• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA

B. Diare

Diare adalah keadaan terjadinya BAB lebih dari tiga kali dalam sehari dengan konsistensi encer. Diare digolongkan sebagai diare akut dan kronis berdasarkan lamanya terjadi diare. Bila diare terjadi selama kurang dari 2 minggu, maka digolongkan diare akut, selebihnya bersifat kronis (Puspitasari, 2010). Menurut Priyanto (2009), diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya, tinja berbentuk encer atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi buang air besar (BAB) yang meningkat.

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2005, ada 4 macam clinical type’s diare yang dikenali, tiap tipenya dibedakan berdasarkan patologi dan perubahan fisiologinya, yaitu:

1. acute watery diarrhea (termasuk kolera) berlangsung beberapa jam atau hari. Bahaya utamanya adalah dehidrasi, kehilangan berat badan juga terjadi jika asupan makanan terhenti.

2. acute bloody diarrhea (disentri) bahaya utamanya kerusakan mukosa intestinal, sepsis, serta malnutrisi; komplikasi lainnnya termasuk dehidrasi.

3. persistent diarrhea berlangsung selama 14 hari atau lebih, bahaya utamanya adalah malnutrisi dan infeksi serius non intestinal; dehidrasi.

4. diarrhoea with severe malnutrition (marasmus ataukwashiorkor) bahaya utamanya adalah infeksi sistemik yang parah, dehidrasi, gagal jantung, serta defisiensi vitamin dan mineral.

Diare dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain sebagai berikut ini. 1. Alergi terhadap makanan, susu atau obat-obatan, dapat juga karena

makan makanan yang tercemar, umumnya diare yang ditimbulkan bersifat akut.

2. Infeksi organisme, seperti parasit, virus dan bakteri, diare yang ditimbulkan dapat akut maupun kronis.

3. Pertumbuhan flora normal (bakteri normal yang berada di usus) yang tidak terkendali, umumnya menyebabkan diare kronis.

4. Gangguan fungsi pencernaan dan/atau penyerapan makanan, umumnya menyebabkan diare kronis.

5. Beberapa penyakit sepertiirritable bowel syndrome, inflammatory bowel disease, AIDS dan kanker kolon, umumnya menyebabkan diare kronis (Djunarko dan Hendrawati, 2011).

Menurut WHO (2005), manifestasi klinik dari diare yaitu sebagai berikut ini.

1. Dehidrasi

Selama diare, terjadi peningkatan hilangnya air dan elektrolit (sodium, klorida, potassium dan bikarbonat) pada cairan feses. Air dan elektrolit juga hilang melalui muntah, keringat, urin serta bernapas. Dehidrasi

terjadi apabila kehilangan ini tidak dapat tergantikan dengan cukup dan kekurangan cairan dan elektrolit secara terus menerus.

Menurut WHO (2005), terdapat 3 tingkatan dehidrasi, yaitu:

a. tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi dengan kondisi baik, mata normal. Minum normal atau tidak haus, kondisi kulit saat ditekan dapat segera kembali seperti semula

b. terdapat beberapa tanda-tanda dehidrasi seperti kondisi yang harus beristirahat, terdapat iritasi, mata cekung, mudah haus, kondisi saat kulit ditekan maka untuk kembali seperti semula membutuhkan waktu yang lebih lama

c. dehidrasi berat dengan kondisi lemas atau tidak sadarkan diri, mata cekung, minum dengan sangat sedikit atau tidak dapat minum dan apabila kulit ditekan maka untuk kembali seperti semula maka membutuhkan waktu yang sangat lama.

2. Malnutrisi

Selama diare, berkurangnya asupan makanan, absorpsi nutrisi dan meningkatnya kebutuhan nutrisi yang berkombinasi menyebabkan hilangnya berat badan dan gagalnya pertumbuhan. Cara memperbaiki kondisi ini adalah dengan meneruskan pemberian makanan yang bernutrisi selama diare dan sesudah diare serta memberikan diet nutrisi yang tepat sesuai umur.

Menurut Dipiro (2008), tanda dan gejala dari diare yaitu tiba-tiba mual, muntah, sakit perut, sakit kepala, demam, menggigil, malaise, sering terjadi

pergerakan (mortilitas) usus yang berlangsung selama 12-60 jam, timbul rasa nyeri pada kuadran kanan bawah perut disertai timbul kram perut dan bunyi pergerakan usus sebagai karakteristik adanya gangguan pada usus kecil. Diare akut reda dalam waktu 72 jam setelah terjadi diare sedangkan diare kronis sering terjadi sepanjang periode tertentu dalam jangka waktu panjang.

Penatalaksanaan diare dapat dilakukan dengan menggunakan terapi non farmakologis dan terapi farmakologis.

1. Terapi non farmakologis

a. Minum banyak cairan (air, sari buah, sup) b. Menjaga kebersihan lingkungan

c. Mengkonsumsi air yang telah direbus d. Rajin mencuci tangan

e. Makan makanan yang telah dimasak dengan baik

f. Bahan-bahan makanan harus dicuci terlebih dahulu sebelum dimasak

g. Memberikan ASI eksklusif untuk bayi (World Gastroentrology Organization, 2008).

2. Terapi farmakologis

a. Oral Rehydration Therapy(ORT)

Oral Rehydration Therapy (ORT) merupakan salah satu cara dalam pengobatan diare yaitu dengan pemberian Oral Rehrydation Solution(ORS). ORS digunakan untuk mengembalikan cairan yang hilang karena diare. Komponen dari ORS antara lain sodium (75

mmol/L), chloride (65 mmol/L), glucose, anhydrous (75 mmol/L), potassium(20 mmol/L), citrate(10 mmol/L) (WGO, 2008).

Pada penentuan jumlah ORS maka dapat diperkirakan dengan melihat berat badan (berat badan/kg x 75 ml) dan usia pasien. Untuk pasien dengan diare yang disertai tanda-tanda dehidrasi dan feses yang cair maka jumlah pemberian ORS harus lebih banyak dibandingkan dengan pasien tanpa tanda-tanda dehidrasi (WGO, 2008).

Untuk anak kurang dari 22 tahun, berikan oralit dengan sendok, apabila anak muntah, tunggu sebentar kemudian lanjutkan pemberian sedikit demi sedikit sampai habis. (Djunarko dan Hendrawati, 2011).

Penggunaan oralit berdasarkan keadaan diare penderita yaitu dehidrasi atau tanpa dehidrasi ditunjukkan pada tabel I berikut ini. Tabel I. Aturan pemberian oralit untuk diare (Djunarko dan

Hendrawati, 2011)

Keadaan diare Umur

< 1 tahun 1-4 tahun 5-12 tahun Dewasa Tidak ada

dehidrasi (mencegah

dehidrasi)

Setiap kali Buang Air Besar (BAB) berikan oralit 100 ml (0,5 gelas) 200 ml (1 gelas) 300 ml (1,5 gelas) 400 ml (2 gelas) Dengan dehidrasi (mengatasi dehidrasi)

3 jam pertama berikan oralit 300 ml (1,5 gelas) 600 ml (3 gelas) 1200 ml (6 gelas) 2400 ml (12 gelas) Setiap BAB berikan oralit

100 ml (0,5 gelas) 200 ml (1 gelas) 300 ml (1,5 gelas) 400 ml (2 gelas)

b. Adsorben dan obat pembentuk massa

Obat-obat ini bekerja untuk menyerap racun, mengurangi frekuensi BAB, dan memadatkan massa tinja. Golongan obat ini yaitu norit (karbo-adsorben), kombinasi kaolin-pektin, dan attapulgite. Selama minum obat ini, oralit tetap diberikan. Aturan pemakaian dari norit yaitu untuk dewasa: 500-1000 mg, diminum 3-4 x sehari dan aturan pemakaian untuk golongan kombinasi kaolin-pektin dan attapulgite yaitu untuk dewasa dan anak dengan usia lebih dari 12 tahun: 1 tablet setiap habis BAB, maksimum 12 tablet selama 24 jam sedangkan untuk anak 6-12 tahun: 1 tablet setiap habis BAB, maksimum 6 tablet selama 24 jam (Djunarko dan Hendrawati, 2011).

Menurut Djunarko dan Hendrawati (2011), penderita disarankan ke dokter apabila terjadi diare seperti berikut ini.

1. Diare terjadi terus-menerus lebih dari 48 jam, 2. Terdapat darah atau lendir pada tinja,

3. Diare disertai demam, muntah-muntah, dan rasa sakit yang tak tertahankan pada bagian perut,

4. Menunjukkan tanda-tanda dehidrasi berat, seperti kulit yang tidak kembali dalam dua detik setelah dicubit, terus mengantuk, mata cekung, pucat, kehilangan nafsu makan dan minum, atau pingsan, dan

5. Diare terjadi pada wanita hamil (dikhawatirkan berpengaruh pada janinnya).

Dokumen terkait