• Tidak ada hasil yang ditemukan

SWAMEDIKASI DIARE PADA IBU-IBU PKK DI KECAMATAN SEMANU KABUPATEN GUNUNG KIDUL (KAJIAN PENGETAHUAN DAN SIKAP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SWAMEDIKASI DIARE PADA IBU-IBU PKK DI KECAMATAN SEMANU KABUPATEN GUNUNG KIDUL (KAJIAN PENGETAHUAN DAN SIKAP)"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

SWAMEDIKASI DIARE PADA IBU-IBU PKK DI KECAMATAN SEMANU KABUPATEN GUNUNG KIDUL

(KAJIAN PENGETAHUAN DAN SIKAP) SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Yunita Deissy Tanuab NIM : 088114181

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

SWAMEDIKASI DIARE PADA IBU-IBU PKK DI KECAMATAN SEMANU KABUPATEN GUNUNG KIDUL

(KAJIAN PENGETAHUAN DAN SIKAP) SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Yunita Deissy Tanuab NIM : 088114181

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada

Tuhan Yesus Kristus yang setia membimbing dan menyertaiku,

kedua orang tuaku,

kakak dan adik-adikku,

teman-teman terkasih,

almamaterku.

(6)
(7)

vi PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Swamedikasi Diare Pada Ibu-ibu PKK di Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul (Kajian Pengetahuan dan Sikap)”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyusun skripsi ini tidaklah mudah, penulis mendapat banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bupati Gunung Kidul dan Camat Kecamatan Semanu yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di Kabupaten Gunungkidul. 2. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ibu dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes., selaku dosen pembimbing utama yang telah meluangkan waktu dan memberikan petunjuk, saran dan masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi ini.

4. Ibu dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK., selaku dosen pembimbing pendamping yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, dorongan serta semangat dalam menyelesaikan skripsi.

(8)

vii

6. Ibu ketua PKK, ibu sekretaris PKK dan ibu-ibu PKK Kecamatan Semanu yang telah bersedia meluangkan waktu dan banyak membantu peneliti dalam penelitian ini

7. Seluruh staff kesekretariatan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang membentu dalam mengurus administrasi dan berbagai surat ijin sehingga membantu dalam kelancaran proses penelitian ini.

8. Seluruh staff pengajar dan karyawan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta atas bimbingan dan bantuannya selama ini.

9. Papa (Gerson Tanuab), mama (Solfiana Tanuab-Ndolu Eoh), kakak (Leiddy), adik-adik (Vela, Yurina dan Marini), opa (Stefanus Ndolu Eoh) dan oma (Martha Ndolu Eoh-Lena) serta seluruh keluarga besar yang menjadi motivasi penulis dan tak henti memberikan doa, dukungan dan semangat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Fredryk Adryano Tanggela yang telah memberikan doa, semangat dan dukungan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman seperjuangan dalam penelitian skripsi ini: Ermen, Ivon, Stefy, Novisa dan Liani. Terima kasih atas kerja samanya selama penelitian ini. 12. Sahabat penulis Angelina Ananta yang menghibur dan memberikan

semangat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Teman-teman penulis (Kristin, Christiani, Densi, Ida, Nancy, Novi dan Yudith) yang setia mendukung dan memberikan semangat bagi penulis. 14. Teman-teman angkatan 2008 khususnya FKK B dan kelas C 2008. Terima

(9)

viii

15. Teman-teman XII IA 3 angkatan 2008 SMAK Giovani Kupang yang selalu mendukung dan memberikan semangat bagi penulis.

16. Teman-teman Kost Mawar dan Bapak Fx. Siyam yang memberikan dorongan semangat bagi penulis.

17. Teman-teman Komunitas Sant’Egidio dan JOY Indonesia yang selalu mendukung dan memberikan dorongan semangat bagi penulis.

18. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dan selalu memberikan doa dan semangat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penelitian ini. Penulis mengharapkan kristik dan saran yang membangun agar penulisan skripsi ini menjadi lebih baik lagi. Semoga skripsi ini juga dapat bermanfaat dalam perkembangan ilmu kefarmasian dan bagi semua pembaca.

Yogyakarta, 16 Juli 2012

(10)
(11)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... v

PRAKATA ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ix

DAFTAR ISI ... x

A. Latar Belakang ... 1

1. Permasalahan ... 4

2. Keaslian penelitian ... 4

3. Manfaat penelitian ... 6

B. Tujuan Penelitian ... 6

1. Tujuan umum ... 6

2. Tujuan khusus ... 6

(12)

xi

1. Uji validitas ... 23

2. Uji reliabilitas ... 24

E. Keterangan Empiris ... 25

BAB III. METODE PENELITIAN ... 26

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 26

B. Variabel dan Definisi Operasional ... 26

1. Variabel penelitian ... 26

2. Definisi operasional ... 26

C. Subyek Penelitian ... 28

D. Tempat Penelitian ... 28

E. Populasi Penelitian ... 29

F. Instrumen Penelitian ... 29

G. Tata Cara Penelitian ... 30

1. Perijinan ... 30

2. Penelusuran data populasi ... 30

3. Pembuatan kuesioner ... 30

(13)

xii

5. Pengolahan data ... 33

H. Analisis Data ... 34

I. Kelemahan Penelitian ... 36

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Karakteristik Responden ... 37

B. Swamedikasi Diare Pada Ibu-ibu PKK di Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul (Kajian Pengetahuan)... 41

C. Swamedikasi Diare Pada Ibu-ibu PKK di Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul (Kajian Sikap)... 45

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

A. Kesimpulan ... 48

B. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 50

LAMPIRAN ... 53

(14)

xiii DAFTAR TABEL

Tabel I. Aturan Pemberian Oralit untuk Diare ... 14 Tabel II. Kriteria dan Nomor Pernyataan Dalam Kuesioner Bagian

Pengetahuan Terkait Swamedikasi Diare Pada Ibu-ibu PKK di Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul

(Kajian Pengetahuan dan Sikap) ... 31 Tabel III. Kriteria dan Nomor Pernyataan Dalam Kuesioner Bagian

Sikap Terkait Swamedikasi Diare Pada Ibu-Ibu PKK di Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul (Kajian

Pengetahuan Dan Sikap)... 31 Tabel IV. Distribusi Karakteristik Ibu-Ibu PKK Kecamatan Semanu

Kabupaten Gunungkidul Terkait Swamedikasi Diare

Berdasarkan Usia ... 37 Tabel V. Distribusi Karakteristik Ibu-Ibu PKK Kecamatan Semanu

Kabupaten Gunungkidul Terkait Swamedikasi Diare

Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 38 Tabel VI. Distribusi Karakteristik Ibu-Ibu PKK Kecamatan Semanu

Kabupaten Gunungkidul Terkait Swamedikasi Diare

Berdasarkan Status Pekerjaan... 39 Tabel VII. Distribusi Karakteristik Ibu-Ibu PKK Kecamatan Semanu

Kabupaten Gunungkidul Terkait Swamedikasi Diare Berdasarkan Informasi Mengenai Diare Yang Pernah

(15)

xiv

Tabel VIII. Distribusi Karakteristik Ibu-Ibu PKK Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul Terkait Swamedikasi Diare Berdasarkan Sumber Informasi Mengenai Diare Yang

Pernah Diperoleh Sebelum Penelitian ... 40 Tabel IX. Obat Yang Biasa Diminum Ibu-ibu PKK Kecamatan

Semanu Kabupaten Gunungkidul Ketika Mengalami Diare .... 41 Tabel X. Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu-ibu PKK Terkait

Swamedikasi Diare di Kecamatan Semanu Kabupaten

Gunnungkidul ... 42 Tabel XI. Rata-rata Jawaban Ibu-ibu PKK Kecamatan Semanu

Kabupaten Gunungkidul Terhadap Kriteria Pada Bagian

Pengetahuan Terkait Swamedikasi Diare ... 42 Tabel XII. Perbandingan Tingkat Pengetahuan Ibu-ibu PKK

Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul Terkait Swamedikasi Diare Berdasarkan Karakteristik Demografi

dan Skala Tingkat Pengenalan... 44 Tabel XIII. Distribusi Sikap Ibu-ibu PKK Terkait Swamedikasi Diare

di Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul... 45 Tabel XIV. Kriteria dan Persentase Sikap Positif Maupun Sikap

Negatif Terkait Swamedikasi Diare di Kecamatan Semanu

Kabupaten Gunungkidul... 45 Tabel XV. Perbandingan Sikap Ibu-ibu PKK Kecamatan Semanu

(16)

xv

Berdasarkan Karakteristik Demografi dan Skala Tingkat

(17)

xvi DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner yang Digunakan dalam Penelitian ... 54 Lampiran 2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 58 Lampiran 3. Data Diri Responden Penelitian... 62 Lampiran 4. Total dan Persentase Jawaban Responden Pada Bagian

Pengetahuan ... 64 Lampiran 5. Total dan Persentase Jawaban Responden Pada Bagian

Sikap ... 65 Lampiran 6. Surat ijin penelitian dari Pemerintah Kabupaten Gunung

(18)

xvii INTISARI

Diare merupakan suatu keadaan dimana buang air besar (BAB) dengan feses yang tidak normal dan berair lebih dari tiga kali dalam sehari. Dalam mengatasi masalah diare, masyarakat juga seringkali melakukan swamedikasi. Swamedikasi merupakan upaya masyakarat dalam memilih dan menggunakan obat untuk mengobati keluhan penyakit ringan yang diderita secara aman dan rasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap terkait swamedikasi diare oleh ibu-ibu PKK di Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul.

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional deskriptif dengan rancangan cross-sectional. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu PKK yang telah menikah dan aktif dalam kegiatan PKK, sedangkan kriteria eksklusinya adalah responden yang tidak bisa membaca dan menulis, responden yang tidak lengkap mengisi kuesioner dan tidak mengisi kuesioner sendiri. Responden yang digunakan sebanyak 30 orang.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ibu-ibu PKK di Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul umumnya berusia diatas 30 tahun, tingkat pendidikan lanjutan, bekerja dan pernah memperoleh informasi mengenai diare serta memiliki pengetahuan dan sikap yang baik terkait swamedikasi diare dengan persentase berturut-turut 90 % dan 80 %.

(19)

xviii ABSTRACT

Diarrhea is a state of being where defecation (BAB) with abnormal feces and watery more than three times a day. To overcome the problems of diarrhea, the society also often do self-medication. Self-medication is the efforts of the society in choosing and medicinal uses to treat mild sickness complaint suffered safety and rationally. This research is aimed to identify the knowledge and attitudes an associated with self-medication of diarrhea by PKK women will at Semanu sub-district, district of Gunungkidul.

Type this research is research observational descriptive with delightful cross-sectional. Criteria inclusion respondents in this research is a women of PKK who are married and active in PKK activities, while for criteria exclusion is respondents who cannot read and write; respondents incomplete fill a questionnaire as well as did not fill a questionnaire itself. Respondents used are 30 peoples.

The result of the study shows that mothers of PKK in sub-district Semanu, district Gunungkidul generally aged over 30 years, the level of advanced education, has worked and ever got information about diarrhea, they have good knowledge and attitudes related to the percentage of diarrhea self-medication, respectively 90% and 80%.

(20)

1 BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2005, penyakit diare merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di Negara berkembang dan penyebab penting terjadinya kekurangan gizi. Pada tahun 2001, diperkirakan 1,5 juta anak dengan usia dibawah lima tahun meninggal karena diare. Delapan dari sepuluh kematian ini terjadi dalam dua tahun pertama kehidupan. Rata-rata anak di bawah usia tiga tahun di Negara berkembang mengalami tiga episode diare setiap tahun. Di beberapa Negara, jenis diare kolera juga merupakan penyebab penting morbiditas pada anak dengan usia lebih tua dan pada dewasa.

(21)

diare. Bayi biasanya mengkonsumsi ASI sehingga menghasilkan bentuk feses yang “pasty” dan bentuk feses seperti ini juga tidak disebut sebagai diare (WHO, 2005).

Dalam menangani masalah diare, masyarakat juga sering melakukan pengobatan sendiri. Pengobatan sendiri atau swamedikasi berarti memilih dan mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obat-obat sederhana yang dibeli bebas di apotik atau toko obat, atas inisiatif sendiri tanpa resep dokter (Tan dan Rahardja, 2010). Swamedikasi tidak hanya dilakukan untuk mengobati penyakit tetapi juga sebagai salah satu upaya untuk mencegah penyakit dan memelihara kesehatan.

(22)

Kabupaten Gunungkidul memiliki beban untuk melayani 5.022 penduduk. Angka ini masih lebih rendah dari rekomendasi PBB yang menyatakan setiap fasilitas puskesmas dan pustu kesehatan yang tersedia maksimal melayani sebanyak 10.000 penduduk. Berdasarkan data yang diperoleh dari database kesehatan dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia per Kabupaten tahun 2008, diare berada pada urutan pertama dari penyakit yang sering terjadi di Kabupaten Gunungkidul dengan insidensi 1,17 (per 1000) Oleh karena itu, peluang untuk melakukan swamedikasi dalam menangani masalah diare cukup besar sehingga perlu adanya kesadaran masyarakat dan koordinasi antara masyarakat dengan tenaga kesehatan agar tercipta swamedikasi diare yang aman dan rasional.

Pemilihan ibu-ibu Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) sebagai responden karena ibu-ibu PKK merupakan kumpulan dari ibu-ibu rumah tangga dengan berbagai profesi dan juga terdiri dari beberapa kader kesehatan. Dalam suatu rumah tangga ibu menjadi sosok yang dapat merawat anggota keluarga dan menjadi sosok penting dalam memelihara kesehatan, sehingga ibu-ibu PKK diharapkan memiliki pengetahuan yang lebih baik agar dapat melakukan penatalaksanaan diare secara aman dan rasional baik terhadap dirinya sendiri ataupun anggota keluarganya.

(23)

menurunkan resiko terjadinya kasus diare khususnya di Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul.

1. Permasalahan

a. Seperti apakah karakteristik ibu-ibu PKK di Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul?

b. Seberapa tinggi tingkat pengetahuan ibu-ibu PKK terkait swamedikasi diare di Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul?

c. Seperti apakah sikap ibu-ibu PKK terkait swamedikasi diare di Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul?

2. Keaslian penelitian

Penelitian sejenis terkait pengaruh metode edukasi terhadap perubahan perilaku yang telah dilakukan adalah :

a. Penelitian berjudul “Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Produktif di Kecamatan Berbah, Sleman, DIY Mengenai Kista Endometrium

(24)

b. Penelitian berjudul “Perilaku Pengobatan Sendiri yang Rasional pada Masyarakat Kecamatan Depok dan Cangkringan Kabupaten

Sleman” yang dilakukan oleh Kristina, Prabandari dan Sudjaswadi (2008). Penelitian ini mengetahui pengaruh sosiodemografi terhadap pengetahuan dan sikap tentang pengobatan sendiri yang rasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan paling berpengaruh terhadap perilaku pengobatan sendiri yang rasional. c. Penelitian berjudul ”Hubungan antara Karakteristik Responden,

Keadaan Wilayah dengan Pengetahuan, Sikap terhadap HIV/AIDS

pada Masyarakat Indonesia” yang dilakukan oleh Oktarina, Hanafi dan Budisuari (2009). Penelitian ini mengukur tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat Indonesia terhadap HIV/AIDS dan melihat hubungannya dengan karakteristik responden dan keadaan wilayah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan HIV/AIDS dipengaruhi oleh faktor keadaan wilayah, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan. Tingkat pengetahuan juga mempunyai hubungan penting dengan sikap dari responden.

(25)

Sepengetahuan peneliti, penelitian dengan judul “Swamedikasi Diare Pada Ibu-ibu PKK di Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul (Kajian

Pengetahuan dan Sikap)”belum pernah dilakukan. 3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan terkait swamedikasi diare.

b. Manfaat praktis. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk melakukan tindakan swamedikasi diare di Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil pengetahuan dan sikap ibu-ibu PKK terkait swamedikasi diare di Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik responden di Kecamatan Semanu

Kabupaten Gunungkidul.

b. Mengukur tingkat pengetahuan ibu-ibu PKK terkait swamedikasi

diare di Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul.

c. Mengukur sikap ibu-ibu PKK terkait swamedikasi diare di Kecamatan

(26)

7 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Swamedikasi

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2000, swamedikasi adalah penggunaan produk obat oleh konsumen untuk mengobati diri sendiri sebagai suatu gangguan atau gejala dari suatu penyakit, sebagai penggunaan berulang atau lanjutan dari obat yang diresepkan oleh dokter, pengobatan untuk penyakit-penyakit kronis, penyakit kambuhan atau gejala yang sering muncul, termasuk penggunaan obat dalam keluarga bagi anak-anak atau lansia. Menurut Djunarko dan Hendrawati (2011), swamedikasi atau pengobatan mandiri adalah tindakan mengobati diri sendiri dengan obat tanpa resep dokter (OTR) secara tepat dan bertanggung jawab (rasional), yang dimaknai dengan penderita memilih sendiri obat yang akan digunakan untuk mengatasi penyakit atau gangguan yang diderita. Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (2004), tindakan pengobatan sendiri adalah suatu tindakan merawat diri sendiri oleh masyarakat terhadap penyakit yang umum diderita dengan menggunakan obat-obat yang dijual bebas di pasaran atau menggunakan obat keras yang dapat diperoleh tanpa resep dokter dan diserahkan oleh apoteker di apotek.

(27)

pengetahuan khusus tentang prinsip farmakologi atau terapi dan karakteristik obat yang akan digunakan (WHO, 2000). Menurut Tan dan Rahardja (2010) Keuntungan dari swamedikasi adalah dapat mengobati gangguan-gangguan ringan dengan menghemat waktu dan biaya, sedangkan kekurangan dari swamedikasi yaitu selain penggunaan obat yang kurang tepat, gejala penyakit dapat tersamarkan dan tidak terkenali sebagai suatu penyakit serius.

Penggunaan OTR untuk swamedikasi biasanya pada kondisi dan kasus sebagai berikut ini.

1. Perawatan simptomatik minor, seperti rasa tidak enak badan dan cedera ringan.

2. Penyakit yang dapat sembuh sendiri dengan bertambahnya daya tahan tubuh, seperti flu.

3. Profilaksis/pencegahan dan penyembuhan penyakit ringan, seperti mabuk perjalanan dan kutu air.

4. Penyakit kronis yang sebelumnya sudah pernah didiagnosis dokter atau tenaga medis profesional lainnya, seperti asma dan arthritis.

5. Keadaan yang mengancam jiwa dan perlu penanganan segera (Djunarko dan Hendrawati, 2011).

(28)

Beberapa faktor yang mempengaruhi praktek perawatan sendiri dan swamedikasi adalah sebagai berikut ini.

1. Kondisi ekonomi. Mahal dan tidak terjangkaunya pelayanan kesehatan oleh rumah sakit, klinik, dokter dan dokter gigi merupakan salah atu penyebab masyarakat berusaha mencari pengobatan yang lebih murah untuk penyakit-penyakit yang relatif ringan dengan beralih ke swamedikasi.

2. Berkembangnya kesadaran akan arti penting kesehatan bagi masyarakat karena meningkatnya sistem informasi, pendidikan, dan kehidupan sosial ekonomi sehingga meningkatkan pengetahuan untuk melakukan swamedikasi.

3. Promosi obat bebas dan obat bebas terbatas yang gencar dari pihak produsen baik melalui media cetak maupun elektronik, bahkan sampai beredar ke pelosok-pelosok desa.

4. Semakin tersebarnya distribusi obat melalui Puskesmas dan warung obat desa yang berperan dalam peningkatan pengenalan dan penggunaan obat, terutama OTR dalam sistem swamedikasi.

5. Kampanye swamedikasi yang rasional di masyarakat mendukung perkembangan farmasi komunitas.

(29)

obat bebas terbatas dan obat bebas) sehingga memperkaya pilihan masyarakat terhadap obat (Djunarko dan Hendrawati, 2011).

B. Diare

Diare adalah keadaan terjadinya BAB lebih dari tiga kali dalam sehari dengan konsistensi encer. Diare digolongkan sebagai diare akut dan kronis berdasarkan lamanya terjadi diare. Bila diare terjadi selama kurang dari 2 minggu, maka digolongkan diare akut, selebihnya bersifat kronis (Puspitasari, 2010). Menurut Priyanto (2009), diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya, tinja berbentuk encer atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi buang air besar (BAB) yang meningkat.

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2005, ada 4 macam clinical type’s diare yang dikenali, tiap tipenya dibedakan berdasarkan patologi dan perubahan fisiologinya, yaitu:

1. acute watery diarrhea (termasuk kolera) berlangsung beberapa jam atau hari. Bahaya utamanya adalah dehidrasi, kehilangan berat badan juga terjadi jika asupan makanan terhenti.

2. acute bloody diarrhea (disentri) bahaya utamanya kerusakan mukosa intestinal, sepsis, serta malnutrisi; komplikasi lainnnya termasuk dehidrasi.

(30)

4. diarrhoea with severe malnutrition (marasmus ataukwashiorkor) bahaya utamanya adalah infeksi sistemik yang parah, dehidrasi, gagal jantung, serta defisiensi vitamin dan mineral.

Diare dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain sebagai berikut ini. 1. Alergi terhadap makanan, susu atau obat-obatan, dapat juga karena

makan makanan yang tercemar, umumnya diare yang ditimbulkan bersifat akut.

2. Infeksi organisme, seperti parasit, virus dan bakteri, diare yang ditimbulkan dapat akut maupun kronis.

3. Pertumbuhan flora normal (bakteri normal yang berada di usus) yang tidak terkendali, umumnya menyebabkan diare kronis.

4. Gangguan fungsi pencernaan dan/atau penyerapan makanan, umumnya menyebabkan diare kronis.

5. Beberapa penyakit sepertiirritable bowel syndrome, inflammatory bowel disease, AIDS dan kanker kolon, umumnya menyebabkan diare kronis (Djunarko dan Hendrawati, 2011).

Menurut WHO (2005), manifestasi klinik dari diare yaitu sebagai berikut ini.

1. Dehidrasi

(31)

terjadi apabila kehilangan ini tidak dapat tergantikan dengan cukup dan kekurangan cairan dan elektrolit secara terus menerus.

Menurut WHO (2005), terdapat 3 tingkatan dehidrasi, yaitu:

a. tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi dengan kondisi baik, mata normal. Minum normal atau tidak haus, kondisi kulit saat ditekan dapat segera kembali seperti semula

b. terdapat beberapa tanda-tanda dehidrasi seperti kondisi yang harus beristirahat, terdapat iritasi, mata cekung, mudah haus, kondisi saat kulit ditekan maka untuk kembali seperti semula membutuhkan waktu yang lebih lama

c. dehidrasi berat dengan kondisi lemas atau tidak sadarkan diri, mata cekung, minum dengan sangat sedikit atau tidak dapat minum dan apabila kulit ditekan maka untuk kembali seperti semula maka membutuhkan waktu yang sangat lama.

2. Malnutrisi

Selama diare, berkurangnya asupan makanan, absorpsi nutrisi dan meningkatnya kebutuhan nutrisi yang berkombinasi menyebabkan hilangnya berat badan dan gagalnya pertumbuhan. Cara memperbaiki kondisi ini adalah dengan meneruskan pemberian makanan yang bernutrisi selama diare dan sesudah diare serta memberikan diet nutrisi yang tepat sesuai umur.

(32)

pergerakan (mortilitas) usus yang berlangsung selama 12-60 jam, timbul rasa nyeri pada kuadran kanan bawah perut disertai timbul kram perut dan bunyi pergerakan usus sebagai karakteristik adanya gangguan pada usus kecil. Diare akut reda dalam waktu 72 jam setelah terjadi diare sedangkan diare kronis sering terjadi sepanjang periode tertentu dalam jangka waktu panjang.

Penatalaksanaan diare dapat dilakukan dengan menggunakan terapi non farmakologis dan terapi farmakologis.

1. Terapi non farmakologis

a. Minum banyak cairan (air, sari buah, sup) b. Menjaga kebersihan lingkungan

c. Mengkonsumsi air yang telah direbus d. Rajin mencuci tangan

e. Makan makanan yang telah dimasak dengan baik

f. Bahan-bahan makanan harus dicuci terlebih dahulu sebelum dimasak

g. Memberikan ASI eksklusif untuk bayi (World Gastroentrology Organization, 2008).

2. Terapi farmakologis

a. Oral Rehydration Therapy(ORT)

(33)

mmol/L), chloride (65 mmol/L), glucose, anhydrous (75 mmol/L), potassium(20 mmol/L), citrate(10 mmol/L) (WGO, 2008).

Pada penentuan jumlah ORS maka dapat diperkirakan dengan melihat berat badan (berat badan/kg x 75 ml) dan usia pasien. Untuk pasien dengan diare yang disertai tanda-tanda dehidrasi dan feses yang cair maka jumlah pemberian ORS harus lebih banyak dibandingkan dengan pasien tanpa tanda-tanda dehidrasi (WGO, 2008).

Untuk anak kurang dari 22 tahun, berikan oralit dengan sendok, apabila anak muntah, tunggu sebentar kemudian lanjutkan pemberian sedikit demi sedikit sampai habis. (Djunarko dan Hendrawati, 2011).

Penggunaan oralit berdasarkan keadaan diare penderita yaitu dehidrasi atau tanpa dehidrasi ditunjukkan pada tabel I berikut ini. Tabel I. Aturan pemberian oralit untuk diare (Djunarko dan

Hendrawati, 2011)

Keadaan diare Umur

< 1 tahun 1-4 tahun 5-12 tahun Dewasa Tidak ada

dehidrasi (mencegah

dehidrasi)

Setiap kali Buang Air Besar (BAB) berikan oralit 100 ml

(34)

b. Adsorben dan obat pembentuk massa

Obat-obat ini bekerja untuk menyerap racun, mengurangi frekuensi BAB, dan memadatkan massa tinja. Golongan obat ini yaitu norit (karbo-adsorben), kombinasi kaolin-pektin, dan attapulgite. Selama minum obat ini, oralit tetap diberikan. Aturan pemakaian dari norit yaitu untuk dewasa: 500-1000 mg, diminum 3-4 x sehari dan aturan pemakaian untuk golongan kombinasi kaolin-pektin dan attapulgite yaitu untuk dewasa dan anak dengan usia lebih dari 12 tahun: 1 tablet setiap habis BAB, maksimum 12 tablet selama 24 jam sedangkan untuk anak 6-12 tahun: 1 tablet setiap habis BAB, maksimum 6 tablet selama 24 jam (Djunarko dan Hendrawati, 2011).

Menurut Djunarko dan Hendrawati (2011), penderita disarankan ke dokter apabila terjadi diare seperti berikut ini.

1. Diare terjadi terus-menerus lebih dari 48 jam, 2. Terdapat darah atau lendir pada tinja,

3. Diare disertai demam, muntah-muntah, dan rasa sakit yang tak tertahankan pada bagian perut,

4. Menunjukkan tanda-tanda dehidrasi berat, seperti kulit yang tidak kembali dalam dua detik setelah dicubit, terus mengantuk, mata cekung, pucat, kehilangan nafsu makan dan minum, atau pingsan, dan

(35)

C. Perilaku

Menurut Sarwono (2007), perilaku kesehatan merupakan respon individu terhadap suatu pengalaman dan interaksi terhadap lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.

Perilaku kesehatan merupakan respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok.

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health Maintanance), yaitu perilaku atau upaya seseorang dalam memelihara atau menjaga kesehatannya agar tidak sakit dan usaha penyembuhan bilamana sakit. Perilaku pemeliharaan kesehatan terdiri dari 3 aspek, yaitu:

a. perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

b. perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. Kesehatan merupakan hal yang dinamis dan relatif, oleh karena itu orang yang sehat pun perlu mengoptimalkan kesehatannya.

(36)

2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior), perilaku ini menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan untuk mengakses fasilitas pelayanan kesehatan.

3. Perilaku kesehatan lingkungan yaitu bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga atau masyarakat (Notoatmodjo, 2007).

Respon perilaku kesehatan yang diberikan seseorang tergantung dari karakteristik atau faktor lain dari orang yang bersangkutan, walaupun stimulus atau rangsangan berasal dari luar organisme (orang). Faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu;

1. determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

2. determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).

(37)

1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu sebagai berikut ini.

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang diperoleh sebelumnya, termasuk mengingat kembali (recall) hal spesifik dan rangsangan yang pernah diperoleh sebelumnya.

b. Memahami (comprhension)

Memahami merupakan kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

d. Analisis (analysis)

(38)

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2007). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Menurut Nursalam (2003) dalam pengukuran tingkat pengetahuan responden dapat dilakukan dengan sistem skoring, yaitu:

1) tingkat pengetahuan baik, apabila jawaban responden benar antara 76-100 % 2) tingkat pengetahuan cukup, apabila jawaban responden benar antara 56-75 % 3) tingkat pengetahuan kurang, apabila jawaban responden benar < 56 %

2. Sikap (attitude)

(39)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi dari sikap tidak dapat langsung terlihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Notoatmodjo (2007), sikap terdiri dari beberapa tingkatan, antara lain:

a. menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. bertanggung jawab (responible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

(40)

Menurut Nursalam (2003) dalam pengukuran sikap responden dapat dilakukan dengan sistem skoring, yaitu:

1) tingkat pengetahuan baik, apabila jawaban responden benar antara 76-100 % 2) tingkat pengetahuan cukup, apabila jawaban responden benar antara 56-75 % 3) tingkat pengetahuan kurang, apabila jawaban responden benar < 56 %

D. Kuesioner

Metode kuesioner adalah suatu cara untuk mengumpulkan data primer dengan menggunakan seperangkat daftar pertanyaan mengenai variabel yang akan diukur sehingga jawaban yang diperoleh dapat menggambarkan keadaan variabel yang sebenarnya. Data primer adalah data yang diperoleh berdasarkan pengukuran secara langsung oleh peneliti dari sumbernya (subyek penelitian) (Mustafa, 2009).

Kuesioner dapat dibentuk dari empat bagian yakni, introduksi (pengantar) yang menyatakan maksud atau tujuan penelitian dan tentang identitas responden; pertanyaan pemanasan digunakan sebagai pertanyaan untuk mengetahui latar belakang responden seperti kota kelahiran, asal responden dan sebagainya; pertanyaan demografi yang berhubungan dengan umur, status, pendidikan, pekerjaan, agama, jenis kelamin dan sebagainya; pertanyaan-pertanyaan pokok yang digunakan untuk memperoleh data yang diinginkan (Notoatmodjo, 2010).

(41)

dialami atau dirasakan dengan menggunakan bahasa atau kata-katanya sendiri. Pertanyaan tertutup merupakan suatu pertanyaan yang telah disediakan beberapa pilihan jawaban yang dapat dipilih oleh responden (Mustafa, 2009).

Dalam suatu kuesioner terdapat pertanyaan positif (favourable) dan pertanyaan negatif (unfavourable). Pertanyaan positif yaitu pertanyaan yang disusun dengan kalimat positif, yaitu kalimat mengarah ke hal-hal yang secara normatif “baik”. Pertanyaan negatif yaitu pertanyaan yang disusun menggunakan kalimat negatif, yaitu kalimat mengarah ke hal-hal yang secara normatif “jelek” atau “tidak baik” atau “merugikan” (Mustafa, 2009).

Skala pengukuran instrumen dalam suatu penelitian menentukan satuan yang diperoleh, jenis data atau tingkatan data. penerapan skala ada bermacam-macam sesuai dengan jenis data yang digunakan misalnya skala Likert dan skala Guttman. SkalaGuttmanialah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat tegas (jelas) dan konsisten. alternatif jawaban terdiri dari dua alternatif, misalnya benar-salah dan untuk jawaban responden nilai tertinggi diberi nilai 1 dan nilai terendah diberi nilai 0 (Siregar, 2010).

(42)

“tidak setuju” dan “sangat tidak setuju”. Untuk mengurangi kecenderungan terjadinya bias maka pilihan di tengah (netral) dihilangkan dan peneliti memodifikasi alternatif jawaban sehingga hanya menggunakan jenjang 4 (Mustafa, 2009).

Bahasa yang digunakan dalam kuesioner adalah bahasa Indonesia yang baku. Bahasa yang digunakan dalam pertanyaan disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan pemahaman serta budaya setempat (Mustafa, 2009).

Kuesioner dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian perlu uji validitas dan uji reliabilitas. Responden yang digunakan untuk uji coba sebaiknya yang memiliki ciri-ciri responden dari tempat dimana penelitian tersebut dilaksanakan. Agar diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati normal, maka sebaiknya jumlah responden untuk uji coba paling sedikit 20 orang (Notoatmodjo, 2010).

1. Uji validitas

(43)

dengan skor total menggunakan analisis statistik pearson product moment. Setiap butir pertanyaan dinyatakan valid jika koefisien korelasi (r) bernilai positif dan atau ≥ 0,325 pada tingkat kepercayaan 95 % (Sugiyono, 2010; Notoatmodjo, 2010).

2. Uji reliabilitas

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap hal yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama. Perhitungan reliabilitas harus dilakukan hanya pada pertanyaan-pertanyaan yang sudah memiliki validitas (Notoatmodjo, 2010).

Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk mengukur tingkat reliabilitas instrumen, namun yang paling sering digunakan dalam penelitian adalah metode internal consistency, karena metode ini mempunyai banyak formula yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat reliabilitas instrumen seperti koefisien Alpha Cronbach yang dihitung berdasarkan varian-varian skor dari setiap butir dan varians total butir tersebut, koefisien Alpha Cronbach yang dihitung berdasarkan koefisien korelasi product moment antar skor setiap butir, reliabilitas konstruk (construct reliability) dan variance extracted (Mustafa, 2009).

(44)

E. Keterangan Empiris

(45)

26 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional deskriptif dengan rancangan penelitian cross-sectional. Observasional deskriptif adalah jenis penelitian yang digunakan untuk menggambarkan atau memotret masalah kesehatan salah satunya yaitu tentang swamedikasi diare dalam suatu komunitas tertentu misalnya ibu-ibu PKK. Rancangan cross-sectional adalah salah satu bentuk studi obeservasional (non eksperimental) yang mencakup semua jenis penelitian yang pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali dan pada satu saat (Notoatmodjo, 2010; Satroasmoro-Ismael, 2010).

B. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ibu-ibu PKK di Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan dan sikap ibu-ibu PKK terkait swamedikasi diare di Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul.

2. Definisi operasional

(46)

mengharuskan pemeriksaan ke dokter yang diukur melalui kuesioner.

b. Sikap adalah kesiapan atau kesediaan bertindak responden dalam melakukan tindakan swamedikasi diare yang diukur melalui kuesioner.

c. Swamedikasi adalah tindakan pemilihan dan penggunaan obat yang dapat dibeli secara bebas di apotek atau toko obat untuk mengatasi diare oleh responden di Kabupaten Gunungkidul.

d. Ibu-ibu aktif PKK adalah ibu-ibu rumah tangga dan kader kesehatan yang aktif dalam mengikuti kegiatan PKK tingkat kecamatan. Dikatakan aktif apabila ibu-ibu rumah tangga dan kader kesehatan hadir dalam pertemuan PKK terhitung dari bulan April 2011 sampai bulan April 2012.

e. Karakteristik responden adalah karakteristik yang diamati berdasarkan usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, sumber informasi yang diperoleh terkait swamedikasi diare, dan penggunaan obat diare yang sudah tepat atau belum.

f. Usia dibagi menjadi 2 kelompok yaitu dibawah 30 tahun dan diatas 30 tahun.

(47)

h. Tingkatan pendidikan adalah tingkat pendidikan terakhir yang diikuti oleh ibu-ibu PKK kecamatan, yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok dasar dan kelompok lanjutan. Kelompok dasar meliputi SD dan SMP sederajat, sedangkan kelompok lanjutan meliputi SMA dan Perguruan Tinggi sederajat.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian pada penelitian ini yaitu ibu-ibu aktif PKK di Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu aktif PKK dan telah menikah di Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul yang mengisi dan mengembalikan kuesioner. Setelah diperoleh responden yang memenuhi kriteria inklusi kemudian dilihat karakteristik responden berdasarkan usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan dan sumber informasi yang pernah diperoleh responden sebelum penelitian. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang tidak bisa membaca dan menulis, responden yang tidak lengkap mengisi kuesioner dan responden yang tidak mengisi kuesioner sendiri. Pada penelitian ini jumlah responden yang digunakan sebanyak 30 orang.

D. Tempat Penelitian

(48)

E. Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini yaitu ibu-ibu PKK di Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul yang berjumlah 50 orang. Dalam penelitian ini responden yang digunakan sejumlah 30 orang yang memenuhi kriteria inklusi.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari tiga bagian yaitu:

1. karakteristik responden yang terdiri dari usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, status pekerjaan dan skala tingkat pengenalan. Selain itu, di akhir pertanyaan karakteristik responden dilengkapi dengan tanda tangan dari responden.

2. bagian pengetahuan yang pernyataannya merupakan tipe closed ended dengan skala pengukuran Guttman. Pilihan jawaban pada skala ini terdiri dari 2 pilihan, untuk angka tertinggi diberi skor (2) dan angka terendah diberi skor (1).

(49)

G. Tata Cara Penelitian 1. Perijinan

Perijinan dimulai dengan meminta surat ijin penelitian dari Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang kemudian diserahkan kepada Badan Pelayanan Terpadu. Badan Pelayanan Terpadu akan mengeluarkan surat ijin penelitian dengan tembusan kepada Bupati Gunungkidul, Badan Pemerintah Daerah (BAPEDA) Gunungkidul, Badan Kesatuan Kebangsaan Politik dan Perlindungan Masyarakat dan Penanggulangan Bencana (Kesbangpolinmas dan PB) Gunungkidul serta ke kantor kecamatan yang nantinya dijadikan sebagai tempat penelitian yaitu Kecamatan Semanu.

2. Penelusuran data populasi

Penelusuran data populasi di kecamatan dilakukan untuk mengetahui jumlah ibu-ibu PKK yang aktif di kecamatan.

3. Pembuatan kuisioner

(50)

Bagian kedua dalam kuesioner merupakan bagian pengetahuan. Kriteria dan nomor pernyataan dalam kuesioner bagian pengetahuan ditunjukkan pada tabel II berikut ini.

Tabel II. Kriteria dan nomor pernyataan dalam kuesioner bagian pengetahuan terkait swamedikasi diare pada ibu-ibu PKK di Kecamatan

Semanu Kabupaten Gunungkidul (Kajian Pengetahuan dan Sikap) Bagian Pengetahuan

Penatalaksanaan 9, 10, 11 dan 12

Pencegahan 8

Kondisi yang mengharuskan pemeriksaan ke dokter 14

Pernyataan benar terdapat pada nomor pernyataan 1, 2, 4, 6, 8, 11 dan pernyataan salah terdapat pada nomor pernyataan 3, 5, 7, 9-10, 12-14.

Bagian ketiga dalam kuesioner merupakan bagian sikap yang terdiri dari tipe favorable dan unfavorable. Kriteria dan nomor pernyataan dalam kuesioner bagian sikap ditunjukkan pada tabel III berikut ini.

Tabel III. Kriteria dan nomor pernyataan dalam kuesioner bagian sikap terkait swamedikasi diare pada ibu-ibu PKK di Kecamatan Semanu

Kabupaten Gunungkidul (Kajian Pengetahuan dan Sikap) Bagian Sikap

Kriteria Nomor Pernyataan

Definisi swamedikasi 1 dan 2

Penatalaksanaan 6, 7, 8, 9, 10, 11 dan

12

Pencegahan 3, 4 dan 5

(51)

Pengujian terhadap kuesioner. 1) Uji validitas

Uji validitas terhadap kuesioner dalam penelitian ini berdasarkan uji validitas konstruk yang menggunakan judgment experts. Setelah dilakukan pengujian konstruk dari ahli dilanjutkan dengan uji pemahaman bahasa pada minimal 30 orang. Selanjutnya dilakukan analisis pernyataan dengan menghitung korelasi antara skor butir instrumen dengan skor total dengan bantuan komputer. Parameter dari hasil uji ini dikatakan valid apabila besarnya r hitung pada tiap item pernyataan > 0,325. Uji pemahaman bahasa ini dilakukan di Kecamatan Depok dengan menyebarkan kuesioner pada orang di luar responden yang digunakan dalam penelitian ini (Sugiyono, 2010; Riwidikdo, 2010). Hasil yang diperoleh dari 37 responden yaitu 14 pernyataan variabel pengetahuan dan 15 pernyataan variabel sikap yang valid dari 29 pernyataan yang dibuat (r > 0,325).

2) Uji reliabilitas

(52)

reliable atau dalam arti dapat dipercaya, memiliki konsistensi dan layak digunakan dalam penelitian (Riwidikdo, 2010).

4. Pengambilan data

Pengambilan data dilakukan pada pertemuan rutin ibu-ibu PKK di Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul dan Pengambilan dilakukan hanya satu kali yaitu pada tanggal 14 Mei 2012.

5. Pengolahan data

Pengolahan data berupa manajemen data terdiri dari beberapa tahap berikut ini.

a. Editing

Pada tahap ini, dilakukan pemeriksaan terhadap berbagai hal meliputi kelengkapan jawaban kuesioner hasil penelitian, penyeleksian kuesioner yang memenuhi kriteria inklusi sampel, serta melihat apakah ada responden yang harus dieksklusi. Tahap editingini dilakukan sesaat setelah semua kuesioner terkumpul di lokasi penelitian. Berdasarkan hasil editing, kuesioner yang telah diterima sebanyak 31 kuesioner dan terdapat kuesioner atau responden yang dieksklusi karena kuesioner tidak terisi lengkap meskipun kriteria sampel telah sesuai dengan kriteria inklusi penelitian.

b. Processing

(53)

c. Cleaning

Tahap cleaning dilakukan dengan memeriksa kembali kebenaran data yang sudah dimasukkan ke program komputer serta memastikan kelengkapan seluruh komponen yang dibutuhkan untuk keperluan analisis data. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan taraf kepercayaan 95%.

H. Analisis Data

Gambaran karakteristik responden dalam penelitian ini diketahui dengan mempersentasekan karakteristik tiap responden berdasarkan usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, informasi yang pernah diperoleh mengenai diare dan obat yang diminum ketika mengalami diare. Persentase per karakteristik responden diperoleh dengan rumus:

persentase per karakteristik responden = jumlah responden per karakteristik

total responden × 100 %

Analisis tingkat pengetahuan diketahui dengan menghitung persentase nilai jawaban responden dengan menggunakan rumus:

= × 100%

Keterangan: P : persentase (%)

f : frekuensi dari seluruh alternatif jawaban yang menjadi pilihan yang telah dipilih responden atas pertanyaan yang diajukan

n : jumlah frekuensi seluruh alternatif jawaban yang menjadi pilihan responden selaku peneliti (Sabarguna, 2008).

(54)

pernyataan) maka dapat dikatakan bahwa responden memiliki pengetahuan yang cukup. Apabila persentase jawaban responden diperoleh < 56 % (1-7 pernyataan) maka dapat dikatakan bahwa responden memiliki pengetahuan yang kurang.

Analisis sikap diketahui dengan menghitung skor akhir responden apabila persentase nilai jawaban responden diperoleh antara 76-100 % (skor akhir responden 46-60) maka dapat dikatakan bahwa responden memiliki sikap yang baik. Apabila persentase jawaban responden diperoleh antara 56-75 % (skor akhir responden 34-45) maka dapat dikatakan bahwa responden memiliki sikap yang cukup. Apabila persentase jawaban responden diperoleh < 56 % (skor akhir responden 24-33) maka dapat dikatakan bahwa responden memiliki sikap yang kurang.

Nilai dan persentase per kriteria responden terhadap kriteria dalam kuesioner bagian pengetahuan diketahui dengan rumus:

Nilai per kriteria = total jawaban responden per kriteria jumlah pernyataan per kriteria

Persentase per kriteria = Nilai per kriteria

total responden × 100%

Nilai dan persentase per kriteria responden terhadap kriteria dalam kuesioner bagian sikap diketahui dengan rumus:

A = B C

Keterangan:

A : rata-rata responden yang memiliki sikap positif/negatif per kriteria B : jumlah responden yang memiliki sikap positif/negatif per kriteria C : jumlah pernyataan per kriteria

Persentase per kriteria = rata − rata responden yang memiliki sikap positif/negatif per kriteria total responden × 100%

(55)

Kelemahan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. tidak semua kriteria terkait swamedikasi diare dapat diukur melalui kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini.

2. pernyataan pada kuesioner yang digunakan dalam penelitian kurang dapat mengukur pengetahuan dan sikap terkait swamedikasi diare

(56)

37 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Penelitian ini menggunakan responden ibu-ibu PKK yang memenuhi kriteria inklusi yaitu ibu-ibu aktif PKK dan telah menikah di Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul. Karakterisitik demografi responden dalam penelitian ini adalah usia responden, tingkat pendidikan, status pekerjaan, selain itu terdapat skala tingkat pengenalan responden untuk mengetahui apakah responden pernah memperoleh informasi mengenai diare sebelum penelitian atau tidak dan darimana informasi tersebut diperoleh. Karakteristik demografi responden berdasarkan usia ditunjukkan pada tabel IV berikut ini.

Tabel IV. Distribusi karakteristik ibu-ibu PKK Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul terkait swamedikasi diare berdasarkan usia

Kelompok usia

(57)

berakibat ketidakrasionalan dalam penggunaan obat. Oleh karena itu, dalam penelitian ini karakteristik demografi usia responden dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok dibawah usia 30 tahun dan kelompok diatas usia 30 tahun. Berdasarkan tabel IV, dapat diketahui bahwa umumnya responden berada pada kelompok usia diatas 30 tahun yaitu sebanyak 28 orang dengan persentase 93,3 %. Karakteristik demografi responden berdasarkan tingkat pendidikan ditunjukkan pada tabel V berikut ini.

Tabel V. Distribusi karakteristik ibu-ibu PKK Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul terkait swamedikasi diare berdasarkan tingkat

pendidikan

(58)

Tabel VI. Distribusi karakteristik ibu-ibu PKK Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul terkait swamedikasi diare berdasarkan status

pekerjaan

Penelitian ini menggunakan karakteristik demografi status pekerjaan yang terbagi ke dalam dua kelompok yaitu kelompok dengan status tidak bekerja dan kelompok dengan status bekerja. Pembagian ini berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 pasal 1 ayat 3 yang menyatakan bahwa pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain sehingga ibu rumah tangga dikategorikan ke dalam kelompok tidak bekerja. Berdasarkan tabel VI, dapat diketahui bahwa responden umumnya memiliki status pekerjaan bekerja yaitu sebanyak 24 orang dengan persentase 80 %.

(59)

Tabel VII. Distribusi karakteristik ibu-ibu PKK Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul terkait swamedikasi diare berdasarkan informasi

mengenai diare yang pernah diperoleh sebelum penelitian Informasi mengenai swamedikasi

Belum pernah memperoleh informasi 2 6,7

Sudah pernah memperoleh informasi 28 93,3

Jumlah 30 100,0

Berdasarkan tabel VII, dapat diketahui bahwa umumnya responden sudah pernah memperoleh informasi mengenai swamedikasi diare yaitu dengan jumlah responden 28 orang (93,3 %). Informasi mengenai swamedikasi diare yang diperoleh responden didapat dari Puskesmas, media massa dan dari kerabat responden. Sumber informasi terkait swamedikasi diare yang diperoleh responden ditunjukkan pada tabel VIII berikut ini.

Tabel VIII. Distribusi karakteristik ibu-ibu PKK Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul terkait swamedikasi diare berdasarkan sumber

informasi mengenai diare yang pernah diperoleh sebelum penelitian

Sumber Informasi Jumlah responden

(60)

Tabel IX. Obat yang biasa diminum ibu-ibu PKK Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul ketika mengalami diare

Obat yang biasa diminum Jumlah responden (orang)

Berdasarkan tabel IX, diketahui bahwa obat diare yang sering digunakan oleh responden saat mengalami diare adalah oralit dengan jumlah responden sebanyak 26 orang (86,7 %). Oralit merupakan nama generik dari larutan rehidrasi oral yang memiliki berbagai nama dagang, seperti Pharolit®, Bioralit®, Corsolit®, dan sebagainya. Oralit digunakan untuk mencegah dan mengobati dehidrasi yang terjadi saat diare. Entrostop® merupakan salah satu merk obat diare dengan zat aktif attapulgite dan pectin yang digunakan untuk menyerap racun/bakteri penyebab diare dan mengurangi frekuensi BAB. Oralit dan Entrostop®tergolong dalam golongan obat bebas. Obat bebas merupakan salah satu golongan obat yang dapat digunakan untuk melakukan swamedikasi. Hal ini menunjukkan bahwa ibu-ibu PKK di Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul telah tepat dalam hal pemilihan obat ketika mengalami diare.

B. Swamedikasi Diare Pada Ibu-ibu PKK di Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul (Kajian Pengetahuan)

(61)

Tabel X. Distribusi tingkat pengetahuan ibu-ibu PKK terkait swamedikasi diare di Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul

Tingkat Pengetahuan Jumlah responden

Analisis setiap pernyataan yang terdapat pada bagian pengetahuan juga dilakukan untuk mengetahui informasi yang belum dimengerti oleh responden. Pernyataan pada bagian pengetahuan antara lain meliputi definisi swamedikasi, definisi diare, gejala diare, penyebab diare, pencegahan diare, penatalaksanaan diare dan kondisi yang mengharuskan pemeriksaan ke dokter. Rata-rata jawaban responden per kriteria yang memberikan jawaban benar atau salah dan persentasenya terhadap pernyataan pada bagian pengetahuan ditunjukkan pada tabel XI berikut ini.

Tabel XI. Rata-rata jawaban ibu-ibu PKK Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul terhadap kriteria pada bagian pengetahuan terkait

swamedikasi diare Kriteria

Rata-rata jawaban responden per kriteria No

Definisi diare 2 24 80,0 6 20,0

Penyebab 3, 4, 5, 7 26 86,7 4 13,3

Gejala 13 23 76,7 7 23,3

Penatalaksanaan 9, 10, 11, 12 26,75 89,0 3,25 11,0

Pencegahan 8 29 96,7 1 3,3

Kondisi yang mengharuskan pemeriksaan ke dokter

(62)

Berdasarkan tabel XI, dapat diketahui bahwa secara umum responden memiliki pengetahuan yang baik terkait swamedikasi diare. Namun, pada pernyataan mengenai definisi swamedikasi, responden memiliki pengetahuan yang cukup, oleh karena itu untuk pemberian informasi mengenai swamedikasi diare dapat lebih ditekankan pada informasi mengenai definisi swamedikasi. Selain itu, kuesioner sebagai instrumen yang digunakan pada penelitian ini belum terfokus pada swamedikasi diare karena kriteria untuk mengukur swamedikasi diare yang digunakan masih sedikit. Perbandingan pernyataan untuk pengukuran terkait penyakit diare dan pelaksanaan swamedikasi juga tidak seimbang, jumlah pernyataan yang ada pada kuesioner terkait diare lebih banyak dibandingkan pernyataan terkait pelaksanaan swamedikasi.

(63)

Tabel XII. Perbandingan tingkat pengetahuan ibu-ibu PKK Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul terkait swamedikasi diare berdasarkan

karakteristik responden dan skala tingkat pengenalan Karakteristik responden Tingkat Pendidikan Pendidikan dasar 5 83,3 1 16,7 Pendidikan lanjutan 22 91,7 2 8,3

Status Pekerjaan Tidak bekerja 6 100,0 0 0

Bekerja 21 87,5 3 12,5

Skala tingkat pengenalan Baik Cukup

n % n %

Informasi mengenai diare

Belum pernah 1 50,0 1 50,0

Pernah 26 92,9 2 7,1

* n : jumlah responden

(64)

C. Swamedikasi Diare Pada Ibu-ibu PKK di Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul (Kajian Sikap)

Berdasarkan hasil yang diperoleh, umumnya responden memiliki sikap yang baik yaitu dengan jumlah responden sebanyak 24 orang (80 %). Sikap responden ditunjukkan pada tabel XIII berikut ini.

Tabel XIII. Distribusi sikap ibu-ibu PKK terkait swamedikasi diare di Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul

Sikap Jumlah responden (orang) Persentase (%)

Baik 24 80,0

Cukup 6 20,0

Jumlah 30 100,0

Analisis setiap pernyataan pada bagian sikap juga dilakukan untuk mengetahui sikap yang ditunjukkan oleh responden merupakan sikap positif atau sikap negatif terkait swamedikasi diare. Jumlah responden yang memberikan jawaban sikap positif dan sikap negatif serta persentasenya terhadap pernyataan mengenai swamedikasi diare yang ada pada bagian sikap ditunjukkan pada tabel XIV berikut.

Tabel XIV. Kriteria dan persentase sikap positif maupun sikap negatif terkait swamedikasi diare di Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul

Kriteria No

Definisi swamedikasi 1, 2 53,3 46,7

Penatalaksanaan 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12

81,0 19,0

Pencegahan 3, 4, 5 95,6 4,4

Kondisi yang mengharuskan

pemeriksaan ke dokter

(65)

Berdasarkan tabel XIV, dapat diketahui bahwa umumnya responden memiliki sikap positif. Namun pada kriteria mengenai definisi swamedikasi responden masih memiliki pengetahuan yang cukup. Oleh karena itu, perlu adanya informasi tambahan mengenai definisi swamedikasi sehingga responden dapat membentuk sikap yang baik tekait definisi swamedikasi. Selain itu, kuesioner sebagai instrumen yang digunakan pada penelitian ini belum terfokus pada swamedikasi diare karena kriteria untuk mengukur swamedikasi diare yang digunakan masih sedikit. Perbandingan pernyataan untuk pengukuran terkait penyakit diare dan pelaksanaan swamedikasi juga tidak seimbang, jumlah pernyataan yang ada pada kuesioner terkait diare lebih banyak dibandingkan pernyataan terkait pelaksanaan swamedikasi.

(66)

Tabel XV. Perbandingan sikap ibu-ibu PKK Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul terkait swamedikasi diare berdasarkan karakteristik

responden dan skala tingkat pengenalan Karakteristik responden Tingkat Pendidikan Pendidikan dasar 4 66,7 2 33,3 Pendidikan lanjutan 20 83,3 4 16,7

Status Pekerjaan Tidak bekerja 5 83,3 1 16,7

Bekerja 19 79,2 5 20,8

Skala tingkat pengenalan Baik Cukup

n % n %

Informasi mengenai diare

Belum pernah 1 50 1 50

Pernah 23 82,1 5 17,9

(67)

48 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Karakteristik demografi ibu-ibu PKK di Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul umumnya berada pada kelompok usia di atas 30 tahun, tingkat pendidikan lanjutan, kelompok yang bekerja. Ibu-ibu PKK Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul umumnya pernah memperoleh informasi mengenai swamedikasi diare sebelum penelitian ini dilakukan yang diperoleh dari Puskesmas dan obat yang umumnya diminum oleh ibu-ibu PKK Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul ketika mengalami diare adalah Oralit.

2. Ibu-ibu PKK Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul memiliki tingkat pengetahuan yang baik terkait swamedikasi diare yaitu sebesar 90 %. 3. Ibu-ibu PKK Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul memiliki sikap

yang baik terkait swamedikasi diare yaitu sebesar 80 %.

B. Saran

1. Perlu dilakukan perbaikan kuesioner agar semua kriteria terkait swamedikasi diare dapat terukur.

(68)
(69)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2004, Pengobatan Sendiri, http://perpustakaan.pom.go.id/KoleksiLainnya/Buletin%20Info%20POM /0604.pdf, diakses tanggal 16 Mei 2012.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Gunungkidul, 2010, Gunungkidul Dalam Angka 2010, Badan Pusat Statistik Kabupaten Gunungkidul, pp. 100.

Berardi, R. R., 2006, Handbook of Nonprescription Drug An Interactive Approach to Self-Care, 15th ed., American Pharmacists Association, Washington DC, pp. 327-347.

Departemen Kesehatan RI, 2008, Profil Kesehatan Propinsi per Kabupaten, http://www.bankdata.depkes.go.id/propinsi/public/report/createtablepti, diakses tanggal 7 Oktober 2011.

Dipiro, 2008, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 7th edition, Mc Graw Hill, New York, pp. 621-623.

Djunarko, I. dan Dian, H. Y., 2011,Swamedikasi yang Baik dan Benar, Citra Aji Parama, Yogyakarta, 2011, pp. 4, 6-7, 9, 47-49.

Kristanti, D., 2012, Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Produktif Di Kecamatan Berbah, Sleman, DIY Mengenai Kista Endometrium Pada Tahun 2011, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Kristina, S.A., Prabandari, Y.S., dan Sudjaswadi, R., 2008, Perilaku Pengobatan Sendiri yang Rasional pada Masyarakat Kecamatan Depok dan Cangkringan Kabupaten Sleman,Majalah Farmasi Indonesia, 19 (1), pp. 33.

Mustafa, Z., 2009, Mengurai Variabel Hingga Instrumen, Graha Ilmu, Yogyyakarta, pp. 76, 99, 101-106, 225.

Notoatmodjo, S., 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta.

Notoadmodjo, S., 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, 164-170, Rineka Cipta, Jakarta, pp. 58-62, 164-170.

Nursalam, 2003,Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi pertama, Salemba Medika, Jakarta, pp.124.

(70)

HIV/AIDS pada Masyarakat Indonesia, Buletin Penelitian Sistem Kesehatan,Vol. 12, pp. 362-369.

Priyanto, 2009,Farmakoterapi dan Terminologi Medis, Leskonfi, Depok, pp. 99. Puspitasari, I., 2010,Jadi Dokter untuk Diri Sendiri, B First, Yogyakarta, pp. 69. Riwidikdo, 2009,Statistik Kesehatan, Mitra Cendikia Press, pp. 156.

Riwidikdo, 2010, Statistik Penelitian Kesehatan, Pustaka Rihama, pp. 141, 148, 149.

Sabarguna, B.S., 2008, Analisis pada Penelitian Kualitatif, edisi Revisi, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Sarwono, S., 2007, Sosiologi Kesehatan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, pp. 1-2, 31-38.

Satroasmoro-Ismael, 2010, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, edisi 3, Sagung Seto, Jakarta, pp. 112-125.

Siregar, S., 2010, Statistika Deskriptif Untuk Penelitian, Rajawali Pers, Jakarta, pp.143.

Sugiyono, 2007,Statistika untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung, pp. 74.

Tan, H.T dan Rahardja, K., 2010,Obat-Obat Sederhana Untuk Gangguan Sehari-hari, Elex Media Komputindo, Jakarta, pp. ix.

WGO, 2008, Practice Guidelines: Acute Diarrhea, http://www.world gastroenterology.org.id, diakses tanggal 6 November 2011

WHO, 2000,Guidelines for the Regulatory Assessment of Medicinal Products

for use in Self-Medication,

http://apps.who.int/medicinedocs/pdf/s2218e/s2218e.pdf, diakses tanggal 6 September 2011.

WHO, 2003, Making a Difference : Indicators to Improve Children’s

Enviromental Health,

http://www.who.int/phe/children/en/cehindicsum.pdf, diakses tanggal 4 September 2011.

WHO, 2005, The Treatment of Diarrhoea: A manual for physician and other senior health workers, Department of Child and Adolescent Health and

(71)
(72)

53

(73)

Lampiran 1. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU-IBU PKK TERKAIT SWAMEDIKASI DIARE DI KECAMATAN SEMANU KABUPATEN

GUNUNG KIDUL I. DATA DEMOGRAFI RESPONDEN

Nama :

Umur :…………tahun

Kecamatan :

Kabupaten :

Status : menikah / belum menikah *) Pendidikan terakhir :

Pekerjaan : bekerja/ tidak bekerja *)

SKALA TINGKAT PENGENALAN

1. Pernahkan anda memperoleh informasi tentang diare : pernah / belum pernah*

2. Jika pernah informasi tersebut anda diperoleh dari : 3. Obat yang biasa diminum ketika mengalami diare :

Keterangan :* lingkari jawaban yang tepat

Tanda Tangan Responden

(74)

II. Pilihlah jawaban dari pernyataan-pernyatan di bawah ini di tempat yang telah disediakan dengan memberi tanda centang ().

KUESIONER

NO Pernyataan BENAR SALAH

1 Mengenali gejala, memilih, membeli dan menggunakan obat diare tanpa bantuan tenaga medis disebut swamedikasi

2 Disebut diare jika BAB lebih dari 3x dalam sehari dengan feses yang cair

3 Alergi terhadap makanan dan susu bukan penyebab diare 4 Bakteri, Virus dan Parasit mengakibatkan terjadinya diare

5 Makan makanan yang bersih dengan gizi berimbang menyebabkan diare

6 Gejala dari diare adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam sehari dengan feses yang cair

7 Makanan yang tercemar kuman tidak dapat menyebabkan diare

8 Menjaga kebersihan diri dan lingkungan merupakan salah satu cara mencegah terjadinya diare

9 Ketika anak mengalami diare maka tidak perlu diberikan ASI 10 Ibu yang mengalami diare tidak boleh menyusui

11 Oralit diberikan sesering mungkin ketika mengalami diare

12 Diare dapat disembuhkan dengan makan makanan yang pedas dan berminyak

13 Diare tidak menyebabkan rasa haus, mulut dan lidah kering, mata cekung

(75)

III. Pilihlah jawaban dari pernyataan-pernyatan di bawah ini di tempat yang telah disediakan dengan memberi tanda centang ( V ) .

Keterangan :

SS : Sangat Setuju (bila saya setuju dengan pernyataan yang diajukan) S : Setuju (bila saya cenderung setuju dengan peryataan yang diajukan) TS : Tidak Setuju (bila saya cenderung tidak setuju dengan pernyataan yang

Saya lebih suka membeli obat sendiri dibandingkan harus memeriksakan diri ke dokter ketika mengalami diare

2 Saya lebih suka menerima informasi obat diare dari media massa dibandingkan dari Apoteker/Dokter

3 Saya mencuci tangan dengan sabun setelah BAB dan sebelum makan

4 Saya menghindari makan makanan pedas dan berminyak ketika mengalami diare

5 Saya memilih BAB di sungai yang mudah di jangkau dibandingkan di jamban

6 Saya minum obat diare setelah mengalami BAB lebih dari 3x dalam sehari dengan feses yang cair

7 Saya berani mengkonsumsi obat diare 4 tablet sekali minum agar lebih manjur

8 Saya lebih memilih minum oralit saat mengalami diare dibandingkan tidak sama sekali

(76)

minum oralit

10 Saya memilih tetap menyusui meskipun mengalami diare

11 Saya memilih untuk mengencerkan susu pengganti ASI sebelum diberikan pada anak yang mengalami diare 12 Saya menghindari minum banyak cairan ketika diare

untuk mencegah buang air kecil secara terus menerus 13 Saya memilih segera menghubungi dokter ketika

mengalami diare secara terus menerus lebih dari 48 jam 14 Saya memilih segera menghubungi dokter ketika

terdapat darah/lendir pada tinja

Gambar

Tabel I.Aturan Pemberian Oralit untuk Diare ......................................
Tabel VIII.
Tabel I. Aturan pemberian oralit untuk diare (Djunarko dan
Tabel II. Kriteria dan nomor pernyataan dalam kuesioner bagian
+7

Referensi

Dokumen terkait

dapat diketahui bahwa dari 50 orang responden, pengetahuan remaja putri tentang anemia defisiensi besi terhadap kesehatan reproduksi yang paling banyak berada pada kategori

Dari hasil jawaban 111 responden pada penelitian Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Swamedikasi Diare pada Pelajar SMA N 1 Karanganom Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten,

responden tentang kanker leher rahim dan sikap ibu terhadap pemeriksaan papsmear, yang paling banyak dijumpai pada responden dengan tingkat pengetahuan sedang memiliki

Penyusunan dan Pembuatan Kuesioner. Kuesioner dalam penelitian ini disusun sebagai alat ukur yang dapat digunakan untuk memperoleh informasi data yang sesuai dengan

Gambaran pengetahuan ibu tentang swamedikasi diare pada anak di lingkungan RW 012, kategori pengetahuan baik sebanyak 62 responden (61,38%).Alasan mayoritas ibu melakukan

Berdasarkan tabel 4.5 diatas didapatkan hasil bahwa yang paling banyak sikap ibu tentang penyapihan dini adalah baik sebanyak 139 responden

Menurut Pratiwi dkk (2014) faktor internal yang mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah tingkat pendidikan dan usia, dimana responden dalam penelitian ini yaitu guru

Responden yang paling banyak memiliki tingkat pengetahuan sedang tentang ASI Eksklusif serta memberikan MP ASI pada waktu bayinya berusia 1 bulan yaitu sebanyak 12 orang