• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Medan"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG

HIV/AIDS DI SMA NEGERI 1 MEDAN

Oleh :

KALAIVANI ALAGAPAN

080100404

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG

HIV/AIDS DI SMA NEGERI 1 MEDAN

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

KALAIVANI ALAGAPAN

080100404

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Medan

Nama : Kalaivani Alagapan NIM : 080100404

Medan, Desember 2011 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

( Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD – KGEH ) NIP: 19540220 198011 1 001

Pembimbing

(dr. Bugis Mardina Lubis, Sp.A)

Penguji I

( dr. Juliandi Harahap, MA)

Penguji II

(4)

ABSTRAK

HIV/AIDS adalah salah satu penyakit yang sampai saat ini mendapat perhatian dari berbagai pihak. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami peningkatan kasus yang cukup tinggi. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia kebanyakkannya terjadi pada remaja (50.7%) antara 15-29 tahun.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap remaja SMA Negeri 1 Medan tentang HIV/AIDS. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui cara akses remaja dalam memperoleh informasi mengenai HIV/AIDS.

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Jumlah sampel sebanyak 93 orang dengan tingkat ketepatan relatif (d) sebesar 0.1. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan stratified random sampling. Sampel tersebut kemudian didistribusikan secara proporsional berdasarkan tingkatan kelas. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif.

Hasil uji tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan dalam tentang HIV/AIDS berada dalam kategori cukup sebesar (67.7%) sedangkan sikap tentang HIV/AIDS berada dalam kategori baik sebesar (49.5%). Cara akses siswa-siswi untuk mendapatkan informasi mengenai HIV/AIDS terbanyak adalah melalui televisi/radio/internet sebanyak 71%. Tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan tentang HIV/AIDS berada dalam kategori cukup, dan tingkat sikap pula berada dalam kategori baik.

(5)

ABSTRACT

HIV/AIDS is one of the disease which until now has received attention from

various parties. Indonesia is one of the countries with the most increasing incidents.

According to Ministry of Health of Republic Indonesia most of the HIV/AIDS cases

occur in adolescents (50.7%) between 15-29 years.

This study was conducted to apprehend the adolescents knowledge and

attitude towards HIV/AIDS in SMA Negeri 1 Medan. Besides, this research was also

designed to find out the accessibility of HIV/AIDS information in adolescents.

Descriptive study was chosen in this study. A total of 93 samples were

included with 0.1 as the precisions (d). Sampling technique used was stratified

random sampling and samples were then distributed proportionally based on their

level of education. Data were collected by utilizing questionnaires and analyzed by

using descriptive statistic.

The result of high school students knowledge in SMA Negeri 1 Medan towards

HIV/AIDS was 67.7% and categorized as sufficient but the attitude towards

HIV/AIDS encounter was 49.5% and categorized as good. Accessibility of HIV/AIDS

information of the students in SMA Negeri 1 Medan was by television, radio or

internet (71%) . The high school students knowledge and attitude in SMA Negeri 1

Medan towards HIV/AIDS were categorized sufficient and good.

(6)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama, peneliti panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan kasih dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Medan”.

Dalam penulisan karya tulis ini, peneliti telah banyak mendapat bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis dengan rendah hati ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Bugis Mardina Lubis, Sp.A selaku dosen pembimbing karya tulis ilmiah atas kesabaran dan waktu yang diberikannya untuk membimbing peneliti sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. 2. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti selama masa pendidikan.

3. Buat paman-paman dan keluarga yang selalu memberikan doa, dukungan, dan bantuan buat penulis.

4. Teman-teman peneliti, terutama Shalini, Erwin, Desi Yustra Sari Dewi, Syahrul Hidayat

5. Semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada peneliti.

dan teman-teman yang lainnya yang telah memberikan saran dan bantuan kepada peneliti selama penyusunan karya tulis.

(7)

Akhirnya peneliti mengharapkan semoga hasil karya tulis ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, bangsa dan Negara kita Indonesia, serta pengembangan ilmu.

Medan, 12 Desember 2011 Peneliti

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan………. i

Abstrak……….ii

2.4. Etiologi dan Patogenesis……… ………5

2.5. Cara Penularan……….. 8

2.6. Gejala Klinis……….. ………9

2.7. Diagnosis...……… ………10

2.8. Pengobatan………. ………11

2.9. Pencegahan……… 13

2.10. Sikap Masyarakat terhadap Penderita HIV/AIDS…………. ………14

2.11. Pengetahuan………... 15

2.12. Sikap……….. 16

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL………….. 17

3.1. Kerangka Konsep Penelitian……….. 17

3.2. Variabel dan Defenisi Operasional……… 17

3.3. Cara Ukur Tingkat Pengetahuan……… 18

3.4. Cara Ukur Sikap………. 18

BAB 4 METODE PENELITIAN……… 19

4.1. Jenis Penelitian……….. 19

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian……… 19

(9)

4.4. Metode Pengumpulan Data……… 20

4.5. Pengolahan dan Analisa Data……… ……... 21

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… ……... 23

5.1. Hasil penelitian………... 23

5.2. Pembahasan………31

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……… ……... 34

6.1 Kesimpulan……… ……... 34

6.2 Saran……….. ……... 35

DAFTAR PUSTAKA……….. ……... 36

(10)

DAFTAR SINGKATAN

AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome

ASI Air Susu Ibu

ARV anti retroviral

CDC Centre for Disease Control

ELISA Enzyme-linked Immunosorbent

HIV Human Immunodeficiency Virus

NAPZA narkotika, psikotropika dan zat adiktif

ODHA Orang Dengan HIV/AIDS

PCR polymerase chain reaction

UKS Usaha Kesehatan Sekolah

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.2. Defenisi Operasional.……… ……... 17 Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner……….. 21 Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Bedasarkan Usia….. 23 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Karakterisktik Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin………. 24 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Tentang Sumber Informasi Penyakit

HIV/AIDS……….. 24 Tabel 5.4. Tingkat Pengetahuan Siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan…………. 25 Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Pada Variabel

Pengetahuan………26 Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Usia……... .26 Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Jenis

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Riwayat Hidup

Lampiran 2 Lembar Penjelasan Subyek Penelitian

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Inform Consent)

Lampiran 4 Kuesioner Penelitian

Lampiran 5 Lembar Ethical Clearence

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian

Lampiran 7 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

(14)

ABSTRAK

HIV/AIDS adalah salah satu penyakit yang sampai saat ini mendapat perhatian dari berbagai pihak. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami peningkatan kasus yang cukup tinggi. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia kebanyakkannya terjadi pada remaja (50.7%) antara 15-29 tahun.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap remaja SMA Negeri 1 Medan tentang HIV/AIDS. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui cara akses remaja dalam memperoleh informasi mengenai HIV/AIDS.

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Jumlah sampel sebanyak 93 orang dengan tingkat ketepatan relatif (d) sebesar 0.1. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan stratified random sampling. Sampel tersebut kemudian didistribusikan secara proporsional berdasarkan tingkatan kelas. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif.

Hasil uji tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan dalam tentang HIV/AIDS berada dalam kategori cukup sebesar (67.7%) sedangkan sikap tentang HIV/AIDS berada dalam kategori baik sebesar (49.5%). Cara akses siswa-siswi untuk mendapatkan informasi mengenai HIV/AIDS terbanyak adalah melalui televisi/radio/internet sebanyak 71%. Tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan tentang HIV/AIDS berada dalam kategori cukup, dan tingkat sikap pula berada dalam kategori baik.

(15)

ABSTRACT

HIV/AIDS is one of the disease which until now has received attention from

various parties. Indonesia is one of the countries with the most increasing incidents.

According to Ministry of Health of Republic Indonesia most of the HIV/AIDS cases

occur in adolescents (50.7%) between 15-29 years.

This study was conducted to apprehend the adolescents knowledge and

attitude towards HIV/AIDS in SMA Negeri 1 Medan. Besides, this research was also

designed to find out the accessibility of HIV/AIDS information in adolescents.

Descriptive study was chosen in this study. A total of 93 samples were

included with 0.1 as the precisions (d). Sampling technique used was stratified

random sampling and samples were then distributed proportionally based on their

level of education. Data were collected by utilizing questionnaires and analyzed by

using descriptive statistic.

The result of high school students knowledge in SMA Negeri 1 Medan towards

HIV/AIDS was 67.7% and categorized as sufficient but the attitude towards

HIV/AIDS encounter was 49.5% and categorized as good. Accessibility of HIV/AIDS

information of the students in SMA Negeri 1 Medan was by television, radio or

internet (71%) . The high school students knowledge and attitude in SMA Negeri 1

Medan towards HIV/AIDS were categorized sufficient and good.

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah salah satu masalah kesehatan yang sedang dihadapi masyarakat dunia dan saat ini belum ada negara yang bebas dari HIV. Penyakit yang ditemukan pada awal 1980-an ini, menyebabkan dampak buruk pada negara dari segi kesehatan, sosial dan ekonomi (AVERT, 2011).

Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami peningkatan kasus yang cukup tinggi (AUSAID, 2006). Jumlah kasus AIDS yang dilaporkan dari Januari hingga September 2007 adalah 2190 (Depkes RI, 2007). Terjadi peningkatan kasus dari Januari hingga Desember 2010, jumlah kasus AIDS yang dilaporkan sebanyak 4158 (Depkes RI, 2010).

Secara kumulatif di Indonesia, dari 1 April 1987 hingga 30 Desember 2010 jumlah kasus AIDS adalah 24131 dan jumlah kematian akibat AIDS adalah sebanyak 4539. Jumlah terbanyak pada penderita laki-laki yaitu sebanyak 17626 dan 6416 pada perempuan dengan penyebaran tinggi melalui heteroseksual (Depkes RI, 2010).

Sebanyak 50.7% kasus AIDS dari tahun 1987 hingga September 2010, terjadi pada remaja yang berusia 15-29 tahun (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010). Data ini secara jelas memberi gambaran bahwa, remaja memerlukan edukasi dan penyuluhan yang benar tentang penyakit ini supaya tidak terinfeksi oleh HIV.

(17)

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), remaja (adolescence) adalah mereka yang berusia 10-19 tahun dan anak muda (youth) adalah mereka yang usia 15-24 tahun. Sekitar satu milyar manusia di seluruh dunia dan hampir satu di antara enam manusia ini adalah remaja. Remaja aktif secara seksual dan mereka seringkali kekurangan informasi dasar mengenai kesehatan reproduksi, keterampilan menegosiasikan hubungan seksual dan akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi, sehingga mereka rentan terhadap masalah kesehatan reproduksi seperti HIV/AIDS (UNFPA, 2000).

Banyak di antara remaja yang kurang atau tidak memiliki hubungan yang stabil dengan orang tuanya maupun dengan orang dewasa lain. Mereka lebih senang berbicara dengan sahabat karib tentang masalah-masalah kesehatan reproduksi yang menjadi perhatian mereka. Apabila terjadi kecenderungan kearah penarikan diri, sangat mungkin terjadi tindakan irasional (UNFPA, 2000). Menurut hasil survei yang telah dilakukan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional di 33 provinsi pada tahun 2008, sebanyak 63% remaja di Indonesia usia sekolah SMP dan SMA sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah.

(18)

1.2Rumusan Masalah

Bagaimanakah pengetahuan dan sikap remaja di SMA Negeri 1 Medan tentang HIV/AIDS?

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan remaja mengenai HIV/AIDS. b. Mengetahui tentang sikap remaja mengenai HIV/AIDS.

c. Mengetahui cara akses remaja untuk mendapatkan informasi mengenai HIV/AIDS.

1.4Manfaat Penelitian

a. Pihak sekolah

Pihak sekolah dapat melakukan program pendidikan kesehatan seperti ceramah, dan seminar untuk meningkatkan pengetahuan siswa-siswi tentang HIV/AIDS.

b. Para pendidik di sekolah

Dengan adanya hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar meningkatkan pengetahuan mengenai HIV/AIDS yang diperlukan oleh siswa-siswi sekolah tersebut.

c. Populasi penelitian

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi HIV

Human immunodeficiency virus (HIV) adalah penyebab acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). Virus ini terdiri dari dua grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Kedua tipe HIV ini bisa menyebabkan AIDS, tetapi HIV-1 yang paling banyak ditemukan di seluruh dunia, dan HIV-2 banyak ditemukan di Afrika Barat. Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau retroviridae. Genom virus ini adalah RNA, yang mereplikasi dengan menggunakan enzim reverse transcriptase untuk menginfeksi sel mamalia (Finch, Moss, Jeffries dan Anderson, 2007 ).

Virus ini akan membunuh limfosit T helper (CD4), yang menyebabkan hilangnya imunitas yang diperantarai sel. Selain limfosit T helper, sel-sel lain yang mempunyai protein CD4 pada permukaannya seperti makrofag dan monosit juga dapat diinfeksi oleh virus ini. Maka berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia yang mengindikasikan berkurangnya sel-sel darah putih yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh manusia, sehingga ini meningkatkan probabilitas seseorang untuk mendapat infeksi oportunistik (Levinson, 2008).

2.2 Defenisi AIDS

(20)

tidak dapat lagi mengatasi infeksi akibat berkurangnya sel CD4 dan rentan terhadap berbagai jenis penyakit lain. Seseorang didiagnosa mengalami AIDS apabila sistem pertahanan tubuh terlalu lemah untuk melawan infeksi, di mana infeksi HIV pada tahap lanjut (AVERT, 2011).

2.3 Epidemiologi

Kasus pertama AIDS di Indonesia dilaporkan pada tahun 1987 (Mesquita, et al, 2007). Secara kumulatif, kasus AIDS di Indonesia, sampai akhir 2010 adalah sebanyak 24131. Sedangkan jumlah kematian akibat AIDS adalah 4539 orang. Rasio kasus AIDS antara laki-laki dan perempuan adalah 2:1, di mana laki-laki sebanyak 17626 orang dan perempuan sebanyak 8520 orang (Depkes RI, 2010).

Menurut Centre for Disease Control (CDC), peningkatan kasus HIV/AIDS menjadi dua kali lipat dari tahun 2003 hingga 2004 (Mesquita, et al, 2007). HIV/AIDS paling banyak ditransmisi melalui kontak seksual yaitu sebanyak 13441 kasus dan diikuti oleh penggunaan narkotika suntik sebanyak 9242 kasus (Depkes RI, 2010). Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional pada tahun 2008, sebanyak 63 % remaja Indonesia sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah. Sifat ingin tahu yang sangat besar pada remaja menyebabkan mereka mencoba segala sesuatu yang menurut mereka menarik sehingga menyebabkan mereka tergolong ke dalam sub-populasi berperilaku risiko tinggi.

2.4 Etiologi dan Patogenesis

Pada tahun 1983, penyebab AIDS ditemukan yaitu human T-cell lymphotropic virus-type III/lymphadenopathy-associated virus (HTLV-III/LAV) dan kemudian namanya ditukarkan kepada human immunodeficiency virus (HIV) (CDC, 2006).

(21)

dalam replikasi dan empat gen lain yaitu nef, vif, vpr, dan vpu adalah gen aksesori yang tidak berperan dalam replikasi (Levy, 2007)

Gen gag memberikan kode untuk protein p24. Gen pol memberikan kode untuk beberapa protein, seperti reverse transcriptase yang berperan dalam mensintesa DNA dengan menggunakan genom RNA sebagai template, intergrase yang mengintergratasikan DNA virus kepada DNA selular, dan protease yang membelah protein prekusor virus. Selain itu, gen env memberikan kode untuk protein gp160 yaitu protein prekusor yang dibelah membentuk glikoprotein gp120 dan gp41. Gen

tat berfungsi dalam transaktivasi dimana produk gen virus terlibat dalam aktivasi transkripsional dari gen virus lainnya. Manakala gen rev berperan dalam mengawal pengeluaran mRNA dari nukleus ke sitoplasma. Protein tat dan nef akan menekan sintesa protein MHC kelas I, yang mengurangkan kemampuan sel T sitotoksik untuk membunuh sel-sel yang telah diinfeksi oleh HIV. Gen vif meningkatkan infektifitas HIV dengan menghambat apolipoprotein B RNA-editing enzyme (APOBEC3G). Enzim ini menyebabkan hipermutasi dalam DNA retrovirus, dimana ia mendeaminasi sitosin yang ada pada mRNA dan DNA retrovirus. Maka, ini menginaktivasi molekul lalu menggurangkan infektifitas (Levinson, 2008).

Setelah virus masuk ke dalam tubuh maka target utamanya adalah limfosit CD4 karena virus mempunyai afinitas terhadap molekul permukaan CD4 yaitu gp120. Setelah itu HIV gp120 akan berinteraksi dengan protein kedua pada permukaan sel, yaitu reseptor kemokin seperti CXCR4 dan CCR5 (Weber, 2001).

Virion gp41 protein membantu fusi antara selubung virus dan membran sel, dan virus masuk ke dalam sel. Masuk HIV kedalam CD4-positive cells memerlukan reseptor kemokin. Kemudian T-cell-tropic strains HIV akan berikatan dengan CXCR4 dan macrophage-tropic stains berikatan dengan CCR5. Setelah proses

(22)

kepada beberapa bentuk poliprotein besar. Poliprotein gag, pol, dan env dibelah oleh enzim protease. Poliprotein gag akan membentuk inti protein (p24) dan protein matriks (p17). Manakala poliprotein pol akan membentuk reverse transcriptase,

integrase, dan protease. Virus immatur ini mempunyai prekusor poliprotein yang dibentuk di sitoplasma. Virus immatur dibelah dari sel membran oleh enzim protease. Pembelahan ini membentuk virus yang matur dan infeksius (Levinson, 2008).

Sel T yang telah diinfeksi oleh HIV akan berada di kelenjar getah bening sehingga mencapai ambang replikasi yang akan dicapai dalam 2-6 minggu. Seterusnya berlaku pengeluaran plasma viremia. Proses ini dikatakan infeksi HIV primer. Virus akan mula menyebar ke seluruh tubuh. Puncak viremia akan menurun secara spontan selepas 2-4 minggu disebabkan respon imun primer terhadap HIV. Walaupun plasma viremia ditekan setelah serokonversi, virus HIV masih terdapat dalam tubuh dan genom HIV dapat ditemukan dalam sel T. Setelah puncak viremia berkurang, sel CD4 akan kembali ke tingkat dasar, tetapi tetap lebih rendah dari yang terlihat pada saat pre-infeksi ini tahap dikatakan infeksi HIV kronik asimptomatik. Masa laten infeksi ini berlaku selama 10 tahun (Weber, 2001).

Penurunan CD4 pada tahap kronik asimptomatik, membuktikan bahwa virus HIV membunuh sel CD4 melalui cara lisis (Weber, 2001).Kematian sel yang telah diinfeksi oleh HIV juga disebabkan oleh limfosit CD8 sitotoksik. Efektivitas sel T sitotoksik ini terbatas karena protein virus yaitu tat dan nef akan menggurangkan sintesa protein MHC kelas I. Hipotesa lain yang menerangkan tentang kematian sel T

helper adalah HIV berfungsi sebagai superantigen. Ini akan mengaktivasikan sel T

(23)

2.5 Cara Penularan

HIV dapat ditemukan di darah dan cairan tubuh manusia seperti semen dan cairan vagina. Virus ini tidak dapat hidup lama di luar tubuh, maka untuk transmisi HIV perlu ada penukaran cairan tubuh dari orang yang telah terinfeksi HIV. Cara menular virus ini paling banyak adalah melalui kontak seksual, jarum suntik, dan dari ibu ke anak (AVERT, 2011).

1. Hubungan seksual

Secara global, penularan virus HIV paling banyak berlaku melalui heteroseksual.

2. Pengguna narkoba jarum suntik

Pengguna narkoba jarum suntik adalah kelompok risiko tinggi untuk mendapat HIV. Berkongsi penggunaan jarum suntik secara bergantian adalah cara yang efisien untuk transmisi virus yang menular melalui darah seperti HIV dan Hepatitis C. Cara ini akan meningkatkan risiko tiga kali lebih besar daripada transmisi HIB melalui hubungan seksual.

3. Penularan dari ibu ke anak

Wanita hamil yang mempunyai HIV boleh mentransmisi virus ini saat hamil, partus dan saat menyusui.

4. Melalui transfusi darah atau produk darah yang sudah tercemar dengan virus HIV.

5. Infeksi di tempat kesehatan

Hospital dan klinik harus berhati-hati dalam pencegahan penyebaran infeksi melalui darah (Fan, Conner dan Villarreal, 2011).

Menurut CDC (2007), terdapat beberapa cara dimana HIV tidak dapat ditularkan antara lain:

1. Bekerja atau berada di sekeliling penderita HIV/AIDS.

2. Dari keringat, ludah, air mata, pakaian, telepon, kursi toilet atau melalui hal-hal sehari-hari seperti berbagi makanan.

(24)

4. Mendonorkan darah.

5. Ciuman dengan mulut tertutup

2.6 Gejala Klinis

Menurut Komunitas AIDS Indonesia (2010), gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi):

Gejala Mayor:

a) Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan. b) Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan. c) Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan. d) Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis. e) Demensia/ HIV ensefalopati.

Gejala Minor:

a) Batuk menetap lebih dari 1 bulan. b) Dermatitis generalisata.

c) Adanya herpes zostermultisegmental dan herpes zoster berulang. d) Kandidias orofaringeal.

e) Herpes simpleks kronis progresif. f) Limfadenopati generalisata

g) Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita h) Retinitis virus sitomegalo

Menurut Anthony (Fauci dan Lane, 2008), gejala klinis HIV/AIDS dapat dibagikan mengikut fasenya.

a) Fase akut

(25)

neuropati, myelopathy, mucocutaneous ulceration, dan erythematous maculopapular rash. Gejala-gejala ini muncul bersama dengan ledakan plasma viremia. Tetapi demam, ruam kulit, faringitis dan mialgia jarang terjadi jika seseorang itu diinfeksi melalui jarum suntik narkoba daripada kontak seksual. Selepas beberapa minggu gejala-gajala ini akan hilang akibat respon sistem imun terhadap virus HIV. Sebanyak 70% dari penderita HIV akan mengalami limfadenopati dalam fase ini yang akan sembuh sendiri. b) Fase asimptomatik

Fase ini berlaku sekitar 10 tahun jika tidak diobati. Pada fase ini virus HIV akan bereplikasi secara aktif dan progresif. Tingkat pengembangan penyakit secara langsung berkorelasi dengan tingkat RNA virus HIV. Pasien dengan tingkat RNA virus HIV yang tinggi lebih cepat akan masuk ke fase simptomatik daripada pasien dengan tingkat RNA virus HIV yang rendah. c) Fase simptomatik

Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS.

2.7 Diagnosis

Jika seseorang terinfeksi, semakin cepat dia tahu lebih baik. Pasien dapat tetap sehat lebih lama dengan pengobatan awal dan dapat melindungi orang lain dengan mencegah transmisi. Tes-tes ini mendeteksi keberadaan virus dan protein yang menghasilkan sistem kekebalan tubuh untuk melawan virus. Protein ini yang dikenal sebagai antibodi, biasanya tidak terdeteksi sampai sekitar 3-6 minggu setelah infeksi awal. Maka jika melakukan tes 3 hingga 6 minggu selepas paparan akan memberi hasil tes yang negatif (Swierzewski, 2010).

(26)

kronis, tetapi karena antibodi tidak diproduksi segera setelah infeksi, maka hasil tes mungkin negatif selama beberapa minggu setelah infeksi. Walaupun hasil tes negatif pada waktu jendela, seseorang itu mempunyai risiko yang tinggi dalam menularkan infeksi. Jika hasil tes positif, akan dilakukan tes Western blot sebagai konfirmasi.

Tes Western blot adalah diagnosa definitif dalam mendiagnosa HIV. Di mana protein virus ditampilkan oleh acrylamide gel electrophoresis, dipindahkan ke kertas nitroselulosa, dan ia bereaksi dengan serum pasien. Jika terdapat antibodi, maka ia akan berikatan dengan protein virus terutama dengan protein gp41 dan p24. Kemudian ditambahkan antibodi yang berlabel secara enzimatis terhadap IgG manusia. Reaksi warna mengungkapkan adanya antibodi HIV dalam serum pasien yang telah terinfeksi (Shaw dan Mahoney, 2003)

Tes OraQuick adalah tes lain yang menggunakan sampel darah untuk mendiagnosis infeksi HIV. Hasil tes ini dapat diperoleh dalam masa 20 menit. Hasil tes positif harus dikonfirmasi dengan tes Western blot (MacCann, 2008).

Tes ELISA dan Western blot dapat mendeteksi antibodi terhadap virus, manakala polymerase chain reaction (PCR) mendeteksi virus HIV. Tes ini dapat mendeteksi HIV bahkan pada orang yang saat ini tidak memproduksi antibodi terhadap virus. Secara khusus, PCR mendeteksi “proviral DNA”. HIV terdiri dari bahan genetik yang dikenal RNA. Proviral DNA adalah salinan DNA dari RNA virus. PCR digunakan untuk konfirmasi kehadiran HIV ketika ELISA dan Western blot negatif; dalam beberapa minggu pertama setelah infeksi, sebelum antibodi dapat dideteksi; jika hasil Western blot tidak tentu dan pada bayi baru lahir dimana antibodi ibunya merumitkan tes lain (Swierzewski, 2010).

2.8 Pengobatan

(27)

kerusakan yang diakibatkan oleh HIV pada sistem kekebalan tubuh dan menunda awal terjadinya AIDS (Komisi Penanggulangan AIDS, 2010-2011).

Terdapat 5 golongan obat antiretroviral yang bekerja dengan cara yang berbeda. Nucleoside/nucleotide Reverse Transcriptase Inhibitors adalah salah satu obat ARV yang bekerja melalui menganggu protein HIV yang dikenali reverse transcriptase, yang diperlukan untuk replikasi virus. Selain itu Non-Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors, yang menghambat replikasi dalam sel melalui menginhibisi protein reverse transcriptase. Seterusnya Protease Inhibitors, yang menginhibisi protease yang terlibat dalam proses replikasi virus HIV. Entry Inhibitors menghambat pengikatan atau kemasukkan virus HIV ke dalam sel-sel imun tubuh manusia (Dyk, 2008). Integrase Inhibitors bekerja melalui menganggu

integrase enzyme yang diperlukan sehingga virus HIV dapat insersi bahan genetik ke dalam sel manusia (Pontali, Vareldzis, Perriens dan Lo, 2004).

Menurut rekomendasi WHO (2006), orang dewasa dan remaja dengan HIV sebaiknya memulai terapi antiretroviral ketika:

• Infeksi HIV Stadium IV menurut kriteria WHO, tanpa memandang jumlah CD4. • Infeksi HIV Stadium III menurut kriteria WHO dengan jumlah CD4 <350/mm3. • Infeksi HIV Stadium I atau II menurut kriteria WHO dengan jumlah CD4

<200/mm3.

Apabila tes CD4 tidak dapat dilaksanakan, maka terapi antiretroviral sebaiknya dimulai ketika:

• Infeksi HIV Stadium IV, tanpa memandang jumlah limfosit total. • Infeksi HIV Stadium III, tanpa memandang jumlah limfosit total. • Infeksi HIV Stadium II dengan jumlah limfosit total <1200/mm3c.

(28)

2.9 Pencegahan

Menurut The National Women’s Health Information Center (2009), tiga cara untuk pencegahan HIV/AIDS secara seksual adalah abstinence (A), artinya tidak melakukan hubungan seks, be faithful (B), artinya dalam hubungan seksual setia pada satu pasang yang juga setia padanya, penggunaan kondom (C) pada setiap melakukan hubungan seks. Ketiga cara tersebut sering disingkat dengan ABC.

Terdapat cara-cara yang efektif untuk motivasikan masyarakat dalam mengamalkan hubungan seks aman termasuk pemasaran sosial, pendidikan dan konseling kelompok kecil. Pendidikan seks untuk remaja dapat mengajarkan mereka tentang hubungan seksual yang aman, dan seks aman. Pemakaian kondom yang konsisten dan betul dapat mencegah transmisi HIV (UNAIDS, 2000).

Bagi pengguna narkoba harus mengambil langkah-langkah tertentu untuk mengurangi risiko tertular HIV, yaitu beralih dari NAPZA yang harus disuntikkan ke yang dapat diminum secara oral, jangan gunakan atau secara bergantian menggunakan semprit, air atau alat untuk menyiapkan NAPZA, selalu gunakan jarum suntik atau semprit baru yang sekali pakai atau jarum yang secara tepat disterilkan sebelum digunakan kembali, ketika mempersiapkan NAPZA, gunakan air yang steril atau air bersih dan gunakan kapas pembersih beralkohol untuk bersihkan tempat suntik sebelum disuntik (Watters dan Guydish, 1994).

Bagi seorang ibu yang terinfeksi HIV bisa menularkan virus tersebut kepada bayinya ketika masih dalam kandungan, melahirkan atau menyusui. Seorang ibu dapat mengambil pengobatan antiviral ketika trimester III yang dapat menghambat transmisi virus dari ibu ke bayi. Seterusnya ketika melahirkan, obat antiviral diberi kepada ibu dan anak untuk mengurangkan risiko transmisi HIV yang bisa berlaku ketika proses partus. Selain itu, seorang ibu dengan HIV akan direkomendasikan untuk memberi susu formula karena virus ini dapat ditransmisi melalui ASI ( The Nemours Foundation, 1995).

(29)

barang-barang tajam , mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah dilakukannya semua prosedur, menggunakan alat pelindung seperti sarung tangan, celemek, jubah, masker dan kacamata pelindung (goggles) saat harus bersentuhan langsung dengan darah dan cairan tubuh lainnya, melakukan desinfeksi instrumen kerja dan peralatan yang terkontaminasi dan penanganan seprei kotor/bernoda secara tepat.Selain itu, darah dan cairan tubuh lain dari semua orang harus dianggap telah terinfeksi dengan HIV, tanpa memandang apakah status orang tersebut baru diduga atau sudah diketahui status HIV-nya (Komisi Penanggulangan AIDS, 2010-2011).

2.10 Sikap Masyarakat Terhadap Penderita HIV/AIDS

Stigma dan diskriminasi, dibawah slogan "Live and Let Live" (Hidup dan Tetap Tegar), telah ditetapkan menjadi tema Kampanye AIDS Dunia di tahun 2002-2003. Stigma sering kali menyebabkan terjadinya diskriminasi dan akan mendorong munculnya pelanggaran HAM bagi orang dengan HIV/AIDS dan keluarganya. Ini karena mengingat HIV/AIDS sering diasosiasikan dengan seks, penggunaan narkoba dan kematian, banyak orang yang tidak peduli, tidak menerima, dan takut terhadap penyakit ini di hampir seluruh lapisan masyarakat. Stigma dan diskriminasi memperparah epidemi HIV/AIDS (Kesrepro, 2007).

Stigma dan diskriminasi dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Dimana ia terjadi ketika pandangan-pandangan negatif mendorong orang atau lembaga untuk memperlakukan seseorang secara tidak adil yang didasarkan pada prasangka mereka akan status HIV seseorang. Contoh-contoh diskriminasi meliputi para staf rumah sakit atau penjara yang menolak memberikan pelayanan kesehatan kepada ODHA; pegawai atasan yang memberhentikan karyawannya berdasarkan status atau prasangka akan status HIV mereka; atau keluarga/masyarakat yang menolak mereka yang hidup, atau dipercayai hidup, dengan HIV/AIDS. Tindakan diskriminasi semacam itu adalah sebuah bentuk pelanggaran hak asasi manusia (Kesrepro, 2007).

(30)

dihubungkan dengan penyakit menimbulkan efek psikologi yang berat tentang bagaimana ODHA melihat diri mereka sendiri. Hal ini bisa mendorong, dalam beberapa kasus, terjadinya depresi, kurangnya penghargaan diri, dan kurang motivasi diri (Kesrepro, 2007).

2.11 Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, indra pendengaran, indera penciuman, indera perasa dan indera peraba. Pengetahuan seorang individu terhadap sesuatu dapat berubah dan berkembang sesuai kemampuan, kebutuhan, pengalaman dan tinggi rendahnya mobilitas informasi tentang sesuatu dilingkungannya.

Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu:

a. Tahu (know) adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari adalah menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension) adalah suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (application) adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

d. Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitanya satu sama lain.

(31)

f. Evaluasi (evaluation) adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.12 Sikap

Menurut Notoadmojo (2007), sikap adalah reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan ataupun aktivitas, namun merupakan pre-disposisi tindakan atau prilaku. Sikap terdiri dari 3 komponen pokok yaitu:

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak.

Sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni :

a. Menerima (receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespons (responding) yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (valuing) yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah. Ini merupakan indikasi sikap tingkat tiga.

(32)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep berikut disusun berdasarkan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS.

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Variabel dan Defenisi Operasional

Variabel pada penelitian ini adalah tingkat pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS .

Tabel 3.2 Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi operasional Alat ukur Hasil ukur Skala

ukur

1 Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui

responden mengenai

2 Sikap Tanggapan atau respon

(33)

3.3 Cara Ukur Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan responden diukur melalui 9 pertanyaan. Jika pertanyaan dijawab benar oleh responden maka diberi nilai 1, jika responden menjawab salah, tidak menjawab maupun tidak tahu maka diberi nilai 0. Masing-masing pertanyaan memiliki satu jawaban benar dengan total skor sebanyak 9 dari 9 pertanyaan tersebut. a. Skor >6 : baik

b. Skor 3-6 : cukup c. Skor <3 : kurang

3.4 Cara Ukur Sikap

Penilaian terhadap sikap remaja tentang HIV/AIDS dilakukan dengan mengajukan 12 pertanyaan yang memiliki 4 pilihan jawaban kepada responden dengan skoring 3 untuk jawaban yang paling benar kemudian mengalami penurunan hingga skoring 0 untuk jawaban yang salah. Total skoring yang diperoleh adalah 36 dari 12 pertanyaan tersebut.

(34)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif cross sectional, untuk menilai tingkat pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Medan.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah SMA Negeri 1 Medan. Pemilihan tempat ini didukung oleh lokasinya yang berada di pusat kota dan lokasi sekolah yang disekitarnya banyak terdapat sarana hiburan. Waktu penelitian dilakukan selama bulan Juli hingga September 2011.

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi di sekolah SMA Negeri 1 Medan.

(35)

Sampel pada penelitian akan diambil dengan menggunakan teknik

Stratified Random Sampling, dimana jumlah sampel yang diperoleh akan dibagi merata

untuk setiap tingkatan secara proporsional yaitu:

a. Siswa-siswi SMA kelas X : 1/3 x 93 = 31 orang. b. Siswa-siswi SMA kelas XI : 1/3 x 93 = 31 orang. c. Siswa-siswi SMA kelas XII : 1/3 x 93 = 31 orang.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Responden dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan yang menjadi sampel penelitian ini. Diberi kuesioner kepada responden yang akan dijawab oleh mereka untuk mengumpulkan informasi berhubungan pengetahuan dan sikap mereka terhadap HIV/AIDS.

4.4.1 Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

(36)

Tabel 4.1. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner

Variable No Total Pearson

Correlation

4.5 Pengolahan dan Analisa Data

Pada penelitian ini, variabel pengetahuan dan sikap dianalisa secara deskriptif. Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu tahap pertama editing

(37)
(38)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

SMA Negeri 1 Medan didirikan pada tanggal 18 Agustus 1950 di jalan Teuku Umar No.1 Medan. Saat ini SMA Negeri 1 Medan terletak di jalan Cik Ditiro No.1 Medan. SMA ini memiliki kelas, perpustakaan, laboratorium biologi, laboratorium fisika, laboratorium kimia, laboratorium komputer dan laboratorium bahasa. Jumlah siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan pada tahun ajaran 2011/2012 adalah 1156 siswa, terdiri dari 320 siswa kelas X, 277 siswa kelas XI dan 559 kelas XII.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Jumlah responden yang terpilih dalam penelitian ini adalah 93 siswa SMA Negeri 1 Medan, 31 siswa dari kelas X, 31 siswa dari kelas XI dan 31 siswa dari kelas XII.

Gambaran karakteristik responden yang diamati meliputi: umur dan jenis kelamin. Data lengkap mengenai karaktersitik umur responden dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakterisktik responden berdasarkan usia

Usia Jumlah %

14-15 16-17

44 49

47.3 52.7

(39)

Dari tabel 5.1, ditinjau dari segi usia, kelompok terbesar pada usia 16-17 tahun yaitu sebanyak 49 orang (52.7%) dan yang berusia 14-15 tahun sebanyak 44 orang (47.3%).

Data lengkap mengenai distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi karakterisktik responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah %

Laki-laki 38 40.9

Perempuan 55 59.1

Jumlah 93 100

Berdasarkan tabel 5.2, jenis kelamin kelompok terbesar adalah perempuan yaitu 55 orang (59.1%) dan terendah pada kelompok laki-laki yaitu 38 orang (40.9%).

5.1.3. Sumber Informasi Mengenai HIV/AIDS

Informasi tentang HIV/AIDS dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti media massa atau orang disekitar. Sumber informasi yang baik sangat penting untuk mendapat informasi yang benar sehingga dapat meningkatkan pengetahuan siswa tentang penyakit ini. Data lengkap mengenai distribusi frekuensi tentang sumber informasi penyakit HIV/AIDS dapat dilihat pada tabel 5.3

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi tentang sumber informasi penyakit HIV/AIDS

Sumber Informasi HIV/AIDS Jumlah %

Televisi/Radio/Internet 66 71.0

Teman 8 8.6

Keluarga 6 6.5

Sekolah 13 14.0

(40)

Berdasarkan tabel 5.3, sumber informasi HIV/AIDS yang terbanyak adalah dari televisi/radio/internet yaitu sebanyak 66 orang (71.0%) dan dari sekolah sebanyak 13 orang (14.0%) .

5.1.4. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan dalam mencegah HIV/AIDS yang telah diuji dengan menggunakan kuesioner seperti pada tabel 5.4.

Tabel 5.4 Tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan

Kategori f %

Baik 27 29.0

Cukup Kurang

63 3

67.7 3.2

Jumlah 93 100

Dari tabel 5.4 tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan terbanyak pada katergori cukup yaitu 63 orang (67.7%) diikuti kategori baik sebanyak 27 orang (29.0%) dan kategori kurang sebanyak tiga orang (3.2%).

(41)

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi jawaban responden pada variabel pengetahuan

5 Cara yang tidak dapat menyebabkan penularan HIV/AIDS

88 94.6 5 5.4

6 Waktu timbul gejala setelah terinfeksi oleh virus HIV 57 61.3 36 38.7

7 Gejala HIV/AIDS 38 40.9 55 59.1

8 Kelihatan tahap awal penderita HIV/AIDS 37 39.8 56 60.2 9 Tingkat penyembuhan penderita HIV/AIDS 42 45.2 51 54.8

Berdasarkan tabel 5.5, pada pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar adalah pada nomor 4 yaitu sebesar 90 orang (96.8%). Sedangkan yang paling banyak menjawab salah adalah pada pertanyaan nomor 2 yaitu sebesar 77 orang (82.8%).

Distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan usia

(42)

Dari tabel 5.6 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan yang dikategorikan baik dan cukup paling banyak pada kelompok usia 16-17 tahun yaitu sebesar 15 orang (30.6%) dan 34 orang (69.4%), sedangkan tingkat pengetahuan yang dikategorikan kurang paling banyak pada kelompok usia 14-15 tahun sebesar tiga orang (6.8%). Persentase ini dihintung berdasarkan jumlah masing-masing populasi.

Data lengkap distribusi hasil pengetahuan tentang pencegahan HIV/AIDS berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.7.

Tabel 5.7 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan jenis kelamin

Usia

(43)

5.1.5. Sikap

Sikap siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan dalam mencegah HIV/AIDS yang telah diuji dengan kuesioner dapat dilihat pada tabel 5.8.

Tabel 5.8 Sikap siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan

Kategori f %

Baik 46 49.5

Cukup Kurang

45 2

48.4 2.2

Jumlah 93 100

Berdasarkan tabel 5.8, dapat diketahui bahwa sebanyak 46 orang (49.5%) siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan memiliki sikap dalam kategori baik, 45 orang (48.4%) dalam kategori cukup dan dua orang (2.2%) dalam kategori kurang dalam mencegah HIV/AIDS.

(44)

Tabel 5.9 Distribusi frekuensi jawaban responden pada variabel sikap Jawaban Responden

No Pertanyaan Sikap Positif Sikap Negatif

f % f %

1 Bersedia untuk hidup dengan penderita HIV/AIDS di komunitas yang sama.

37 39.8 56 60.2

2 Mendiskriminasi penderita HIV/AIDS. 71 76.3 22 23.7 3 Penderita HIV/AIDS boleh berkeja di tempat

umum.

48 51.6 45 48.4

4 Berteman dengan penderita HIV/AIDS. 63 67.7 30 32.3 5 Penderita HIV/AIDS boleh menggunakan

toilet umum.

34 36.6 59 63.4

6 Penderita HIV/AIDS didukung, diperlakukan dan dibantu.

88 94.6 5 5.4

7 Penjualan kondom ditempat umum. 32 34.4 61 65.6 8 Pendidikan seks diberikan sejak SMA. 76 81.7 17 18.3 9 Ketidaksetujuan terhadap pemakaian

narkoba.

(45)

Distribusi frekuensi hasil uji sikap berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 5.10.

Tabel 5.10 Distribusi frekuensi sikap berdasarkan usia

Usia

Sikap

Baik Cukup Kurang Total

f % f % f % f %

14-15 18 40.9 25 56.8 1 2.3 44 100

16-17 28 57.1 20 40.8 1 2.0 49 100

Total 46 49.5 45 48.4 2 2.2 93 100

Dari tabel 5.10 dapat dilihat bahwa, tingkat sikap yang dikategorikan baik paling banyak pada kelompok usia 16-17 tahun yaitu sebesar 28 orang (57.1%), sedangkan tingkat sikap kategori cukup dan kurang paling banyak pada kelompok usia 14-15 tahun yaitu 25 orang (56.8%) dan satu orang (2.3%).

Distribusi frekuensi hasil uji sikap berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.11.

Tabel 5.11 Distribusi frekuensi sikap berdasarkan jenis kelamin

Usia

Sikap

Baik Cukup Kurang Total

f % f % f % f %

Laki-laki 23 60.5 14 36.8 1 2.6 38 100 Perempuan 23 41.8 31 56.4 1 1.8 55 100

Total 46 49.5 45 48.4 2 2.2 93 100

(46)

dikategorikan kurang paling banyak pada laki-laki sebanyak satu orang (2.6%) dan perempuan sebanyak satu orang (1.8%). Persentase berdasarkan jumlah masing-masing populasi.

5.2. Pembahasan

5.2.1. Tingkat Pengetahuan

Menurut Soanes (2001), pengetahuan merupakan informasi dan keterampilan yang diperoleh dari pengalaman atau pendidikan. Pengetahuan merupakan jumlah dari segala yang diketahui. Dalam penelitian ini tingkat pengetahuan responden tentang HIV/AIDS diukur dengan menggunakan kuesioner.

Tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan berada pada kategori cukup, di mana pada pertanyaan mengenai pengertian AIDS, kondisi tahap awal penderita HIV/AIDS dan juga tingkat penyembuhan penyakit ini masih kurang. Dari hasil penelitian juga terlihat bahwa responden kurang aktif mencari informasi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Sinaga (2007), yaitu remaja cenderung mendapatkan informasi mengenai kesehatan reproduksi dari media elektronik jika dibandingkan dengan orang tua, dan guru yang seharusnya memiliki peranan besar dalam memberikan informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja. Hal ini dikarenakan adanya rasa malu karena merupakan suatu sifat yang sangat pribadi.

(47)

Pengetahuan seseorang mungkin dipengaruhi oleh jenis kelamin. Dari tabel distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan jenis kelamin (tabel5.7), dapat dikatakan pengetahuan perempuan lebih baik dibandingkan dengan laki-laki. Ini mungkin disebabkan jumlah siswi perempuan di SMA Negeri 1 Medan adalah lebih banyak daripada jumlah siswa yang berkelamin laki-laki.

5.2.2. Sikap

Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat bahwa tingkat sikap siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan tentang pencegahan HIV/AIDS berada dalam kategori baik. Namun jika dibandingkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kategori baik (49.5%) dan cukup (48.4%). Ini mungkin disebabkan oleh mispersepsi terhadap informasi-informasi yang mereka dapatkan dari berbagai sumber sehingga pengetahuan yang mereka dapatkan dengan mispersepsi tersebut dapat menumbuhkan sikap yang terkadang tidak tepat. Hal ini sesuai karena pengetahuan akan suatu objek atau stimulus memegang peranan penting dalam penentuan sikap (Notoadmojo, 2007).

Berdasarkan hasil analisis tingkat sikap siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan tentang HIV/AIDS berada dalam kategori baik, tetapi tingkat pengetahuan berada dalam kategori cukup. Ini karena menurut Rahayuningsih (2008) selain faktor pengetahuan, pengalaman pribadi, kebudayaan, dan faktor emosional dapat mempengaruhi sikap seseorang sehingga dapat meningkatkan tingkat sikap.

(48)

benarnya suatu hal akan menentukan sistem kepercayaan seseorang sehingga akan berpengaruh dalam penentuan sikap seseorang.

Berdasarkan hasil analisis data distribusi frekuensi sikap berdasarkan usia (tabel 5.10), dapat dilihat bahwa seiring dengan pertambahan usia, sikap responden terhadap pencegahan HIV/AIDS turut meningkat. Ditemukan bahwa proposi responden yang memiliki sikap baik paling baik besar pada usia 16-17 tahun (57.1%), dibandingkan dengan usia 14-15 tahun ( 40.9%). Hasil ini tidak cocok dengan hasil penelitian Prihyugiarto (2008). Dalam penelitiannya, usia tidak berpengaruh terhadap sikap seseorang terhadap infeksi menular seksual.

(49)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan tentang HIV/AIDS berada dalam kategori cukup yaitu sebanyak 67.7%.

2. Pada rentang usia 14-15 tahun yang memiliki pengetahuan baik sebesar 27.3% sedangkan pada rentang usia 16-17 tahun adalah sebesar 30.6% yang dihintung berdasarkan jumlah masing-masing populasi.

3. Perempuan yang memiliki pengetahuan baik sebesar 30.9% dibandingkan laki-laki sebesar 26.3% dari jumlah masing-masing populasi.

4. Sumber informasi siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan mengenai penyakit HIV/AIDS yang terbanyak adalah melalui media elektronik seperti televisi, radio maupun internet adalah sebesar 71% kemudian diikuti oleh sekolah sebesar 14%.

5. Tingkat sikap siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan tentang HIV/AIDS berada dalam kategori baik yaitu sebanyak 49.5%.

6. Pada rentang usia 14-15 tahun yang memiliki sikap baik sebesar 40.9% sedangkan pada rentang usia 16-17 tahun adalah sebesar 57.1% yang dihintung berdasarkan jumlah masing-masing populasi.

(50)

6.2 Saran

1. Bagi siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan diharapkan agar tetap mencari informasi untuk memperluas pengetahuan dan sikapnya tentang HIV/AIDS sehingga dapat mencegah diri mereka dari tertular penyakit ini.

2. Bagi pendidik di sekolah dapat lebih memperhatikan pendidikan kesehatan bagi siswa-siswi dan memberikan informasi mengenai HIV/AIDS yang diperlukan oleh siswa-siswi.

3. Bagi pihak sekolah dapat memberikan program pendidikan kesehatan melalui ceramah, seminar maupun dimasukkan dalam mata pelajaran sekolah untuk meningkatkan pengetahuan siswa-siswi terutama mengenai HIV/AIDS.

4. Bagi pihak orang tua agar, dapat memberikan informasi mengenai penyakit HIV/AIDS, khususnya cara penularan dan cara mencegah kepada anak-anaknya. Upaya ini berguna untuk mencegah remaja dari penularan penyakit HIV/AIDS.

5. Bagi petugas kesehatan ataupun puskesmas setempat dapat membantu pihak sekolah untuk memberikan informasi yang benar mengenai HIV/AIDS dengan membentuk UKS.

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Australian Government’s overseas aid program (AusAID), 2006. Epidemiological model for HIV transmission. Impacts of HIV/AIDS 2005-2025 in Papua New Guinea, Indonesia and East

Timor, 10-15.

AVERT, 2011. What is AIDS. Available from: [Accessed 3 March 2011]

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2008. Survey Terakhir, 63 Persen Remaja di Indonesia Usia Sekolah SMP dan SMA Sudah

Melakukan Hubungan Seksual di Luar Nikah. Diperoleh dari: http://www.bkkbn-63-persen-remaja-berhubungan-seks-di-luarnikah&

catid=1:national&Itemid=54

Centers for Disease Control and Prevention, 2006. HIV/AIDS Basics. Available from:

.[Diakses pada 7 Maret 2011]

Brooks, S., 2009. What is HIV/AIDS?. Voices AIDS, 6.

[Accessed 31 March 2011]

_______, 2007. HIV and AIDS:Are You at Risk?. Available from:http://ww w.cdc.gov/hiv/resources/brochures/atrisk.htm. [Accessed 7 April 2011]

(52)

di Indonesia Dilapor s/d September 2007, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Menular dan Penyehatan Linkungan.

______, 2010. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia Dilapor s/d Desember 2010, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Menular dan

Penyehatan Linkungan.

Dyk, A.V., 2008. Managing HIV Infection and Antiretroviral Therapy.

In: Dorrington, S., HIV/AIDS care and counseling. Cape town: Pearson education South Africa Ltd, 95-97.

Fan, Y.H., Conner, R.F., & Villarreal, L.P., 2011. Modes of HIV Transmission and Personal Risk Factors. In: Steinbach, M., AIDS: Science and Society. Washington: Jones and Bartlett Publishers, 125 133.

Fauci, S.A. & Lane, C.H., 2008. Human Immunodefeficiency Virus

Disease: AIDS and Related Disorders. In: Fauci, S.A., Braunwald, E., Kasper, L.D., Hauser, L.S., Longo, L.D., Jameson, L.J. & Loscatzo, J., Harrison’s Principles of Internal Medicine, USA: The McGraw-Hill Companies, 1164-1169.

Fauzan, F. & Sirait, B.A., 2002. Pendidikan seks bagi remaja. Cerita Remaja Indonesia. Diperoleh dari: http://ceria.bkkbn.go.id/ referensi/substansi/detail/174.

Finch, R.G., Moss, P., Jeffries, D.J., & Anderson, J., 2007. Infectious diseases, tropical medicine and sexually transmitted diseases. In:

(53)

Kumar, P. &Clark, M., Clinical Medicine. Philadelphia: Elsevier, 129-133.

Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS), 2000. Preventions : daunting challenges ahead. Repost on the global HIV/AIDS epidemic, 55-76.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Laporan Triwulan Situasi Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sampai dengan 30

September 2010. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Linkungan.

Kesrepro, 2007. Lawanlah Stigma dan Diskriminasi Untuk Memenangi Perang Melawan HIV/AIDS. Diperoleh dari: http://www.kesrepro.info /?q=node/305

Komisi Penanggulangan AIDS, 2007. Gambaran Kasus AIDS di Sumatera Utara s/dApril 2009. Diperoleh dari:

. [Diakses pada 17 April 2011]

hp.

_______, 2010- 2011. Perawatan. Diperoleh dari : [Diakses pada 5 Maret 2011]

http://www.aidsindonesi

a.or.id/dasar-hiv-aids/perawatan.

Komunitas AIDS Indonesia, 2010. Informasi Dasar. Diperoleh dari: [Diakses pada 13 April 2011]

(54)

Levinson, W., 2006. Human Immunodeficiency Virus. In: Weitz, M. & Naglieri, C., Review of Medical Microbiology and Immunology, USA: The McGraw Hill Companies, 322-330.

Levy, J.A, 2007. Discovery, Structure, Heterogeneity and Origins of HIV 1

In:HIV and the Pathogenesis of AIDS. Washington: ASM Press, 7-12.

MacCann, J.A.S., 2008. Blood Tests. In: Catagnus, J.M. & Hager, L.,

Deciphering diagnostic tests. USA: Lippincott Williams & Wilkins, 215-216.

Mesquita, F., Winarso, I., Atmosukarto, I., Eka, B., Nevendorff, L., Rahmah, A., Handoyo, P., Anastasia, P., and Angela, R.,2007. Public health the leading force of the Indonesian response to the

HIV/AIDS crisis among people who inject drugs. Harm Reduction Journal, 1-6.

Notoatmodjo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.

_______, 2007. Domain Perilaku. Dalam: Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 139-146.

ODHA Indonesia, 2007. Pengobatan. Diperoleh dari : http://www.odha indonesia .org/content/kapan-memulai-pengobatan

(55)

Treatment in Resource-limited Settings. In: Narain, J.P., AIDS in Asia: the challenge ahead. New Delhi: Sage Publication India Pvt Ltd, 287-

299.

Prihyugiarto, T.Y., 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Terhadap Perilaku Seks Pranikah pada Remaja di Indonesia. Dalam : Jurnal Ilmiah Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi II (2).

Diperoleh dari :

[Diakses pada 19 November 2011]

Rahayuningsih, S.U., 2008. Sikap (Attitude). Diperoleh dari :

sikap-1.pdf

Sinaga, T., 2007. Sumber Informasi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki.

Dalam: Pengetahuan dan Sikap Remaha Putri Terhadap Aborsi Dari

kehamilan Tidak Dikehendaki di Sekolah Menengah Umum Negeri 1

Permatang Siantar Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun.

Diperoleh dar

[Diakses pada 21 November 2011]

Shaw, J.K., & Mahoney, E.A., 2003. HIV/AIDS: Origins and Trends. In: HIV/AIDS nursing secrets. Philadelphia: Hanley & Belfus, Inc, 15-16.

1/08E01570.pdf [Diakses pada 16 November 2011]

Siregar, L.D., 2010. . Sikap Responden Terhadap Penyakit HIV/AIDS.

Dalam: Perilaku Siswa/Siswi SMA Negeri 2 Medan Kelas XI dan XII

Terhadap Penyakit HIV/AIDS Tahun 2010. Diperoleh dari:

(56)

Soanes, C., 2001. Oxford Dictionary of Current English, 3rd

Swierzewski, S.J., 2010. HIV Diagnosis. Available from: ed. Oxford: Oxford University Press, 502.

11 April 2011]

The National Women’s Health Information Center, 2009. Prevention.

Available from :

[Accessed 15 April 2011]

The Nemours Foundation, 1995. HIV and AIDS. Available from:

April 2011]

United Nations Population Fund, 2000. Kesehatan Reproduksi Remaja: Membangun Perubahan yang Bermakna, 1-5.

_______, 2005. Analisis Situasi Kesehatan Reproduksi. Kebijakan dan Strategi Nasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia, 33-46.

University of California San Francisco, 2011. HIV Diagnosis. Available

from:

[Accessed 11 April 2011]

(57)

Weber, J., 2001. The pathogenesis of HIV-1 infection. The changing face of HIV and AIDS, 61-71.

World Health Organization, 2011. Adolescent health. Available from:

2011]

_______, 2006. When to start antiretroviral therapy in adult & adolescent.

In: Antiretroviral Therapy for HIV Infection in Adults and

(58)

Lampiran 1

RIWAYAT HIDUP

Nama : Kalaivani Alagapan

Tempat / Tanggal Lahir : Malaysia / 23 September 1989

Agama : Hindu

Alamat : Jl. Kangkung No. 36 Medan Riwayat Pendidikan : 1. TK Methodist

2. Sek Jen Keb (T) Tampin

3. Sek Men Keb Tunku Besar Tampin 4. AIMST University

5. Universitas Sumatra Utara

(59)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN SUBYEK PENELITIAN

Saya Kalaivani Alagapan, mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara akan mengadakan penelitian yang berjudul “Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang HIV/AIDS di SMA Negeri 1 MEDAN”. Saya mengikut sertakan saudara/i dalam penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap remja SMA Negeri 1 Medan tentang HIV/AIDS.

Hasil penelitan ini akan bermanfaat bagi petugas kesehatan dan para pendidik di sekolah untuk meningkatkan program pendidikan yang berkaitan dengan HIV/AIDS.

Partisipasi saudara/i dalam penelitian ini adalah sukarela. Identitas saudara/i dalam penelitian ini akan disamarkan. Kerahsiaan identitas saudara/i akan di jamin sepenuhnya.

Saya mengucapkan terima kasih atas bantuan, partisipasi dan kesedian waktu saudara/i sekalian dalam penelitian ini.

Peneliti,

(60)

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN ( Inform Consent )

Saya yang namanya tersebut di bawah ini :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh

kesadaran dan tanpa paksaan, saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian ini.

Peneliti, Medan, / / 2011

(61)

(KALAIVANI ALAGAPAN) ..….………

Lampiran 4

Kuesioner Penelitian

Pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS:

1. Apakah yang dimaksudkan dengan HIV?

a. Virus yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia b. Virus yang menyerang alat kelamin seseorang

c. Bakteri yang menyerang sistem respiratori tubuh manusia d. Virus yang menyerang semua jenis sel di tubuh manusia

2. Apakah yang dimaksudkan dengan AIDS? a. virus yang menyebabkan HIV

b.

c. kumpulan penyakit alat kelamin kumpulan berbagai gejala dan infeksi

d. kumpulan penyakit imun

3. HIV terdapat pada tubuh manusia seperti dibawah ini, KECUALI: a. Sekresi vagina dan semen

b. Keringat c. Darah d. Air susu ibu

4. Bagaimana cara penularan HIV?

a. Menggunakan peralatan makan yang telah dipakai penderita b. Gigitan nyamuk

c. Berpelukan dengan penderita HIV/AIDS d. Kontak seksual dengan penderita HIV/AIDS

5. HIV tidak ditularkan melalui:

a. Kontak seksual dengan penderita HIV/AIDS b. Mendonorkan darah

c. Bergaul sehari-hari dengan penderita HIV/AIDS d. Melakukan seks bebas

6. Kapan gejala HIV/AIDS timbul setelah seseorang terinfeksi oleh HIV? a. Setelah 1 minggu

(62)

c. Setelah 10 tahun

d. Benar semua jawaban diatas

7. Dibawah ini merupakan gejala yang terdapat pada penderita HIV/AIDS, KECUALI:

a. Berat badan menurun b. Demam lebih dari 1bulan c. Kejang

d. Penurunan kesadaran

8. Pada tahap awal seseorang yang telah terinfeksi HIV akan terlihat: a. Sehat

b. Lemah c. Hiperaktif d. Tidak sadar

9. Apakah HIV/AIDS dapat sembuh sempurna? a. Ya, sembuh sempurna

b. Tidak akan sembuh c. Bisa kambuh

d. Tetap berada dalam tubuh dalam bentuk tidak aktif

Sikap remaja terhadap HIV/AIDS

1. Adakah anda bersedia untuk hidup dengan penderita HIV/AIDS di komunitas yang sama?

a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju

2. Apakah anda setuju untuk mendiskriminasi penderita HIV/AIDS? a. Sangat setuju

b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju

3. Apakah anda setuju bila penderita HIV/AIDS bekerja di tempat umum? a. Sangat setuju

(63)

4. Apakah anda bersedia untuk berteman dengan penderita HIV/AIDS? a. Sangat setuju

b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju

5. Apakah anda setuju penderita HIV/AIDS boleh menggunakan toilet umum? a. Sangat setuju

b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju

6. Apakah anda setuju penderita HIV/AIDS perlu didukung, diperlakukan dan dibantu?

a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju

7. Apakah anda setuju dengan penjualan kondom ditempat umum? a. Sangat setuju

b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju

8. Apakah anda setuju pendidikan seks diberikan sejak SMA? a. Sangat setuju

b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju

9. Apakah anda setuju dengan pemakaian narkoba? a. Sangat setuju

b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju

10.Apakah anda setuju dengan seks bebas? a. Sangat setuju

(64)

11.Apakah anda setuju dalam membantu mendukung promosi kesehatan masyarakat dalam mencegah HIV/AIDS?

a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju

12.Apa pendapat anda tentang program kesadaran HIV/AIDS dengan sasaran orang-orang muda?

a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju

Cara Akses

Dari sumber manakah anda mengetahui tentang info HIV/AIDS yang terbanyak? (Pilih satu saja jawaban yang benar)

a. TV/ Radio/ Internet b. Teman

(65)

Lampiran 7

Hasil uji Validitas dan Reliabilitas Pengetahuan

(66)

Sig. (2-tailed) .003 .000 .898 .355 .028 .147 .355 .001 .000

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Reliability

a. Listwise deletion based on all variables in the

(67)

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.860 9

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

P1 .75 .444 20

P2 .65 .489 20

P3 .85 .366 20

P4 .80 .410 20

P5 .80 .410 20

P6 .70 .470 20

P7 .85 .366 20

P8 .80 .410 20

(68)

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

P1 6.10 5.779 .517 .851

P2 6.20 5.221 .725 .829

P3 6.00 6.211 .404 .860

P4 6.05 5.734 .600 .843

P5 6.05 6.155 .372 .864

P6 6.15 5.397 .670 .836

P7 6.00 5.895 .592 .845

P8 6.05 5.734 .600 .843

P9 6.20 5.116 .780 .823

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

(69)
(70)
(71)
(72)
(73)

Reliability

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0

Excludeda 0 .0

Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Ptotal Pear

son

Corr

elati

on .607

**

.687** .704** .561* .687** .700** .655** .714** .460

*

.710** .616** .658

**

1

Sig.

(2-taile

d)

.005 .001 .001 .010 .001 .001 .002 .000 .041 .000 .004 .002

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

(74)

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.874 12

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

P1 1.95 .999 20

P2 1.65 1.137 20

P3 2.15 .988 20

P4 2.15 1.040 20

P5 1.65 1.137 20

P6 1.80 1.056 20

P7 1.75 1.070 20

P8 1.85 .988 20

P9 2.25 .851 20

P10 1.90 1.021 20

P11 2.10 1.119 20

(75)

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha

if Item Deleted

P1 21.15 55.292 .518 .867

P2 21.45 52.787 .600 .862

P3 20.95 53.839 .633 .860

P4 20.95 55.734 .462 .870

P5 21.45 52.787 .600 .862

P6 21.30 53.274 .623 .860

P7 21.35 53.924 .568 .864

P8 21.25 53.671 .645 .859

P9 20.85 58.450 .370 .874

P10 21.20 53.432 .638 .859

P11 21.00 54.211 .517 .867

P12 21.20 55.221 .586 .863

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

(76)

Lampiran 8

Master data

Data Hasil Uji Pengetahuan Remaja SMA Negeri 1 Medan Tentang HIV/AIDS

Nama Usia JK S.info P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 Pt Kategori

(77)
(78)

Gambar

Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Defenisi Operasional
Tabel 4.1. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakterisktik responden berdasarkan usia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada tabel 5.3 diatas, dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan responden tentang merokok sebagai factor resiko utama PPOK paling banyak berada pada kategori baik sebanyak 76

Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa perilaku remaja tentang pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan yaitu pengetahuan berada pada kategori cukup, sikap berada pada

Dari hasil analisis data, dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan siswa/i SMA Santo Thomas 1 Medan mengenai jerawat paling banyak berada dalam kategori kurang.. Penelitian

Hasil penelitian untuk pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS ini didapatkan bahwa yang paling banyak itu ada pada tingkat pengetahuan cukup, yaitu sebanyak 38 responden atau

Berdasarkan hasil analisis dan data distribusi frekuensi hasil uji pengetahuan, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari tingkat pengetahuan responden

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pengetahuan pencegahan HIV/AIDS setelah dilakukan penyuluhan (post-test) pada remaja di SMA Ma‟arif

Sementara itu, dari 7 orang responden yang tidak tinggal bersama dengan orangtuanya, kesemuanya memiliki tingkat sikap dalam kategori

Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Distribusi frekuensi responden menurut tingkat pengetahuan tergambar dalam tabel 3 Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut