ia m e te r ( c m ) Minggu Ke
-Diameter Propagul
20 cm - 23 cm 24 cm - 27 cm 28 cm - 31 cm 32 cm - 35 cmBerdasarkan Tabel 2 di atas dapat dinyatakan bahwa perbedaan ukuran
propagul berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter propagul
R. apiculata pada umur 15 MST. Diameter terbesar diperoleh pada ukuran
propagul 32 cm – 35 cm, yaitu 0,38 cm dan terendah pada ukuran propagul 20 cm – 23 cm, yaitu 0,32 cm. Pada uji lanjut DMRT perlakuan 32 cm – 35 cm berbeda signifikan dalam mempengaruhi pertambahan diameter R. apiculata
dibandingkan perlakuan yang lain. Grafik pertambahan diameter propagul
R. apiculata dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik pertambahan diameter propagul R. apiculata dengan beberapa jenis ukuran propagul umur 0 MST sampai 15 MST.
Grafik pertambahan diameter propagul pada Gambar 2 menunjukkan bahwa untuk setiap pengamatan pertambahan diameter propagul menunjukkan kecenderungan yang hampir sama mulai dari 0 MST sampai 15 MST. Tidak ada peningkatan pertambahan ukuran diameter yang ekstrim.
3. Luas permukaan daun (cm2)
Parameter ketiga yang diamati dalama penelitian ini adalah luas permukaan daun. Perhitungan luas permukaan daun total propagul R. apiculata disajikan pada tabel 3.
Tabel 3. Luas Permukaan Daun Total propagul R. apiculata pada berbagai jenis ukuran propagul
Ukuran Propagul Luas Permukaan Daun Total (cm2)
20 cm – 23 cm 857,01a
24 cm – 27 cm 955,61a
28 cm – 31 cm 923,26ab
32 cm – 35 cm 1068,56b
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti notasi dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada Intensitas 5%
Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa perbedaan ukuran propagul berpengaruh nyata terhadap luas permukaan daun propagul R. apiculata pada
umur 15 MST. Luas permukaan daun terluas diperoleh pada ukuran propagul
32 cm – 35 cm, yaitu 1068,56 cm2 dan terendah pada ukuran propagul 20 cm – 23 cm, yaitu 857,01 cm2. Namun berdasarkan uji lanjut DMRT diantara
perlakuan tidak berbeda signifikan dalam mempengaruhi luas permukaan daun propagul R. apiculata.
4. Bobot kering akar (g)
Parameter keempat yang diamati dalam penelitian ini adalah bobot kering akar (biomassa akar). Hasil uji sidik ragam bobot kering akar tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan propagul dari berbagai jenis ukuran. Perhitungan bobot kering akar R. apiculata rata-rata dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4. Bobot kering akar propagul R. apiculata rata-rata pada berbagai jenis ukuran propagul
Ukuran Propagul Bobot Kering Akar Rata-Rata (g)
20 cm – 23 cm 2.26
24 cm – 27 cm 2,28
28 cm – 31 cm 2,31
32 cm – 35 cm 3,08
Dari Tabel 4 di atas menunjukkan bobot kering akar terbesar diperoleh pada ukuran propagul 32 cm -35 cm, yaitu 3,08 g dan terendah didapat pada ukuran propagul 20 cm – 23 cm, yaitu 2,26 g.
5. Bobot kering tajuk (g)
Parameter kelima yang diamati pada penelitian ini adalah bobot kering tajuk (biomassa tajuk). Hasil uji sidik ragam bobot kering tajuk tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan propagul dari berbagai jenis ukuran. Perhitungan bobot kering tajuk R. apiculata rata-rata ditunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Bobot kering tajuk propagul R. apiculata rata-rata pada berbagai jenis ukuran propagul
Ukuran Propagul Bobot Kering Tajuk Rata-Rata (g)
20 cm – 23 cm 2,38
24 cm – 27 cm 2,41
28 cm – 31 cm 2,42
32 cm – 35 cm 2,79
Dari Tabel 5 di atas menunjukkan bobot kering tajuk terbesar diperoleh pada ukuran propagul 32 cm -35 cm, yaitu 2,79 g dan terendah didapat pada ukuran propagul 20 cm – 23 cm, yaitu 2,38 g.
6. Bobot Kering Daun (g)
Parameter keenam yang diteliti dalam penelitian ini adalah bobot kering daun (biomassa daun) propagul R. apiculata. Bobot kering daun R. apiculata rata-rata ditunjukkan pada Tabel 6.
Tabel 6. Bobot kering daun propagul R. apiculata rata-rata pada berbagai jenis ukuran propagul
Ukuran Propagul Bobot Kering Daun Rata-Rata (g)
20 cm – 23 cm 2,37a
24 cm – 27 cm 2,46a
28 cm – 31 cm 2,59a
32 cm – 35 cm 2,95b
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti notasi dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada Intensitas 5%
Dari Tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa perbedaan ukuran propagul berpengaruh nyata terhadap bobot kering daun propagul R. apiculata pada umur 15 MST. Bobot kering daun yang terbesar didapat pada ukuran 32 cm – 35 cm, yaitu 2,95 g dan yang terkecil pada ukuran 20 cm – 23 cm, yaitu 2,37 g. Pada uji lanjut DMRT perlakuan 32 cm – 35 cm berbeda signifikan dalam mempengaruhi bobot kering daun (biomassa) propagul R. apiculata dibandingkan perlakuan yang lain.
7. Rasio bobot kering tajuk per akar propagul
Parameter ketujuh yang diteliti dalam penelitian ini adalah rasio bobot kering tajuk akar propagul R. apiculata. Hasil uji sidik ragam bobot kering tajuk per akar propagul tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan propagul dari berbagai jenis ukuran. Rasio bobot kering tajuk akar R. apiculata rata-rata ditunjukkan pada Tabel 7.
Tabel 7. Rasio bobot kering tajuk akar propagul R. apiculata rata-rata pada berbagai jenis ukuran propagul
Ukuran Propagul Rasio Bobot Kering Tajuk per Akar Rata-Rata
20 cm – 23 cm 1,59
24 cm – 27 cm 2,26
28 cm – 31 cm 2,52
Berdasarkan Tabel 7 di atas menunjukkan bobot kering tajuk per akar propagul terbesar diperoleh pada ukuran propagul 32 cm -35 cm, yaitu 2,62 dan terendah didapat pada ukuran propagul 20 cm – 23 cm, yaitu 1,59
B. Pembahasan.
Dari hasil yang didapat dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan tinggi propagul R. apiculata dengan ukuran 32 cm – 35 cm sangat berbeda dengan propagul R. apiculata dengan ukuran yang lainnya, karena propagul yang ukurannya 32 cm – 35 cm memiliki cadangan makanan yang banyak untuk menunjang pertumbuhannya, baik untuk pertumbuhan plumula dan radikula. Pertumbuhan tinggi pada ukuran propagul 32 cm – 35 cm sebesar 22,29 cm. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Mulyani (1999), yang menyatakan bahwa bagi beberapa jenis tumbuhan mangrove, hipokotil merupakan bagian yang sangat penting untuk menyimpan cadangan makanan dan bahan cadangan lainnya.
Dari hasil yang diperoleh dapat dijelaskan bahwa pertambahan diameter propagul R. apiculata dengan ukuran 32 cm – 35 cm memiliki rata-rata terbesar yaitu 0,38cm dan rata-rata terendah terdapat pada propagul R. apiculata dengan ukuran 20 cm – 23 cm yaitu 0,32cm. Pertambahan diameter batang dari propagul
R. apiculata dari berbagai ukuran sangat dipengaruhi oleh proses fotosintesis.
Hasil fotosintesis yang berupa karbohidrat ini dapat disuplai keseluruh bagian tubuh tanaman seperti batang. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Mac Nae (1968), yang menyatakan bahwa masalah penting pertama untuk proses diferensiasi (penebalan dinding sel) adalah ketersediaan karbohidrat. Hasil asimilasi yang tersedia lebih dari cukup bagi kebutuhan untuk pertumbuhan secara normal, merupakan akibat adanya faktor-faktor yang lebih membatasi pertumbuhan dibandingkan membatasi fotosintesis, seperti kekurangan cahaya matahari.
Dari3 hasil yang diperoleh dapat dijelaskan bahwa luas permukaan daun propagul R. apiculata dengan ukuran 32 cm – 35 cm memiliki rata-rata terbesar yaitu 1,5cm2 dan rata-rata terendah terdapat pada propagul R. apiculata dengan ukuran 20 cm – 23 cm yaitu 1,22cm2. Hal ini disebabkan oleh cadangan makanan pada propagul 32 cm – 35 cm paling banyak dibandingkan dengan yang lain. Sehingga pembentukan daun juga cepat dan luas pemukaan daun pun cepat berkembang. Selain itu pengaruh cahaya matahari juga membantu dalam perkembangan luas daun. Dimana, daun menyerap cahaya matahari untuk melakukan fotosíntesis. Dengan semakin besarnya luas daun maka hasil dari fotosíntesis juga semakin banyak dan akan menyebabkan pertumbuhan propagul menjadi lebih baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lakitan (2000), yang dalam literaturnya menyatakan bahwa Daun merupakan organ tanaman tempat berlangsungnya proses fotosintesis. Bila luas daun meningkat, asimilat yang dihasilkan akan lebih besar pula. Luas daun yang besar menyebabkan laju asimilasi bersih meningkat, sehingga laju pertumbuhan nisbi juga meningkat dan bobot kering tanaman meningkat pula.
Dari hasil yang diperoleh dapat dijelaskan bahwa bobot kering akar dan bobot kering daun propagul R. apiculata dengan ukuran 32 cm – 35 cm memiliki rata-rata terbesar yaitu 3,08 g/cm2 ; 2,95 g/cm2 dan rata-rata terendah terdapat pada propagul R. apiculata dengan ukuran 20 cm – 23 cm yaitu 2.26 g/cm2 ; 2,37
g/cm2. Hal ini disebabkan oleh laju pertumbuhan akar dan daun pada propagul 32 cm – 35 cm lebih cepat dan lebih besar karena ketersediaan cadangan makanan
dan plumula juga cepat. Dengan terbentuknya akar dan daun maka tanaman akan makan dari proses penyerapan mineral tanah oleh akar dan fotosíntesis dari daun. Dengan meningkatnya proses fotosíntesis maka akan meningkatkan maka laju asimilasi tanaman akan meningkat. Seiring meningkatnya laju asimilasi maka biomassa (berat kering) tanaman pun meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lakitan (2000) yang dalam literatur nya menyatakan bahwa daun merupakan organ tanaman tempat berlangsungnya proses fotosintesis. Besarnya cahaya yang tertangkap pada proses fotosintesis menunjukkan biomassa, sedangkan besarnya biomassa dalam jaringan tanaman mencerminkan bobot kering. Bila luas daun meningkat, asimilat yang dihasilkan akan lebih besar pula. Luas daun yang besar menyebabkan laju asimilasi bersih meningkat, sehingga laju pertumbuhan nisbi juga meningkat dan bobot kering tanaman meningkat pula.
Dari hasil yang diperoleh dapat dijelaskan bahwa bobot kering tajuk propagul R. apiculata dengan ukuran 32 cm – 35 cm memiliki rata-rata terbesar yaitu 2,7864 g/cm2 dan rata-rata terendah terdapat pada propagul R. apiculata dengan ukuran 20 cm – 23 cm yaitu 2,3768 g/cm2. Hal ini dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari yang diterima oleh tanaman propagul. Pada ukuran propagul 32 cm – 35 cm pembentukan daun dan tajuk lebih cepat dan baik karena cadangan makanan lebih banyak. Dengan lebih cepatnya pertumbuhan tajuk dan daun maka akan meningkatkan proses respirasi . Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Dwidjoseputro (1996), yang dalam literaturnya menyatakan bahwa peningkatan intensitas cahaya dari 75% menjadi 100% menyebabkan bobot kering tajuk menurun, dengan meningkatnya intensitas cahaya maka akan meningkatkan suhu lingkungan tanaman, yang mengakibatkan
respirasi tanaman meningkat sehingga hasil fotosintesis bersih (biomassa) yang tersimpan dalam jaringan tanaman sedikit, menyebabkan bobot kering tajuk pada tanaman dengan perlakuan intensitas cahaya 75% lebih tinggi dibandingkan dengan intensitas cahaya 100%.
Keberhasilan pertumbuhan dari propagul magrove yang disemaikan dipengaruhi oleh bebrapa faktor, salah satu nya adalah media tanam yang digunakan untuk menyemaikan propagul. Dalam penelitian ini media tanam yang digunakan adalah tanah aluvial (tanah berlumpur) sehingga pertumbuhan propagul yang disemaikan tumbuh secara baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil yang diperoleh. Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa propagul yang diamati tumbuh dengan baik. Dimana, tidak ada satu propagulpun yang mengalami kematian atau pertumbuhan yang tidak baik. Hal ini sesuai sesuai dengan pernyataan Wibisono dkk (2006) yang dalam literaturnya menyatakan bahwa media yang digunakan dalam penyemaian berasal dari tanah berlumpur atau lumpur berpasir yang diambilkan dari sekitar pohon induk agar benih yang disemaikan dapat hidup dengan optimal. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan Kusmana dkk (2003) yang dalam literaturnya menyatakan bahwa R. apiculata
tumbuh pada tanah berlumpur, halus, dalam dan tergenang pada saat pasang normal. Tidak menyukai substrat yang lebih keras yang bercampur dengan pasir.