PERILAKU REMAJA TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS
DI SMA NEGERI 17 MEDAN TAHUN 2013
SKRIPSI
oleh
LIANI BR GINTING 101101105
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya,
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Perilaku Remaja
Tentang Pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013”.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam memperoleh gelar Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah
mendukung dan membimbing penulis dalam bentuk tenaga, ide-ide, maupun
pemikiran. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kep selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati, S.Kep, MNS sebagai Pembantu Dekan 1 Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Ismayadi, S.Kep, Ns, M.Kes, CWCCA, CHt.N selaku dosen
pembimbing yang sudah memberikan pengetahuan, bimbingan,
dorongan secara moral, masukan dan arahan yang sangat membantu
sehingga penyusunan skripsi ini dalam diselesaikan.
4. Ibu Evi Karota Bukit, SKp, MNS selaku dosen penguji satu.
5. Ibu Rika Endah Nurhidayah S.Kp, M.Pd selaku dosen penguji dua.
6. Ibu Reni Asmara Ariga, S.Kp, MARS selaku dosen pembimbing
7. Seluruh dosen dan staf pengajar serta civitas akademika Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan
bimbingan selama perkuliahan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
membalas ilmu yang telah kalian berikan dengan keberkahan.
8. Teristimewa kepada orang tua saya, Ir. Jasmani Ginting, MP dan Dra.
Ester Lina Br Sebayang yang telah memberikan dukungannya secara
moril maupun material.
9. Adik-adik saya tersayang Ari Permana Ginting dan Livia Mai Gita
Ginting yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada saya.
10.Teman-teman seperjuangan angkatan 2010 yang tidak bisa disebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak
kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis
berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya.
Medan, 07 Juli 2014
DAFTAR ISI
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
1. Perilaku ... 7-12 2. Remaja ... 12-19 3. Pencegahan HIV/AIDS ... 19-21
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL
1. Kerangka Konsep ... 22 2. Defenisi Operasional ... 23
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian ... 24 2. Populasi dan Sampel ... 24-26 3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26 4. Pertimbangan Etik ... 26-27 5. Instrumen Penelitian ... 27-30 6. Validitas dan Reliabilitas ... 30-31 7. Rencana Pengumpulan Data ... 31-32 8. Analisa Data ... 32
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
1. HASIL PENELITIAN ... 33-36 2. PEMBAHASAN ... 36-42
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
1. KESIMPULAN ... 43 2. SARAN ... 43-44
LAMPIRAN
1. LEMBAR PENJELASAN PENGISIAN KUESIONER 2. LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER 3. LEMBAR KUESIONER PENELITIAN
4. HASIL UJI RELIABILITAS KUESIONER 5. HASIL OLAHAN DATA
6. LEMBAR DISTRIBUSI DAN PERSENTASI KUESIONER 7. JADWAL TENTATIF PENELITIAN
DAFTAR TABEL
TABEL
1. Variabel, Defenisi Operasional, Alat Ukur, Hasil Ukur,
dan Skala Ukur ... 23 2. Perhitungan Sampel Penelitian ... 25 3. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden
(n=87) ... 34 4. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pengetahuan Remaja
Tentang Pencegahan HIV/AIDS ... 34 5. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Sikap Remaja
Tentang Pencegahan HIV/AIDS ... 35 6. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tindakan Remaja
Tentang Pencegahan HIV/AIDS ... 36 7. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Kuesioner Pengetahuan
Remaja Tentang Pencegahan HIV/AIDS (Lampiran 6) 8. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Kuesioner Sikap
Remaja Tentang Pencegahan HIV/AIDS (Lampiran 6) 9. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Kuesioner Tindakan
DAFTAR SKEMA
SKEMA
HALAMAN
1. Kerangka konsep perilaku remaja tentang pencegahan
Judul : Perilaku Remaja Tentang Pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013
Nama Mahasiswa : Liani Br Ginting
NIM : 101101105
Jurusan : Sarjana Keeperawatan (S.Kep)
Tahun : 2014
ABSTRAK
HIV/AIDS merupakan pandemi besar pada masyarakat modern dan menjadi salah satu masalah nasional maupun internasional. Dikarenakan HIV/AIDS meluas dengan cepat dan menjadi epidemi di seluruh dunia dan juga menyerang berbagai golongan usia, jenis kelamin serta pekerjaan. Seluruh remaja tanpa melihat resiko harus belajar untuk melindungi diri sendiri terhadap infeksi HIV/AIDS dengan mencegah atau mengubah perilaku yang berhubungan dengan resiko HIV. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku remaja yang mencakup pengetahuan, sikap dan tindakan tentang pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013.
Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif dan pengambilan sampel dengan teknik Proportionate Stratified Random Sampling. Dengan jumlah sampel sebanyak 87 orang, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang pencegahan HIV/AIDS mayoritas berada pada kategori cukup, yaitu 66,7%, dan kategori baik, yaitu 33,3%. Sikap responden tentang pencegahan HIV/AIDS mayoritas berada pada kategori baik, yaitu 86,2% dan kategori cukup, yaitu 13,8%. Tindakan responden tentang pencegahan HIV/AIDS mayoritas berada pada kategori positif, yaitu 78,2% dan kategori negatif, yaitu 21,8%.
Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa perilaku remaja tentang pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan yaitu pengetahuan berada pada kategori cukup, sikap berada pada kategori baik dan tindakan berada pada kategori positif. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat diteliti faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku remaja tentang pencegahan HIV/AIDS.
Title The Behavior Of Adolescents About HIV/AIDS Prevention In SMA Negeri 17 Medan in 2013
Name Liani br Ginting NIM 101101105
Major Bachelor of nursing Year 2014
ABSTRACT
HIV/AIDS is a large pandemic in modern society and becomes one of national and international issues. Due to the HIV/AIDS spread quickly and become a worldwide epidemic and also attack a wide range of ages, gender, and work. All teenager regardless of risk should learn to protect themselves against infection with HIV/AIDS by preventing or change behaviors associated with HIV risk. This research aims to know the behavior of adolescents that include knowledge, attitudes and actions about the prevention of HIV/AIDS in SMA Negeri 17 Medan in 2013. This research was conducted with descriptive research methods and sampling techniques proportionate stratified random sampling with the number of samples as many as 87 people, based of the result showed that majority knowledge of respondents about the prevention of HIV/AIDS are in enough category, namely 66.7% and good category as many as 33.3%. The majority attitude of respondents about the prevention of HIV/AIDS are in good categories, namely 86,2% and enough categories as many as 13.8%. The majority action of respondent about prevention of HIV/AIDS are in positive categories, namely 78,2% and negative category as many as 21.8%. The results of this research conclude that behavior of adolescent about HIV/AIDS prevention in SMA Negeri 17 Medan. knowledge is enough category, the catogory is good attitude, and actions are positive on category. Further research in expected to be examined the factors that influence the behavior of teenagers about prevention of HIV/AIDS.
Judul : Perilaku Remaja Tentang Pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013
Nama Mahasiswa : Liani Br Ginting
NIM : 101101105
Jurusan : Sarjana Keeperawatan (S.Kep)
Tahun : 2014
ABSTRAK
HIV/AIDS merupakan pandemi besar pada masyarakat modern dan menjadi salah satu masalah nasional maupun internasional. Dikarenakan HIV/AIDS meluas dengan cepat dan menjadi epidemi di seluruh dunia dan juga menyerang berbagai golongan usia, jenis kelamin serta pekerjaan. Seluruh remaja tanpa melihat resiko harus belajar untuk melindungi diri sendiri terhadap infeksi HIV/AIDS dengan mencegah atau mengubah perilaku yang berhubungan dengan resiko HIV. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku remaja yang mencakup pengetahuan, sikap dan tindakan tentang pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013.
Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif dan pengambilan sampel dengan teknik Proportionate Stratified Random Sampling. Dengan jumlah sampel sebanyak 87 orang, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang pencegahan HIV/AIDS mayoritas berada pada kategori cukup, yaitu 66,7%, dan kategori baik, yaitu 33,3%. Sikap responden tentang pencegahan HIV/AIDS mayoritas berada pada kategori baik, yaitu 86,2% dan kategori cukup, yaitu 13,8%. Tindakan responden tentang pencegahan HIV/AIDS mayoritas berada pada kategori positif, yaitu 78,2% dan kategori negatif, yaitu 21,8%.
Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa perilaku remaja tentang pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan yaitu pengetahuan berada pada kategori cukup, sikap berada pada kategori baik dan tindakan berada pada kategori positif. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat diteliti faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku remaja tentang pencegahan HIV/AIDS.
Title The Behavior Of Adolescents About HIV/AIDS Prevention In SMA Negeri 17 Medan in 2013
Name Liani br Ginting NIM 101101105
Major Bachelor of nursing Year 2014
ABSTRACT
HIV/AIDS is a large pandemic in modern society and becomes one of national and international issues. Due to the HIV/AIDS spread quickly and become a worldwide epidemic and also attack a wide range of ages, gender, and work. All teenager regardless of risk should learn to protect themselves against infection with HIV/AIDS by preventing or change behaviors associated with HIV risk. This research aims to know the behavior of adolescents that include knowledge, attitudes and actions about the prevention of HIV/AIDS in SMA Negeri 17 Medan in 2013. This research was conducted with descriptive research methods and sampling techniques proportionate stratified random sampling with the number of samples as many as 87 people, based of the result showed that majority knowledge of respondents about the prevention of HIV/AIDS are in enough category, namely 66.7% and good category as many as 33.3%. The majority attitude of respondents about the prevention of HIV/AIDS are in good categories, namely 86,2% and enough categories as many as 13.8%. The majority action of respondent about prevention of HIV/AIDS are in positive categories, namely 78,2% and negative category as many as 21.8%. The results of this research conclude that behavior of adolescent about HIV/AIDS prevention in SMA Negeri 17 Medan. knowledge is enough category, the catogory is good attitude, and actions are positive on category. Further research in expected to be examined the factors that influence the behavior of teenagers about prevention of HIV/AIDS.
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
HIV/AIDS merupakan salah satu pandemi besar pada masyarakat modern
dan menjadi salah satu masalah nasional maupun internasional. Hal ini
dikarenakan HIV/AIDS meluas dengan cepat dan menjadi epidemi di seluruh
dunia. Selain itu, HIV/AIDS juga menyerang berbagai golongan usia, jenis
kelamin dan pekerjaan.
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah suatu penyakit
retrovirus yang disebabkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang
ditandai dengan imunosupresi berat sehingga menimbulkan infeksi oportunistik,
neoplasma sekunder, dan manifestasi neurologis. Sedangkan HIV adalah
retrovirus obligat intraseluler dengan replikasi sepenuhnya di dalam sel host
(Robbins, 2007).
Penyakit infeksi HIV/AIDS sejak kemunculannya hingga kini terus
menyebabkan berbagai permasalahan kesehatan. Permasalahan kesehatan yang
dimaksud adalah masih tingginya transmisi infeksi, angka kesakitan, serta angka
kematian akibat HIV/AIDS. Masalah kesehatan yang berkembang terkait dua hal
pokok tersebut, yaitu pertama, interaksi HIV dengan tubuh manusia; kedua,
perilaku yang mengantarkan individu sehingga terpapar HIV (Nasronudin, 2007).
Berdasarkan hasil statistik dalam triwulan Januari sampai dengan Maret
tambahan kasus penderita AIDS sebanyak 460 kasus di Indonesia. Provinsi
Sumatera Utara menduduki peringkat keenam dengan kasus penderita HIV
sebanyak 417 kasus setelah DKI Jakarta, Papua, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Bali
sedangkan kasus AIDS tidak ada tambahan penderita. Sumatera Utara memiliki
prevalensi sebesar 3,2 penderita per 100.000 penduduk. Secara kumulatif kasus
penderita HIV berdasarkan provinsi di Indonesia dari tanggal 1 Januari 1987
sampai dengan 31 Maret 2013 adalah 103.759 kasus sedangkan penderita AIDS
sebanyak 43.347 kasus, dengan jumlah kematian sebesar 8.288 jiwa. Jumlah
persentasi infeksi HIV pada kelompok umur 5-14 tahun (1,1%), 15-19 tahun
(3,0%), 20-24 tahun (14%), sedangkan jumlah presentase AIDS pada kelompok
umur 5-14 tahun (0,8%), 15-19 tahun (3,3%), 20-29 tahun (26,1%) (Depkes RI,
2013).
Pengetahuan tentang infeksi HIV/AIDS harus disosialisasikan kepada
masyarakat. Dalam mengembangkan tingkat pengetahuan mengenai penyakit
infeksi HIV/AIDS, sebelumnya sangat perlu memahami berbagai konsep dan teori
sehubungan dengan munculnya penyakit infeksi HIV/AIDS tersebut. Mengkaji
perkembangan penyakit infeksi HIV/AIDS berarti mendalami karakteristik
penyakit tersebut secara sistematik, radikal, dan universal. Tingkat pengetahuan
masyarakat tentang HIV/AIDS serta cara penularannya menjadi salah satu faktor
penting pendukung sikap dan tindakan masyarakat terhadap pencegahan penyakit
HIV/AIDS (Nasronudin, 2007).
Remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa
12 tahun sampai dengan usia 20 tahun, yaitu menjelang masa dewasa muda
(Soetjiningsih, 2004).
Remaja memiliki sikap yang menganggap diri mereka tak terkalahkan,
kebal fisik dan kebal sanksi hukum, sehingga remaja kerap kali melakukan
tindakan yang beresiko tinggi dan juga membahayakan kesehatan diri mereka
sendiri (Santrock, 2003).
Remaja juga merupakan individu yang berpikir, dan pemikirannya
diterjemahkan menjadi usaha penyesuaian diri. Sehingga dalam masa
perkembangannya, remaja membangun segala macam gagasan mengenai hal yang
terjadi pada mereka dan dunia mereka. Dengan perkembangan kognitif, remaja
memperhalus cara berpikir mereka dan bergerak melalui sejumlah tahap
perkembangan kognitif tersebut (Santrock, 2003).
Meningkatnya penalaran hipotetis-deduktif yang menyertai cara berpikir
operasional formal remaja seharusnya mengurangi perilaku berani mengambil
resiko serta memperlancar usaha-usaha penyuluhan kesehatan bagi remaja.
Sehingga sejalan dengan kematangan remaja secara kognitif, sebagian remaja
lebih mampu memahami resiko kesehatan, memikirkan perilaku mereka, serta
memahami makna simbolik (Santrock, 2003).
Saat ini, seluruh remaja tanpa melihat resiko harus belajar untuk
melindungi diri sendiri terhadap infeksi HIV/AIDS dengan mencegah atau
mengubah perilaku yang berhubungan dengan resiko HIV (Soetjiningsih, 2004).
Hasil survey awal yang peneliti lakukan diperoleh jumlah siswa-siswi
menjadi 347 orang berada di kelas X, 297 orang berada di kelas XI dan 273 orang
berada di kelas XII. Beberapa siswa yang peneliti wawancara mengatakan bahwa
mereka hanya mengetahui tentang HIV/AIDS sebatas pemahaman saja. Dalam
penentuan sikap dan tindakannya kebanyakan dari mereka masih bingung.
Sehingga perilaku siswa-siswi tersebut tentang pencegahan HIV/AIDS belum
jelas.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti bermaksud untuk melakukan
penelitian mengenai perilaku remaja tentang pencegahan HIV/AIDS di SMA
Negeri 17 Medan Tahun 2013.
2. Rumusan Masalah
Bagaimana perilaku remaja tentang pencegahan HIV/AIDS di SMA
Negeri 17 Medan Tahun 2013?
3. Tujuan Penelitian 3.1 Tujuan Umum
Mengetahui perilaku remaja tentang pencegahan HIV/AIDS di SMA
Negeri 17 Medan Tahun 2013.
3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
3.2.1 Mengetahui pengetahuan remaja tentang pencegahan HIV/AIDS di SMA
3.2.2 Mengetahui sikap remaja tentang pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri
17 Medan Tahun 2013.
3.2.2.1Mengetahui tindakan remaja tentang pencegahan HIV/AIDS di SMA
Negeri 17 Medan Tahun 2013.
4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi
4.1 Praktik Keperawatan
Hasil penelitian ini menyediakan informasi mengenai perilaku remaja tentang
pencegahan HIV/AIDS agar perawat khususnya perawat komunitas dapat
termotivasi untuk melaksanakan perannya dalam memberikan informasi tentang
pencegahan HIV/AIDS kepada remaja yang duduk di bangku SMA.
4.2 Pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini menyediakan informasi mengenai perilaku remaja tentang
pencegahan HIV/AIDS sehingga institusi pendidikan keperawatan dapat
melibatkan diri dalam memberikan informasi pencegahan HIV/AIDS sebagai
salah satu wujud fungsi pengabdian masyarakat.
4.3 Instansi (sekolah)
Hasil penelitian ini menyediakan informasi sejauh mana perilaku remaja SMA
4.4 Penelitian keperawatan
Sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya khususnya tentang pencegahan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Perilaku 1.1 Definisi
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup)
yang bersangkutan. Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas
manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh
pihak luar. Skinner (1938), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau
reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar) (Notoatmodjo, 2003).
1.2 Bentuk Respon
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua yaitu:
1.2.1 Perilaku Tertutup (Covert Behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau
tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang
yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang
1.2.2 Perilaku Terbuka (Overt Behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan
atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang
lain (Notoadmodjo, 2003).
1.3 Domain Perilaku
Benyamin Bloom (1908) membagi perilaku manusia kedalam tiga domain
yakni:
1.3.1 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah melakukan
penginderaan terhadap suatu obejk tertentu. Penginderaan melalui pancaindera
manusia, yakni, penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba
(Notoatmodjo 2003).
Pengalaman dan penelitian tebukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di
dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
1. Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus terlebih dahulu
2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus ( objek)
3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan buruk sesuatu) hal ini
4. Trial, orang yang telah mulai mencoba perilaku baru
5. Adaptation, subjek telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun, dalam penelitian yang dilakukan Rogers, beliau menyimpulkan
bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas. Apabila
penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari
oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka perilaku tersebut akan
bersifat langgeng. Sebaliknya perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan dan
kesadaran tidak akan berlangsung lama.
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam
tingkatan, yaitu:
1. Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya dan merupakan pengetahuan yang rendah.
2. Memahami (comprehension) diartikan sebagai kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (application) diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi
sebenarnya.
4. Analisis (analysis) adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
5. Sintesis (synthesis) menunjuk pada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang ada.
6. Evalusi (evaluation) ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau materi.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakuakan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Pengetahuan dapat diperoleh melalui proses belajar yang didapat dari
pendidikan (Notoadmodjo, 2003).
1.3.2 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau repons seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek. Newcomb adalah salah seorang ahli psikologi
sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum
merupakan suatu tindakan aktifitas, akan tetapi merupakan (predisposisi) tindakan
atau perilaku.
Sikap masih merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka
(tingkah laku yang terbuka). Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan
reaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap
1. Menerima (receiving)
Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek).
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah indikasi dari suatu sikap. Karena dengan suatu
usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,
lepas pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang itu menerima ide
tersebut.
3. Menghargai (valueing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang
lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ke tiga.
4. Bertanggungjawab (responsible)
Bertanggungjawab atas segala sesuatu dipilihnya dengan segala risiko
merupakan sikap yang paling tinggi.
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan secara langsung dan tidak
langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pertanyaan
responden terhadap suatu objek. Secara langsung tidak dilakukan dengan
pertanyan-pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat repsonden
1.3.3 Tindakan
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian
mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses
selanjutnya diharapkan akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang
diketahui atau disikapi (dinilai baik). Inilah yang disebut praktek (practice)
kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (overt behavior).
Tindakan dibedakan menjadi tiga tingkatan menurut kualitasnya, yaitu:
1. Praktik terpimpin (guided response)
Apabila seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada
tuntutan atau menggunakan panduan.
2. Praktik secara mekanisme (mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka disebut
praktik atau tindakan mekanis.
3. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoadmodjo, 2005).
2. Remaja 2.1 Definisi
Masa remaja (Adolescents) merupakan masa dimana terjadi transisi masa
Adolescence merujuk kepada kematangan psikologis individu, sedangkan pubertas
merujuk kepada saat dimana telah ada kemampuan reproduksi (Potter & Perry,
2009).
Remaja adalah masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa,
yang dimulai saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12
tahun sampai dengan usia 20 tahun, yaitu menjelang masa dewasa muda
(Soetjiningsih, 2004).
2.2 Subfase Remaja
Pada masa remaja terdapat tiga subfase, yaitu:
a. Masa remaja awal (11 sampai 14 tahun),
b. Masa remaja pertengahan (15 sampai 17 tahun), dan
c. Masa remaja akhir (18 sampai 20 tahun).
2.3 Pertumbuhan dan Perkembangan pada Masa Remaja 2.3.1 Pertumbuhan
Pada remaja awal (11-14 tahun) kecepatan pertumbuhan mencapai puncak,
timbul karakteristik seks sekunder. Pada remaja pertengahan (15-17 tahun)
pertumbuhan melambat pada anak perempuan, tinggi badan mencapai 95% tinggi
badan dewasa, karakteristik seks sekunder lanjut. Pada remaja akhir (18-20 tahun)
terjadi kematangan secara fisik, pertumbuhan tubuh dan reproduksi semakin
2.3.2 Kognisi
Pada remaja awal (11-14 tahun) remaja menggunakan kemampuan baru
untuk pemikiran abstrak yang terbatas, meraba adanya nilai moral dan energi yang
baru, serta perbandingan ‘normalitas’ dengan kelompok sesama jenis. Pada remaja
pertengahan (15-17 tahun) remaja memperoleh kemampuan berpikir abstrak,
memiliki kemampuan intelektual yang umumnya idealistik, memiliki perhatian
terhadap masalah filsafat, politis dan sosial. Pada remaja akhir (18-20 tahun)
terbentuknya pikiran abstrak, dapat menerima dan berpikir jauh, mampu meninjau
masalah secara komprehensif, identitas intelektual dan fungsional telah
ditegakkan.
2.3.3 Identitas
Pada remaja awal (11-14 tahun) remaja berfokus pada perubahan tubuh
yang cepat, mencoba berbagai peran, mengukur daya tarik melalui penerimaan
atau penolakan dari kelompok, serta memenuhi syarat yang ditegakkan kelompok
teman. Pada remaja pertengahan (15-17 tahun) remaja mengubah citra diri, sangat
egosentrik, narsisisme yang bertambah besar, kecenderungan berfokus pada
pengalaman dalam diri dan penemuan jati diri, memiliki kehidupan fantasi yang
kaya, idealistik, mampu memperkirakan akibat dari tingkah laku dan keputusan
yang diambil, dan aplikasi yang bervariasi. Pada remaja akhir (18-20 tahun) citra
matang, fase konsolidasi identitas, kestabilan kepercayaan diri, merasa nyaman
dengan pertumbuhan fisik, serta peran sosial telah ditentukan.
2.3.4 Hubungan dengan Orang Tua
Pada remaja awal (11-14 tahun) remaja menentukan batasan
kemandirian-ketergantungan, keinginan kuat untuk bergantung pada orangtua sekaligus
berusaha mandiri, tidak ada konflik besar mengenali kendali orangtua. Pada
remaja pertengahan (15-17 tahun) terjadi konflik besar mengenai kemandirian dan
kendali, merupakan titik rendah dalam hubungan orangtua-anak, dorongan
terbesar untuk emansipasi terhadap orangtua, berusaha melepaskan diri,
kebebasan emosional akhir dan ireversibel dari orangtua, dan merasa berduka.
Pada remaja akhir (18-20 tahun) pemisahan emosional dan fisik dari orangtua
telah dilakukan, tercapainya kemandirian jika anak berasal dari keluarga dengan
konflik yang minimal, emansipasi hampir dicapai.
2.3.5 Hubungan dengan Kelompok
Pada remaja awal (11-14 tahun) remaja membangun hubungan dengan
kelompok untuk mengatasi ketidakstabilan yang ditimbulkan oleh perubahan
tubuh yang cepat, peningkatan hubungan persahabatan dengan teman sesama jenis,
serta berusaha menjadi pemimpin dalam kelompok. Pada remaja pertengahan
(15-17 tahun) muncul kebutuhan yang kuat akan identitas untuk menegakkan imej-diri,
standar tingkah laku ditentukan oleh kelompok, penerimaan oleh kelompok
menjelajahi kemampuan untuk menarik lawan jenis. Pada remaja akhir (18-20
tahun) kepentingan kelompok berkurang dan digantikan oleh hubungan
persahabatan individual, pengujian hubungan pria-wanita terhadap kemungkinan
hubungan yang permanen, hubungan ditandai dengan saling memberi dan berbagi.
2.3.6 Seksualitas
Pada remaja awal (11-14 tahun) terjadi eksplorasi dan evaluasi diri, kencan
terbatas biasanya bersama kelompok, dan kedekatan yang terbatas. Pada remaja
pertengahan (15-17 tahun) terjadi hubungan plural yang banyak, pengambilan
keputusan untuk menjadi heteroseksual, eksplorasi ‘daya tarik diri’, memiliki
perasaan ‘jatuh cinta’, dan terbentuknya hubungan yang tentatif. Pada remaja
akhir (18-20 tahun) remaja membentuk hubungan yang stabil dengan orang lain,
peningkatan kemampuan untuk menjalin hubungan mutual dan resiprokal, kencan
sebagai pasangan pria-wanita, serta kedekatan melibatkan komitmen dan tidak
sekedar eksplorasi dan romantisisme.
2.3.7 Kesehatan Psikologis
Pada remaja awal (11-14 tahun) terjadi perubahan suasana hati yang
sangat fluktuatif, sering mengkhayal, kemarahan diekspresikan melalui suasana
hati, ledakan temperamen, hinaan lisan, dan memaki. Pada remaja pertengahan
(15-17 tahun) remaja lebih berfokus pada diri, menjadi lebih introspektif,
cenderung menarik diri saat merasa kecewa atau terluka, perubahan emosi dalam
meminta bantuan. Pada remaja akhir (18-20 tahun) emosi menjadi lebih konstan,
dan cenderung menyimpan kemarahan.
2.4 Tingkah Laku dalam Perkembangan Remaja 2.4.1 Hubungan dengan Orang Tua
Keinginan remaja untuk memperoleh kebebasan dan otoritas yang disertai
dengan kebutuhan untuk ketergantungan dan batasan yang ditetapkan orangtua
dapat menimbulkan ketegangan pada hubungan orangtua-anak. Penanganan
terbaik adalah komunikasi yang efektif dan pengasuhan yang demokratis.
2.4.2 Hubungan dengan Kelompok
Kelompok teman merupakan faktor pengaruh yang penting bagi remaja
yang semakin membutuhkan pengakuan dan penerimaan masyarakat. Dukungan
yang diberikan oleh teman dalam kelompok menyediakan lingkungan yang aman
untuk mencoba berbagai ide baru dan berbagi perasaan yang sama. Remaja sering
membentuk hubungan clique dengan kelompok lain yang memiliki latar
sosioekonomi dan minat yang sama. Clique yang bersifat eksklusif, membantu
anggotanya membangun identitas diri. Masyarakat yang kurang akrab
dibandingkan clique, memberikan kesempatan terjadinya interaksi heteroseksual
dan kegiatan sosial. Masyarakat juga mempertahankan syarat keanggotaan yang
2.4.3 Konsep Diri
Kelompok teman formal dan informal merupakan kekuatan utama dalam
pembentukan konsep diri anggotanya. Popularitas dan pengakuan dalam
kelompok akan meningkatkan kepercayaan diri dan memperkuat konsep diri.
Keterlibatan yang total dalam kelompok membuat mereka terlihat tidak mampu
mengambil keputusan dan tidak memiliki pikiran sendiri. Remaja yang menarik
diri dari kelompok dan mengisolasi dirinya akan kesulitan mencapai identitas diri.
2.4.4 Ketakutan
Ketakutan pada kelompok usia ini adalah pada penerimaan oleh kelompok,
perubahan tubuh, kehilangan kendali diri dan dorongan seksual yang mulai timbul.
Remaja sering mengamati perubahan dan ketidaksempurnaan pada tubuhnya.
Adanya kelainan yang nyata maupun tidak menjadi penyebab kekhawatiran yang
terus-menerus. Kekhawatiran remaja akan masalah ekonomi dan politik
menyebabkan ketakutan perang karena akan berakibat pada kematian dan
kehancuran.
2.4.5 Pola Koping
Mekanisme penanganan masalah diperoleh dari kehidupan dan
kematangan kognisi. Pada usia 15 tahun, sebagian besar menggunakan mekanisme
pertahanan penuh seperti rasionalisasi dan intelektualisasi.
Kemampuan memecahkan masalah telah matang dan mampu memahami
hipotesis. Beberapa remaja menggunakan strategi menghindar dimana mereka
mengubur masalahnya dan mencoba mengurangi ketegangan dengan
penyalahgunaan obat-obatan atau menghindari orang lain.
2.4.6 Moral
Menurut Kohlberg (1964), remaja akan mencapai tingkat konvensional
dimana mereka memperhitungkan harapan keluarga dan masyarakat. Awalnya
terdapat kepatuhan terhadap peraturan untuk memperoleh pujian dari pihak lain
dan untuk menghindari penolakan, selanjutnya mereka berusaha menghindari
kritik dari pihak institusi (Potter & Perry, 2009).
3. Pencegahan HIV/AIDS
Dalam usaha mengurangi infeksi HIV, berbagai kaedah telah diterapkan,
salah satunya adalah kaedah ABCD, yaitu:
Abstinence, yaitu menunda atau tidak melakukan kegiatan seksual sebelum
menikah.
Be faithful, yaitu saling setia kepada pasangannya.
Condom, yaitu menggunakan kondom bagi orang yang melakukan perilaku seks
berisiko.
Drugs, tidak menggunakan jarum suntik secara bergantian dan tidak secara
bersama-sama dalam penggunaan napza (Komisi Penanggulangan AIDS,
WHO memainkan peranan dalam usaha menanggulangi infeksi HIV/
AIDS dengan berbagai cara. Beberapa langkah yang dianjurkan oleh WHO
adalah :
a. Pendidikan kesehatan reprodukasi untuk remaja.
b. Program penyuluhan rekan sebaya (peer group) untuk kelompok sasaran.
c. Program kerjasama dengan media cetak dan media elektronik.
d. Pencegahan komprehensif untuk pengguna narkoba, narkotika, termasuk
program jarum suntik steril.
e. Pendidikan agama.
f. Program pelayanan infeksi menular seksual (IMS).
g. Program promosi kondom di lokasi pelacuran.
h. Pelatihan keterampilan hidup.
i. Program pengadaan tempat-tempat untuk tes HIV dan konseling.
j. Dukungan untuk anak jalanan dan pemberantasan prostitusi anak.
k. Integrasi program pencegahan dengan program pengobatan, perawatan dan
dukungan.
Program strategi pencegahan dan pengurangan risiko HIV/AIDS pada
remaja, yaitu:
1. Informasi tentang HIV/AIDS, transmisi dan pencegahan.
2. Instruksi dan demonstrasi cara penggunaan kondom.
3. Informasi untuk membantu remaja menilai sendiri perilaku yang berhubungan
4. Informasi dan latihan main peran untuk membantu remaja mengembangkan
kemampuan komunikasi dan ketegasan (assertive) untuk negoisasi
penggunaan kondom dengan pasangan seksual dan bertahan terhadap tekanan
22
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
1. Kerangka Konsep
Tingkat pengetahuan masyarakat tentang HIV/AIDS serta cara
penularannya menjadi salah satu faktor penting pendukung sikap dan tindakan
masyarakat terhadap pencegahan penyakit HIV/AIDS (Nasronudin, 2007).
Saat ini, seluruh remaja tanpa melihat risiko harus belajar untuk
melindungi diri sendiri terhadap infeksi HIV/AIDS dengan mencegah atau
mengubah perilaku yang berhubungan dengan risiko HIV (Soetjiningsih, 2004).
Skema 1. Kerangka Konsep Perilaku Remaja Tentang Pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013
PERILAKU REMAJA TENTANG
PENCEGAHAN HIV/AIDS
PENGETAHUAN
- BAIK
- CUKUP
- KURANG SIKAP
- BAIK
- CUKUP
- KURANG TINDAKAN
- POSITIF
23
2. Defenisi Operasional
24
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Desain ini digunakan
untuk menggambarkan perilaku remaja tentang pencegahan HIV/AIDS di SMA
Negeri 17 Medan Tahun 2013.
2. Populasi Dan Sampel 2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Negeri 17 Medan
pada tahun ajaran 2013/2014 kelas X dan XI. Populasi berjumlah 644 orang
siswa-siswi yang terdaftar di SMA tersebut.
2.2 Sampel
Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus (Notoatmodjo, 2010)
dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90%
N
n = ______________ 1 + N (d²)
644
n = ______________ 1 + 644 (0,1²)
25
Keterangan:
N = Besar populasi
n = Besar sampel
d = Tingkat kepercayaan / ketepatan
Sedangkan untuk menentukan responden yang berhak untuk dijadikan
sampel maka digunakan teknik Proportionate Stratified Random Sampling.
Penggunaan teknik ini memungkinkan untuk memberi peluang kepada populasi
yang lebih kecil tetapi dipilih sebagai sampel (Riduwan, 2005) dengan rumus:
ni x nx n = ______________ N
Keterangan:
N = Besar populasi keseluruhan
n = Besar sampel yang menjadi responden
ni = Besar sampel dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90%
nx = Besar populasi setiap tingkatan kelas
Berdasarkan rumus di atas, maka dapat dihitung sampel yang terpilih di
setiap kelas yang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Perhitungan Sampel Penelitian
No. Kelas Populasi Teknik Penarikan Sampel Sampel
1. X 347 87 x 347 ______________
644
26
2. XI 297 87 x 297 ______________ 644
40
Total 644 87
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 87 orang.
3. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri 17 Medan yang berada di
Jalan Letjend Jamin Ginting KM. 13 Medan. Dengan alasan bahwa lokasi
penelitian dekat dengan tempat tinggal peneliti sehingga dapat menghemat biaya
penelitian. Di SMA Negeri 17 Medan tersedia fasilitas untuk mendapatkan
berbagai informasi tentang HIV/AIDS melalui internet dan juga mempunyai
banyak kegiatan ekstrakulikuler sehingga siswa-siswinya memiliki kegiatan yang
positif di waktu luangnya. Salah satu kegiatan ekstrakulikuler yang ada yaitu
kegiatan dokter remaja. Hal ini mungkin berpengaruh terhadap perilaku remaja
SMA Negeri 17 Medan tentang pencegahan HIV/AIDS. Waktu penelitian ini
dilaksanakan selama bulan April sampai dengan Mei 2014.
4. Pertimbangan Etik
Penelitian yang menggunakan manusia sebagai objek, harus disertai
dengan pernyataan bahwa sudah disetujui oleh komisi etik setempat. Adapun
27
1) Informed concent, merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan;
2) Anonimity (tanpa nama);
3) Confidentiality ( Kerahasiaan) .
Sama halnya dengan penelitian ini, sebelum melakukan penelitian peneliti
telah terlebih dahulu mengajukan permohonan izin penelitian kepada Dekan
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Kepala Dinas Pendidikan Kota
Medan, dan Kepala Sekolah SMA Negeri 17 Medan. Kepada responden, peneliti
telah menjelaskan manfaat dan tujuan serta memberitahukan bahwa tidak ada
pengaruh negatif yang akan terjadi selama proses penelitian. Untuk menjaga
kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar kuesioner.
Semua data yang diperoleh semata-mata digunakan untuk perkembangan ilmu
pengetahuan serta tidak akan dipublikasikan pada pihak lain. Setelah responden
memahami dan menerima maksud dan tujuan dari penelitian ini, maka responden
menandatangani lembar persetujuan dan dilanjutkan dengan pengisian kuesioner
secara sukarela.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang dipakai pada penelitian ini adalah kuesioner.
Kuesioner ini terdiri dari 22 pertanyaan yang meliputi 6 pertanyaan mengenai
pengetahuan, 10 pertanyaan sikap, dan 6 pertanyaan tindakan yang terkait tentang
pencegahan HIV/AIDS.
28
a. Bagi pertanyaan pengetahuan, responden yang jawabannya benar diberi
skor 1 dan responden yang jawabannya salah termasuk menjawab tidak tahu
diberi skor 0. Skor dari kesepuluh pertanyaan akan dijumlahkan untuk
mendapatkan total skor pengetahuan. Skor tertinggi yang mungkin dicapai 10 dan
skor terendah yang mungkin dicapai 0.
Berdasarkan rumus statistik menurut Aziz (2007), nilai panjang kelas yaitu:
p = Rentang
Banyaknya Kelas
Dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang (selisih nilai tertinggi dan
nilai terendah ) yaitu 10 dan 3 kategori kelas untuk pengetahuan yaitu baik, cukup,
kurang maka didapatkan panjang kelas sebesar 3, menggunakan i = 3 dan nilai
terendah = 0 sebagai batas bawah kelas interval pertama. Pengetahuan
dikategorikan menjadi tiga yaitu baik dengan skor 5-6, cukup dengan skor 3-4,
kurang dengan skor 0-2.
b. Bagi pertanyaan sikap, pertanyaan nomor 3,4,6,7,8,9,10 responden yang
memberi jawaban “Sangat Setuju” diberi skor 4, “Setuju” diberi skor 3, “Tidak
Setuju” diberi skor 2 dan yang memberi jawaban “Sangat Tidak Setuju” diberi
skor 1. Sedangkan pertanyaan nomor 1,2,5 responden yang memberi jawaban
“Sangat Tidak Setuju” diberi skor 4, “Tidak Setuju” diberi skor 3, “Setuju” diberi
skor 2, dan yang memberi jawaban “Sangat Setuju” diberi skor 1. Skor dari
kesepuluh pertanyaan akan dijumlahkan untuk mendapatkan total skor sikap. Skor
29
Berdasarkan rumus statistik menurut Aziz (2007), nilai panjang kelas yaitu:
p = Rentang
Banyaknya Kelas
Dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang (selisih nilai tertinggi dan
nilai terendah ) yaitu 30 dan 3 kategori kelas untuk sikap yaitu baik, cukup,
kurang maka didapatkan panjang kelas sebesar 10, menggunakan i = 10 dan nilai
terendah = 10 sebagai batas bawah kelas interval pertama. Sikap dikategorikan
menjadi tiga yaitu baik dengan skor 31-40, cukup dengan skor 21-30, dan kurang
dengan skor 10-20.
c. Bagi pertanyaan tindakan, pertanyaan nomor 1,2,4 responden yang
memberi jawaban “Ya” diberi skor 1 dan yang memberi jawaban “Tidak” diberi
skor 0. Sedangkan pertanyaan nomor 3,5,6 responden yang memberi jawaban
“Tidak” diberi skor 1 dan yang memberi jawaban “Ya” diberi skor 0. Skor dari
keenam pertanyaan akan dijumlahkan untuk mendapatkan total skor sikap. Skor
tertinggi yang mungkin dicapai 6 dan skor terendah yang mungkin dicapai 0.
Berdasarkan rumus statistik menurut Aziz (2007), nilai panjang kelas yaitu:
p = Rentang
Banyaknya Kelas
Dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang (selisih nilai tertinggi dan
nilai terendah ) yaitu 6 dan 2 kategori kelas untuk tindakan yaitu positif dan
30
terendah = 0 sebagai batas bawah kelas interval pertama. Tindakan dikategorikan
menjadi dua yaitu positif dengan skor 4-6, dan negatif dengan skor 0-3.
6. Validitas Dan Realibilitas 6.1 Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Validitas dapat diuraikan
sebagai tindakan ukuran penelitian yang sebenarnya, yang memang didesain
untuk mengukur. Uji validitas penelitian ini telah dilakukan dengan menggunakan
uji validitas isi yang di uji oleh konselor sekaligus konsultan HIV/AIDS dengan
strata spesialis keperawatan jiwa. Setelah uji validitas dilakukan dan dinyatakan
valid maka dilanjutkan uji reliabilitas.
6.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas instrumen adalah suatu uji yang dilakukan untuk
mengetahui konsistensi dari instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian
selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama (Notoatmodjo, 2005).
Uji reliabilitas instrumen dilakukan kepada siswa/i SMA Dharma Bakti
Medan pada tanggal 3 Juni 2014 di sekolah SMA Dharma Bakti Medan yang
bertempat di Jalan Letjend Jamin Ginting Km. 8 Padang Bulan Medan. Uji ini
dilakukan pada 20 orang sampel yang bukan merupakan sampel penelitian tetapi
31
Uji reliabilitas kuesioner pengetahuan dilakukan dengan menggunakan
reliabilitas KR 21 dan hasil yang di dapat dari analisa reliability adalah 0,825. Uji
reliabilitas kuesioner sikap dilakukan dengan menggunakan Cronbach Alpha dan
hasil yang di dapat dari analisa reliability adalah 0,737. Dan uji reliabilitas
kuesioner tindakan dilakukan dengan menggunakan reliabilitas KR 21 dan hasil
yang di dapat dari analisa reliability adalah 0,767. Suatu kuesioner dikatakan
reliabel apabila nilai alpha (ἀ) lebih besar atau sama dengan 0,70.
7. Pengumpulan Data
Beberapa prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data, yaitu:
7.1 Mengajukan permohonan izin kepada Kepala Sekolah SMA Negeri 17
Medan.
7.2 Setelah mendapatkan izin dari sekolah SMA Negeri 17 Medan, peneliti
melaksanakan pengumpulan data penelitian.
7.3 Peneliti mendekati calon responden dan menjelaskan tentang tujuan
penelitian yang dilakukan.
7.4 Peneliti menanyakan apakah calon responden bersedia.
7.5 Calon responden yang bersedia, diminta untuk menandatangani surat
persetujuan.
7.6 Responden dipersilahkan untuk menjawab semua pertanyaan yang
diajukan peneliti dalam kuesioner dan diberikan waktu 15 menit untuk
32
7.7 Pengolahan/analisa data dilakukan setelah semua data yang diperlukan
terkumpul.
8. Analisa Data
Data yang telah terkumpul diolah dengan cara manual dan ditabulasi
dengan langkah-langkah sebagai berikut.
8.1 Editing, yaitu memeriksa kuesioner yang telah kembali apakah semua
pertanyaan telah diisi oleh responden sesuai dengan petunjuk.
8.2 Coding, yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk
mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa.
8.3 Entry Data, yaitu memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam
master table atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi
sederhana.
8.4 Analisa, yaitu menganalisa data yang telah terkumpul dan disajikan dalam
bentuk distribusi frekuensi dan persentase.
Pengolahan data kemudian dilakukan dengan menggunakan program
komputerisasi. Data disajikan dalam bentuk tabel frekuensi serta persentase
24
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Dalam bab ini diuraikan hasil dari penelitian mengenai perilaku remaja
tentang pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan tahun 2013. Jumlah
responden dalam penelitian ini sebanyak 87 orang, dan penelitian dilakukan
selama bulan April sampai Mei 2014.
Berikut ini hasil penelitian dijabarkan dalam bentuk tabel frekuensi serta
persentase meliputi: karakteristik responden, pengetahuan, sikap dan tindakan
responden tentang pencegahan HIV/AIDS.
1.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi: jenis kelamin, umur,
dan kelas. Pada tabel 3 dapat dilihat data yang diperoleh setelah selesai dilakukan
penelitian bahwa mayoritas jenis kelamin responden adalah perempuan
(n=55,2%), mayoritas umur responden adalah 16 tahun (n=52,9%), dan mayoritas
25
Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Presentasi Karakteristik Responden (n= 87)
Karakteristik Frekuensi Persentase
Jenis Kelamin:
1.2 Pengetahuan Remaja Tentang Pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013
Hasil pengetahuan responden dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pengetahuan Remaja Tentang Pencegahan HIV/AIDS
Pengetahuan Remaja Tentang Pencegahan HIV/AIDS
Hasil penelitian mengenai pengetahuan remaja tentang pencegahan
HIV/AIDS dari kuesioner pengetahuan, dilihat pada tabel 4 menunjukkan bahwa
pengetahuan remaja tentang pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan
26
1.3 Sikap Remaja Tentang Pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013
Hasil sikap responden dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Sikap Remaja Tentang Pencegahan HIV/AIDS
Sikap Remaja Tentang Pencegahan HIV/AIDS Frekuensi Presentase Baik
Cukup
75
12
86,2
13,8
Hasil penelitian mengenai sikap remaja tentang pencegahan HIV/AIDS
dari kuesioner sikap, dilihat pada tabel 5 menunjukkan bahwa sikap remaja
tentang pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013 berada
pada kategori baik sebanyak 86,2% (n=75).
1.4 Tindakan Remaja Tentang Pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013
Hasil tindakan responden dapat dilihat pada tabel berikut.
27
Tindakan Remaja Tentang Pencegahan HIV/AIDS
Hasil penelitian mengenai tindakan remaja tentang pencegahan HIV/AIDS
dari kuesioner tindakan, dilihat pada tabel 6 menunjukkan bahwa tindakan remaja
tentang pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013 berada
pada kategori positif sebanyak 78,2 (n=58).
2. Pembahasan
2.1 Karakteristik Responden
Peneliti mengambil beberapa karakteristik responden seperti jenis kelamin,
dan umur. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas jenis kelamin
responden adalah perempuan. Wanita dan anak-anak adalah kelompok beresiko
tertular HIV/AIDS (Global Health Council, 2007). Tingkat pengetahuan HIV
antara laki-laki dan perempuan didapatkan perempuan memiliki pengetahuan HIV
yang lebih rendah karena kebanyakan perempuan tidak mengerti transmisi HIV
dibanding laki-laki (Yoo, H; Sun Hae Lee; Kwon, Bo Eun; Chung, Sulki; Kim,
Sanghe, 2005)
Berikutnya, karakteristik yang diambil oleh peneliti adalah umur. Dari
hasil penelitian, didapatkan bahwa mayoritas umur responden adalah 16 tahun.
Hal ini sesuai dengan umur yang beresiko tertular HIV/AIDS adalah pada umur
sekitar 15-24 tahun (Global Health Council, 2007). Pada remaja pertengahan
28
intelektual yang umumnya idealistik, memiliki perhatian terhadap masalah filsafat,
politis dan sosial (Potter & Perry, 2009).
2.2 Pengetahuan Responden tentang Pencegahan HIV/AIDS
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah melakukan
penginderaan terhadap suatu obejk tertentu. Penginderaan melalui pancaindera
manusia, yakni, penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba
(Notoatmodjo 2003). Perilaku seseorang terhadap suatu rangsangan atau objek
tertentu biasanya didasari oleh pengetahuan.
Hasil penelitian yang didapat dari tabel 4 bahwa sebanyak 58 orang
(66,7%) responden memiliki pengetahuan yang cukup tentang pencegahan
HIV/AIDS. Hal tersebut sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Akbar
(2011), yang menyebutkan bahwa tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS
di salah satu sekolah swasta di kota Medan berada pada kategori sedang.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Muhannur (2006), menyebutkan
bahwa tingkat pengetahuan remaja di salah satu sekolah negeri di kota Medan
berada pada kategori kurang. Dan penelitian yang dilakukan oleh Radhiah (2011),
menyebutkan bahwa tingkat pengetahuan remaja (Mahasiswa) di salah satu
perguruan tinggi negeri di kota Medan berada pada kategori baik. Hal ini mungkin
dipengaruhi oleh faktor usia dan sumber informasi tentang HIV/AIDS yang
diperoleh di sekolah tersebut.
Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa pertanyaan yang paling banyak
29
persentase sebesar 67,8%. Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
Akbar (2012) yang didapat bahwa pertanyaan mengenai usaha-usaha
perlindungan diri untuk mencegah penularan AIDS merupakan pertanyaan yang
paling banyak dijawab salah oleh responden dengan persentase 53,7%.
Pada pertanyaan nomor 5 didapatkan persentase jawaban salah cukup
besar yaitu 35,6% tentang usaha pencegahan HIV pada remaja, dan pertanyaan
nomor 6 dengan persentase 36,8% tentang usaha menanggulangi infeksi HIV. Hal
ini mungkin dipengaruhi kurangnya pemahaman remaja tentang hal-hal yang
berkaitan dengan cara pencegahan dan penanggulangan HIV pada remaja.
2.2 Sikap Responden tentang Pencegahan HIV/AIDS
Sikap masih merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka
(tingkah laku yang terbuka). Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan
reaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap
objek (Notoadmodjo, 2003).Sikap belum merupakan suatu tindakan aktifitas, akan
tetapi merupakan (predisposisi) tindakan atau perilaku.
Hasil penelitian yang didapat dari tabel 5 bahwa sebanyak 75 orang
(86,2%) responden memiliki sikap yang baik tentang pencegahan HIV/AIDS.
Hasil tersebut sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhannur (2006) yang
menyebutkan sikap remaja di salah satu sekolah negeri di kota Medan terhadap
pencegahan HIV/AIDS dalam kategori baik.
Hasil tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijaya
30
Medan terhadap pencegahan HIV/AIDS dalam kategori cukup. Hali ini mungkin
dipengaruhi oleh faktor budaya dan ajaran agama yang dianut masing-masing
siswa-siswi tersebut.
2.3 Tindakan Responden tentang Pencegahan HIV/AIDS
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian
mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses
selanjutnya diharapkan akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang
diketahui atau disikapi (dinilai baik) (Notoadmodjo, 2005).
Dari hasil penelitian yang dapat dilihat dari tabel 6 bahwa sebanyak 68
orang (78,2%) responden memiliki tindakan yang positif tentang pencegahan
HIV/AIDS. Hasil tersebut sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhannur
(2006) yang menyebutkan tindakan terhadap pencegahan HIV/AIDS dalam
kategori baik (positif).
Hasil penelitian ini juga sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
Radhiah (2011), yang menyebutkan bahwa tindakan remaja (Mahasiswa) di salah
satu perguruan tinggi negeri di kota Medan berada pada kategori positif (baik).
Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa pertanyaan tindakan tentang
pencegahan HIV/AIDS dengan menjauhi teman/keluarga yang menderita
HIV/AIDS memiliki persentase 31,0%, berusaha menghindari penggunaan kamar
mandi umum karena khawatir telah digunakan oleh pasien HIV/AIDS memiliki
31
memiliki persentase 29,9%. Persentase yang didapat cukup tinggi terkait dengan
pertanyaan tentang pencegahan HIV/AIDS.
Menurut Madyan (2009) dalam Akbar (2012), dunia medis hingga saat ini
hanya bisa menawarkan lima cara pencegahan penularan HIV, yaitu: tidak
melakukan hubungan seks sama sekali, setia dan tidak berganti-ganti pasangan
dan partner seks, menggunakan kondom jika memang berperilaku seksual
beresiko, menghindari dan meninggalkan narkoba khususnya narkoba suntik,
menambah wawasan dan membuka pengetahuan, khususnya yang berkaitan
dengan ilmu kesehatan reproduksi dan PMS (Penyakit Menular Seksual).
Sedangkan menjaga kebersihan dengan menjauhi teman/keluarga yang menderita
HIV/AIDS, berusaha menghindari penggunaan kamar mandi umum karena
khawatir telah digunakan oleh pasien HIV/AIDS, dan menghindari bersalaman
dengan penderita HIV/AIDS bukan merupakan upaya dalam pencegahan
HIV/AIDS.
2.4 Gambaran Perilaku Responden tentang Pencegahan HIV/AIDS
Dari hasil tersebut, dapat dilihat bahwa rata-rata pengetahuan remaja
tentang pencegahan HIV/AIDS masih berada pada kategori cukup. Hal ini
mungkin karena masih terdapat beberapa stigma tentang HIV/AIDS yang masih
perlu diklarifikasi di kalangan mereka.
Penelitian berdasarkan umur didapati umur diatas 20 tahun memiliki
pengetahuan yang baik dibanding responden yang di bawah 20 tahun. Hal ini
32
bahwa kelompok usia lebih tua memiliki pengetahuan yang lebih baik dibanding
dengan usia muda. Selain faktor usia, HIV/AIDS juga dipengaruhi oleh faktor
jenis kelamin. Tingkat pengetahuan pada laki-laki lebih tinggi daripada
perempuan. Hal ini mungkin karena kebanyakan diantara perempuan yang malu
untuk mencari informasi tentang HIV/AIDS karena takut dianggap aktif
berseksual.
Secara umum, sikap dapat diartikan sebagai kecenderungan bagi manusia
untuk merespon baik secara positif atau negatif terhadap suatu rangsangan. Selain
itu sikap juga turut dipengaruhi oleh penerapan norma-norma baik oleh orangtua
sejak kecil. Sikap juga dipengaruhi oleh pegangan agama yang dianut oleh
individu, dimana agama mengajak umatnya untuk melakukan kebaikan dalam
hidup. Dan budaya juga memainkan peranan penting dalam menentukan sikap
individu.
Nilai dari pengetahuan tidak selalu sama dengan sikap dan tindakan.
Tetapi sikap akan bernilai sama dengan tindakan. Menurut Notoadmodjo (2005),
untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau reaksi yang memungkinkan. Hal ini mungkin karena terdapat
faktor-faktor lain yang mendukung seperti pengaruh rekan sebaya, budaya,
nilai-nilai, keyakinan, aturan dan norma yang turut memainkan peranan dalam
menentukan tindakan dari seseorang.
Hasil penelitian ini digambarkan bahwa pengetahuan tidak berpengaruh
33
agama, nilai-nilai, norma-norma, peranan orangtua, budaya, lingkungan atau
43
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian saya mengenai perilaku remaja tentang
pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013 yang terdiri dari
pengetahuan, sikap dan tindakan dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:
1.1 Pengetahuan responden pada kategori baik adalah sebanyak 33,3%, pada
kategori cukup adalah sebanyak 66,7%, dan tidak ada dalam kategori kurang.
1.2 Sikap responden pada kategori baik adalah sebanyak 86,2%, pada kategori
cukup adalah sebanyak 13,8%, dan tidak ada dalam kategori kurang.
1.3 Tindakan responden pada kategori positif adalah sebanyak 78,2% dan
pada kategori negatif adalah sebanyak 21,8%.
2. Saran 2.1 Bagi siswa
Siswa/i SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013 diharapkan agar meningkatkan
pengetahuannya tentang pencegahan HIV/AIDS sehingga sikap dan tindakan nya
semakin baik.
2.2 Bagi sekolah
Sekolah diharapkan agar dapat meningkatkan program Dokter Remaja disekolah
44
sekolah tersebut untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan siswa/I
tentang pencegahan HIV/AIDS.
2.3 Bagi Peneliti
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna dalam menggambarkan
perilaku remaja tentang pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan.
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menyempurnakan penelitian ini. Peneliti
merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti faktor-faktor yang
Daftar Pustaka
Akbar, F. 2012. Tingkat Pengetahuan Siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan Kelas VIII Terhadap HIV/AIDS Tahun 2011. Dibuka pada websit 25 September 2013.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta.
Ditjen PPM & PL Depkes RI. 2013. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia
Dilapor s/d Maret 2013. Dibuka pada
website
September2013.
Hidayat, A. 2011. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Komisi Penanggulangan AIDS. 2010-2011. Pencegahan HIV/AIDS. Dibuka pada
website
September 2013.
Kumar, V, Cotran, R & Robbins, S. 2007. Buku Ajar Patologi, Edisi Ketujuh, Volume 1. Jakarta: EGC.
Muhannur, S. 2006. Gambaran Perilaku Remaja Tentang HIV/AIDS di SMU Negeri 3 Medan Tahun 2006. Dibuka pada website 25 September 2013.
Murtiastutik, D. 2008. Buku Ajar Infeksi Menular Seksual,Edisi Kedua. Surabaya: Airlangga University Press.
Nasronudin. 2007. Hiv & AIDS, Edisi Kedua. Surabaya: Airlangga University Press.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Price & Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: EGC.
Radhiah, W. 2011. Perilaku Mahasiswa USU Tentang HIV/AIDS. Dibuka pada website 25 September 2013.
Riduwan. 2005. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.
Santrock. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja, Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
Soetjiningsih. 2004. Buku Ajar Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto.
Strategi Nasional Penanggungulangan HIV/AIDS 2007-2010. Dibuka pada
website
UNAIDS Report On The Global AIDS Epidemic 2010. Dibuka pada
website
10 Juni 2014.
Wijaya, C. 2010. Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja dalam Mencegah HIV/AIDS di SMA Santo Thomas 1 Medan. Dibuka pada
website
10 Juni 2014.
Lampiran 1
LEMBAR PENJELASAN PENGISIAN KUESIONER
Saya selaku Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Nama : Liani Br Ginting
Stambuk : 2010
Lembar penjelasan ini bertujuan untuk melakukan penelitian mengenai
Perilaku Remaja Tentang Pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan.
Untuk keperluan tersebut saya memohon kesediaan Saudara/I untuk berperan
sebagai reponden. Responden diminta untuk mengisi kuesioner dengan jujur
sesuai petunjuk yang diberikan. Identitas pribadi Saudara/i sebagai responden
akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan
untuk penelitian ini. Pengisian kuesioner ini akan mengambil waktu kira-kira 15
menit. Atas kesediaannya saya mengucapkan terima kasih.
Medan, Mei 2014
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER No. Responden:
Saya bertandatangan di bawah ini
Nama :
Jenis Kelamin : L / P
Umur :
Kelas :
Setelah membaca penjelasan di atas, maka dengan ini saya menyatakan bersedia
untuk ikut berpatisipasi sebagai salah satu responden dalam penelitian ini dengan
kesukarelaan dan bersedia mengisi kuesioner ini dengan sebaik-baiknya.
Medan, Mei 2014
Responden
Lampiran 3
LEMBAR KUESIONER PENELITIAN
Perilaku Remaja Tentang Pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan
Tahun 2013
PENGETAHUAN Petunjuk pengisian
Pilihlah jawaban yang menurut Anda paling benar
1. Manakah salah satu usaha dalam mengurangi penularan HIV?
a. Melakukan kegiatan seksual sebelum menikah
b. Saling setia kepada pasangannya
c. Tidak menggunakan kondom bagi orang yang melakukan perilaku seks
beresiko
d. Menggunakan jarum suntik bergantian
e. Tidak tahu
2. Dari jawaban dibawah ini, manakah usaha perlindungan diri untuk
mencegah HIV?
a. Mengkonsumsi pil KB
b. Menggunakan obat ARV (Antiretrovirus)
c. Mengikuti imunisasi sejak kecil
e. Tidak tahu
3. Tindakan apakah yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan
HIV/AIDS?
a. Tidak menggunakan jarum suntik bersama
b. Menjaga jarak dengan penderita AIDS
c. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
d. Tidak bersalaman dengan penderita AIDS
e. Tidak tahu
4. Manakah tindakan berikut yang merupakan usaha dalam mencegah HIV?
a. Menerima obat ARV (Antiretrovirus)
b. Mengelakkan diri dari gigitan nyamuk Aedes
c. Tidak melakukan hubungan seks bebas
d. Menggunakan narkotika suntik
e. Tidak tahu
5. Yang merupakan usaha pencegahan HIV pada remaja, kecuali?
a. Informasi tentang HIV/AIDS, penularan dan pencegahan
b. Informasi dan pelayanan IMS (Infeksi Menular Seksual)
c. Menerima imunisasi sejak kecil
d. Informasi untuk membantu remaja menilai perilaku yang beresiko
e. Tidak tahu
6. Yang merupakan usaha menanggulangi infeksi HIV, kecuali?
a. Pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja
b. Pendidikan agama untuk remaja
c. Program penyuluhan teman sebaya (peer group) untuk remaja
d. Menjauhi ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS)
e. Tidak tahu
SIKAP
Petunjuk: Berilah tanda ceklist (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan kecenderungan sikap Anda terhadap pernyataan tersebut
Keterangan:
SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju
S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
No. Pernyataan SS S TS STS
1. Kerjasama dengan media cetak dan media elektronik seharusnya tidak dilakukan dalam pemberian informasi pencegahan HIV/AIDS 2. Tidak perlu dilakukan pencegahan yang
menyeluruh dan terus-menerus untuk pengguna narkoba
3. Adanya pendidikan kesehatan reprodukasi bagi remaja
4. Tidak melakukan kegiatan seksual sebelum menikah
5. Jika ada siswa yang positif HIV seharusnya dikeluarkan dari sekolah