek.di bantu degnan akal manusia juga belum mampu memperoleh pengetahuan yang utuh.

Kerjasama antara empirisme dan rasionalisme inilah yang melahirkan pengetahuan sains(scientific Epistemol) yang dalam bahasa Epistemol diartikan sebagai penetahuan ilmiah atau ilmu pengetahuan.dan lanjutannya empirisme dan rasionalisme didalam filsafat pengetahuan adalah aliran epistemolo. 6

3) Positivisme

Tokoh aliran ini adalah Aguste Compte (1798-1857). Ia adalah penganut alirab Empirisme. Ia berpandangan bahwa indera itu aman penting dalam memperoleh pengetahuan, akan tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen.

Eksperimen memerlukan ukuran-ukuran yang jelas. Contoh simpelnya adalah panas di ukur dengan menggunaka derajat panas, jauh diukur dengan meteran, berat di ukur dengan neraca atau timbangan. Kita tidak dapat mengatakan kopi itu panas, panas sekali, atau tidak panas sebelum kita menelitinya. Dan dari sinilah kemajuan sains benar-benar dimulai. Kebenaran diperoleh dari akal, didukung bukti empiris yang terukur. “Terukur” itulah sumbangan Epistemologi.

Jadi, pada dasarnya positivme bukanlah suatu aliran yang khas berdiri sendiri. Ia hanya menyempurkan empirisisme dan rasionalisme. Yang saling berkerjasama. Dengan kata lain, ia menyampurkan metode ilmiah dengan memasukkan perlunya eksperimen dan ukuran. Jadi, pada dasarnya epistemologi itu sama dengan empirisme plus rasionalisme.

4) Intuisionisme

Henri Bergson (1859-1941) adalah tokoh alian ini. Ia berpendapat bahwa tidak hanya indera, akal yang terbatas akan tetapi objek-objek yang kita tangkap selalu berubah. Jadi pengetahuan kita tentangnya tidak pernah tetap. Dengan menyadari keterbatasan indera dan akal, Bergson mengembangkan satu pengetahuan tingkat pemahaman yang tinggi. Kemampuan itu mirip dengan instinct (instuisi) akan tetapi kemampuan ini

(10)

memerlukan suatu usaha dan unik. Jadi indera dan akal hanya mampu menghasilkan pengetahuan yang tidak utuh (spatial), sedangkan instuisi dapat menghasilkan pengetahuan yang utuh dan tetap.7

5) Kritisme

Aliran ini muncul pada abad ke-18 suatu zaman baru di mana seseorang ahli pemikir yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara rasionalisme dengan empirisme. Seorang ahli pikir Jerman Immanuel Kant (1724-1804) mencoba menyelesaikan persoalan di atas. Pada awalnya, Kant mengikuti rasionalisme tetapi terpengaruh oleh aliran empirisme. Akhirnya Kant mengakui peranan akal harus dan keharusan empiris, kemudian dia mencoba mengadakan sintesis. Walaupun semua pengetahuan bersumber pada akal (Rasionalisme), tetapi adanya pengertian timbul dari pengalaman (empirisme).8

6) Idelisme

Idealisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitan dengan jiwa dan roh. Istilah idealisme diambil dari kata idea yaitu suatu yang hadir dalam jiwa. Pandangan ini dimiliki oleh plato dan pada filsafat modern. Idealisme memunyai argumen epistemologi tersendiri. Oleh karena itu, tokoh-tokoh teisme yang mengajarkan bahwa materi tergantung pada spirit tidak disebut idealisme karena mereka tidak menggunakan argumen epistemologi yang digunakan oleh idealisme. Idealisme secara umum berhubungan dengan rasionalisme. Ini adalah mazhab epistemologi yang mengajarkan bahwa pengetahuan deduktif dapat diperoleh dari manusia dengan akalnya.

7 Jujun S. Suriasumantri. 2003. FILSAFAT ILMU SEBUAH PENGANTAR POPULER. PT Pancaranintan Indahgraha : Jakarta. Halaman 71

(11)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

(12)

cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan ruang lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pertanyaan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Dengan adanya penjelasan mengenai epistemologi, maka akan diketahui asal mulanya pengetahuan, terjadinya pengetahuan, dan sumber-sumber pengetahuan. Sehingga kita mengetahui dengan jelas dari mana kita mendapatkan pengetahuan dan cara memperolehnya. Sumber-sumber pengetahuan tersebut antara lain adalah alam, akal, hati, pengalaman indera, sejarah, intuisi, keyakinan, dan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh manusia melalui akal, indra, dan sumber-sumber tersebut mempunyai metode tersendiri dalam pengetahuan tersebut. Dan tanpa sumber-sumber tersebut maka kita tidak tahu darimana pengetahuan itu berasal.

DAFTAR PUSTAKA

George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, terj. Alimandan (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2003)

(13)

Jujun S. Suriasumantri. 2003. FILSAFAT ILMU SEBUAH

PENGANTAR POPULER.PT Pancaranintan Indahgraha : Jakarta.

Muhyar Fanani. 2008. METODE STUDI ISLAM. Pustaka Pelajar : Semarang.

Surajiyo.2007. FILSAFAT ILMU dan PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA. Bumi

Aksara : Jakarta

Stefanus Supriyanto,Ms. 2013. FILSAFAT ILMU. Prestasi Pustaka : Surabaya

Surajiyo. 2005, Ilmu Filsafat suatu Pengantar, Jakarta: Bumi Aksara.

Suriasumantri, Jujun S. Ilmu dalam perspektif. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003.

Referensi

Dokumen terkait

Organisasi yang ideal (POLITIK) SPESIFIKASI : 1.EPISTEMOLOGI (Filsafat pengetahuan) 2.ETIKA (Moral) 3.ESTETIKA (Seni) 4.METAFISIKA 5.POLITIK 6.FILSAFAT AGAMA 7.FILSAFAT

Mata kuliah ini meliputi pengertian dan ruang lingkup filsafat ilmu, sejarah perkembangan ilmu, dasar-dasar ilmu, sarana berfikir ilmiah, jenis pengetahuan dan

Objek epistemologi ini menurut Jujun S.Suriasumatri berupa “segenap proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan.” Proses

Jadi dapat diartikan secara epistemologi ada dua tahap cara mendapatkan pengetahuan, yaitu secara teoritis, dengan mempergunakan semua pengetahuan ilmiah (ilmu)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata filsafat menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang

Jadi, Filsafat Ilmu Pengetahuan merupakan cabang filsafat yang mempelajari teori pembagian ilmu, metode yang digunakan dalam ilmu, tentang dasar kepastian dan

Pengertian dan ruang lingkup filsafat ilmu psikologi Filsafat ilmu psikologi merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu psikologi, yang ditinjau

Secara istilah, epistemologi adalah suatu ilmu yang mengkaji tentang sumber pengetahuan, metode, struktur, dan benar tidaknya suatu pengetahuan tersebut.13 Epistemologi diartikan