COVE R
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT , karena telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Sodikin, S.H., M.H., M.Si.
selaku dosen pengampu mata kuliah Filsafat Hukum yang telah membimbing saya dalam pengerjaan tugas makalah ini. Dalam makalah ini saya akan menjelaskan tentang “Hubungan Filsafat Hukum Dengan Kebudayaan”.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum saya ketahui.
Sebagai manusia biasa, saya terbuka atas saran dan kritikan dari teman-teman maupun dosen demi kesempurnaan makalah yang saya susun ini.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI...ii
BAB I... 3
PENDAHULUAN...3
A. Latar belakang... 3
B. Rumusan masalah...3
BAB II... 4
PEMBAHASAN...4
A. Penjelasan Filsafat Hukum Dan Kebudayaan...4
1. Filsafat Hukum...4
2. Kebudayaan...4
B. Hubungan Filsafat Hukum Dengan Kebudayaan...6
C. Peranan Filsafat Hukum Dengan Kebudayaan...6
BAB III...8
PENUTUP...8
A. Kesimpulan... 8
DAFTAR PUSTAKA... 9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Filsafat hukum adalah refleksi teoretis (intelektual) tentang hukum yang paling tua, dan dapat dikatakan merupakan induk dari semua refleksi teoretis tentang hukum. Filsafat hukum adalah filsafat atau bagian dari filsafat yang mengarahkan (memusatkan) refleksinya terhadap hukum atau gejala hukum. Sebagai refleksi kefilsafatan, filsafat hukum tidak ditujukan untuk mempersoalkan hukum positif tertentu, melainkan merefleksi hukum dalam keumumannya atau hukum sebagai demikian (law as such).
Dalam pengertian lain juga dijelaskan bahwa Filsafat hukum adalah cabang filsafat yang membicarakan apa hakikat hukum itu, apa tujuannya, mengapa dia ada dan mengapa setiap manusia atau masyarakat harus tunduk terhadap hukum.
Manusia merupakan salah satu objek dari filsafat. Masyarakat yang merupakan kumpulan banyak manusia di ikat oleh adat, ras dan suku yang hidup secara berdampingan.
Mengenai kebudayaan juga dijelaskan bahwa kebudayaan secara umum mengarah pada hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia. Ini bisa meliputi pandangan, sikap, nilai, moral, tujuan, dan adat istiadat. Kebudayaan adalah pola perilaku yang ada dalam kelompok sosial. Dan kebudayaan juga tidak akan terlepas dari peran manusia sebagai makhluk sosial dan kebiasaan sebagai budaya mereka. Oleh karena itu kebudayaan merupakan salah satu unsur yang harus didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat lainnya sehingga
kebudayaan adalah suatu hal yang akan terus berlangsung dan belum berhenti pada titik tertentu.
B. Rumusan masalah
1. Apa saja penjelasan dari filsafat hukum dan kebudayaan ?
2. Bagaimana hubungan antara filsafat hukum dengan kebudayaan ? 3. Bagaimana peranan filsafat hukum dengan kebudayaan ?
3
BAB II PEMBAHASAN
A.
Penjelasan Filsafat Hukum Dan Kebudayaan
Pada pembahasan pertama, kita akan menyinggung dari aspek 1. Filsafat Hukum
Filsafat hukum adalah pendirian atau penghayatan yang dianut orang atau masyarakat atau negara tentang hakikat, ciri-ciri serta landasan berlakunya hukum.
Filsafat hukum juga dapat diartikan sebagai cabang filsafat yang membicarakan apa hakikat hukum, apa tujuannya, mengapa dia ada, dan mengapa manusia atau masyarakat harus tunduk kepada hukum.
Filsafat hukum juga memiliki subjek, objek, dan tujuannya. objek dari filsafat hukum itu sendiri adalah manusia, sedangkan subjek dari filsafat hukum adalah hukum itu sendiri yang menjadi subjek beserta seluruh ruang lingkupnya, serta tujuan dari filsafat hukum sendiri adalah berupaya memecahkan persoalan, menciptakan hukum yang lebih sempurna, serta membuktikan bahwa hukum mampu memberikan penyelesaian persoalan-persoalan yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat dengan menggunakan sistim hukum yang berlaku suatu masa, disuatu tempat sebagai Hukum Positif.
Filsafat hukum sangat berdampak positif karena ia melakukan sebuah analisis yang dapat dikatakan mendalam terhadap segala persoalan-persoalan hukum yang sering ada ditengah masyarakat atau melakukan pengkajian terhadap perkembangan ilmu hukum itu sendiri secara teoritis, dan cakupannya berkembang luas dan komprehensif.
2. Kebudayaan
Kebudayaan adalah adalah cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi namun tidak turun temurun.
Adapun definisi kebudayaan menurut para ahli yaitu : a. Edward Burnett Taylor
Menurut Tylor, kebudayaan adalah sistem kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian , moral, hukum, adat istiadat, kemampuan,
4
serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
b. Bronislaw Malinowski
Malinowski mendefinisikan kebudayaan sebagai penyelesaian manusia terhadap lingkungan hidupnya serta usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sesuai dengan tradisi yang terbaik. Dalam hal ini, Malinowski menekankan bahwa hubungan manusia dengan alam semesta dapat digeneralisasikan secara lintas budaya.
c. Koentjaraningrat
Antropolog asal Indonesia ini mendefinisikan kebudayaan sebagai seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan miliknya dengan cara belajar.
Selain definisi atau pengertian, terdapat juga unsur dan dinamika kebudayaan, yaitu;
a. Unsur Kebudayaan
Unsur kebudayaan terdiri dari :
1) Kebudayaan Material (Kebendaan), adalah wujud kebudayaan yang berupa bendabenda konkret sebagai hasil karya manusia, seperti rumah, mobil, candi, jam, benda-benda hasil teknologi dan sebagainya.
2) Kebudayaan nonmaterial (rohaniah) ialah wujud kebudayaan yang tidak berupa benda-benda konkret, yang merupakan hasil cipta dan rasa manusia, seperti:
a) Hasil cipta manusia, seperti filsafat serta ilmu pengetahuan, baik yang berwujud teori murni maupun yang telah disusun untuk diamalkan dalam kehidupan masyarakat (pure sciences dan applied sciences).
b) Hasil rasa manusia, berwujud nilai-nilai dan macam-macam norma kemasyarakatan yang perlu diciptakan untuk mengatur masalah-masalah sosial dalam arti luas, mencakup agama (religi, bukan wahyu), ideologi, kebatinan, dan semua unsur yang merupakan hasil ekspresi jiwa manusia sebagai anggota masyarakat.
b. Dinamika Kebudayaan
Dinamika kebudayaan terdiri dari : 1) Faktor internal
2) Penduduk
3) Teknologi dan inovasi baru 5
4) Ekonomi 5) Konflik
6) Pemberontakan atau revolusi c. Faktor eksternal :
1) Alam
2) Pengaruh budaya masyarakat lain
B. Hubungan
Filsafat Hukum Dengan Kebudayaan
Berbicara mengenai sosial budaya tidak akan terlepasa dari peran manusia sebagai makhluk sosial dan kebiasaan sebagai budaya mereka. Pada dasarnya kebudayaan merupakan hasil ciptaan manusia yang berlangsung dalam kehidupan.
Kebudayaan mempunyai fungsi yang besar bagi manusia dan masyarakat, Manusia merupakan makhluk yang berbudaya, melalui akalnya manusia dapat mengembangkan kebudyaan. Begitu pula manusia hidup dan tergantung pada kebudayaan sebagai hasil ciptaanya.
Apabila disandingkan, definisi filsafat hukum dan definisi kebudayaan terdapat kesinambungan, yaitu filsafat hukum adalah cabang filsafat yang membicarakan apa hakikat hukum, apa tujuannya, mengapa dia ada, dan mengapa manusia atau masyarakat harus tunduk kepada hukum. Manusia merupakan salah satu objek dari filsafat, maka masyarakat yang merupakan kumpulan banyak manusia di ikat oleh adat, ras dan suku yang hidup secara berdampingan. Dan definisi kebudayaan juga dapat diartikan bahwa kebudayaan secara umum mengarah pada hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia. Ini bisa meliputi pandangan, sikap, nilai, moral, tujuan, dan adat istiadat. Dan kebudayaan juga tidak akan terlepas dari peran manusia sebagai makhluk sosial dan kebiasaan sebagai budaya mereka. Maka sudah jelas bahwa hubungan antara filsafat hukum dengan kebudayaan memiliki kesinambungan satu dengan yang lainnya.
C.
Peranan Filsafat Hukum Dengan Kebudayaan
Kebudayaan adalah hasil budaya atau kebulatan cipta (akal), rasa dan karsa (kehendak) manusia yang hidup bermasyarakat. Antara manusia dan masyarakat serta kebudayaan ada hubungan yang erat. Tanpa masyarakat, manusia dan kebudayaan tidak mungkin berkembang layak. Tanpa manusia tidak mungkin ada kebudayaan dan tanpa manusia tidak mungkin ada masyarakat.
6
Suatu kebudayaan ialah cara berpikir dan cara merasa, yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan sekelompok manusia, yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan suatu waktu. Cara berpikir dan cara merasa itu menyatakan diri dalam cara berlaku dan cara berbuat. Jadi kebudayaan meliputi seluruh kehidupan manusia. Manusia dan budayanya merupakan dua komponen yang terus menerus berinteraksi sepanjang hidupnya.
Demikian pula manusia memperhatikan budaya tersebut.
Filsafat hukum itu mengendalikan cara berfikir kebudayaan. Dibelakang tiap kebudayaan selalu kita temukan filsafat hukum. Perbedaan kebudayaan dapat dikembalikan kepada perbedaan filsafat hukum. Kebudayaan bersahaja diatur oleh adat. Adat disusun oleh nenek-moyang. Nenek-moyang itu berfungsi sebagai filosof bagi kebudayaan bersahaja.
Kebudayaan pada umumnya dipergunakan sebagai salah satu sumber tata nilai dalam masyarakat maupun dalam agama. Kebudayaan dipandang orang sebagai tata nilai. Dengan demikian tingkah laku dan hasil perbuatan dalam kebudayaan menuju kepada realisasi nilai, yang tersusun dalam pola cita. Untuk mewujudkan pola cita itu lahirlah kompleks aktivitas yang membentuk pola laku. Maka cara berlaku dan berbuat yang dilahirkan oleh cara berpikir dan merasa dan hasil dari cara berlaku-berbuat mengandung nilai.
Posisi dan peranan filsafat hukum terhadap segi-segi kebudayaan. Selama pemikiran kita terikat oleh fakta-fakta ekonomi, politik, teknik, dan lain-lain, kita berada di medan ilmu.
Tetapi ketika pemikiran kita menjangkau sosial, budaya, dan hukum dan terlepas dari fakta, kita memasuki lapangan filsafat hukum dan kebudayaan.
7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat hukum adalah pendirian atau penghayatan yang dianut orang atau masyarakat atau negara tentang hakikat, ciri-ciri serta landasan berlakunya hukum. Filsafat hukum juga dapat diartikan sebagai cabang filsafat yang membicarakan apa hakikat hukum, apa tujuannya, mengapa dia ada, dan mengapa manusia atau masyarakat harus tunduk kepada hukum.
Kebudayaan adalah sistem kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan, serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Apabila disandingkan, definisi filsafat hukum dan definisi kebudayaan terdapat kesinambungan, yaitu filsafat hukum adalah cabang filsafat yang membicarakan apa hakikat hukum, apa tujuannya, mengapa dia ada, dan mengapa manusia atau masyarakat harus tunduk kepada hukum. Manusia merupakan salah satu objek dari filsafat, maka masyarakat yang merupakan kumpulan banyak manusia di ikat oleh adat, ras dan suku yang hidup secara berdampingan. Dan definisi kebudayaan juga dapat diartikan bahwa kebudayaan secara umum mengarah pada hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia. Ini bisa meliputi pandangan, sikap, nilai, moral, tujuan, dan adat istiadat. Dan kebudayaan juga tidak akan terlepas dari peran manusia sebagai makhluk sosial dan kebiasaan sebagai budaya mereka.
Maka sudah jelas bahwa hubungan antara filsafat hukum dengan kebudayaan memiliki kesinambungan satu dengan yang lainnya.
Posisi dan peranan filsafat hukum terhadap segi-segi kebudayaan. Selama pemikiran kita terikat oleh fakta-fakta ekonomi, politik, teknik, dan lain-lain, kita berada di medan ilmu.
Tetapi ketika pemikiran kita menjangkau sosial, budaya, dan hukum dan terlepas dari fakta, kita memasuki lapangan filsafat hukum dan kebudayaan.
8
DAFTAR PUSTAKA
Asy’arie, Musa, dkk. (1988 ). Agama, Kebudayaan dan Pembangunan. Yogyakarta.
Soetriono, dkk. (2007 : 22). Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Theo Huijbers, 1995, Filsafat Hukum, Kanisius, Yogyakarta.
Darmodiharjo, D., & Shidarta, (2006). Pokok-pokok filsafat hukum apa dan bagaimana hukum di indoensia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Ary H. Gunawan., op. cit., h. 17-18.
Asmoro, A (2005 :107-112). Filsafat Umum. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sidi, G. (1973 :72-80). Sistematika Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang.
Gibson, Peter. Segala Sesuatu Yang Perlu Anda Ketahui Tentang Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2020.
Lili Rasjidi & Ira Rasjidi, 2001, Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung.
Bambang Hermoyo, “Peranan Filsafat Hukum Dalam Mewujudkan Keadilan”, Jurnal Wacana Hukum 9, no. 2 (2010) : 32.
https://www.kompasiana.com/fri/56936b660523bdc40731941b/kajian - filsafat - hukum terhadap - legal - standing (Di akses pada Tanggal 25 Juni 2023) https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_hukum (Di akses pada Tanggal 25 Juni 2023) https://www.liputan6.com/hot/read/4663610/pengertian - kebudayaan - secara - umum - unsur dan -
wujudnya - menurut - para - ahli (Di akses pada Tanggal 25 Juni 2023) https://www.mitrawacanamedia.com/filsafat - hukum - dalam - pelaksanaan - penegakan -
hukum yang - berkeadilan (Di akses pada Tanggal 25 Juni 2023) https://www.detikmahasiswahukum.com/2020/04/mengenal - filsafat - hukum_25.html (Di
akses pada Tanggal 25 Juni 2023)
https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya (Di akses pada Tanggal 25 Juni 2023)
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d - 5725690/5 - pengertian - kebudayaan - menurut - para ahli (Di akses pada Tanggal 25 Juni 2023)
https://tirto.id/pengertian - kebudayaan - arti - wujud - dan - unsur - unsurnya - gbkE (Di akses pada Tanggal 25 Juni 2023)
9