• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswa SMA Negeri 5 Medan terhadap Jerawat Tahun 2010.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswa SMA Negeri 5 Medan terhadap Jerawat Tahun 2010."

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP

SISWA SMA NEGERI 5 MEDAN TERHADAP JERAWAT TAHUN 2010

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

RIRIN GURRIANNISHA 070100108

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP

SISWA SMA NEGERI 5 MEDAN TERHADAP JERAWAT TAHUN 2010

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

RIRIN GURRIANNISHA 070100108

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul :

Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswa SMA Negeri 5 Medan terhadap

Jerawat Tahun 2010

Nama : Ririn Gurriannisha

NIM : 070100108

Pembimbing Penguji I

( dr. Kristo A Nababan, SpKK ) (dr. Lambok Siahaan, MKT)

NIP: 19630208 198903 1 004 NIP: 19711005 2001121 001

Penguji II

(dr. Fidel Ganis Siregar, Sp.OG)

NIP: 196405301989031019

Medan, Desember 2010

Dekan

Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH)

(4)

ABSTRAK

Pada masa remaja maka fisik  anak  akan  menjadi  dewasa.  Seringkali penyimpangan-penyimpangan daripada bentuk badan wanita atau laki-laki menunjukkan kegusaran batin mendalam karena pada masa ini perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan dirinya. Maka remaja sendiri merupakan salah satu penilaian yang penting tehadap badannya sendiri sebagai rangsang sosial. Bila ia mengerti bahwa badannya tadi memenuhi persyaratannya, maka hal ini berakibat positif terhadap penilaian dirinya. Bila ada penyimpangan-penyimpangan timbullah masalah-masalah yang berhubungan dengan penilaian diri dan sikap sosialnya (Monks, Knoers, 1991). Walaupun akne tidak mengancam kehidupan, namun akne dapat menyebabkan konsekuensi psikologis yang berat dan menimbulkan efek negatif pada kualitas hidup penderita, untuk itu penanganan yang baik perlu dilakukan bukan hanya untuk tujuan kosmetik (Abramovits, Gonzalez-Serva, 2000).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap siswa SMA Negeri 5 Medan terhadap jerawat. Penelitian ini bersifat deskriptif  dengan jumlah sampel 90 orang. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan stratified random sampling, sampel tersebut kemudian didistribusikan secara proporsional berdasarkan tingkatan kelas. Selanjutnya analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif.

Hasil uji tingkat pengetahuan siswa SMA Negeri 5 Medan mengenai jerawat sebesar 86.7% dan hasil uji sikap sebesar 81.1%, dikategorikan cukup.

Dari hasil penelitian tersebut maka diharapkan agar siswa dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap mereka dengan mencari sumber informasi yang tepat. Selain itu diharapkan pihak sekolah dan orang tua dapat menyediakan informasi mengenai kebersihan pribadi.

Kata kunci: Jerawat, Remaja, Tingkat Pengetahuan, Sikap

(5)

ABSTRACT

The adolescence will grow up physically, the deviations of the female body shape or men showed deep inner rage because at this age adolescents are concerns on their physical appearance. So the teenagers themselves is one of the important assessment to his own body as social stimuli. When they understood

that their body was to fulfill their requirements, then this is become a positive

result for their self assessment. If there are deviations, another problems will

arise associated with self-assessment and social attitudes (Monks, Knoers, 1991).

Despite not representing a risk to life, acne can entail severe psychological consequences and can negatively affect the patients quality of life, therefore a successful treatment promotes much more than just cosmetic benefits (Abramovits & Gonzalez-Serva, 2000).

This study was conducted to apprehend the knowledge and attitudes of the

students of SMA Negeri 5 Medan towards acne. Descriptive study was chosen in this

research, with total 90 samples. The sampling technique method is stratified

random sampling, the sample were distributed proportionally based on their level

education. The data were collected by questionnaires and analyzed by using descriptive statistics.

The result of high school student’ knowledge in SMA Negeri 5 Medan toward acne vulgaris is 86.7% while the attitude is 81.1%. The result categorized as sufficient for the knowledge and the attitude.

From the result of this research it is expected that the students can

improve their knowledge and attitude by seeking the right information. Also 

expected the school and parents to participate in giving them information about personal hygiene.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Karya tulis ilmiah yang berjudul “ Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswa SMA Negeri 5 Medan terhadap Jerawat Tahun 2010” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Srjana Kedoktera di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis:

1. Kedua orang tua saya yang terus menerus mendukung saya selama penelitian hingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Dr. Kristo A Nababan, SpKK selaku Dosen Pembimbing dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Kepala Sekolah SMA Negeri 5 Medan yang telah memberikan izin penelitian.

4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

Semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan khususnya kepada penulis dan kepada pembaca. Terima kasih.

Medan, Desember 2010

(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR viii

(8)

BAB 4 METODE PENELITIAN 18 BAB 5 HASIL PENELITIAN

5.1. Hasil Penelitian 21 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 21 5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden 21

5.1.2.1. Usia 21

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan 32

6.2. Saran 32

DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Lembar Penjelasan Kepada Subjek Penelitian

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Subjek Penelitian Lampiran 4 Kuesioner

Lampiran 5 Surat Pernyataan Validitas Lampiran 6 Surat Keterangan Penelitian Lampiran 7 Ethical Clearence

(12)

ABSTRAK

Pada masa remaja maka fisik  anak  akan  menjadi  dewasa.  Seringkali penyimpangan-penyimpangan daripada bentuk badan wanita atau laki-laki menunjukkan kegusaran batin mendalam karena pada masa ini perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan dirinya. Maka remaja sendiri merupakan salah satu penilaian yang penting tehadap badannya sendiri sebagai rangsang sosial. Bila ia mengerti bahwa badannya tadi memenuhi persyaratannya, maka hal ini berakibat positif terhadap penilaian dirinya. Bila ada penyimpangan-penyimpangan timbullah masalah-masalah yang berhubungan dengan penilaian diri dan sikap sosialnya (Monks, Knoers, 1991). Walaupun akne tidak mengancam kehidupan, namun akne dapat menyebabkan konsekuensi psikologis yang berat dan menimbulkan efek negatif pada kualitas hidup penderita, untuk itu penanganan yang baik perlu dilakukan bukan hanya untuk tujuan kosmetik (Abramovits, Gonzalez-Serva, 2000).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap siswa SMA Negeri 5 Medan terhadap jerawat. Penelitian ini bersifat deskriptif  dengan jumlah sampel 90 orang. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan stratified random sampling, sampel tersebut kemudian didistribusikan secara proporsional berdasarkan tingkatan kelas. Selanjutnya analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif.

Hasil uji tingkat pengetahuan siswa SMA Negeri 5 Medan mengenai jerawat sebesar 86.7% dan hasil uji sikap sebesar 81.1%, dikategorikan cukup.

Dari hasil penelitian tersebut maka diharapkan agar siswa dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap mereka dengan mencari sumber informasi yang tepat. Selain itu diharapkan pihak sekolah dan orang tua dapat menyediakan informasi mengenai kebersihan pribadi.

Kata kunci: Jerawat, Remaja, Tingkat Pengetahuan, Sikap

(13)

ABSTRACT

The adolescence will grow up physically, the deviations of the female body shape or men showed deep inner rage because at this age adolescents are concerns on their physical appearance. So the teenagers themselves is one of the important assessment to his own body as social stimuli. When they understood

that their body was to fulfill their requirements, then this is become a positive

result for their self assessment. If there are deviations, another problems will

arise associated with self-assessment and social attitudes (Monks, Knoers, 1991).

Despite not representing a risk to life, acne can entail severe psychological consequences and can negatively affect the patients quality of life, therefore a successful treatment promotes much more than just cosmetic benefits (Abramovits & Gonzalez-Serva, 2000).

This study was conducted to apprehend the knowledge and attitudes of the

students of SMA Negeri 5 Medan towards acne. Descriptive study was chosen in this

research, with total 90 samples. The sampling technique method is stratified

random sampling, the sample were distributed proportionally based on their level

education. The data were collected by questionnaires and analyzed by using descriptive statistics.

The result of high school student’ knowledge in SMA Negeri 5 Medan toward acne vulgaris is 86.7% while the attitude is 81.1%. The result categorized as sufficient for the knowledge and the attitude.

From the result of this research it is expected that the students can

improve their knowledge and attitude by seeking the right information. Also 

expected the school and parents to participate in giving them information about personal hygiene.

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jerawat adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Prevalensi tertinggi yaitu pada umur 16-17 tahun, dimana pada wanita berkisar 83-85% dan pada pria berkisar 95-100% (Goodman, 1999). Dari survei di kawasan Asia Tenggara, terdapat 40-80% kasus jerawat, sedangkan di Indonesia, catatan kelompok studi dermatologi kosmetika Indonesia, menunjukkan terdapat 60% penderita jerawat pada tahun 2006 dan 80% pada tahun 2007. Minor acne adalah suatu bentuk acne ringan yang dialami oleh 85% remaja, gangguan ini masih dianggap proses fisiologis, 15% remaja menderita mayor acne yang cukup hebat sehingga mendorong mereka untuk berobat ke dokter.

Dalam masa remaja maka fisik anak akan menjadi dewasa. Seringkali penyimpangan-penyimpangan daripada bentuk badan wanita atau laki-laki menunjukkan kegusaran batin mendalam karena pada masa ini perhatian remaja sangan besar tehadap penanmpilan dirinya. Maka remaja sendiri merupakan salah satu penilaian yang penting tehadap badannya sendiri sebagai rangsang sosial. Bila ia mengerti bahwa badannya tadi memenuhi persyaratannya, maka hal ini berakibat positif terhadap penilaian dirinya. Bila ada penyimpangan-penyimpangan timbullah masalah-masalah yang berhubungan dengan penilaian diri dan sikap sosialnya (Monks, Knoers, 1991). Walaupun akne tidak mengancam kehidupan, namun akne dapat menyebabkan konsekuensi psikologis yang berat dan menimbulkan efek negatif pada kualitas hidup penderita, untuk itu penanganan yang baik perlu dilakukan bukan hanya untuk tujuan kosmetik (Abramovits, Gonzalez-Serva, 2000).

(15)

akibat jerawat dan purulent discharge. Selain menimbulkan bekas di wajah, efek utama jerawat adalah pada jiwa seseorang, seperti dampak psikologis dan menurunnya kualitas hidup. Oleh karena itu peneliti sangat tertarik melakukan penelitian mengenai tingkat pengetahuan dan sikap remaja tehadap jerawat yang dalam hal ini dilakukan pada siswa/i SMA Negeri 5 Medan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, maka ditetapkan permasalahan penelitian sebagai berikut :

Bagaimana pengetahuan dan sikap siswa/i SMA Negeri 5 Medan terhadap jerawat?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk menilai tingkat pengetahuan dan sikap siswa/i SMA Negeri 5 Medan terhadap jerawat.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Diketahuinya tingkat pengetahuan siswa/i SMA Negeri 5 Medan terhadap jerawat.

2. Diketahuinya sikap siswa/i SMA Negeri 5 medan dalam menangani jerawat.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Untuk penulis sendiri penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan penulis tentang jerawat pada masa remaja.

(16)

jerawat sehingga dapat mempergunakan informasi penelitian ini sebagai acuan dalam pencegahan dan penanganan jerawat secara tepat.

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Akne Vulgaris

2.2.1. Defenisi Akne Vulgaris

Acne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea

yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri (Wasitaatmadja, 2007). Defenisi lain akne vulgaris atau disebut juga common acne adalah penyakit radang menahun dari apparatus pilosebasea, lesi paling

sering di jumpai pada wajah, dada dan punggung. Kelenjar yang meradang dapat membentuk papul kecil berwarna merah muda, yang kadang kala mengelilingi komedo sehingga tampak hitam pada bagian tengahnya, atau membentuk pustul atau kista; penyebab tak diketahui, tetapi telah dikemukakan banyak faktor, termasuk stress, faktor herediter, hormon, obat dan bakteri, khususnya

Propionibacterium acnes, Staphylococcus albus, dan Malassezia furfur, berperan

dalam etiologi (Dorland, 2002).

2.1.2. Klasifikasi Akne

Menurut plewig dan kligman (1975) dalam Djuanda (2003) akne diklasifikasikan atas tiga bagian yaitu:

(1) Akne vulgaris dan varietasnya yaitu akne tropikalis, akne fulminan, pioderma fasiale, akne mekanika dan lainnya.

(2) Akne venenata akibat kontaktan eksternal dan varietasnya yaitu akne kosmetika, akne pomade, akne klor, akne akibat kerja, dan akne diterjen. (3) Akne komedonal akibat agen fisik dan varietasnya yaitu solar comedones

dan akne radiasi.

2.1.3. Epidemiologi Akne Vulgaris

(18)

pasa umur 14-17 tahun pada wanita, 16-19 tahun pada pria dan masa itu lesi yang pradominan adalah komedo dan papul dan jarang terlihat lesi beradang. Diketahui pula bahwa ras Oriental (Jepang, Cina, Korea) lebih jarang menderita akne vulgaris dibanding dengan ras Kaukasia (Eropa dan Amerika), dan lebih sering terjadi nodulo-kistik pada kulit putih daripada Negro (Wasiaatmadja, 2007).

2.1.4. Etiologi dan Patogenesis Akne Vulgaris

Akne vulgaris adalah penyakit yang disebabkan multifaktor, menurut Pindha (dalam Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya 2004) faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya akne adalah:

1. Faktor genetik.

Faktor genetik memegang peranan penting terhadap kemungkinan seseorang menderita akne. Penelitian di Jerman menunjukkan bahwa akne terdapat pada 45% remaja yang salah satu atau kedua orang tuanya menderita akne, dan hanya 8% bila ke dua orang tuanya tidak menderita akne.

2. Faktor ras.

Warga Amerika berkulit putih lebih banyak menderita akne dibandingkan dengan yang berkulit hitam dan akne yang diderita lebih berat dibandingkan dengan orang Jepang.

3. Hormonal.

Hormonal dan kelebihan keringat semua pengaruh perkembangan dan atau keparahan dari jerawat (Ayer J dan Burrows N, 2006). Beberapa faktor fisiologis seperti menstruasi dapat mempengaruhi akne. Pada wanita, 60-70% akne yang diderita menjadi lebih parah beberapa hari sebelum menstruasi dan menetap sampai seminggu setelah menstruasi.

4. Diet.

(19)

5. Iklim.

Cuaca yang panas dan lembab memperburuk akne. Hidrasi pada stratum koreneum epidermis dapat merangsang terjadinya akne. Pajanan sinar matahari yang berlebihan dapat memperburuk akne.

6. Lingkungan.

Akne lebih sering ditemukan dan gejalanya lebih berat di daerah industri dan pertambangan dibandingkan dengan di pedesaan.

7. Stres.

Akne dapat kambuh atau bertambah buruk pada penderita stres emosional. Mekanisme yang tepat dari proses jerawat tidak sepenuhnya dipahami, namun diketahui dicirikan oleh sebum berlebih, hiperkeratinisasi folikel, stres oksidatif dan peradangan. Androgen, mikroba dan pengaruh pathogenetic juga bekerja dalam proses terjadinya jerawat (Thiboutot, 2008).

Perubahan patogenik pertama dalam akne adalah

1) Keratinisasi yang abnormal pada epitel folikel, mengakibatkan pengaruh pada sel berkeratin di dalam lumen.

2) Peningkatan sekresi sebum oleh kelenjar sebasea. Penderita dengan akne vulgaris memiliki produksi sebum yang lebih dari rata-rata dan biasanya keparahan akne sebanding dengan produksi sebum (Pindha dalam Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahanya 2004).

3) Proliferasi proprionebacterium akne dalam folikel. 4) Radang (Darmstadt dan Al Lane dalam Nelson 2000).

Lesi akne vulgaris tumbuh dalam folikel sebasea besar dan multilobus yang mengeluarkan produknya ke dalam saluran folikel. Lesi permukaan akne adalah komedo, yang merupakan kantong folikel yang berdilatasi berisi materi keratinosa berlapis, lipid dan bakteri. Komedo sendiri terdiri atas dua jenis yaitu: 1) Komedo terbuka, dikenal sebagai kepala hitam, memiliki orifisium

(20)

2) Komedo tertutup atau kepala putih.

Papula radang atau nodula tumbuh dari komedo yang telah rupture dan mengeluarkan isi folikel ke dermis bawahnya, menginduksi radang neutrofilik. Jika reaksi radang mendekati permukaan, timbul papula dan pustule, jika infiltrat radang terjadi pada dermis lebih dalam, terbentuk nodula. Supurasi dan reaksi sel raksasa yang kadang-kadang terjadi pada keratin dan rambut di sebabkan oleh lesi nodulokistik. Nodulokistik bukan merupakan kista yang sesungguhnya tetapi massa puing-puing radang yang mencair (Darmstadt dan Al Lane dalam Nelson 1999).

2.1.5. Gejala Klinis Akne Vulgaris

Akne vulgaris ditandai dengan empat tipe dasar lesi : komedo terbuka dan tertutup, papula, pustula dan lesi nodulokistik. Satu atau lebih tipe lesi dapat mendominasi; bentuk yang paling ringan yang paling sering terlihat pada awal usia remaja, lesi terbatas pada komedo pada bagian tengah wajah. Lesi dapat mengenai dada, pungguang atas dan daerah deltoid. Lesi yang mendominasi pada kening, terutama komedo tertutup sering disebabkan oleh penggunaan sediaan minyak rambut (akne pomade). Mengenai tubuh paling sering pada laki-laki. Lesi sering menyembuh dengan eritema dan hiperpigmentasi pasca radang sementara; sikatrik berlubang, atrofi atau hipertrofi dapat ditemukan di sela-sela, tergantung keparahan, kedalaman dan kronisitas proses (Darmstadt dan Al Lane dalam Nelson 1999).

Akne dapat disertai rasa gatal, namun umumnya keluhan penderita adalah keluhan estetika. Komedo adalah gejala patognomonik bagi akne berupa papul miliar yang di tengahnya mengandung sumbatan sebum, bila berawarna hitam mengandung unsure melanin disebut komedo hitam atau komedo terbuka (black comedo, open comedo). Sedang bila berwarna putih karena letaknya lebih dalam

sehingga tidak mengandung unsure melanin disebut komedo putih atau komedo tertutup (white comedo, close comedo) (wasitaatmadja, 2007)

(21)

Menurut wasitaatmadja (1982) dalam Djuanda (2003) di Bagian Imu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangun Kusumo membuat gradasi sebagai berikut:

1) Ringan, bila beberapa lesi tak beradang pada satu predileksi, sedikit lesi tak beradang pada beberapa tempat predileksi, sedikit lesi beradang pada satu predileksi.

2) Sedang, bila banyak lesi tak beradang pada satu predileksi, beberapa lesi tak beradang lebih dari satu predileksi, beberapa lesi beradang pada satu predileksi, sedikit lesi beradang pada lebih dari satu predileksi.

3) Berat, bila banyak lesi tak beradang pada lebih dari satu predileksi, banyak lebih beradang pada satu atau lebih predileksi.

2.1.6. Pengobatan Akne Vulgaris

Pengobatan akne dapat dilakukan dengan cara memberikan obat-obatan topikal, obat sistemik, bedah kulit atau kombinasi cara-cara tersebut.

a) Pengobatan topikal.

Pengobatan topikal dilakukan untuk mencegah pembentukan komedo, menekan peradangan, dan mempercepat penyembuhan lesi. Obat topikal terdiri atas: bahan iritan yang dapat mengelupas kulit; antibiotika topikal yang dapat mengurangi jumlah mikroba dalam folikel akne vulgaris; anti peradangan topikal; dan lainnya seperti atil laktat 10% yang untuk menghambat pertumbuhan jasad renik.

b) Pengobatan sistemik.

(22)

c) Bedah kulit.

Tindakan bedah kulit kadang-kadang diperlukan terutama untuk

memperbaiki jaringan parut akibat akne vulgaris meradang yang berat yang sering menimbulkan jaringan parut (Wasitaatmadja, 2007).

2.1.7. Pencegahan Akne Vulgaris

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari jerawat adalah sebagai berikut:

a) Menghindari terjadinya peningkatan jumlah lipis sebum dengan cara diet rendah lemak dan karbohidrat serta melakukan perawatan kulit untuk membersihkan permukaan kulit dari kotoran.

b) Menghindari terjadinya faktor pemicu, misalnya : hidup teratur dan sehat, cukup berolahraga sesuai kondisi tubuh, hindari stres; penggunaan kosmetika secukupnya; menjauhi terpacunya kelenjar minyak, misalnya minuman keras, pedas, rokok, dan sebagainya.

c) Memberikan informasi yang cukup pada penderita mengenai penyebab penyakit, pencegahan dan cara maupun lama pengobatannya serta prognosisnya. Hal ini penting terhadap usaha penatalaksanaan yang dilakukan yang membuatnya putus asa atau kecewa (Wasitaatmadja, 2007).

2.1.8. Prognosis Akne Vulgaris

(23)

2.2. Remaja

2.3.1. Definisi Remaja

Remaja berasal dari kata latin adolesence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon dalam Monks (1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Ottorank (dalam Hurlock, 1990) mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa perubahan yang drastis dari keadaan tergantung menjadi keadaan mandiri, bahkan Daradjat (dalam Hurlock, 1990) mengatakan masa remaja adalah masa dimana munculnya berbagai kebutuhan dan emosi serta tumbuhnya kekuatan dan kemampuan fisik yang lebih jelas dan daya fikir yang matang.Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

Batasan usia remaja menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) adalah 12 sampai 24 tahun. Namun jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa atau bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka dimasukkan ke dalam kelompok remaja.

Ditinjau dari sisi bahwa remaja belum mampu menguasai fungsi fisik dan psikisnya secara optimal, remaja termasuk golongan anak. Untuk hal ini, remaja dikelompokkan menurut rentang usia sesuai dengan sasaran pelayanan kesehatan anak. Disesuaikan dengan konvensi tentang hak-hak anak dan UU RI no. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, remaja berusia antara 10-18 tahun (IDAI 2009). Sedangkan menurut Undang-Undang No 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, definisi remaja yang digunakan oleh Departemen Kesehatan adalah mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun dan belum kawin.

(24)

anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki. Sementara itu, menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) batasan usia remaja adalah 10 sampai 21 tahun. Menurut Soetjiningsih (dalam Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya 2004) dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa berdasarkan dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati tahapan berikut:

1. Masa remaja awal atau dini (Early adolescene): umur 11-13 tahun. 2. Masa remaja pertengahan (Middle adolescene): umur 14-16 tahun. 3. Masa remaja lanjut (Late adolescene): umur 17-20 tahun.

Tahapan ini mengikuti pola yang kosisten untuk masing-masing individu. Walaupun setiap tahap mempunyai ciri tersendiri walau tidak memiliki batas yang jelas, karena proses tumbuh kembang berlangsung secara berkesinambungan.

2.3.2. Jerawat Pada Remaja

Menurut Litt (dalam Nelson 1999) respon kulit sebagai suatu ciri kelamin sekunder selama masa pubertas, menggambarkan peningkatan kadar androgen dengan bertambahnya ukuran dan sekresi folikel sebasea dan sekresi kelenjar apokrin, manifestasi yang paling sering di jumpai adalah timbulnya jerawat.

(25)

Ketika remaja mulai memberikan perhatian atas penampilannya, jerawat menjadi hal yang penting. Oleh karenanya, pemberian pengobatan walaupun pada anank yang masih sangan muda dapat memperbesar cintra dirinya dan dianggap tepat (Litt dalam Nelson 1999).

2.3. Pengetahuan dan Sikap 2.3.1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang ( overt behavior). Karena itu dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni:

1. Tahu (Know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yangh diterima.

2. Memahami (Comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mengiterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

(26)

4. Analisis (Analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen- komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata- kata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis), menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi- formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian- penialain itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria- kriteria yang telah ada (Notoatmodjo,2007).

2.3.2. Sikap

(27)

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni:

1. Menerima (Receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek.

2. Merespon (Responding), memberikan jawaban apabila ditanya serta mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Lepas jawaban dan pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (Valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan terhadap suatu masalah.

(28)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep.

Gambar 1. Kerangka Konsep

3.2 Definisi Operasional

Adapun defenisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a) Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh para remaja tentang jerawat

(mulai dari pengertian, jenis, faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya jerawat, pencegahan jerawat, dan penatalaksanaan jerawat). Pengukuran tingkat pengetahuan remaja mengenai jerawat dilakukan berdasarkan jawaban pertanyaan yang diberikan oleh responden. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner dengan jumlah pertanyaan sebanyak 10 pertanyaan. Bila jawaban responden benar akan diberi nilai 1, jika jawaban salah diberi nilai 0. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan sistem skoring dengan memakai skala menurut Pratomo (1966) sebagai berikut:

a. Baik, apabila jawaban responden benar lebih dari 75% dari nilai tertinggi.

b. Sedang, apabila jawaban responden benar antara 40% sampai 75% dari nilai tertinggi.

c. Kurang, apabila jawaban responden benar kurang dari 40% dari nilai tertinggi.

Pengetahuan

Jerawat

(29)

Dengan demikian, penilaian terhadap pengetahuan responden berdasarkan sistem skoring, yaitu:

a. Skor 8-10 : baik b. Skor 7-4 : sedang c. Skor 0-3 : buruk

b) Menurut Rahayuningsih (dalam Psikologi Umum 2 2008) sikap secara sederhana didefinisikan sebagai ekspresi sederhana dari bagaimana kita suka atau tidak suka terhadap beberapa hal. Sikap merupakan reaksi atau respons siswa/i terhadap jerawat.    Pengukuran sikap remaja terhadap jerawat dilakukan berdasarkan jawaban yang diberikan oleh responden. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner dengan jumlah pernyataan sebanyak 10 pernyataan. Pada pernyataan positif, apabila responden sangat setuju atau setuju akan diberi nilai 4 atau 3, jika kurang setuju atau tidak setuju diberi nilai 2 atau 1. Pada pernyataan negatif, apabila responden sangat setuju atau setuju akan diberi nilai 1 atau 2, jika kurang setuju atau tidak setuju diberi nilai 3 atau 4. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan sistem skoring dengan memakai skala menurut Arikunto Pratomo (1966) sebagai berikut:

a. Baik, apabila jawaban responden benar lebih dari 75% dari nilai tertinggi.

b. Sedang, apabila jawaban responden benar antara 40% sampai 75% dari nilai tertinggi.

c. Kurang, apabila jawaban responden benar kurang dari 40% dari nilai tertinggi.

Dengan demikian, penilaian terhadap sikap responden berdasarkan sistem skoring, yaitu:

(30)

c) Siswa adalah seluruh murid yang berada pada kelas X, XI, XII.

(31)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif, yang bertujuan menggambarkan fenomena yang ditemukan dalam hal ini adalah tingkat pengetahuan dan sikap siswa SMA Negeri 5 Medan terhadap jerawat.  Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana data dikumpulkan pada satu waktu tertentu.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 5 Medan, Provinsi Sumatera Utara. Alasan mengapa peneliti memilih lokasi ini adalah karena tersedianya sarana untuk melakukan penelitian di tempat tersebut. Selain itu menurut hasil survei awal yang dilakukan peneliti, SMA Negeri 5 Medan ternyata sangat jarang mendapat penyuluhan kesehatan dibidang perkembangan remaja.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama 11 bulan, dimulai sejak peneliti menentukan judul, menulis proposal hingga seminar hasil penelitian sejak bulan Februari 2010 hingga Desember 2010.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian

(32)

4.3.2. Sampel Penelitian.

Sampel penelitian ini adalah sebagian dari siswa/i SMA Negeri 5 Medan. Perkiraan besar sampel minimal pada penelitian ini diambil berdasarkan rumus populasi terbatas (Wahyuni) di bawah ini,

n =

Berdasarkan rumus di atas, jumlah sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 83 orang, di genapkan menjadi 90 orang. 

Teknik pengambilan data menggunakan teknik stratified random sampling. Sampel tersebut kemudian didistribusikan merata pada siswa/i SMA

Negeri 5 Medan tersebut:

(33)

4.4. Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer

Data primer adalah data-data yang didapatkan oleh peneliti yang berasal dari sampel penelitian. Pengumpulan data ini telah dilakukan dengan menggunakan metode angket dan instrumen yang digunakan adalah kuisioner.

4.4.2. Data Sekunder.

Data sekunder adalah data yang telah peneliti dapatkan dari pihak sekolah SMA Negeri 5 Medan, yang berhubungan dengan jumlah siswa/i SMA Negeri 5 Medan.

4.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner yang dipergunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan teknik Validitas Isi (Content validity). Kuesioner telah dinyatakan valid berdasarkan spesialisasi disiplin ilmu kedokteran yang bersangkutan dengan ruang lingkup penelitian.

Oleh karena itu, kuesioner tersebut dapat digunakan sebagai alat ukur pada penelitian dengan judul tersebut di atas.

4.5. Metode Analisis Data.

(34)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Pelenitian ini di lakukan di SMA Negeri 5 yang terletak di Jalan Pelajar No. 17 Telp. 061-7360664 Medan 20217.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini responden yang terpilih sebanyak 90 siswa yang terdiri dari 30 siswa kelas satu (X), 30 siswa kelas dua (XI) dan 30 siswa kelas tiga (XII). Dari keseluruhan responden gambaran karakteristik responden yang diamati meliputi usia dan jenis kelamin.

5.1.2.1. Usia

Data lengkap bila ditinjau dari segi usia dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia

Usia Jumlah %

14 13 14.4

15 26 28.9

16 27 30

17 20 22.2

18 4 4.4

(35)

Dari tabel di atas terlihat bahwa kelompok terbesar pada usia 16 tahun yaitu sebanyak 30%, dan terendah pada kelompok usia 18 tahun yaitu sebesar 4.4%.

5.1.2.2. Jenis Kelamin

Data lengkap bila didistribusikan berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi karakteristik responden

berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah %

Laki-laki 43 47.8

Perempuan 47 52.2

Jumlah 90 100

(36)

5.1.3. Hasil Analisis Data

Data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden pada variabel pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi jawaban responden pada variabel pengetahuan

Berdasarkan tabel di atas pada pertanyaan/pernyataan yang paling banyak dijawab dengan benar adalah pada pertanyaan golongan usia yang paling sering mengalami jerawat yaitu sebesar 100%. Sedangkan yang paling menjawab salah adalah pada pertanyaan/pernyataan mengenai faktor keturunan sebagai faktor resiko penderita jerawat yaitu sebesar 75,6%.

No. Pertanyaan/Pernyataan Jawaban Responden

Benar Salah

f % f %

1. Pengertian jerawat 43 47.8 47 52.2

2. Jenis-jenis jerawat 24 27.7 66 73.3

3. Golongan usia yang dapat mengalami

jerawat

90 100 0 0

4. Tempat predileksi jerawat 89 98.9 1 1.1

5. Faktor resiko menderita jerawat 52 57.8 38 42.2

6. Komedo dan fleck 51 56.7 39 43.3

7. Faktor keturunan sebagai factor resiko 22 24.4 68 75.6

8. Jenis obat luar untuk jerawat 66 73.3 24 26.7

9. Cara mencegah timbulnya jerawat 62 68.9 28 31.3

(37)

Berdasarkan hasil uji tersebut maka tingkat pengetahuan seputar jerawat dapat dikategorikan pada tabel 5.4.

Tabel 5.4. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan

Pengetahuan F %

Baik 10 11.1

Sedang/Cukup 78 86.7

Buruk 2 2.2

Total 90 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dengan kategori sedang atau cukup memiliki persentase paling besar yaitu 86.7%, tingkat pengetahuan yang dikategorikan buruk sebanyak 2.2%, dan tingkat pengetahuan yang dikategorikan baik sebanyak 11,1%.

Data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden pada variabel sikap dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5. Distribusi frekuensi jawaban responden pada variabel sikap

No. Pernyataan

Jawaban Responden

Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju

f % F % f % f %

1. Jerawat dapat terjadi pada semua

remaja tanpa terkecuali.

4 4.4 20 22.2 43 47.8 23 25.6

2. Penderita jerawat adalah orang

yang biasa menggunakan

kosmetik.

12 13.3 40 44.4 31 34.4 7 7.8

3. Jangan makan coklat dan kacang

karena itu dapat menyebabkan

(38)

jerawat.

4. Stres tidak dapat mempengaruhi

timbulnya jerawat.

5 5.6 22 24.4 33 36.7 30 33.3

5. Jerawat dapat mempengaruhi

perkembangan kepribadian

seseorang.

18 20 25 27.8 38 42.4 5 10

6. Mereka yang berjerawat perlu

pergi ke klinik dokter kulit.

8 8.9 39 43.3 38 42.2 5 5.6

7. Mereka yang berjerawat tidak

perlu menghindari panas dan

kelembaban karena tidak ada

pengaruh.

1 1.1 30 33.3 29 32.2 30 33.3

8. Keluarga dan lingkungan sekitar

tidak perlu memberi informasi

kepada remaja mengenai jerawat.

2 2.2 7 7.8 33 36.7 48 53.3

9. Memperbanyak olah raga dapat

mencegah jerawat.

6 6.7 24 26.7 46 51.1 14 15.6

10. Jerawat dapat sembuh bila

dipencet.

1 1.1 4 4.4 21 23.3 64 71.1

Berdasarkan hasil uji tersebut maka sikap terhadap jerawat dapat dikategorikan pada tabel 5.6.

Tabel 5.6.Distribusi frekuensi sikap

Sikap F %

Baik 17 18.9

Sedang/Cukup 73 81.1

Buruk 0 0

(39)

Dari tabel 5.6 dapat dilihat bahwa sikap yang dikategorikan cukup memiliki persentase yang paling besar yaitu 81.1%. Kemudian diikuti kategori baik sebesar 18.9%, kategori buruk sebesar 0%.

Distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 5.7.

Tabel 5.7. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan usia

Dari tabel 5.7 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan responden paling banyak berada pada kategori cukup dengan populasi terbanyak adalah populasi yang berusia 15 tahun. Kategori tingkat pengetahuan responden yang paling sedikit berada pada kategori buruk dengan jumlah 1 orang pada masing-masing populasi berusia 14 tahun dan 16 tahun.

Usia

Tingkat Pengetahuan Total

Baik Cukup Buruk

F % F % f % f %

14 1 10 11 14.1 1 50 13 14.4

15 2 20 24 30.8 0 0 26 28.9

16 4 40 22 28.2 1 50 27 30

17 2 20 18 23.1 0 0 20 22.2

18 1 10 3 3.8 0 0 4 4.4

(40)

Data lengkap distribusi hasil uji tingkat pengetahuan tentang jerawat berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.8.

Tabel 5.8. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan

berdasarkan jenis kelamin

Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden laki-laki paling banyak berada dalam kategori cukup sebanyak 38 responden. Tidak ada satupun responden laki-laki yang berada dalam kategori buruk pada tingkat pengetahuannya. Sedangkan responden perempuan paling banyak berada dalam kategori cukup sebanyak 40 responden dan terdapat 2 orang di antara seluruh responden perempuan dalam kategori tingkat pengetahuan buruk.

Jenis

kelamin

Tingkat Pengetahuan Total

Baik Cukup Buruk

F % f % F % f %

Laki-laki 5 50 38 48.7 0 0 43 47.8

Perempuan 5 50 40 51.3 2 100 47 52.2

(41)

Distribusi frekuensi hasil uji sikap berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 5.9.

Tabel 5.9. Distribusi frekuensi sikap berdasarkan usia

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa sikap responden pada seluruh kategori usia berada dalam kategori cukup. Pada usia 14 tahun, 1 responden berada dalam kategori baik, sedangkan pada usia 15 tahun, 6 responden berada dalam kategori baik. Pada usia 16 tahun, 3 responden berada dalam kategori baik, kemudian pada usia 17 tahun, 5 responden berada dalam kategori baik. Sedangkan pada usia 18 tahun masing-masing 2 responden berada dalam kategori baik dan cukup. Dari tabel tersebut, dapat dilihat juga bahwa sikap dengan kategori baik hanya dimiliki oleh 17 responden darii 90 responden, secara persentasi responden yang berasal dari golongan usia 17 tahun memiliki sikap yang lebih baik dari golongan usia lain.

Usia

(tahun)

Sikap Total

Baik Cukup Buruk

f % f % F % f %

14 1 5.9 12 16.4 0 0 13 14.4

15 6 35.3 20 27.4 0 0 26 28.9

16 3 17.6 24 32.9 0 0 27 30

17 5 29.4 15 20.5 0 0 20 22.2

18 2 11.8 2 2.7 0 0 4 4.4

(42)

Distribusi frekuensi hasil uji sikap berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.10.

Tabel 5.10. Distribusi frekuensi sikap berdasarkan jenis kelamin

Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden laki-laki paling banyak berada dalam kategori cukup. Tidak ada satupun responden laki-laki yang berada dalam kategori sikap yang buruk. Sedangkan responden perempuan paling banyak berada dalam kategori cukup.

Data lengkap distribusi frekuensi hasil uji sikap berdasarkan tingkat pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.11.

Tabel 5.11. Distribusi frekuensi sikap berdasarkan tingkat pengetahuan

(43)

Dari tabel 5.11 terlihat bahwa pada tingkat pengetahuan cukup dan buruk memiliki sikap yang dikategorikan cukup. Hal yang sama juga terlihat pada tingkat pengetahuan baik dan cukup.

5.2. Pembahasan

5..2.1. Tingkat Pengetahuan

Dari hasil analisis data, dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan siswa/i SMA Negeri 5 Medan mengenai jerawat paling banyak berada dalam kategori cukup. Penelitian yang dilakukan oleh Andi (2009) menunjukkan siswa/i SMA Santo Thomas 1 Medan mengenai jerawat paling banyak berada dalam kategori kurang. Dari hasil tersebut, peneliti berasumsi bahwa terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan dan sikap seseorang.

Pada tabel distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan usia (Tabel 5.7), dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari tingkat pengetahuan responden berdasarkan rentang usia. Tingkat pengetahuan responden paling banyak berada pada kategori cukup dengan populasi terbanyak adalah populasi yang berusia lebih dari 15 tahun. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Al-Hoqail (2003), yang menyatakan bahwa pengetahuan remaja mengenai jerawat tidak berbeda bila dilihat dari segi usia. Al-Hoqail juga menyatakan bahwa kemampuan mengakses informasi dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan.

Dari tabel 5.3 terlihat bahwa pertanyaan/pernyataan pada kuesioner yang paling banyak dijawab dengan benar adalah pertanyaan mengenai usia tersering munculnya jerawat. Hal ini menunjukkan bahwa para responden telah mengetahui bahwa usia remaja merupakan usia yang paling rentan terhadap munculnya jerawat, hal ini sesuai dengan pernyataan Litt (dalam Nelson 1999) respon kulit sebagai suatu ciri kelamin sekunder selama masa pubertas, menggambarkan peningkatan kadar androgen dengan bertambahnya ukuran dan sekresi folikel sebasea dan sekresi kelenjar apokrin, manifestasi yang paling sering di jumpai

(44)

dijawab salah adalah pertanyaan mengenai faktor keturunan sebagai faktor resiko munculnya jerawat. Hal ini menunjukkan masih kurangnya pengetahuan responden mengenai faktor keturunan sebagai salah satu faktor resiko munculnya jerawat.

5.2.2. Sikap

Dari hasil analisis data dapat dilihat bahwa tingkat sikap siswa/i SMA Negeri 5 Medan mengenai jerawat berada dalam kategori cukup. Hal ini mungkin di sebabkan kurangnya kepedulian remaja terhadap kebersihan pribadi.

Dari data distribusi frekuensi sikap berdasarkan usia (Tabel 5.9) terlihat bahwa seiring dengan pertambahan usia maka sikap responden terhadap jerawat tidak mengalami perubahan yang signifikan.

Pada tabel distribusi frekuensi sikap berdasarkan jenis kelamin (Tabel 5.10) dapat dilihat bahwa mayoritas responden pada masing-masing jenis kelamin memiliki sikap yang dikategorikan cukup terhadap jerawat. Namun bila kita membandingkan dari persentase jumlah responden termasuk dalam kategori tersebut, responden perempuan menunjukkan sikap yang lebih baik daripada responden laki-laki.

Menurut Ruswan (2001), jenis kelamin menentukan kualitas pengetahuan pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Hal ini disebabkan perempuan memiliki kesadaran yang lebih tinggi untuk mencari informasi dan mencari pelayanan kesehatan dalam menangani masalah jerawat. Dari pernyataan tersebut, peneliti berasumsi bahwa dengan kualitas pengetahuan yang baik, maka akan timbul sikap yang baik terhadap jerawat.

Dari data distribusi frekuensi sikap berdasarkan tingkat pengetahuan (Tabel 5.11) dapat dilihat bahwa responden dengan tingkat pengetahuan yang tergolong cukup dan kurang memiliki sikap yang dikategorikan cukup terhadap jerawat. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan bahwa pengetahuan akan suatu objek atau stimulus memegang peranan penting dalam penentuan sikap (Notoatmodjo, 2007).

(45)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

a) Tingkat pengetahuan remaja SMA Negeri 5 Medan mengenai jerawat sebanyak 10 orang (11.1%) dikategorikan baik, 78 orang (86.7%) dikategorikan cukup dan 2 orang dikategorikan buruk (2.2%)

b) Sikap remaja SMA Negeri 5 Medan terhadap jerawat sebanyak 17 orang (18.9%) dikategorikan baik, dan 73 orang (81.1%) dikategorikan cukup. c) Sebagai hasil keseluruhan dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

tingkat pengetahuan dan sikap siswa SMA Negeri 5 Medan terhadap jerawat cukup memadai.

6.2. Saran

a) Untuk pihak sekolah agar dapat memperhatikan masalah ini karena masalah ini sangat penting . Pihak sekolah dapat bekerja sama dengan pihak pelayanan kesehatan dan instansi terkait untuk menyelenggarakan penyuluhan di sekolah tersebut yang mencakup penyuluhan mengenai kebersihan pribadi.

b) Bagi pihak orang tua agar dapat memberikan informasi mengenai kebersihan pribadi, khususnya kebersihan wajah kepada anak-anaknya. Upaya ini berguna untuk mencegah timbulnya jerawat sehingga para remaja akan terhindar dari masalah psikikologis yang diakibatkan oleh jerawat itu sendiri.

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Abramovits, W., & Gonzalez-Serva, A. 2000. Sebum, Cosmetics, and Skin Care. Dermatologic Clinics, 18(4): 617-620.

Andy, 2009, Pengetahuan dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan

Terhadap Jerawat. Available from http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14281/1/09E02906.pdf

[Accessed at 3 November 2010]

Ayer, J, Burrows, N, 2006. Acne: More Than Skin Deep. Dalam: Postgrad Med J

2006. 82:500-506. Diperoleh dari:

http://pmj.bmj.com/content/82/970/500.abstract [Diakses pada tanggal 15 April 2010]

Darmstadt, L. Gary, Al Lane. 1999. Akne. Dalam: Wahab, Samik., ed. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Vol. 3. Jakarta: EGC, 2319-2323.

Goodman, G., 1999. Acne and Acne Scarring Why We Should Treat?. Dalam: The Medical Journal of Australia, 171: 62-63.

Goodman, G. 2006a. Managing Acne Vulgaris Effectively. Dalam: Australian Family

Physician Vol. 35. Victoria: Monash University, 705-708. Diperoleh dari : http://www.racgp.org.au/afp/200609/20060906goodman.pdf [Diakses pada

tanggal 15 April 2010]

Goodman, G. 2006b. Acne Natural History, Fact and Mith. Dalam: Australian Family Physician Vol. 35. Victoria: Monash University, 613-616. Diperoleh dari: http://www.racgp.org.au/afp/200608/20060805goodman.pdf [Diakses pada tanggal 15 April 2010]

Graham, B. Brown. Burns, T. 2005. Lecture Notes Dermatology. Jakarta: Erlangga.

Hurlock, E. B. 1990. Developmental psychology: a lifespan approach. Boston: McGraw-Hill.

Litt, I. F. 1999. Masalah Masalah Kesehatan Khusus selama Masa Remaja.

Dalam: Wahab, Samik., ed. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Vol. 1. Jakarta:

EGC, 669-693.

(47)

Needlman, R. D.,1999. Pertumbuhan dan Perkembangan. Dalam: Wahab, Samik., ed. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Vol. 1. Jakarta: EGC, 72-78.

Newman, W.A. D, 2002. Dorland’s Ilustrated Medical Dicionary 29th ed. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, Soekidjo., 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Cetakan Pertama. Jakarta: Rineka Cipta, 133-145.

Wahyuni, A.S. Statistika Kedokteran (Disertai Aplikasi dengan SPSS). Medan: Bamboedoea Communication, 108-122.

Wasitaatmadja, S.M., 2001. Masalah Jerawat pada Remaja. Dalam: Tjokronegoro,

A., Utama, H., ed. Pengobatan Mutakhir Dermatologi pada Anak dan Remaja.

Jakarta: FK-UI, 70–77.

Wasitaatmadja., 2007. Akne, Erupsi Akneiformis, Rosasea, Rinofima. Dalam: Djuanda, Adhi, ed. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, ed.5. Jakarta: FK-UI, 253–263.

Plewig, Kliegman., 1975. Akne, Erupsi Akneiformis, Rosasea, Rinofima. Dalam: Djuanda, Adhi, ed. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, ed.5. Jakarta: FK-UI, 256.

Pindha, S., 2004. Akne Vulgaris. Dalam: Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Sagung Seto, Jakarta: 107-117.

Pratiwi, Rinni Yudhi. 2009. Kesehatan Remaja di Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diperoleh dari:

http://www.idai.or.id/remaja/artikel.asp?q=20104710112  [Diakses pada tanggal 20 April 2010].

Ruswan, Aryani S., 2001. Penatalaksanaan Akne pada Remaja. Dalam:

Tjokronegoro, A., Utama, H., ed. Pengobatan Mutakhir Dermatologi pada Anak

dan Remaja. Jakarta: FK-UI, 78–80.

Remaja dan Permasalahannya. 2004. Diperoleh dari: http://www.bkkbn.go.id/bqweb/ceria/html [Diakses pada tanggal 16 april 2010]

(48)
(49)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ririn Gurriannisha Tempat/Tgl. Lahir : Medan, 17 Agustus 1989 Agama : Islam

Alamat : Jalan Pimpinan Gg. Sabar No. 3 Medan Jumlah Bersaudara : 1 orang

Riwayat Pendidikan :

1. Sekolah Dasar Negeri 042 Bukit Raya Pekanbaru 1995-2001 2. SLTP Negeri 5 Pekanbaru 2001-2004 3. SMA Negeri 1 Pekanbaru 2004-2007 Riwayat Pelatihan :

(50)

LAMPIRAN 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

Saya Ririn Gurriannisha, mahasiswa yang sedang menjalani program pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saya akan mengadakan penelitian dengan judul “Pengetahuan dan Sikap Siswa SMA Negeri 5 Medan Terhadap Jerawat”. Saya mengikutsertakan saudara/i dalam penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap siswa SMA Negeri 5 Medan mengenai jerawat.

Partisipasi saudara/i dalam penelitian ini bersifat sukarela. Pada penelitian ini identitas saudara/i akan disamarkan. Kerahasiaan data saudara/i akan dijamin sepenuhnya. Bila data saudara/i dipublikasikan dalam hasil penelitian, kerahasiaan data saudara/i akan tetap dijaga.

Jika selama menjalankan penelitian ini terjadi keluhan pada saudara/i silakan menghubungi saya Ririn Gurriannisha (HP: 085265612508).

Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi dan kesediaan waktu saudara/i sekalian, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,

(51)

LAMPIRAN 3

LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Jenis kelamin : Laki-laki/ Perempuan *) Alamat :

Setelah mendapatkan keterangan dan penjelasan secara lengkap tentang penelitian:

Judul : Pengetahuan dan Sikap Siswa SMA Negeri 5 Medan Terhadap Jerawat

Nama Peneliti : Ririn Gurriannisha (070100108)

Jenis Penelitian : Deskriptif dengan desain belah lintang (cross sectional) Lokasi : SMA Negeri 5 Medan, Sumatera Utara

Institusi : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian ini.

Medan,….. Juli 2009 Mahasiswa peneliti, Peserta penelitian,

Ririn Gurriannisha _________________ (NIM: 070100108)

(52)

LAMPIRAN 4

KUESIONER

JUDUL PENELITIAN : PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA

SMA NEGERI 5 MEDAN TERHADAP JERAWAT

2010

A. Data Responden

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin *) : L / P (Laki-laki/ Perempuan)

Tingkat Pendidikan *) : SMA kelas X / XI / XII

*) lingkari salah satu

(53)

B. Pengetahuan Remaja Tentang Jerawat Pilihlah jawaban yang menurut Anda benar! 1. Menurut Anda, jerawat adalah ?

a. suatu peradangan kulit menahun yang disebabkan oleh bakteri b. suatu peradangan pada kulit akibat jamur

c. penyakit pada kulit oleh karena virus

d. penyakit kulit akibat bakteri, virus dan jamur 2. Yang bukan merupakan jenis jerawat adalah ? a. jerawat batu

b. parut jerawat c. jerawat biasa d. komedo

3. Golongan usia manakah yang umumnya mengalami jerawat ? a. bayi dan anak-anak

b. remaja

c. orang tua dan lanjut usia d. bukan salah satu di atas

4. Tempat tersering timbulnya jerawat yaitu pada ? a. tungkai bawah

b. Lengan c. Perut

d. wajah

5. Berikut ini adalah faktor-faktor yang berperan dalam terbentuknya jerawat ? a. makanan

b. jenis aktivitas c. vitamin

d. ketidakseimbangan hormon 6. Komedo terbagi atas ?

a. 2 jenis, komedo kepala hitam dan putih b. 2 jenis, parut jerawat dan fleck,

c. 2 jenis, komedo tertutup dan fleck

d. 2 jenis, parut jerawat dan komedo terbuka 7. Jerawat terutama terjadi karena:

a. konsumsi makanan seperti coklat dan kacang

b. peredaran darah kurang lancar karena adanya gangguan organ tubuh yang lain

(54)

a. antibiotik tablet b. Hormonal

c. antibiotik topikal (salep) d. vitamin kulit.

9. Yang bukan merupakan cara mencegah timbulnya jerawat yakni dengan: a. kurangi penggunaan kosmetik

b. perbanyak olah raga

c. memencet jerawat yang telah ada d. menghindari stres

10. Jerawat umumnya hilang sebelum mencapai usia ? a. 15 tahun

(55)

C. Sikap Siswa Terhadap Jerawat

Berilah tanda (√) pada salah satu jawaban yang menurut Anda benar!

No Pernyataan Sangat

Setuju Setuju

Kurang

Setuju

Tidak

Setuju

1. Jerawat dapat terjadi pada semua

remaja tanpa terkecuali.

2. Penderita jerawat adalah orang

yang biasa menggunakan

kosmetik.

3. Jangan makan coklat dan kacang

karena itu dapat menyebabkan

jerawat.

4. Stres tidak dapat mempengaruhi

munculnya jerawat.

5. Jerawat dapat mempengaruhi

perkembangan kepribadian

seseorang.

6. Mereka yang berjerawat perlu

pergi ke klinik dokter kulit.

7. Mereka yang berjerawat tidak perlu

menghindari panas dan kelembaban

karena tidak ada pengaruh.

8. Keluarga dan lingkungan sekitar

tidak perlu memberi informasi

kepada remaja mengenai jerawat.

9. Perbanyak olah raga untuk

mencegah terjadinya jerawat

(56)
(57)
(58)
(59)

LAMPIRAN 8

Karakteristik Responden

umur responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid L 43 47.8 47.8 47.8

P 47 52.2 52.2 100.0

Total 90 100.0 100.0

Hasil Uji Variabel Pengetahuan

P1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

(60)

P4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0.00 24 26.7 26.7 26.7

1.00 66 73.3 73.3 100.0

(61)

P9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Jenis kelamin responden * tingkat pengetahuan Crosstabulation

tingkat pengetahuan

(62)

umur responden * tingkat pengetahuan Crosstabulation

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Hasil Uji Variabel Sikap

P1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(63)

P3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(64)

P7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(65)

Ket:

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Cukup 73 81.1 81.1 81.1

Baik 17 18.9 18.9 100.0

Total 90 100.0 100.0

umur responden * sikap Crosstabulation

sikap

Jenis kelamin responden * Sikap Crosstabulation

Sikap

(66)

tingkat pengetahuan * Sikap Crosstabulation

% within batas score 100.0% 100.0% 100.0%

(67)

LAMPIRAN 9

(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)

Gambar

Tabel 5.1.  Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia
Tabel 5.2. Distribusi frekuensi karakteristik responden
Tabel 5.3. Distribusi frekuensi  jawaban responden
Tabel 5.4. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Selat Berhala adalah laut sempit yang memisahkan antara pulau Berhala dengan pulau Sumatra (Provinsi Jambi), berarti secara de fakto dan de jure Pulau Barhala

Terkait dengan kasus nomor 4 di atas, Apakah Anda sebagai auditor yang bekerja di KAP yang mengaudit perusahaan akan menolak untuk menghilangkan pelanggan dari proses

Sirup buah talok dapat dijadikan peluang usaha yang menjanjikan karena bahan baku yang digunakan mudah diperoleh dan murah, sirup buah talok tidak mengandung pengawet

Beberapa penelitian yang telah dilakukan dengan menerapkan model problem based learning menunjukan hasil positif diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Samad

Orang dengan HIV sering menderita depresi dan anxietas karena mereka menyesuaikan diri dengan dampak dari diagnosisnya dan menghadapi kesulitan hidup

Whether you know what you want to write about or you simply know you want to write, when thinking about good, profitable e-book ideas, check to see if your topic is one that is

Sehubungan dengan Dokumen Penawaran saudara/I atas paket pekerjaan : Pengadaan Bahan Bangunan Rumah, maka dengan ini kami mengundang saudara/I untuk melakukan Pembuktian

Since it is important to test the speaking skill, this study focuses on the speaking tests at tertiary education levels in terms of the preparation, administration