• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA

SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN TERHADAP JERAWAT

Oleh :

A N D Y

060100134

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA

SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN TERHADAP JERAWAT

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

A N D Y

060100134

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

LEMBAR PENGESAHAN

Pengetahuan dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat

Nama : Andy

NIM : 060100134

Pembimbing Penguji

(dr. Kristo A. Nababan, Sp.KK) (dr. T. Ibnu. Alferally, Sp.PA)

NIP: 19630208 198903 1 004 NIP: 19620212 198911 1 001

(dr. Zulham, M.Biomed) NIP: 19740702 200212 1 002

Medan, 2 Desember 2009 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

ABSTRAK

Jerawat sampai saat ini selalu menjadi hal yang selalu mendapat perhatian baik dari kalangan remaja atau dewasa muda. Penyakit ini tidak fatal, tetapi cukup merisaukan karena berhubungan dengan menurunnya kepercayaan diri akibat berkurangnya keindahan wajah penderita. Berdasarkan penelitian Goodman (1999), prevalensi tertinggi yaitu pada umur 16-17 tahun, dimana pada wanita berkisar 83-85% dan pada pria berkisar 95-100%. Dari survei di kawasan Asia Tenggara, terdapat 40-80% kasus jerawat, sedangkan di Indonesia, catatan kelompok studi dermatologi kosmetika Indonesia, menunjukkan terdapat 60% penderita jerawat pada tahun 2006 dan 80% pada tahun 2007. Jerawat dapat menjadi siksaan psikis bagi remaja, terlebih-lebih pada mereka yang memiliki pengetahuan yang kurang dan sikap yang negatif terhadap jerawat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap siswa/i SMA Santo Thomas 1 Medan terhadap jerawat. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Jumlah sampel sebanyak 93 orang dengan tingkat ketepatan relatif (d) sebesar 0,1. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Sampel tersebut kemudian didistribusikan secara proposional berdasarkan tingkatan kelas. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif.

Hasil uji tingkat pengetahuan siswa/i SMA Santo Thomas 1 Medan mengenai jerawat sebesar 46,2% dikategorikan kurang. Hasil uji sikap siswa/i SMA Santo Thomas 1 Medan terhadap jerawat sebesar 69,9% dikategorikan cukup.

Dari hasil uji tersebut maka diharapkan orang tua siswa/i dapat memberikan informasi mengenai kebersihan pribadi pada siswa/i tersebut. Selain itu, diharapkan juga kepada pihak sekolah untuk dapat bekerja sama dengan pihak pelayanan kesehatan untuk dapat memberikan penyuluhan yang lebih baik mengenai kebersihan pribadi, khususnya kebersihan wajah.

(5)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

ABSTRACT

Up until now, acne has always been well concerned in teenagers and adolescent. This is not a fatal disease, but it’s a very concerning one since it can lessen one’s facial feature and affect their confidence negatively. Based on a research by Goodman (1999), the highest prevalence is on the age of 16-17 years old, 83-85% in woman, and 95-100% in man. From a survey in Southeast Asia region, there was 40-80% case of acne, while the study group of cosmetic dermatology in Indonesia recorded 60% acne patients in 2006 and 80% in 2007. Acne can torture a teenager psychologically, mostly to them who has a very low knowledge and negative behavior toward acne.

This study was conducted to apprehend the knowledge and attitudes of SMA Santo Thomas 1 adolescent students towards acne. Descriptive study was chosen in this study. A total of 93 samples were included with 0,1 as the precisions (d). Sampling technique used was stratified random sampling and samples were then distributed proportionally based on their level of education. Data were collected by utilizing questionnaires and analyzed by using descriptive statistic.

The result of high school students’ knowledge in SMA Santo Thomas 1 towards acne vulgaris is 46.2% categorized as insufficient. The results done in the same manner about attitude towards acne vulgaris showed 69.9% catagorized as sufficient.

From the result of this study, it is expected of the parents from the students to participate in giving them informations about personal hygiene. Furthermore, it is expected of the school also to participate in giving better guidance about personal hygiene, especially on the facial parts.

(6)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul “Pengetahuan dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat”. Dalam penyelesaian penulisan karya

tulis ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak dr. Kristo A. Nababan, Sp.KK dan dr. Rina Amelia, MARS, selaku

Dosen Pembimbing yang telah banyak memberi arahan dan masukan kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Bapak Drs. Johannes O. Fian, selaku Kepala SMA Santo Thomas 1 Medan,

yang telah memberikan izin dan banyak bantuan kepada penulis dalam melakukan proses pengumpulan data di lokasi penelitian.

4. Seluruh staf SMA Santo Thomas 1 Medan yang telah membantu administrasi

perizinan untuk melakukan penelitian.

5. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara.

6. Terima kasih yang tiada tara penulis persembahkan kepada Ibunda tercinta,

(7)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

7. Seluruh siswa/i SMA Santo Thomas 1 Medan, atas bantuan dan partisipasinya

dalam proses pengumpulan data penelitian ini.

8. Seluruh teman Stambuk 2006, terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

Untuk seluruh bantuan baik moril maupun materiil yang diberikan kepada penulis selama ini, penulis ucapkan terima kasih dan semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan pahala yang sebasar-besarnya.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat

berguna bagi kita semua.

Medan, Nopember 2009

Penulis

(8)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... viii

Daftar Lampiran ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

2.1.2. Epidemiologi Akne Vulgaris ... 4

2.1.3. Etiologi Akne Vulgaris ... 5

2.1.4. Patogenesis Akne Vulgaris ... 6

2.1.5. Manifestasi Klinis Akne Vulgaris ... 8

2.1.6. Gradasi Akne Vulgaris ... 8

2.3.2. Aspek-aspek Perkembangan pada Masa Remaja ... 13

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 14

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 14

3.2. Definisi Operasional ... 14

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 16

4.1. Jenis Penelitian ... 16

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

(9)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 17

4.5. Metode Analisis Data ... 18

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19

5.1. Hasil Penelitian ... 19

5.2. Pembahasan ... 25

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 29

6.1. Kesimpulan ... 29

6.2. Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30

(10)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner ... 18

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia ... 19

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ... 20

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi jawaban responden pada variabel pengetahuan... 20

Tabel 5.4. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan... 21

Tabel 5.5. Distribusi frekuensi jawaban responden pada variabel sikap ... 22

Tabel 5.6. Distribusi frekuensi sikap ... 23

Tabel 5.7. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan usia ... 23

Tabel 5.8. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan jenis Kelamin ... 24

Tabel 5.9. Distribusi frekuensi sikap berdasarkan usia ... 24

Tabel 5.10. Distribusi frekuensi sikap berdasarkan jenis kelamin ... 25

(11)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Lembar Penjelasan kepada Subjek Penelitian

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Subjek Penelitian

Lampiran 4 Kuesioner Penelitian

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian

(12)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu penyakit kulit yang selalu mendapat perhatian bagi para remaja dan dewasa muda adalah jerawat atau dalam bahasa medisnya acne vulgaris (Yuindartanto, 2009). Penyakit ini tidak fatal, tetapi cukup merisaukan karena

berhubungan dengan menurunnya kepercayaan diri akibat berkurangnya keindahan wajah penderita (Efendi, 2003). Penyebab jerawat sangat banyak (multifaktorial), antara lain genetik, endokrin, faktor makanan, keaktifan dari kelenjar sebasea sendiri, faktor psikis, musim, infeksi bakteri (Propionibacterium acnes), kosmetika, dan

bahan kimia lainnya (Yuindartanto, 2009). Penderita biasanya mengeluh adanya erupsi kulit pada tempat-tempat predileksi, yakni di muka, bahu, leher, dada, punggung bagian atas, dan lengan bagian atas. Dapat disertai rasa gatal. Erupsi kulit berupa komedo, papul, pustula, nodus, atau kista (Harper, 2008). Isi komedo ialah sebum yang kental atau padat. Isi kista biasanya pus dan darah (Yuindartanto, 2009).

(13)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

daripada usia tersebut (Efendi, 2003). Meskipun kebanyakan jerawat terjadi pada masa remaja atau dewasa muda, tetapi dalam kenyataannya jerawat juga timbul pada berbagai golongan usia lainnya. Jerawat seringkali dihubungkan dengan kondisi tubuh, baik pada saat stres karena banyak masalah, atau dapat pula sebaliknya pada saat sedang sangat berbahagia. Pada waktu pubertas terdapat kenaikan dari hormon androgen yang beredar dalam darah yang dapat menyebabkan hiperplasia dan hipertrofi dari glandula sebasea sehingga tidak heran jika angka kejadian jerawat paling tinggi pada usia remaja (Yuindartanto, 2009).

Pada umumnya banyak remaja yang bermasalah dengan jerawat, bagi mereka

jerawat merupakan siksaan psikis. Selain masalah tersebut, akibat dari kurangnya pengetahuan tentang faktor-faktor penyebab jerawat adalah mereka tidak mengontrol makanan yang mereka makan. Padahal ada makanan lain yang dapat memperburuk keadaan jerawat selain kacang dan coklat. Di samping itu pemakaian bahan-bahan

kosmetika tertentu secara terus menerus dalam jangka waktu lama juga dapat menyebabkan timbulnya jerawat. Bagi mereka yang kurang mengerti, mereka memakai bahan-bahan kosmetika itu tanpa tahu akibat yang akan timbul. Bahan tersebut misalnya bedak dasar, pelembab, krem penahan sinar matahari, krem malam dan lain-lain (Harahap, 2008).

Karena kurangnya pengetahuan medis, sebagian besar remaja belum mengetahui faktor-faktor lain penyebab jerawat selain coklat dan kacang. Dengan adanya masalah tersebut maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap remaja SMA tehadap jerawat.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, maka ditetapkan permasalahan penelitian sebagai berikut:

(14)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk: 1.3.1. Tujuan Umum

Memberi informasi mengenai bagaimana tingkat pengetahuan dan sikap remaja SMA Santo Thomas 1 dalam menghadapi jerawat.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui tingkat pengetahuan remaja SMA Santo Thomas 1 Medan tentang jerawat.

2. Mengetahui sikap remaja SMA Santo Thomas 1 Medan terhadap jerawat.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: 1. Bagi Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan pendidikan kesehatan pribadi.

2. Bagi Mahasiswa

(15)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Akne Vulgaris Secara Umum

2.1.1. Pengertian Akne Vulgaris

Akne vulgaris adalah peradangan folikel sebasea yang ditandai oleh komedo, papula, pustula, kista, dan nodulus di tempat predileksinya, yaitu wajah, leher, badan

atas, dan lengan atas (Wasitaatmadja, 2002). Penyakit ini terutama terjadi pada remaja dan biasanya berinvolusi sebelum usia 25 tahun namun bisa berlanjut sampai usia dewasa. Akne vulgaris terutama timbul pada kulit yang berminyak berlebihan akibat produksi sebum berlebihan di tempat dengan glandula sebasea yang banyak

(Yuindartanto, 2009).

2.2.2. Epidemiologi Akne Vulgaris

Akne vulgaris dianggap penyakit kulit fisiologis karena hampir semua orang pernah menderita penyakit ini. Insidens akne vulgaris 85-100% (Harper, 2008) dan biasanya terjadi pada usia dewasa muda, yaitu umur 14-17 tahun pada wanita, dan 16-19 tahun pada pria (Yuindartanto, 2009). Berdasarkan penelitian Goodman (16-1999), prevalensi tertinggi yaitu pada umur 16-17 tahun, dimana pada wanita berkisar 83-85% dan pada pria berkisar 95-100%. Meskipun demikian, akne vulgaris dapat pula terjadi pada usia lebih muda atau lebih tua dari pada usia tersebut (Efendi, 2003).

(16)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

2.2.3. Etiologi Akne Vulgaris

Faktor penyebab akne sangat banyak (multifaktorial), antara lain genetik, endokrin, faktor makanan, keaktifan dari kelenjar sebasea sendiri, faktor psikis, musim, infeksi bakteri (Propionibacterium acnes), kosmetika, dan bahan kimia lainnya. Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi banyak faktor yang berpengaruh, seperti:

a. Sebum. Sebum merupakan faktor utama penyebab timbulnya akne. Akne yang keras selalu disertai pengeluaran sebore yang banyak

b. Bakteri. Mikroba yang terlibat pada terbentuknya akne adalah Corynebacterium

acnes, Staphylococcus epidermidis, dan pityrosporum ovale.

c. Herediter. Faktor herediter sangat berpengaruh pada besar dan aktivitas kelenjar palit (glandula sebasea). Apabila kedua orang tua mempunyai parut bekas akne, kemungkinan besar anaknya akan menderita akne.

d. Endokrin, di antaranya:

Hormon androgen. Hormon ini memegang peranan yang penting karena kelenjar

palit sangat sensitif terhadap hormon ini. Hormon androgen berasal dari testis dan kelenjar anak ginjal (adrenal). Hormon ini menyebabkan kelenjar palit bertambah besar dan produksi sebum meningkat. Pada penyelidikan Pochi, Frorstrom dkk. & Lim James didapatkan bahwa konsentrasi testosteron dalam plasma penderita akne pria tidak berbeda dengan yang tidak menderita akne. Berbeda dengan wanita, kadar testosteron plasma sangat meningkat pada penderita akne.

Estrogen. Pada keadaan fisiologi, estrogen tidak berpengaruh terhadap produksi

sebum. Estrogen dapat menurunkan kadar gonadotropin yang berasal dari kelenjar hipofisis. Hormon gonadotropin mempunyai efek menurunkan produksi sebum. Progesteron. Progesteron dalam jumlah fisiologis tidak mempunyai efek pada

(17)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

Hormon-hormon dari kelenjar hipofisis. Pada tikus, hormon tirotropin,

gonadotropin, dan kortikotropin dari kelenjar hipofisis diperlukan untuk aktivitas kelenjar palit. Pada kegagalan dari kelenjar hipofisis, sekresi sebum lebih rendah dibandingkan dengan orang normal. Penurunan sebum diduga disebabkan oleh adanya suatu hormon sebotropik yang berasal dari bagian tengah (lobus intermediat) kelenjar hipofisis.

e. Diet. Diet tidak begitu berpengaruh terhadap timbulnya akne. Pada penderita yang makan banyak karbohidrat dan zat lemak, tidak dapat dipastikan akan terjadi perubahan pada pengeluaran sebum atau komposisinya karena kelenjar lemak

bukan alat pengeluaran lemak yang kita makan.

f. Iklim. Sinar ultraviolet (UV) mempunyai efek membunuh bakteri pada permukaan kulit. Selain itu, sinar ini juga dapat menembus epidermis bagian bawah dan bagian atas dermis sehingga berpengaruh pada bakteri yang berada di

bagian dalam kelenjar palit. Sinar UV juga dapat mengadakan pengelupasan kulit yang dapat membantu menghilangkan sumbatan saluran pilosebasea.

g. Faktor psikis. Pada beberapa penderita, stres dan gangguan emosi dapat menyebabkan eksaserbasi akne. Mekanisme yang pasti mengenai hal ini belum diketahui. Kecemasan menyebabkan penderita memanipulasi akne-nya secara mekanis sehingga terjadi kerusakan pada dinding folikel dan timbul lesi yang beradang yang baru, teori lain mengatakan bahwa eksaserbasi ini disebabkan oleh meningkatnya produksi hormon androgen dari kelenjar anak ginjal dan sebum, bahkan asam lemak dalam sebum pun meningkat.

h. Kosmetika. Jenis kosmetika yang dapat menimbulkan akne tidak tergantung pada harga, merk, dan kemurnian bahannya. Penyelidikan terbaru di Leeds tidak berhasil menemukan hubungan antara lama pemakaian dan jumlah kosmetika yang dipakai dengan hebatnya akne.

(18)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

obat anti konvulsan (difenilhidantoin, fenobarbital, dan trimetandion), tetrasiklin, vitamin B12.

j. Reaktivitas. Di samping faktor-faktor diatas masih ada faktor X pada kulit yang merupakan faktor penting yang menentukan hebatnya akne.

2.2.4. Patogenesis Akne Vulgaris

Gambaran klinis akne cenderung polimorf dan etiologinya sangat beragam. Namun semua itu melibatkan unit pilosebasea. Di dalam folikel rambut, sekresi dan retensi sebum yang abnormal terjadi. Pertama sekali, kelainan terlihat pada bagian

bawah infundibulum folikel, yang merupakan bagian antara epitel duktus sebasea dan epitel folikel (Mascaro, 2000). Pada penderita akne terdapat peningkatan konversi hormon androgen yang normal berada dalam darah (testosteron) ke bentuk metabolit yang lebih aktif (5-alfa dihidrotestosteron). Hormon ini mengikat reseptor androgen

di sitoplasma (Yuindartanto, 2009; Brown, 1998). Androgen dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas sekresi sebum, hingga akhirnya dapat menyebabkan pembesaran kelenjar sebasea. Sebum bersifat komedogenik dan telah terbukti dapat menyebabkan inflamasi jika disuntikkan ke dalam tubuh (Mascaro, 2000). Sebum ini tersusun dari campuran skualen, lilin (wax), ester dari sterol, kolesterol, lipid polar, dan trigliserida (Yuindartanto, 2009).

(19)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

penurunan fungsi sawar dari epitel. Dinding komedo lebih mudah ditembus bahan-bahan yang menimbulkan peradangan (Yuindartanto, 2009; Thiboutot, 2000). Inilah yang menyebabkan retensi pada saluran pilosebasea dan proliferasi bakteri seperti

Propionibacterium acnes.

Kemudian, kolonisasi mikroba ini meningkatkan lipolisis dan menginduksi faktor-faktor kemotaktik yang mengakibatkan datangnya neutrofil (Mascaro, 2000). Faktor-faktor kemotaktik ini dinding sel dan produk yang dihasilkan oleh bakteri seperti lipase, hialuronidase, protease, lesitinase, dan nioranidase (Yuindartanto, 2009). Produksi enzim-enzim hidrolitik dan sekresi protease berhubungan dengan

formasi asam lemak bebas, ruptur dinding saluran pilosebasea, dan inflamasi. Proses ini merupakan lingkaran setan sehingga lesi tersebut dapat berkembang (Mascaro, 2000).

2.2.5. Manifestasi Klinis Akne Vulgaris

Tempat predileksi akne vulgaris adalah pada bagian tubuh yang memiliki kelenjar sebasea yang terbesar dan terbanyak, yaitu pada wajah, bahu, dada bagian atas, dan punggung bagian atas (Feldman, 2004). Lokasi kulit lainnya seperti leher, lengan atas, dan glutea kadang-kadang terkena (Wasitaatmadja, 2002). Lesi berpusat di sekitar folikel pilosebasea yang terbuka pada permukaan kulit sebagai pori-pori kulit (Brown, 1998). Erupsi kulit berupa komedo, papul, pustula, nodus, atau kista. Dapat disertai rasa gatal, namun umumnya keluhan penderita adalah keluhan estetik. Komedo adalah gejala patognomonik bagi akne yang berupa papul miliar yang di tengahnya mengandung sumbatan sebum. Bila berwarna hitam akibat mengandung unsur melanin disebut komedo hitam atau komedo terbuka (black comedones, open

comedones). Bila berwarna putih karena letaknya lebih dalam sehingga tidak

mengandung unsur melanin disebut sebagai komedo putih atau komedo tertutup (white comedones, closed comedones) (Wasitaatmadja, 2002; Feldman, 2004).

(20)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

mikroskopik komedo. Kista atau nodul merupakan abses yang besar dan dalam yang berfluktuasi saat dipalpasi (Brown, 1998). Isi kista biasanya pus dan darah. Pada kasus yang berat (akne konglobata) lesi destruktif ini menonjol dan meninggalkan jaringan parut (Yuindartanto, 2009).

Manifestasi lain yang dapat terjadi pada akne yaitu jaringan parut dan hiperpigmentasi. Jaringan parut dapat berupa suatu atropi yang menyebabkan parut tusukan es (ice-pick scars), atau hipertropi (keloid). Hiperpigmentasi lebih sering terjadi dan biasanya terjadi pada pasien dengan kulit yang berwarna gelap. (Brown, 1998).

2.2.6. Gradasi Akne Vulgaris

Gradasi yang menunjukkan berat ringannya penyakit diperlukan bagi pilihan pengobatan (Wasitaatmadja, 2002). Ada berbagai pola pembagian gradasi penyakit

akne vulgaris yang dikemukakan. Pillsbury (1963) membuat gradasi sebagai berikut: 1. Komedo di muka.

2. Komedo, papul, pustul, dan peradangan lebih dalam di muka.

3. Komedo, papul, pustul, dan peradangan lebih dalam di muka, dada, dan punggung.

4. Akne konglobata.

Frank (1970) membuat gradasi sebagai berikut: 1. Akne komedonal non-inflamatoar

2. Akne komedonal inflamatoar 3. Akne papular

4. Akne papulo pustular 5. Akne agak berat 6. Akne berat

(21)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

Plewig dan Kligman (1975) membuat gradasi sebagai berikut: 1. Komedonal yang terdiri atas gradasi:

a. Bila ada kurang dari 10 komedo dari satu sisi muka b. Bila ada 10 sampai 24 komedo

c. Bila ada 25 sampai 50 komedo d. Bila ada lebih dari 50 komedo 2. Papulopustul, yang terdiri atas 4 gradasi:

a. Bila ada kurang dari 10 lesi papulopustul dari satu sisi muka b. Bila ada 10 sampai 20 lesi papulopustul

c. Bila ada 21 sampai 30 lesi papulopustul d. Bila ada lebih dari 30 lesi papulopustul 3. Konglobata

Gradasi akne vulgaris ada pula yang berasal dari klasifikasi Bagian Ilmu

Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo sebagai berikut:

1. Ringan, bila: a. beberapa lesi tidak beradang pada 1 predileksi

b. sedikit lesi tidak beradang pada beberapa tempat predileksi c. sedikit lesi beradang pada 1 predileksi

2. Sedang, bila: a. banyak lesi tidak beradang pada 1 predileksi

b. beberapa lesi tidak beradang pada beberapa tempat predileksi c. beberapa lesi beradang pada 1 predileksi

d. sedikit lesi beradang pada lebih dari 1 predileksi 3. Berat, bila: a. banyak lesi tidak beradang pada lebih dari 1 predileksi

b. banyak lesi beradang pada 1 atau lebih predileksi

Catatan: sedikit <5, beberapa 5-10, banyak >10 lesi

(22)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

2.2. Pengetahuan dan Sikap

2.2.1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dari proses penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera menusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt

behavior). Karena itu dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari

oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). Notoatmodjo mengungkapkan pendapat Rogers

bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus.

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai terbentuk.

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut di atas.

2.2.2. Sikap (Attitude)

(23)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Dalam bagian lain, Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa menurut Allport (1954), sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni:

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional dan evaluasi emosional terhadap suatu objek. c. Kecendrungan untuk bertindak.

Ketiga komponen ini secara bersama membentuk sikap yang utuh (total

attitude). Dalam penentuan sikap ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosi

memegang peranan penting. Suatu contoh misalnya, seorang remaja telah mendengar tentang akne (penyebabnya, akibatnya, pengobatannya, dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa remaja untuk berpikir dan menemukan apa yang harus dilakukan terhadap akne yang dideritanya. Dalam berpikir ini, komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga remaja tersebut berniat akan mencari pengobatan untuk menyembuhkan aknenya. Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan (Notoatmodjo, 2007), yakni:

1. Menerima (Receiving)

Subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek. 2. Merespon (Responding)

(24)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan terhaap suatu masalah.

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya merupakan tingkat sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2007). Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan

pertanyaan-pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden (sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju).

2.3. Remaja Secara Umum

2.3.1. Definisi Remaja

Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity. Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja, seperti DeBrun mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Papalia dan Olds (2001) tidak memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan secara implisit melalui pengertian masa remaja (adolescence).

(25)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

2.3.2. Aspek-aspek Perkembangan pada Masa Remaja

Perkembangan pada masa remaja dapat ditinjau dari beberapa aspek, yakni:

a. Perkembangan Fisik

Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik. Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh

orang dewasa yang cirinya adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia dan Olds, 2001).

b. Perkembangan Kognitif

Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, dimana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.

(26)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

c. Perkembangan Kepribadian dan Sosial

Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup (Erikson dalam Papalia & Olds, 2001).

(27)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

3.2. Definisi Operasional

A. Pengetahuan

Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh para remaja tentang pengertian jerawat, faktor-faktor berperan dalam timbulnya jerawat, dan pengobatan sederhana yang tersedia untuk jerawat.

Pengukuran tingkat pengetahuan remaja mengenai jerawat dilakukan berdasarkan jawaban pertanyaan yang diberikan oleh responden. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner dengan jumlah pertanyaan sebanyak 13 pertanyaan. Bila jawaban responden benar akan diberi nilai 1, jika jawaban salah diberi nilai -1. Jawaban tidak tahu diberi nilai 0. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan sistem skoring dengan memakai skala menurut Arikunto (2007) sebagai berikut:

a. Baik, bila skor atau nilai 76-100 %. b. Cukup, bila skor atau nilai 56-75 %. c. Kurang, bila skor atau nilai 40-55 %. d. Buruk, bila skor atau nilai <40 %.

Pengetahuan

Sikap

(28)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

Dengan demikian, penilaian terhadap pengetahuan responden berdasarkan sistem skoring, yaitu:

a. Skor 27-35 : baik b. Skor 20-26 : cukup c. Skor 14-19 : kurang d. Skor 0-14 : buruk

B. Sikap

Sikap adalah tanggapan ataupun respon remaja terhadap hal-hal yang

berhubungan dengan jerawat.

Pengukuran sikap remaja terhadap jerawat dilakukan berdasarkan jawaban yang diberikan oleh responden. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner dengan jumlah pernyataan sebanyak 12 pernyataan. Pada pernyataan positif, apabila

responden sangat setuju atau setuju akan diberi nilai 4 atau 3, jika kurang setuju atau tidak setuju diberi nilai 2 atau 1. Pada pernyataan negatif, apabila responden sangat setuju atau setuju akan diberi nilai 1 atau 2, jika kurang setuju atau tidak setuju diberi nilai 3 atau 4. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan sistem skoring dengan memakai skala menurut Arikunto (2007) sebagai berikut:

a. Baik, bila skor atau nilai 76-100 %. b. Cukup, bila skor atau nilai 56-75 %. c. Kurang, bila skor atau nilai 40-55 %. d. Buruk, bila skor atau nilai <40 %.

Dengan demikian, penilaian terhadap sikap responden berdasarkan sistem skoring, yaitu:

(29)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

C. Jerawat

(30)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif, yang bertujuan untuk menentukan tingkat pengetahuan dan sikap remaja di SMA Santo Thomas 1 Medan terhadap jerawat Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah

“cross sectional study” dimana data dikumpulkan pada satu waktu tertentu. .

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Santo Thomas 1 Medan, propinsi Sumatera Utara. Lokasi ini dipilih berdasarkan evaluasi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti. Pada lokasi ini, terdapat populasi yang cukup besar. Selain itu, terdapat juga variasi dalam hal asal lingkungan dan sosial budaya yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan dan sikap seseorang.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama 6 bulan, sejak peneliti menentukan judul, menyusun proposal hingga seminar hasil yang berlangsung sejak bulan Pebruari 2009 hingga Agustus 2009.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/i SMA Santo Thomas 1

(31)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

4.3.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari siswa/i di SMA Santo Thomas 1 Medan. Perhitungan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus:

Dengan tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 95% dan tingkat ketepatan instrumen adalah sebesar 10%, maka jumlah sampel yang diperoleh dengan memakai rumus tersebut adalah sebanyak 93 orang.

Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik stratified random

sampling. Sampel tersebut kemudian didistribusikan merata pada siswa/i SMA yang

menjadi tempat penelitian.

a. Siswa SMA kelas X : 1/3 × 93 = 31 orang. b. Siswa SMA kelas XI : 1/3 × 93 = 31 orang. c. Siswa SMA kelas XII : 1/3 × 93 = 31 orang.

4.4. Metode Pengumpulan Data

4.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang berasal dari sampel penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen kuisioner. Kuisioner yang telah selesai disusun akan dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas.

4.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan dari pihak sekolah yang berhubungan dengan jumlah siswa/i di sekolah tersebut.

n =

1+N (d2)

N n = jumlah sampel d = 0,1

(32)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

4.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner yang dipergunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan teknik korelasi “product moment” dan uji Cronbach (Cronbach Alpha) dengan menggunakan program SPSS 12.0. Sampel yang digunakan dalam uji validitas ini memiliki karakter yang hampir sama dengan sampel dalam penelitian ini. Jumlah sampel dalam uji validitas dan reliabilitas ini adalah sebanyak 20 orang. Setelah uji validitas dilakukan hanya pada soal-soal yang telah dinyatakan valid saja yang akan diuji reliabilitasnya. Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 4.1. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner

Variabel No. Total Pearson

Correlation Status Alpha Status

(33)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

4.5. Metode Analisis Data

Data dari setiap responden dimasukkan ke dalam komput er oleh peneliti.

(34)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

SMA Katolik St. Thomas 1 Medan berdiri pada tahun 1955 oleh Vikariat Apolostik Medan. SMA ini berada di pusat kota tepatnya bertempat di Jl. Letnan Jenderal S.Parman 109 Medan. SMA ini merupakan salah satu SMA di Medan yang

statusnya terakreditasi dengan peringkat A (sangat baik). SMA ini memiliki 27 ruang kelas, 4 ruang laboratorium, perpustakaan, aula serba guna, studio musik, halaman/lapangan olah raga, kantin, ruang tata usaha, ruang guru dan ruang kepala sekolah.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini responden yang terpilih sebanyak 93 siswa yang terdiri dari 31 siswa kelas X, 31 siswa kelas XI dan 31 siswa kelas XII. Dari keseluruhan responden gambaran karakteristik responden yang diamati meliputi usia dan jenis kelamin.

5.1.2.1. Usia

Data lengkap bila ditinjau dari segi usia dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia

Usia Jumlah %

<14 0 0,0

14-15 40 43,0

>15 53 57,0

(35)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

Dari tabel di atas terlihat bahwa kelompok terbesar pada usia di atas 15 tahun yaitu sebanyak 57,0% dan terendah pada kelompok usia di bawah 14 tahun yaitu sebesar 0%.

5.1.2.2. Jenis Kelamin

Data lengkap bila didistribusikan berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah %

Laki-laki 45 48,4

Perempuan 48 51,6

Jumlah 93 100

Dari tabel di atas terlihat bahwa kelompok terbesar adalah pada kelompok perempuan yaitu sebesar 51,6% dan terendah pada kelompok laki-laki yaitu sebesar 48,4%.

5.1.3. Hasil Analisis Data

(36)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi jawaban responden pada variabel pengetahuan

No.

Pertanyaan/Pernyataan

Berdasarkan tabel di atas pada pertanyaan/pernyataan yang paling banyak dijawab dengan benar adalah pada nomor 5 yaitu sebesar 96,8%. Sedangkan yang paling menjawab salah adalah pada pertanyaan/pernyataan nomor 8 yaitu sebesar 87,1%.

Berdasarkan hasil uji tersebut maka tingkat pengetahuan seputar jerawat dapat dikategorikan pada tabel 5.4.

Tabel 5.4. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan

Pengetahuan f %

(37)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

dikategorikan buruk sebanyak 40,9%, tingkat pengetahuan yang dikategorikan cukup sebanyak 10,8%, dan tingkat pengetahuan yang dikategorikan baik sebesar 2,2%.

Data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden pada variabel sikap dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5. Distribusi frekuensi jawaban responden pada variabel sikap

No. Pernyataan

Jawaban Responden Sikap Positif Sikap Negatif

f % f %

1. Jerawat dapat terjadi pada semua remaja tanpa terkecuali.

69 74,2 24 25,8

2. Penderita jerawat adalah orang yang jarang mencuci muka.

42 45,2 51 54,8

3. Jangan makan coklat dan kacang karena itu dapat menyebabkan jerawat.

41 44,1 52 55,9

4. Jerawat tidak dapat menular, karena itu sah-sah saja jika kita berhubungan dekat dengan penderita jerawat.

83 89,2 10 10,8

5. Jerawat dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang.

39 41,9 54 58,1

6. Mereka yang berjerawat perlu pergi ke klinik dokter kulit atau ke klinik kecantikan.

46 49,5 47 50,5

7. Mereka yang berjerawat tidak perlu

menghindari panas dan kelembaban karena tidak ada pengaruh.

49 52,7 44 47,3

8. Keluarga dan lingkungan sekitar tidak perlu memberi informasi kepada remaja mengenai jerawat.

65 69,9 28 30,1

9. Orang-orang yang memencet jerawat adalah mereka yang tidak tahu mengenai kebersihan wajah.

34 36,6 59 63,4

10. Penjualan obat jerawat secara bebas perlu didukung.

60 64,5 33 35,5

11. Remaja yang berjerawat harus sesering mungkin mencuci muka, dan terlalu sering lebih baik lagi.

5 5,4 88 94,6

12. Perbanyak olah raga untuk mencegah

terjadinya jerawat.

(38)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

Dari tabel di atas terlihat bahwa pernyataan yang paling banyak dijawab dengan sikap positif adalah pada pernyataan nomor 4 yaitu sebesar 89,2%. Pernyataan yang paling sedikit dijawab dengan sikap yang positif adalah pernyataan nomor 11 yaitu sebesar 5,4%.

Berdasarkan hasil uji tersebut maka sikap terhadap jerawat dapat dikategorikan pada tabel 5.6.

Tabel 5.6. Distribusi frekuensi sikap

Sikap f %

Baik 2 2,2

Cukup 65 69,9

Kurang 20 21,5

Buruk 6 6,5

Total 93 100

Dari tabel 5.6 dapat dilihat bahwa sikap yang dikategorikan cukup memiliki persentase yang paling besar yaitu 69,9%. Kemudian diikuti kategori kurang sebesar 21,5%, kategori buruk sebesar 6,5%, dan kategori baik sebagai hasil terendah yakni 2,2%.

Distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 5.7.

Tabel 5.7. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan usia

Usia

Tingkat Pengetahuan

Total

Baik Cukup Kurang Buruk

f % f % f % f % f %

14 – 15 1 2,5 6 15,0 17 42,5 16 40,0 40 100

>15 1 1,9 4 7,5 26 49,1 22 41,5 53 100

(39)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

Dari tabel 5.7 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan responden paling banyak berada pada kategori kurang dengan populasi terbanyak adalah populasi yang berusia lebih dari 15 tahun. Kategori tingkat pengetahuan responden yang paling sedikit berada pada kategori baik dengan jumlah 1 orang pada masing-masing populasi.

Data lengkap distribusi hasil uji tingkat pengetahuan tentang jerawat berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.8.

Tabel 5.8. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan jenis kelamin

Tabel di atas menunjukk an bahwa tingkat pengetahuan responden laki-laki paling banyak berada dalam kategori buruk (53,3%). Tidak ada satupun responden laki-laki yang berada dalam kategori baik pada tingkat pengetahuannya. Sedangkan

responden perempuan paling banyak berada dalam kategori kurang (58,3%) dan terdapat 2 orang di antara seluruh responden perempuan dalam kategori baik (4,2%).

Distribusi frekuensi hasil uji sikap berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 5.9.

(40)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa sikap responden pada kedua kategori usia berada dalam kategori cukup. Pada usia 14-15 tahun, 70,0% responden berada dalam kategori cukup, sedangkan pada usia di atas 15 tahun, 69,8% responden berada dalam kategori cukup. Dari tabel tersebut, dapat dilihat juga bahwa sikap dengan kategori baik hanya dimiliki oleh 5,0% responden yang berusia 14-15 tahun dan 0% responden yang berusia di atas 15 tahun.

Distribusi frekuensi hasil uji sikap berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.10.

Tabel 5.10. Distribusi frekuensi sikap berdasarkan jenis kelamin

Tabel di atas menunjukk an bahwa tingkat pengetahuan responden laki-laki paling banyak berada dalam kategori cukup (66,7%). Tidak ada satupun responden laki-laki yang berada dalam kategori sikap yang baik. Sedangkan responden perempuan paling banyak berada dalam kategori cukup (72,9%) dan terdapat 2 orang di antara seluruh responden perempuan dalam kategori baik (4,2%).

Data lengkap distribusi frekuensi hasil uji sikap berdasarkan tingkat pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.11.

Usia

Sikap

Total

Baik Cukup Kurang Buruk

f % f % f % f % f %

Laki-laki 0 0,0 30 66,7 13 28,9 2 4,4 45 100

Perempuan 2 4,2 35 72,9 7 14,6 4 8,3 48 100

(41)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

Tabel 5.11. Distribusi frekuensi sikap berdasarkan tingkat pengetahuan

Hasil Uji

Dari tabel 5.11 terlihat bahwa pada tingkat pengetahuan kurang dan buruk memiliki sikap yang dikategorikan cukup. Hal yang sama juga terlihat pada tingkat pengetahuan baik dan cukup.

5.2. Pembahasan

5..2.1. Tingkat Pengetahuan

Dari hasil analisis data, dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan siswa/i SMA Santo Thomas 1 Medan mengenai jerawat paling banyak berada dalam kategori kurang. Penelitian yang dilakukan oleh Saoma (2008) menunjukkan tingkat pengetahuan siswa/i Madrasah Aliyah Kedungringin Kertosono tentang faktor-faktor penyebab jerawat berada dalam kategori cukup. Dari hasil tersebut, peneliti berasumsi bahwa perbedaan lingkungan dan sosial budaya dapat menjadi penyebab dari perbedaan hasil yang didapat.

Pada tabel distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan usia (tabel 5.7), dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari tingkat pengetahuan responden berdasarkan rentang usia. Tingkat pengetahuan responden paling banyak berada pada kategori kurang dengan populasi terbanyak adalah populasi yang berusia lebih dari 15 tahun. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian

(42)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

asumsi bahwa karena onset dari jerawat sendiri yang bervariasi pada setiap usia dan menyeluruh pada setiap remaja juga dapat menyebabkan tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh remaja pun tidak dapat diukur hanya berdasarkan umur.

Menurut peneliti hal yang mungkin mempengaruhi tingkat pengetahuan selain faktor usia adalah jenis kelamin/gender. Pada distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan jenis kelamin (tabel 5.8), didapatkan bahwa tingkat pengetahuan responden laki-laki tentang jerawat sebagian besar berada dalam kategori buruk, sedangkan tingkat pengetahuan responden perempuan tentang jerawat sebagian besar berada dalam kategori kurang. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Ruswan (2001), bahwa gender menentukan kualitas pengetahuan tentang jerawat sehingga dikatakan bahwa perempuan memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi daripada laki-laki mengenai masalah jerawat. Menurutnya juga, hal ini disebabkan perempuan memiliki kesadaran yang lebih tinggi untuk mencari informasi dan

mencari pelayanan kesehatan dalam menangani masalah jerawat.

Hasil ini tidak cocok dengan hasil penelitian Saoma (2008). Dalam penelitiannya, jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap pengetahuan mengenai jerawat. Sama halnya dengan hasil penelitian Al-Hoqail (2003), dimana tidak ditemukan korelasi yang bermakna antara pengetahuan mengenai jerawat dengan jenis kelamin.

(43)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

5.2.2. Sikap

Dari hasil analisis data dapat dilihat bahwa tingkat sikap siswa/i SMA Santo Thomas 1 Medan mengenai jerawat berada dalam kategori cukup. Menurut peneliti, hal ini dapat disebabkan oleh mispersepsi terhadap informasi-informasi yang telah mereka dapatkan dari berbagai kalangan mengenai jerawat sehingga pengetahuan yang mereka dapatkan dengan mispersepsi tersebut dapat menumbuhkan sikap yang terkadang tidak tepat.

Dari data distribusi frekuensi sikap berdasarkan usia (tabel 5.9) terlihat bahwa seiring dengan pertambahan usia maka sikap responden terhadap jerawat tidak

mengalami perubahan. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Al-Hoqail (2003), bahwa tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara pertambahan usia dengan sikap terhadap jerawat. Pada penelitiannya hanya ditemukan adanya misinformasi tentang jerawat dan kebersihan pribadi yang mengakibatkan sikap yang

cenderung menganggap bahwa masalah kebersihan pribadi, termasuk jerawat, bukan suatu masalah yang serius. Peneliti juga berasumsi bahwa dengan onset jerawat yang bervariasi pada setiap umur dapat menyebabkan sikap yang seragam terhadap jerawat tanpa memandang umur.

Pada tabel distribusi frekuensi sikap berdasarkan jenis kelamin (tabel 5.10) dapat dilihat bahwa mayoritas responden pada masing-masing jenis kelamin memiliki sikap yang dikategorikan cukup terhadap jerawat. Namun bila kita membandingkan dari persentase jumlah responden termasuk dalam kategori tersebut, responden perempuan menunjukkan sikap yang lebih baik daripada responden laki-laki.

(44)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

(45)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

a) Tingkat pengetahuan remaja SMA Santo Thomas 1 Medan mengenai jerawat sebanyak 2 orang (2,2%) dikategorikan baik, 10 orang (10,8%) dikategorikan

cukup, 43 orang (46,2%) dikategorikan kurang, dan 38 orang (40,9%) dikategorikan buruk.

b) Sikap remaja SMA Santo Thomas 1 Medan terhadap jerawat sebanyak 2 orang (2,2%) dikategorikan baik, 65 orang (69,9%) dikategorikan cukup, 18

orang (19,3%) dikategorikan kurang, dan 8 orang (8,6%) dikategorikan buruk.

6.2. Saran

a) Bagi pihak sekolah agar mewaspadai masalah ini karena masalah ini sangat

rawan. Pihak sekolah mungkin dapat bekerja sama dengan pihak pelayanan kesehatan dan instansi terkait untuk menyelenggarakan penyuluhan di sekolah tersebut yang mencakup penyuluhan mengenai kebersihan pribadi, khususnya kebersihan wajah.

b) Bagi pihak orang tua agar dapat memberikan informasi mengenai kebersihan pribadi, khususnya kebersihan wajah kepada anak-anaknya. Upaya ini berguna untuk mencegah timbulnya jerawat sehingga para remaja akan terhindar dari masalah psikis yang diakibatkan oleh jerawat itu sendiri.

(46)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Hoqail, I.A., 2003. Knowledge, beliefs and perception of youth toward acne

vulgaris, Saudi Med Journal. Available from: http://www.smj.org.sa/reprint/352/14/1463

American Family Physician, 2004. Acne. USA: American Family Physician.

Available From:

http://www.aafp.org/afp/20040501/2135ph.html [Accessed: March 27, 2009]

_______, 2005. Treating Mild to Moderate Inflammatory Acne Vulgaris. USA:

American Family Physician. Available from:

http://proquest.umi.com/pqdweb?index=0&did=918313581&SrchMode=1&sid =6&Fmt=6&VInst=PROD&VType=PQD&RQT=309&VName=PQD&TS=123 9358222&clientId=63928 [Accessed: March 27, 2009]

Arikunto, S., 2007. Analisis Data Penelitian Deskriptif. Dalam: Arikunto, S., ed.

Manajemen Penelitian. Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 262–296.

Brown, S.K., Shalita, A., 1998. Acne Vulgaris, State University of New York Health Science Center. Available from:

http://cks.library.nhs.uk/access?catalog=login&returnurl=http%3a%2f%2fcks.li brary.nhs.uk%2facne_vulgaris%2fevidence%2freferences

[Accessed: March 25, 2009]

(47)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

Cordain, L., Lindeberg, S., Hurtado, M., Hill, K., Eaton, S.B., et al., 2002. Acne

Vulgaris: A Disease of Western Civilization, Colorado State University.

Available from:

http://www.thepaleodiet.com/articles/Acne%20vulgaris.pdf [Accessed: March 25, 2009]

Cunliffe, W.J., 2000. Retinoids and Combination Therapy. In: Griffiths, C.E.M., Ortonne, J.P. (eds). 2000. Journal of Dermatological Treatment. General Infirmary at Leeds, Leeds: 13–14.

Efendi, Z., 2003. Peranan Kulit dalam Mengatasi Terjadinya Akne Vulgaris. Available from:

[Accessed: March 27, 2009]

Feldman, S., Careccia, R.E., Barham, K.L., Hancox, J., 2004. Diagnosis and

Treatment of Acne, Wake Forest University School of Medicine, North

Carolina. Available from:

http://proquest.umi.com/pqdweb?index=49&did=638935261&SrchMode=1&si d=2&Fmt=6&VInst=PROD&VType=PQD&RQT=309&VName=PQD&TS=12 39359180&clientId=63928 [Accessed: March 28, 2009]

Finlay, A.Y., 2000. Clinical Efficacy of Adapalene. In: Griffiths, C.E.M., Ortonne, J.P. (eds). 2000. Journal of Dermatological Treatment. University of Wales: College of Medicine, Cardiff: 9–12.

Harper, J.C., 2008. Acne Vulgaris. Department of Dermatology, University of Alabama at Birmingham. Available from:

(48)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

[Accessed: March 27, 2009]

James, W.D., 2002. Acne, Department of Dermatology, University of Pennsylvania. Available from:

Maramis, W.F., 2006. Sikap dalam Pelayanan Kesehatan. Dalam: Maramis, W.F., ed. Ilmu Perilaku dalam Pelayanan Kesehatan. Surabaya: Airlangga University Press, 253–272.

Mascaro, J.M., 2000. Pathogenesis of Acne. In: Griffiths, C.E.M., Ortonne, J.P. (eds). 2000. Journal of Dermatological Treatment. Department of Dermatology at Hospital Clinic, Barcelona: 1–4.

Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Dalam: Notoatmodjo, S., ed. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 95–145.

Ozolins, M., Eady, E.A., Avery, A.J., 2004. Comparison of five antimicrobial

regimens for treatment of mild to moderate inflammatory facial acne vulgaris in

the community: randomised controlled trial, State University of New York.

Available from:

http://proquest.umi.com/pqdweb?index=0&did=771488481&SrchMode=1&sid =3&Fmt=6&VInst=PROD&VType=PQD&RQT=309&VName=PQD&TS=123 9359359&clientId=63928 [Accessed: March 18, 2009]

(49)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

Parischa, J.S., 2002. Diseases of The Appendages. In: Parischa, J.S., ed. Treatment of

Skin Disorders. New Delhi: Oxford Publishing Co.Pvt.Ltd., 220–242.

Ruswan, Aryani S., 2001. Penatalaksanaan Akne pada Remaja. Dalam: Tjokronegoro, A., Utama, H., ed. Pengobatan Mutakhir Dermatologi pada

Anak dan Remaja. Jakarta: FK-UI, 78–80.

Santrock, J.W., 2001. Adolescence 8th ed. North America: McGraw-Hill.

Thiboutot, D.M., 2000. The Role of Follicular Hyperkeratinization in Acne. In:

Griffiths, C.E.M., Ortonne, J.P. (eds). 2000. Journal of Dermatological

Treatment. Section of Dermatology Pennsylvania State University,

Pennsylvania: 5–8.

Wasitaatmadja, S.M., 2001. Masalah Jerawat pada Remaja. Dalam: Tjokronegoro, A., Utama, H., ed. Pengobatan Mutakhir Dermatologi pada Anak dan Remaja. Jakarta: FK-UI, 70–77.

_______, 2003. Akne, Erupsi Akneiformis, Rosasea, Rinofima. Dalam: Djuanda, Adhi, ed. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, ed.3. Jakarta: FK-UI, 235–245.

Yuindartanto, A., 2009. Acne Vulgaris. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Available from:

http://yumizone.wordpress.com/2009/01/07/acne/ [Accessed: March 21, 2009]

(50)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN 1

Nama : Andy

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta/15 Juni 1989

Agama : Budha

Alamat : Jln. Thamrin No.82J Medan

Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1995 lulus Taman Kanak-Kanak Pluit Permai Jakarta 2. Tahun 2001 lulus Sekolah Dasar Swasta Budi Murni 1 Medan 3. Tahun 2004 lulus Sekolah Menengah Pertama Swasta Santo Thomas 1 Medan

4. Tahun 2006 lulus Sekolah Menengah Atas Swasta Sutomo 1 Medan

Riwayat Organisasi : 1. Anggota/Pengurus Panitia Bakti Sosial Keluarga Mahasiswa Buddhis Tahun 2007

2. Anggota/Pengurus Panitia Bakti Sosial Keluarga Mahasiswa Buddhis Tahun 2009

(51)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

LAMPIRAN 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

Saya Andy, mahasiswa yang sedang menjalani program pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saya akan mengadakan penelitian dengan judul “Pengetahuan dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat”. Saya mengikutsertakan saudara/i dalam penelitian ini yang

bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap remaja SMA Santo Thomas 1 Medan mengenai jerawat.

Partisipasi saudara/i dalam penelitian ini bersifat sukarela. Pada penelitian ini identitas saudara/i akan disamarkan. Kerahasiaan data saudara/i akan dijamin sepenuhnya. Bila data saudara/i dipublikasikan dalam hasil penelitian, kerahasiaan data saudara/i akan tetap dijaga.

Jika selama menjalankan penelitian ini terjadi keluhan pada saudara/i silakan

menghubungi saya Andy (HP: 08197297868).

Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi dan kesediaan waktu saudara/i sekalian, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,

(52)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

LAMPIRAN 3

LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Jenis kelamin : Laki-laki/ Perempuan *)

Alamat :

Setelah mendapatkan keterangan dan penjelasan secara lengkap tentang penelitian:

Judul : Pengetahuan dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan

Terhadap Jerawat Nama Peneliti : Andy (060100134)

Jenis Penelitian : Deskriptif dengan desain belah lintang (cross sectional) Lokasi : SMA Santo Thomas 1 Medan, Sumatera Utara

Institusi : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian ini.

Medan,….. Juli 2009

Mahasiswa peneliti, Peserta penelitian,

Andy _________________

(NIM: 060100134)

(53)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

LAMPIRAN 4

KUESIONER

JUDUL PENELITIAN : PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA

SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN TERHADAP JERAWAT

2009

B. Pengetahuan Remaja Tentang Jerawat

Pilihlah jawaban yang menurut Anda benar! 1. Menurut Anda, jerawat adalah:

(jawaban boleh lebih dari 1)

a. suatu peradangan kulit menahun yang disebabkan oleh virus

b. tumbuhnya kotoran pada wajah karena jarang membersihkan wajah c. penyakit pada kulit oleh karena

bakteri

d. penyakit karena meningkatnya produksi minyak alami wajah e. salah satu tanda seks sekunder

2. Yang bukan merupakan jenis jerawat adalah:

a. jerawat batu b. parut jerawat c. jerawat biasa d. komedo

3. Golongan usia manakah yang bisa mengalami jerawat? (jawaban boleh lebih dari 1)

4. Tempat timbulnya jerawat yaitu pada: (jawaban boleh lebih dari 1)

a. bahu

5. Mikroorganisme penyebab jerawat dapat berasal dari: (jawaban boleh lebih dari 1)

a. waslap b. kuas make-up c. jari tangan d. pesawat telepon e. bukan salah satu di atas

(54)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009. 6. Berikut ini adalah faktor-faktor yang

berperan dalam terbentuknya jerawat: (jawaban boleh lebih dari 1)

a. stres b. merokok c. sinar matahari

d. ketidakseimbangan hormon e. virus

f. moisturizer g. konsumsi kacang h. rambut berminyak i. faktor keturunan j. vitamin

7. Komedo sama dengan fleck. a. benar

b. salah c. tidak tahu

8. Jerawat batu terutama terjadi karena: a. tidak pernah memakai tabir surya

pada orang yang beraktivitas berat b. peredaran darah kurang lancar

karena adanya gangguan organ tubuh yang lain

c. faktor keturunan dimana kelenjar minyak menjadi lebih reaktif

d. terjadinya penyumbatan pori-pori tanpa adanya respon peradangan 9. Dalam sehari, pembersihan wajah

dengan sabun pembersih wajah sebaiknya dilakukan:

a. 0–1 kali b. 1–2 kali c. 2–3 kali d. 3–4 kali

10. Berikut ini adalah upaya pengobatan jerawat secara alami: (jawaban boleh lebih dari 1)

a. masker wajah dengan buah mengkudu

b. menggunakan teh celup bekas

c. air jeruk nipis dicampur dengan madu dan dioleskan ke wajah

d. mengoleskan serbukan batang kayu manis yang telah dicampur dengan madu

e. mengoleskan pisang ambon yang dilumatkan ke seluruh bagian wajah

f. mencuci muka dengan air seduhan daun sirih

g. menggunakan masker yang mengandung menthol

11. Obat luar yang digunakan untuk pengobatan jerawat tersedia dengan jenis: (jawaban boleh lebih dari 1) a. antibiotik

b. hormonal c. antiperadangan d. vitamin

12. Cara mencegah timbulnya jerawat yakni dengan: (jawaban boleh lebih dari 1) a. kurangi penggunaan kosmetik b. perbanyak olah raga

c. jangan memencet jerawat yang ada d. menggunakan tabir surya

e. menggunakan kosmetik yang tidak

oil-free

f. lebih sering mencuci muka g. senam wajah

h. istirahat yang cukup

13. Bekas jerawat dapat terjadi apabila: a. jerawat dibiarkan begitu saja tanpa

ada tindakan

(55)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009. C. Sikap Remaja Terhadap Jerawat

Berilah tanda (√) pada salah satu jawaban yang menurut Anda benar!

No Pernyataan Sangat

Setuju Setuju

Kurang

Setuju

Tidak

Setuju

1. Jerawat dapat terjadi pada semua remaja tanpa terkecuali. 2. Penderita jerawat adalah orang yang jarang mencuci muka.

3. Jangan makan coklat dan kacang karena itu dapat menyebabkan jerawat. 4. Jerawat tidak dapat menular, karena itu sah-sah saja jika kita berhubungan

dekat dengan penderita jerawat.

5. Jerawat dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang. 6. Mereka yang berjerawat perlu pergi ke klinik dokter kulit atau ke klinik

kecantikan.

7. Mereka yang berjerawat tidak perlu menghindari panas dan kelembaban karena tidak ada pengaruh.

8. Keluarga dan lingkungan sekitar tidak perlu memberi informasi kepada remaja mengenai jerawat.

9. Orang-orang yang memencet jerawat adalah mereka yang tidak tahu mengenai kebersihan wajah.

10. Penjualan obat jerawat secara bebas perlu didukung.

11. Remaja yang berjerawat harus sesering mungkin mencuci muka hingga pada frekuensi yang berlebihan.

(56)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

Hasil Uji Validitas Angket Pengetahuan LAMPIRAN 6

Correlations

P1 P2 P 3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 Total

Pertanyaan 1 Pearson

Correlation 1 .247 .178 .113

Pertanyaan 2 Pearson

Correlation .247 1 .273 .053 .456(*) .381 .328 .287 .375 .612(**) .134 .471(*) .356 .455(*) .153

Pertanyaan 3 Pearson

Correlation .178 .273 1 -.035 .110 -.087 .201

Pertanyaan 4 Pearson

Correlation .113 .053 -.035 1 .050 .521(*

Pertanyaan 5 Pearson

Correlation .555(*

Pertanyaan 6 Pearson

Correlation .354 .381 -.087

Pertanyaan 7 Pearson

Correlation .348 .328 .201 .362 .312 .030 1 .212 .123 .503(*

(57)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

Sig. (2-tailed) .133 .158 .395 .117 .180 .900 . .369 .605 .024 .223 .303 .983 .863 .196 .369 .046

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

Pertanyaan 8 Pearson

Correlation -.238 .287

Pertanyaan 9 Pearson

Correlation -.314 .375 .273

(58)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

(59)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

Hasil Uji Validitas Angket Sikap

(60)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

(61)
(62)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

Data Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Mengenai Jerawat

(63)
(64)
(65)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009. Keterangan:

JK = Jenis Kelamin

Kelompok Usia: 1 = 14 – 15 tahun 2 = >15 tahun

(66)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009.

Data Hasil Uji Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat

(67)
(68)
(69)

Andy : Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Terhadap Jerawat, 2009. Keterangan:

JK = Jenis Kelamin

Kelompok Usia: 1 = 14 – 15 tahun 2 = >15 tahun

Gambar

Tabel 4.1. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner
Tabel 5.1.  Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia
Tabel 5.2. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 5.3. Distribusi frekuensi  jawaban responden pada variabel pengetahuan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tabel 5.4, tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan berada pada kategori baik yaitu sebanyak 52 orang (54.2%), hal ini sesuai dengan hasil penelitian

Kesimpulan hasil penelitian pengetahuan remaja di SMA Negeri 7 Medan tentang infeksi menular seksual mayoritas berada dalam kategori kurang yaitu sebanyak 75,8% sebanyak 75

Dimana pada tabel distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan usia (tabel 5.6), dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan responden paling banyak berada pada

Normauli Matanari : Tingkat Pemanfaatan Bahan Perpustakaan Pada Perpustakaan SMA Katolik Santo Thomas I Medan, 2005... Normauli Matanari : Tingkat Pemanfaatan Bahan Perpustakaan

subjek dalam penelitian saya yang berjudul “ Hubungan Pola Konsumsi Makanan.. dengan Status Gizi Siswa SMA Santo Thomas 1

dengan prestasi akademik pada anak Sekolah Menengah Pertama Santo Thomas

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan responden mengenai infeksi menular seksual paling banyak berada pada kategori kurang, yaitu sebanyak 43 orang (45,7%),

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui banyaknya penderita buta warna pada siswa kelas X SMA Santo Thomas 1 Medan pada tahun 2014 sesuai dengan usia dan jenis kelamin..