• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengalaman Ibu Yang Menderita Keputihan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengalaman Ibu Yang Menderita Keputihan"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PENGALAMAN IBU YANG MENDERITA

KEPUTIHAN

OLEH

DINA MARLINA SARAGIH 095102068

PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK

FAKULTAS KEPERAWATAN

(2)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2010 Dina Marlina Saragih

PENGALAMAN IBU YANG MENDERITA KEPUTIHAN Vii + 35 + 1 tabel + 9 lampiran

Abstrak

Keputihan (leukorea, fluor albus) merupakan gejala keluarnya cairan dari vagina selain darah haid. Keputihan (fluor albus) ada yang fisiologik dan ada yang patologik. Penyebab keputihan yang patologis adalah infeksi adanya benda asing dan adanya penyebab lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengalaman Ibu yang menderita keputihan. Desain penelitian yang digunakan adalah desain fenomenologi. Tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling.dengan jumlah partisipan sebanyak 6 orang. Waktu penelitian mulai November 2009 - Mei 2010. Variable penelitian ini ditemukan lima kategori pengalaman Ibu yang menderita keputihan yaitu; karakteristik keputihan, faktor penyebab keputihan, upaya yang dilakukan untuk menanggulangi keputihan, dampak yang terjadi akibat keputihan dan perasaan ibu ketika mengalami keputihan. Karkteristik yang dialami partisipan hampir sama, mulai dari warna lendir, rasa gatal, pedih dan berbau busuk. Penyebab keputihan menurut partisipan bahwa penyebab keputihan adalah karena tidak menjaga personal hygiene, disebabkan oleh suatu penyakit alat reproduksi wanita dan yang disebabkan oleh karena infeksi. Hasil yang diperoleh bahwa partisipan yang mengalami keputihan ada beberapa upaya yang dilakukan partisipan untuk menanggulangi keputihan yang dideritanya yaitu dengan menjaga kebersihan diri khususnya pada alat kelamin, pengobatan medis dan pengobatan alternatif. Dampak yang dialami partisipan akibat dari keputihan mengganggu aktifitas sehari-hari dan merasa tidak nyaman Ibu merasa tidak nyaman saat melakukan aktifitas sehari-hari serta istirahat pun terganggu dan berbau tidak sedap.selain itu rasa gatal dan perih sangat menggangggu. Semua partisipan mengatakan bahwa perasaan partisipan ketika mengalami keputihan, merasa tidak senang dan sedih. Petugas kesehatan agar memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat tentang keputihan yang dialami wanita dan pencegahan serta penatalaksanaan keputihan. Ibu yang mengalami keputihan, supaya mencari informasi tentang keputihan, untuk mengetahui masalah keputihan.

(3)

3

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kahadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmadNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan Karya Tulis Ilmiah ini.

Karya Tulis Ilmiah ini diberi judul Pengalaman Ibu yang Menderita Keputihan disusun untuk melengkapi dan memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sains Terapan (SST). Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam asuhan kebidanan, sehingga Karya Tulis Ilmiah yang penulis susun mencerminkan penguasaan penulis tentang subtansi dan metodologi penelitian.

(4)

dukunagn kepada peneliti, sehingga Karya Tulis Ilmiah ini selesai dengan baik, dan semua partisipan yang telah bersedia menjadi sampel dalam penelitian Karya Tulis Ilmiah ini.

Peneliti masih menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun bahasanya. Untuk itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini di masa akan datang.

Akhirnya peneliti mengharapkan semoga Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat membawa manfaat terutama bagi peneliti sendiri dan para pembaca sekalian.

Medan, November 2009

(5)

5

6. Penatalaksanaan fluor Albus ... 10

C. Penelitian Fenomenologi... 13

(6)

1. Karakteristik Partisipan (Data Demografi)... 23

2. Pengalaman Ibu yang Menderita Keputihan ... 24

a. Karakteristik Keputihan ... 25

b. Penyebab Keputihan ... 26

c. Upaya yang Dilakukan Untuk Menanggulangi Keputihan ... 27

d. Dampak Keputihan ... 28

e. Perasaan Ibu Ketika Mengalami Keputihan ... 29

B. Pembahasan ... 29

1. Interpretasi Data dan Diskusi Hasil... 30

a. Karkteristik Keputihan ... 30

b. Penyebab Keputihan ... 31

c. Upaya yang Dilakukan Untuk Menanggulangi keputihan ... 31

d. Dampak keputihan ... 32

e. Perasaan Ibu Ketika Mengalami Keputihan ... 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

A. Kesimpulan ... 34

B. Saran ... 35

1. Petugas Kesehatan ... 35

2. Masyarakat ... 35

(7)

7

DAFTAR TABEL

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pernyataan Editor Bahasa Indonesia

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Partisipan Penelitian Lampiran 3 Kuesioner Data Demografi

Lampiran 4 Panduan Wawancara

Lampiran 5 Surat Izi Penelitian dari Program D-IV Bidan Pendidik USU Lampiran 6 Surat Izin Penelitian dari RS Amanda Berastagi

Lampiran 7 Surat Izin Penelitian dari Kelurahan Padang Bulan Medan Lampiran 8 Daftar Konsul

(9)

2

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2010 Dina Marlina Saragih

PENGALAMAN IBU YANG MENDERITA KEPUTIHAN Vii + 35 + 1 tabel + 9 lampiran

Abstrak

Keputihan (leukorea, fluor albus) merupakan gejala keluarnya cairan dari vagina selain darah haid. Keputihan (fluor albus) ada yang fisiologik dan ada yang patologik. Penyebab keputihan yang patologis adalah infeksi adanya benda asing dan adanya penyebab lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengalaman Ibu yang menderita keputihan. Desain penelitian yang digunakan adalah desain fenomenologi. Tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling.dengan jumlah partisipan sebanyak 6 orang. Waktu penelitian mulai November 2009 - Mei 2010. Variable penelitian ini ditemukan lima kategori pengalaman Ibu yang menderita keputihan yaitu; karakteristik keputihan, faktor penyebab keputihan, upaya yang dilakukan untuk menanggulangi keputihan, dampak yang terjadi akibat keputihan dan perasaan ibu ketika mengalami keputihan. Karkteristik yang dialami partisipan hampir sama, mulai dari warna lendir, rasa gatal, pedih dan berbau busuk. Penyebab keputihan menurut partisipan bahwa penyebab keputihan adalah karena tidak menjaga personal hygiene, disebabkan oleh suatu penyakit alat reproduksi wanita dan yang disebabkan oleh karena infeksi. Hasil yang diperoleh bahwa partisipan yang mengalami keputihan ada beberapa upaya yang dilakukan partisipan untuk menanggulangi keputihan yang dideritanya yaitu dengan menjaga kebersihan diri khususnya pada alat kelamin, pengobatan medis dan pengobatan alternatif. Dampak yang dialami partisipan akibat dari keputihan mengganggu aktifitas sehari-hari dan merasa tidak nyaman Ibu merasa tidak nyaman saat melakukan aktifitas sehari-hari serta istirahat pun terganggu dan berbau tidak sedap.selain itu rasa gatal dan perih sangat menggangggu. Semua partisipan mengatakan bahwa perasaan partisipan ketika mengalami keputihan, merasa tidak senang dan sedih. Petugas kesehatan agar memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat tentang keputihan yang dialami wanita dan pencegahan serta penatalaksanaan keputihan. Ibu yang mengalami keputihan, supaya mencari informasi tentang keputihan, untuk mengetahui masalah keputihan.

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Keputihan (Fluor albus) merupakan keluarnya cairan dari vagina selain darah haid. Selain itu keputihan adalah nama gejala yng dikeluarkan dari alat genitalia yang tidak berupa darah. Diperkirakan semua wanita pernah mengalaminya (Sarwono,1999).

Menurut Kasdu (2008) ada Fluor albus yang patologis dan ada yang pisiologis. Keputihn yang pisiologis berwarna jernih, tidak berbau, tidak gatal dan tidak pedih. Produksi cairan keputihan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: faktor hormonal, rangsangan birahi, kelelahan fisik, kejiwaan dan benda asing yang ada dalam organ reproduksi. Sedangakan keputihan yang patologis jumlahnya banyak, warnanya kuning atau kehijauan, warna putih seperti susu basi, disertai rasa gatal, pedih terkadamg disertai bau amis atau busuk.

(11)

10 seperti susu basi. Tricomoniasis yang berasal dari parasit yang disebut trichomonas vaginalis dengan gejala keputihan yang berwarna kuning kehijauan berbau dan berbusa (Kasdu, 2008).

Menurut WHO (2006) masalah kesehatan reproduksi wanita yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah seluruh badan penyakit yang diderita para perempuan didunia. Angka ini lebih tinggi dibanding kesehatan reproduksi pria yang hanya mencapai 12,3 %. Menurut data Internasional 75% wanita minimal pernah mengalami candidiasis atau keputihan satu kali dalam kehidupannya. Laporan Depkes RI (1988-1989) menunjukkan bahwa prevalensi infeksi vagina yang dialami wanita. Disebabkan oleh bakteri vaginitis 38%, tricomonas 3,7% dan candidiasis 52.8%.

Wanita sangat membutuhkan informasi tentang keputihan baik yang disebabkan oleh jamur, bakteri dan parasit, agar wanita khususnya para partisipant agar mengerti dan tidak mengabaikan masalah keputihan (Fluor albus), agar dapat mengubah perilaku yang mendukung penyebab terjadinya keputihan. Sebagaimana tentang data yang terkait dengan pengalaman ibu yang menderita keputihan.

B. Pertanyaan penelitian

Bagaimana pengalaman ibu yang menderita keputihan?

C. Tujuan penelitia.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali pengalaman Ibu selama mengalami keputihan.

(12)

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pelayanan kesehatan, pendidikan kebidanan, dan penelitian kebidanan.

1. Pelayanan kesehatan.

Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sebagai sumber pengetahuan bagi tenaga kesehatan khususnya bidan tentang keputihan. Bertujuan untuk memberi penjelasan kepada ibu-ibu bagaimana sikap, perilaku terhadap adanya keputihan yang dialami serta bagaimana penyebab, penanggulangan dan dampak dari keputihan(Fluor albus).

2. Pendidikan kebidanan.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan tentang pengalaman ibu yang pernah mengalami keputihan khususnya bagi mahasiswa, agar dapat menerapakan asuhan kebidanan khususnya kepada ibu yang mengalami keputihan.

3. Penelitian kebidanan

(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengalaman

Pengalaman kata dasarnya “alami“ yang artinya mengalami, melakoni, menempuh, menemui, mengarungi, mendapat, menyelami, dan merasakan, (Endarmoko, 2006). Pengalaman merupakan sumber pengetahuan mengenai pentingnya pengalaman tentang keputihan dan memberi kesempatan untuk menceritakan pada orang lain.dan membagikan kepada orang lain sehingga menimbulkan pemahaman yang semakin mendalam ( Kirkham, 1997).

B. Keputihan (Fluor Albus)

1. Pengertian

Keputihan (leukorea, fluor albus) merupakan gejala keluarnya cairan dari vagina selain darah haid. Keputihan (fluor albus) ada yang fisiologik (normal) dan ada yang patologik (tidak normal). Keputihan tidak merupakan penyakit melainkan salah satu tanda dan gejala dari suatu penyakit organ reproduksi wanita (Mansjoer, 2001).

2. Etiologi

Penyebab keputihan tergantung dari jenisnya yaitu penyebab dari keputihan yang fisiologik dan patologik.

a. Keputihan fisiologik

(14)

uterus dan vagina janin. Kemudian dijumpai pada waktu menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen. Rangsangan birahi disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dingding vagina. Kelelahan fisik dan kejiwaan juga merupakan penyebab keputihan. (Sarwono, 1999).

b. Keputihan Patologik

Keputihan patologik disebabkan oleh karena kelainan pada organ reproduksi wanita dapat berupa Infeksi, Adanya benda asing, dan penyakit lain pada organ reproduksi.

1) Infeksi

Infeksi adalah masuknya bibit penyakit kedalam tubuh. Salah satu gejalanya adalah keputihan. Infeksi yang sering terjadi pada organ kewanitaan yaitu vaginitis, candidiasis, trichomoniasis.

a) Vaginitis

Penyebabnya adalah pertumbuhan bakteri normal yang berlebihan pada vagina. Dengan gejala cairan vagina encer, berwana kuning kehijauan, berbusa dan bebau busuk, vulva agak bengkak dan kemerahan, gatal, terasa tidak nyaman serta nyeri saat berhubungan seksual dan saat kencing.

(15)

7 Cairan seminal yang basa menimbulkan terlepasnya amino dari perlekatannya pada protein dan vitamin yang menguap menimbulkan bau yang khas.

b) Candidiasis

Penyebab berasal dari jamur kandida albican. Gejalanya adalah keputihan berwarna putih susu, begumpal seperti susu basi, disertai rasa gatal dan kemerahan pada kelamin dan disekitarnya. Infeksi jamur pada vagina paling sering disebabkan oleh Candida,spp, terutama Candida albicans (Brown and Chin, 2002).

Gejala yang muncul adalah kemerahan pada vulva, bengkak, iritasi, dan rasa panas. Tanda klinis yang tampak adalah eritema, fissuring, sekret menggumpal seperti keju, lesi satelit dan edema (Brown and Chin, 2002) dikutip dari (Widiawaty, 2006).

Usaha pencegahan terhadap timbulnya kandidiasis vagina meliputi penanggulangan faktor predisposisi dan penanggulangan sumber infeksi yang ada. Penanggulangan faktor predisposisi misalnya tidak menggunakan antibiotika atau steroid yang berlebihan, tidak menggunakan pakaian ketat, mengganti kontrasepsi dengan kontrasepsi lain yang sesuai, memperhatikan hygiene. Penanggulangan sumber infeksi yaitu dengan mencari dan mengatasi sumber infeksi yang ada, baik dalam tubuhnya sendiri atau diluarnya (Endang, 2003).

c) Trichomoniasis

Berasal dari parasit yang disebut Trichomonas vaginalis. Gejalanya keputihan berwarna kuning atau kehijauan, berbau dan berbusa,kecoklatan seperti susu ovaltin, biasanya disertai dengan gejala gatal dibagian labia mayora, nyeri saat kencing dan terkadang sakit pinggang.

(16)

menyerang traktus urogenitalis bagian bawah. Pada wanita sering tidak menunjukan keluhan, bila ada biasanya berupa duh tubuh vagina yang banyak, berwarna kehijauan dan berbusa yang patognomonic (bersifat khas) untuk penyakit ini. Pada pemeriksaan dengan kolposkopi tampak gambaran “Strawberry cervix” yang dianggap khas untuk trichomoniasis.

Salah satu fungsi vagina adalah untuk melakukan hubungan seksual. Terkadang mengalami pelecetan pada saat melakukan senggama. Vagina juga menampung air mani, dengan adanya pelecetan dan kontak mukosa(selapu lendir) vagina dengan air mani merupakan pintu masuk (Port d’entre) mikro organisme penyebab infeksi PHS.

2). Adanya benda asing dan penyebab lain

Infeksi ini timbul jika penyebab infeksi (bakteri atau organisme lain ) Masuk melalui prosedur medis, saperti; haid, abortus yang disengaja, insersi IUD, saat melahirkan, infeksi pada saluran reproduksi bagian bawah yang terdorong sampai ke serviks atau sampai pada saluran reproduksi bagian atas.

3. Diagnosa Keputihan

a. Keputihan (Fluor Albus) Pisiologis

Keputihan (Fluor albus) pisiologis biasanya lendirnya encer, muncul saat ovulasi, menjelang haid dan saat mendapat rangsangan seksual. Keputihan normal tidak gatal, tidak berbau dan tidak menular karena tidak ada bibit penyakitnya.

b. Keputihan (Fluor Albus) Patologis

(17)

9 berwarna kekuning-kuningan sampai hijau, disertai rasa gatal, pedih, terkadang berbau amis dan berbau busuk. Pemeriksaan khusus dengan memerikskan lendir dilaboratorium, dapat diketahui apa penyebabnya, apakah karena jamur, bakteri atau parasit, namun ini kurang praktis karena harus butuh waktu beberapa hari untuk menunggu hasil.(Jones, 2005). Amsel et al merekomendasikan diagnosa klinik vaginosis bakterialis berdasarkan adanya tiga tanda-tanda berikut :

1. Cairan vagina homogen, putih atau keabu-abuan, melekat pada dinding vagina. 2. Jumlah pH vagina lebih besar dari 4,5.

3. Sekret vagina berbau seperti bau ikan sebelum atau sesudah penambahan KOH 10% (whiff test).

Adanya “clue cells” pada pemeriksaan mikroskop sediaan basah. Clue cell merupakan sel epitel vagina yang ditutupi oleh berbagai bakteri vagina sehingga memberikan gambaran granular dengan batas sel yang kabur karena melekatnya bakteri batang atau kokus yang kecil (Endang, 2003).

Penegakan diagnosis harus didukung data laboratorium terkait, selain gejala dan tanda klinis yang muncul dan hasil pemeriksaan fisik seperti pH vagina dan pemeriksaan mikroskopik untuk mendeteksi blastospora dan pseudohifa (Widiawaty, 2006).

Diagnosis Trichomonoasis ditegakan bila ditemukan Trichomo nas vaginalis pada sediaan basah. Pada keadaan yang meragukan dapat dilakukan pemeriksaan dengan biakan duh tubuh vagina.

4. Patofisiologi

(18)

lainnya. Keputihan (Fluor albus) merupakan salah satu tanda dan gejala penyakit organ reproduksi wanita, di daerah alat genitalia eksternal bermuara saluran kencing dan saluran pembuangan sisa-sisa pencernaan yang disebut anus. Apabila tidak dibersihkan secara sempurna akan ditemukan berbagai bakteri, jamur dan parasit, akan menjalar ke sekitar organ genitalia. Hal ini dapat menyebabkan infeksi dengan gejala keputihan. Selain itu dalam hal melakukan hubungan seksual terkadang terjadi pelecetan, dengan adanya pelecetan merupakan pintu masuk mikroorganisme penyebab infeksi penyakit hubungan seksual (PHS) yang kontak dengan air mani dan mukosa (Kasdu, 2008).

5. Dampak Terhadap wanita

Keputihan (Fluor albus) yang pisiologis tidak memberi dampak pada wanita. keputihan yang memberi dampak pada ibu yaitu keputihan yang patologis. Dengan adanya keputihan ibu merasa tidak nyaman karena menunjukkan keluhan berbau busuk, gatal, vulva terasa seperti terbakar. Apabila keputihan tidak diobati maka infeksi dapat menjalar ke rongga rahim kemudian sampai ke indung telur dan akhirnya sampai kerongga panggul. Banyak ditemukan wanita yang menderita keputihan yang kronik menjadi mandul (Jones, 2005).

(19)

11 lendirnya hanya sedikit. Terkadang merasa tidak enak di panggul dan mungkin akan merasa nyeri kalau melakukan hubungan seks. Oleh karena itu komplikasi sering terjadi apabila tidk dilakukan pemeriksaan sedini munggkin (Rahma, 2006).

6. Penatalaksanaan Keputihan (Fluor albus)

Penatalaksanaan keputihan meliputi usaha pencegahan dan pengobatan yang bertujuan untuk menyembuhkan seorang penderita dari penyakitnya, tidak hanya untuk sementara tetapi untuk seterusnya dengan mencegah infeksi berulang (Endang, 2003).

Apabila keputihan yang dialami adalah yang fisiologik tidak perlu pengobatan, cukup hanya menjaga kebersihan pada bagian kemaluan. Apabila keputihan yang patologik, sebaiknya segera memeriksakan kedokter, tujuannya menentukan letak bagian yang sakit dan dari mana keputihan itu berasal. Melakukan pemeriksaan dengan menggunakan alat tertentu akan lebih memperjelas. Kemudian merencanakan pengobatan setelah melihat kelainan yang ditemukan. Keputihan yang patologik yang paling sering dijumpai yaitu keputihan yang disebabkan Vaginitis, Candidiasis, dan Trichomoniasis. Penatalaksanaan yang adekuat dengan menggabungkan terapi farmakologi dan terapi nonfarmakologi.

a. Terapi farmakologi

Pengobatan keputihan yang disebabkan oleh Candidiasis dapat diobati dengan anti jamur atau krim. Biasanya jenis obat anti jamur yang sering digunakan adalah Imidazol yang disemprotkan dalam vagina sebanyak 1 atau 3 ml. Ada juga obat oral

(20)

Pengobatan Fluor albus yang disebabkan oleh Trichomoniasis mudah dan efektif yaitu setelah dilakukan pemeriksaan dapat diberikan tablet metronidazol (Flagy) atau tablet besar Tinidazol (fasigin) dengan dosis 3x1 hari selama 7-10 hari.

Pengobatan keputihan (Fluor albus) yang disebabkan oleh vaginitis sama dengan pengobatan infeksi Trichomoniasis. yaitu dengan memberikan metronidazol atau Tinidazol dengan dosis 3x1 selama 7- 10 hari. Pengobatan kandidiasis vagina dapat

dilakukan secara topikal maupun sistemik. Obat anti jamur tersedia dalam berbagai bentuk yaitu: gel, krim, losion, tablet vagina, suppositoria dan tablet oral. Nama obat adalah sebagai berikut: (1) Derivat Rosanillin, Gentian violet 1-2 % dalam bentuk larutan atau gel, selama 10 hari. (2) Povidone – iodine, Merupakan bahan aktif yang bersifat antibakteri maupun anti jamur. (3) Derivat Polien; Nistatin 100.000 unit krim/tablet vagina selama 14 hari. Nistatin 100.000 unit tablet oral selama 14 hari. (4) Drivat Imidazole: Topical( Mikonazol : 2% krim vaginal selama 7 hari, 100 mg tablet vaginal selama 7 hari, 200 mg tablet vaginal selama 3 hari, 1200 mg tablet vaginal dosis tunggal. Ekonazol 150 mg tablet vaginal selama 3 hari. Fentikonazol 2% krim vaginal selama 7 hari, 200 mg tablet vaginal selama 3 hari, 600 mg tablet vaginal dosis tunggal. Tiokonazol 2% krim vaginal selama 3 hari, 6,5 % krim vaginal dosis tunggal. Klotrimazol 1% krim vaginal selama 7 – 14 hari, 10% krim vaginal sekali aplikasi, 100 mg tablet vaginal selama 7 hari, 500 mg tablet vaginal dosis tunggal. Butokonazol 2% krim vaginal selama 3 hari. Terkonazol 2% krim vaginal selama 3 hari).

(21)

13

b. Terapi Nonfarmakologi

1) Perubahan Tingkah Laku

Keputihan (Fluor albus) yang disebabkan oleh jamur lebih cepat berkembang di lingkungan yang hangat dan basah maka untuk membantu penyembuhan menjaga kebersihan alat kelamin dan sebaiknya menggunakan pakaian dalam yang terbuat dari katun serta tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat (Jones,2005). Keputihan bisa ditularkan melalui hubungan seksual dari pasangan yang terinfeksi oleh karena itu sebaiknya pasangan harus mendapat pengobatan juga.

2) Personal Hygiene

Memperhatikan personal hygiene terutama pada bagian alat kelamin sangat membantu penyembuhan, dan menjaga tetap bersih dan kering, seperti penggunaan tisu basah atau produk panty liner harus betul-betul steril. Bahkan, kemasannya pun harus diperhatikan. Jangan sampai menyimpan sembarangan, misalnya tanpa kemasan ditaruh dalam tas bercampur dengan barang lainnya. Karena bila dalam keadaan terbuka, bisa saja panty liner atau tisu basah tersebut sudah terkontaminasi. Memperhatikan kebersihan setelah buang air besar atau kecil. Setelah bersih, mengeringkan dengan tisu kering atau handuk khusus. Alat kelamin jangan dibiarkan dalam keadaan lembab.

3) Pengobatan Psikologis

(22)

buruk, atau beberapa masalah psikologi yang lain yang menyebabkan emosional. Pengobatan yang dilakukan yaitu dengan konsultasi dengan ahli psikologi. Selain itu perlu dukungan keluarga agar tidak terjadi depresi.

C. Penelitian Fenomenologi

Penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi diartikan sebagai pengalaman subjektif atau pengalaman fenomenologikal atau suatu studi tentang kesadaran dari perspektif dari seseorang (Moleong, 2005). Istilah fenomenologi juga sering diartikan sebagai anggapan umum namun untuk menunjuk pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek yang ditemui. Fenomenologi juga mengacu pada penelitian terdisiplin tentang kesadaran dari perspektif pertama seseorang (Moleong, 2005).

Penelitian fenomenologi bersifat holistik, jumlah teori yang harus dimiliki oleh peneliti harus banyak karena harus disesuaikan dengan fenomena yang ada dilapangan.(Sugiyono, 2008). Tujuan dari penelitian fenomenologi adalah untuk menggambarkan secara penuh tentang pengalaman dan pengembangan persepsi. Terdapat empat aspek dalam fenomenologi yaitu : (1) ruang kehidupan; (2) kehidupan tubuh (memenuhi kebutuhan badaniah); (3) usia (kesementaraan); (4) kehidupan hubungan manusia (hubungan) (Polit, et al., 2001).

(23)

15 menekankan pada fokus kepada pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan interpretasi-interpretasi dunia (Moleong, 2005).

Beberapa ciri pokok fenomenologi yang dilakukan oleh peneliti fenomenologis yaitu: (1) fenomenologis cenderung mempertentangkan dengan ‘naturalisme’ yaitu yang disebut objektivisme dan positifisme, yang telah berkembang sejak zaman Renaisans dalam ilmu pengetahuan dan teknologi; (2) secara pasti fenomenologis cenderung memastikan kognisi yang mengacu pada apa yang oleh Hursserl disebut ‘Evidenz’, yang merupakan kesadaran tentang sesuatu benda itu sendiri secara jelas dan berbeda dengan yang lainnya, yang mencakupi untuk sesuatu dari segi itu; (3) fenomenologis cenderung percaya bahwa bahkan hanya sesuatu benda yang ada dalam dunia alam dan budaya (Moleong, 2005).

(24)

pengalaman hidup mereka. Terkadang, dua wawancara terpisah atau beberapa pembicaraan diperlukan secara khas, penelitian fenomenologi melibatkan sedikit partisipan, tergantung tercapainya saturasi data (polit, et al., 2001).

D. Tingkat Kepercayaan Data

Tingkat kepercayaan hasil penelitian yang peneliti lakukan berpegang kepada empat prisip dan kriteria menurut Lincol and Guba(1950) dikutip dari Moleong (2005) keempat prinsip dan kriteria tersebut ialah: credibility, dependabilitiy, confirmability dan transferability.

Prinsip credibility merujuk pada apakah kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya dalam makna mengungkapkan kenyataan yang sesungguhnya. Untuk memenuhi kriteria ini, dilakukan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negative dan member check sehingga mencapai tinggkat reliabilitas data.

Prinsip dependability merujuk apakah hasil penelitian tersebut memiliki keandalan dan reliabilitas. Prisip ini dapat mempertahankan konsisten tehnik pengumpulan data,dalam menggunakan konsep, damn membuat penapsiran dalam penomena.

Prinsip confirmability bermakna keyakinan atas data penelitian yang diperoleh. Untuk memenuhi kriteria tersebut peneliti mengginformasikan hasil penelitian kepada pembimbing, karena pembimbing merupakan seorang yang ahli dalam bidang penelitian kua litatif penomenologi.

(25)
(26)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain fenomenologi. Desain ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengalaman ibu yang menderita keputihan. Menggali bagaimana gejala dan keluhan yang ibu rasakan serta upaya-upaya apa yang ibu lakukan untuk menanggulangi keputihan yang dideritanya.

B. Populasi dan Partisipan

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang pernah berobat, dengan keluhan keputihan di RSU Amanda Berastagi. Data pasien dengan keluhan keputihan pada Agustus – Oktober 2009 dari hasil survey pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 8 Nopember 2009 adalah berjumlah 32 orang.

2. Partisipan

Tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Pengambilan jumlah partisipan dilakukan dengan pertimbangan atau criteria

tertentu. Jumlah partisipan yang diteliti dalam penelitian ini adalah 5 orang, telah ditemukan saturasi data. Adapun kriteria partisipan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ibu- ibu yang menderita keputihan 3 bulan terakhir hingga sekarang. 2. Ibu bisa berkomunikas dengan baik.

(27)

19

C. Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di RSU Amanda Berastagi, dengan pertimbangan bahwa peneliti pernah bekerja di RSU Amanda Berastagi dan dari data yang diperoleh pada survei pendahuluan, Dirumah sakit tersebut cukup banyak pasien yang berobat jalan dengan keluhan keputihan yaitu sebanyak 32 orang.

D. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Nopember 2009 sampai dengan Juni 2010.

E. Etika penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan surat permohonan persetujuan penelitian kepada ketua jurusan program Study D-IV bidan pendidik. Setelah mendapatkan surat persetujuan, peneliti mulai melakukan penelitian. Dalam penelitian ini data yang diambil adalah data yang sebenarnya. Penelti melindumgi responden dari ketidaknyamanan, serta tidak menyebabkan kerugian bagi partisipan.

(28)

yang diberikan tetap tejaga. Seluruh informasi yang diperoleh tidak akan dipergunakan kecuali untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan tetap merahasiakan identitas.

F. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri dengan dibantu oleh kuesioner data demografi, panduan wawancara, dan alat perekam digital. Kuesioner data demografi yang berisi pertanyaan mengenai data umum responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner) berupa usia, agama, tingkat pendidikan, penghasilan/ekonomi dan jumlah anak yang lahir. Panduan wawancara berisi pertanyaan yang akan diajukan.

Panduan wawancara berisi pertanyaan yang akan diajukan oleh peneliti meliputi : 1. Coba Ibu ceritakan bagaimana pengalaman ibu selama mengalami keputihan! 2. Apa gejala yang ibu rasakan ketika ibu akan mengalami keputihan?

3. Apa - apa saja keluhan ibu ketika mengalami keputihan? 4. Upaya apa yang ibu lakukan saat mengalami keputihan? 5. Bagaiman perasaan ibu ketika mengalami keputihan?

G. Prsedur Pengumpulan data

(29)

21 terkait dalam penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian dengan cara wawancara mendalam untuk mendapatkan informasi dengan menggunakan alat perekam.

Partisipan dalam menjawab pertanyaan sesuai dengan petunjuk masing-masing bagian dan diberi kesempatan pada partisipan untuk mengajukan pertanyaan. Kemudian peneliti mulai melakukan wawancara. Wawancara dilakukam terhadap masing-masing partisipan dalam waktu 30-45 menit setiap kali wawancara. Pengumpulan data dihentikan setelah ditemukan saturasi (kejenuhan) data.

H. Analisa Data

Metode colliazi digunakn karena cocok dengan pendekatan interpretative, ini adalah salah satu metode yang umum untuk analisa data yang direkomendasikan untuk study fenomenologi (Polit, 2001). Setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul, peneliti menganalisa data dengan cara:

1. Membaca semua panduan untuk mendapatkan perasaan mereka. 2. Mengulangi setiap panduan dan menyaring pernyataan penting. 3. Menerangkan pengertian setiap pernyataan penting.

4. Mengumpulkan data pada kelompoknya dan mencatat ketidakcocokan diantara variasi kelompok dan menghindarkan pengabaian data yang tidak coccok.

5. Menyatukan data kedalam deskripsi lengkap tentang penomena yag sedang diteliti.

6. Merumuskan deskripsi lengkap tentang fenomena yang diteliti dengan pernyataan yang tegas dengan identifikasi yang mumgkin.

(30)

I. Tingkat Kepercayaan Data

Tingkat kepercayaan hasil penelitian yang peneliti lakukan berpegang kepada empat prisip dan kriteria menurut Lincol and Guba(1950) dikutip dari Moleong (2005) keempat prinsip dan kriteria tersebut ialah: credibility, dependabilitiy, confirmability dan transferability.

Prinsip dan kriteria credibility dilakukan oleh peneliti ialah dengan member check, tidak ada data yang tidak sesuai dengan pernyataan yang telah diberikan

(31)

23

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Bab ini membahas tentang hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, yaitu karakteristik partisipan( data demografi) dan pengalaman ibu yang menderita keputihan dengan menjelaskan 5 kategori yaitu; karakteristik, faktor penyebab, upaya yang dilakukan untuk menanggulangi keputihan, dampak yang terjadi yang diakibatkan keputihan dan perasaan ibu ketika mengalami keputihan.

1. Karakteristik Partisipan

(32)

Table 4.1. Data Demografi Partisipan

2. Pengalaman Ibu yang Menderita Keputihan

(33)

25

a. Karakteristik Keputihan

Dari pernyataan yang diperoleh, partisipan mengalami keputihan dengan karakteristik keputihan dengan adanya rasa gatal, pedih, berbau busuk, warna putih dan kehijauan.

Semua partisipan mengatakan bahwa mereka mengalami rasa gatal, partisipan merasa tidak nyaman sehingga aktivitasnya terganggu. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut ini:

Kalau dirumah lebih tenang tapi pada saat ditempat kerjaan saya sering lari ke kamar mandi karena rasa gatal yang sangat, betul-betul gatal.

(partisipan1 L33) Bulan lalu saya ke rumah mertua saya, karena anaknya paling bungsu wisuda, waduh rasa gatal sangat mengganggu, karena malu bolak-balik kebelakang,

jadinya saya dibelakang aja. (partisipan 4 L8)

Karena rasa gatal dan perih, sering sekali saya basuh pake air hangat,memang gatalnya berkurang tapi tidak sembuh. Lalu kembali lagi gatal.

(partisipan 5 L33)

Semua partisipan mengatakan bahwa selain rasa gatal mereka juga merasakan pedih karena luka bekas garukan. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan berikut:

Karena rasa gatal dan perih, sering sekali saya basuh pake air hangat,memang

gatalnya berkurang tapi tidak sembuh. (partisipan 5 L33)

Ada rasa gatal dan perih. Menurut aku karena digaruk, pada saat mandi kan kita membersihkan kemaluan, bukan saat mandi saja ya, yang jelas pada saat

berurusan dengan alat kemaluan (partisipan 5 L6)

(34)

Baunya aneh, baunya gak enak, seperti bau busuk, jadi gak percaya diri pergi kemana-mana, saya merasa orang yang paling jorok, perasaan saya sepertinya

gak pernah bersih. (partisipan 2 L16)

Saat saya membasuh kemaluan saya, saya mencium keputihan saya, waduh

baunya seperti bau busuk gitu (partisipan 5 L12)

Empat partisipan mengatakan warnanya putih seperti susu basi dan seperti keju. Dan dua partisipan mengatakan warnanya kehijauan. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan prtisipan berikut;

Normal dari keputihan itu kan kental atau berlendir, kalau yang seperti itu saya tidak merasakan rasa gatal atau sakit. Tetapi ini warnanya putih seperti susu

yang basi atau bisa juga dibilang seperti keju. (partisipan 4 L46)

Biasanyakan warnanya putih bening ya, ini warnanya kadang agak kehijauan, kemudian seperti santan kelapa yang kita simpan di kulkas, tetapi tidak

menempatkan pada prejer. (partisipan 5 L15)

b. Penyebab Keputihan

Dari pernyataan yang diperoleh bahwa partisipan mengalami keputihan mennyatakan bahwa penyebab keputihan adalah karena tidak menjaga kebersihan diri dan disebabkan oleh suatu penyakit alat reproduksi wanita.

Semua partisipan mengatakan bahwa keputihan bisa terjadi karena kurangnya kebersihan diri terutama bagian alat kelamin. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan sebagai berikut:

Menurut saya ya, penyebab terjadinya keputihan itu ialah karena kurang bersihnya kemaluan. Saat saya berobaot ke dokter, dia bilang, ibu harus lebih menjaga kebersihan dan pastikan air bersih yang dipakai untuk membasuh

kemaluan. (partisipan1L42)

(35)

27 Lima dari enam partisipan mengatakan penyebab dari keputihan tersebut karena adanya penyakit infeksi. Pernyataan tersebut dapat dilihat dari pengakuan partisipan berikut:

Menurut saya salah satu penyebab dari keputihan itu adalah karena penyakit infeksi. Pada saat saya berobat ke RS, dokter itu bilang, keputihan ibu disebab kan karena infeksi. Cerita tentang infeksi saya kurang jelas. (partisipan 2 L41)

Setau saya itu bias juga karena adanya tumor didalam rahim. Dulu tetangga saya saya pernah di operasi karena ada tumor didalam rahimnya, awalnya keluhannya sakit perut dan keputihan. Namun keluhan utamanya bukan

keputihan melainkan rasa sakit diperutnya. (partisipan 4 L22)

c. Upaya yang Dilakukan untuk Menghilangkan Keputihan.

Dari pernyataan yang diperoleh ada beberapa upaya yang dilakukan partisipan untuk menanggulangi keputihan yang dideritanya yaitu dengan menjaga kebersihan diri khususnya pada alat kelamin, pengobatan medis dan pengobatan alternatif.

1) Menjaga Kebersihan Diri

Cara yang dilakukan semua partisipan adalah menjaga kemaluan tetap bersih dan kering dengan cara, setiap mandi, buang air besar dan buang air kecil dibasuh dengan air bersih kemudian dikeringkan dengan kain bersih. Cara ini merupakan salah satu yang sangat mendukung dalam penyembuhan keputihan. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut ini:

Yang saya lakukan untuk menghilangkan keputihan saya, selain pengobatan medis dengan menjaga kemaluan saya tetap bersi dan kering. Contohnya, kalau saya selesai buang air kecil atau buang air besar, membasuh dengan air bersih kemudian mengeringkan denagan kain yang bersih.

(36)

2) Mencari Pengobatan Medis

Selain menjaga kebersihan partisipn mencoba pengobatan medis, partisipan pergi ke RS dan bidan untuk mengobati keputihan yang dialaminya. Dengan minum obat yang diberikan oleh dokter dan bidan. Obat yang diberikan oleh bidan dan dokter adalah antibiotik Pernyataan dapat dilihat dari pengakuan partisipan berikut:

Saya pergi ke dokter untuk mengobati keputihan saya, dokter itu kasi saya resep

obat. Katanya si antibiotik. (partisipan 1 L90)

Saya berobat ke bidan. Bidan itu memberi saya obat makan dan menganjurkan

apa yang sudah saya lakukan. (partisipan 3 L46)

3) Mencari Pengobatan Tradisional

Dua dari enam partisipan mengatakan bahwa mereka juga mencoba pengobatan tradisional, dengan dengan minum air rebusan daun “sarindan” yang telah dikeringkan. Kegunaannya selain mengobati keputihan, bisa mencegah penyakit kanker. Empat partisipan mengunakan air rebusan daun sirih untuk membasuh alat kelamin. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan berikut:

Saya cerita pada ibu saya tentang keputihan saya, kemudian dia menganjurkan agar saya membasuh kemaluan saya dengan air daun sirih. Saya pun

mencobanya pagi dan sore hari. (partisipan 3 L57)

Mertua saya menyuruh saya minum air rebusan daun yang sudah dikeringkan, nama daunya “sarindan” selain itu kegunaannya banyak, misalnya mencegah kanker dan penyakit lain. Mertua saya menganjurkan agar menjadikannya

sebagai pengganti air minum saya sehari-hari. (partisipan 4 L8)

d. Dampak Keputihan

(37)

29 tidak sedap.selain itu rasa gatal dan perih sangat menggangggu. Hal ini dikutip dari peryataan partisipan berikut:

Pada saat saya berobat ke dokter, dokter bilang keputihan bisa mengakibatkan

kandungan terganggu. (partisipan 1 L45)

Kemaluan saya jadi perih, sehingga saya tidak nyaman, jadi malas ke kamar

mandi (partisipan 2 L8)

e. Perasaan Ibu Ketika Mengalami Keputihan

Semua partisipan mengatakan bahwa perasaan partisipan ketika mengalami keputihan, merasa malu, sedih dan tidak senang. Perasaan yang dirasakan partisipan sesuai denga pernyataan berikut:

Saya merasa tidak senang dan tidak nyaman karena gatal setiap saat, saya merasa gelisah dan malu dan kurang percaya diri.

(partisipan1 L32)

Karena rasa gatal dan perih, mau kemana-mana tidak bisa dan jadi malas mau kerja,karena malu sehingga kurang percaya diri. Kalau tidak terpaksa saya gak

akan pergi kemana-mana. (partisipan 4 L29)

B. PEMBAHASAN

(38)

1. Interpretasi dan Diskusi Hasil

a. Karakteristik Keputihan

Hasil penelitian menemukan karakteristik keputihan yang dialami partisipan adalah adanya rasa gatal, pedih,berbau busuk, warna kehijauan atau putih seperti susu basi, gejala ini menurut partisipan karena kurangnya kebersihan diri dank arena adanya penyakit organ reproduksi. Ibu merasa tidak nyaman pada saat menderita keputihan serta kurang percaya diri. Semua partisipan mengatakan merasakan gatal dan pedih saat mengalami keputihan. Penyebabnya adalah pertumbuhan bakteri normal yang berlebihan pada vagina. Dengan gejala cairan vagina encer, berwana kuning kehijauan, berbusa dan bebau busuk, vulva agak bengkak dan kemerahan, gatal, terasa tidak nyaman serta nyeri saat berhubungan seksual dan saat kencing (Kasdu, 2008).

Gejala yang muncul adalah kemerahan pada vulva, bengkak, iritasi, dan rasa panas. Tanda klinis yang tampak adalah eritema, fissuring, sekret menggumpal seperti keju, lesi satelit dan edema. Penegakan diagnosis harus didukung data laboratorium terkait, selain gejala dan tanda klinis yang muncul dan hasil pemeriksaan fisik seperti pH vagina dan pemeriksaan mikroskopik untuk mendeteksi blastospora dan pseudohifa (Brown and Chin, 2002).

(39)

31

b. Penyebab Terjadinya Keputihan

Partisipan mengatakan penyebab terjadi keputihan karena kurangnya kebersihan diri khususnya bagian alat kelamin yang kurang bersih dan disebabkan oleh suatu penyakit alat reproduksi wanita. Memperhatikan kebersihan setelah buang air besar atau kecil. Setelah bersih, jangan lupa untuk mengelapnya dengan tisu kering atau handuk khusus. Alat kelamin jangan dibiarkan dalam keadaan lembab. (Endang, 2003). Lima partisipan mengatakan penyebab dari keputihan tersebut karena adanya penyakit infeksi. berkaitan dengan maksud dari infeksi adalah masuknya bibit penyakit kedalam tubuh. Salah satu gejalanya adalah keputihan. Infeksi yang sering terjadi pada organ kewanitaan yaitu Vaginitis, Candidiasis, Trichomoniasis (Kasdu, 2008).

c. Upaya yang Dilakukan Untuk Menghilangkan Keputihan

Partisipan yang mengalami keputihan bahwa ada beberapa upaya yang dilakukan partisipan untuk menanggulangi keputihan yang dideritanya yaitu menjaga alat kelamin tetap bersih dan kering, pengobatan medis dan pengobatan alternatif.

(40)

juga obat oral anti jamur yaitu ketocinazole dengan dosis 2x1 hari swlama 5 hari. Apabila ada keluhan gatal dapat dioleskan salep anti jamur (Jones, 2005).

Pengobatan Fluor albus yang disebabkan oleh Trichomoniasis mudah dan efektif yaitu setelah dilakukan pemeriksaan dapat diberikan tablet metronidazol (Flagy) atau tablet besar Tinidazol (fasigin) dengan dosis 3x1 hari selama 7-10 hari.

Pengobatan keputihan (Fluor albus) yang disebabkan oleh Vaginitis sama dengan pengobatan infeksi Trichomoniasis. yaitu dengan memberikan metronidazol atau Tinidazol dengan dosis 3x1 selama 7- 10 hari. Pengobatan kandidiasis vagina dapat

dilakukan secara topikal maupun sistemik. Obat anti jamur tersedia dalam berbagai bentuk yaitu : gel, krim, losion, tablet vagina, suppositoria dan tablet oral.

Semua partisipan mengatakan bahwa upaya yang dilakukan adalah dengan menjaga kebersihan alat kelamin dengan membasuh dengan air bersing dan mengeringkan dengan kain yang bersih. Hal ini berkaiatan dengan Memperhatikan Personal hygiene terutama pada bagian alat kelamin sangat membantu penyembuhan, dan menjaga tetap bersih dan kering, seperti penggunaan tisu basah atau produk panty liner harus betul-betul steril.

Tiga dari enam partisipan mengatakan bahwa mereka juga mencoba pengobatan tradisional, dengan dengan minum air rebusan daun “sarindan” yang telah dikeringkan. Kegunaannya selain mengobati keputihan, biasanya mencegah penyakit kanker. Empat partisipan mengunakan air rebusan daun sirih untuk membasuh alat kelamin.

d. Dampak yang Terjadi Akibat Keputihan.

(41)

33 tidak nyaman saat melakukan aktifitas sehari-hari serta istirahat pun terganggu karena jumlahnya banyak, perasaan basah seolah-olah datang bulan dan berbau tidak sedap. Selain itu rasa gatal dan perih sangat menggangggu.

Hal tersebut berkaitan dengan Keputihan (Fluor albus) yang psiologis tidak memberi dampak pada wanita. Keputihan yang memberi dampak pada ibu yaitu keputihan yang patologis. Dengan adanya keputihan ibu merasa tidak nyaman karena menunjukkan keluhan berbau busuk, gatal, vulva terasa seperti terbakar. Apabila keputihan tidak diobati maka infeksi dapat menjalar ke romgga rahim kemudian sampai ke indung telur dan akhirnya sampai kerongga panggul. Banyak ditemukan wanita yang menderita Fluor albus yang kronik menjadi mandul. (Jones, 2005).

e. Perasaan Ibu Ketika Mengalami Keputihan

(42)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil analisis data, penelitian ini menjelaskan bahwa variable ini ada lima kategori yaitu; karakteristik, faktor penyebab, upaya yang dilakukan untuk menanggulangi keputihan, dampak yang terjadi yang diakibatkan keputihan dan perasaan ibu ketika mengalami keputihan.

Keenam partisipan yang mengalami keputihan didapatkan pengalaman ibu yang mengami keputihan adalah sebagai berikut: karkteristik yang dialami partisipan hampir sama, mulai dari warna lender, rasa gatal, pedih dan berbau busuk.

Penyebab keputihan yang diperoleh dari hasil penelitian menurut partisipan bahwa bahwa penyebab keputihan adalah karena tidak menjaga personal hygiene, disebabkan oleh suatu penyakit alat reproduksi wanita dan yang disebabkan oleh karena infeksi.

Dari pernyataan yang diperoleh bahwa partisipan yang mengalami keputihan ada beberapa upaya yang dilakukan partisipan untuk menanggulangi keputihan yang dideritanya yaitu dengan menjaga kebersihan diri khususnya pada alat kelamin, pengobatan medis dan pengobatan alternatif.

(43)

35

B. Saran

Saran yang dikemukakan dari hasil penelitia ini adalah sebagai berikut:

1. Petugas Keshatan

Petugas kesehatan agar dapat memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat tentang keputihan pada wanita dan pencegahan serta penatalaksanaan keputihan.

2. Ibu

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Admin. (2006). Keputihan Banyak Dialami Wanita Indonesia. http/Muslimah. Web.id/keputihan jangan dianggap remeh. (diperoleh tanggal 16 September 2009).

Bunging. B. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Graha Grapindo Persada.

Endang, H. (2003) Kompikasi Keputihan pada wanita Indonesia.

Hidayat. A. A. (2007) Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta: Selemba Medika.

Jones, D, L (2005). Setiap Wanita, Delapratasa Publisin

Kasdu, D (2008). Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta: Puspa Swara, Anggoru IKAPI

Mansjoer, A., Triyanti, K.,Safitri, R., Wardhani, W., I., Setiwulon, W. (2001) Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Aeskulapius.

Moleong, lexy. (2005). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

(45)

37 Polit, D, F.,Beck, c, t., Hangler, B. P. (2001) Essential of Nursing Reseach: Methods,

Appraisal, and Utilization. Philadelpia New York: Lippicott.

Prawihardjo, Sarwono. (2008). Ilmu Kandungan. Jakarta : Bina Pustaka.

Rahma, (2006). Perilaku Swamedikasi Menggunakan Obat Anti Jamur Vaginal

(“Keputihan”) Oleh Wanita http://rev.rileks.com, (diperoleh tanggal 20

Nopember 2009)

Ramali.A, Pamoentjak. (1994). Kamus Kedokteran. Jakarta: Djambatan.

Siahaan, R. (2006). Cegah infeksi jamur pada organ Kewanitaan. http//lovemoan.id.com/front/index,9 diperoleh tanggal 29 September 2009).

Sugyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & B. Bandung: Alpabeta.

Tietjen. L, Bossemeyer. D, McIntosh. N. (2004). Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas Pdlayana Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta: YBPSP

(46)

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPANT PENELITIAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini, Nama : Dina Marlina Saragih

Nim : 095102068

Adalah mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU yang akan melaksanakan penelitian yang berjudul “ Pengalaman Ibu yang Menderita Keputihan “. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali pengalaman ibu yang menderita keputihan.

Ibu dapat berpartisipasi dalam penelitian ini dengan menjawab pertanyaan yang akan diberikan. Saya mengharapkan jawaban ibu Sesuai dengan pendapat ibu sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya akan menjaga kerahasiaan identitas ibu dengan tidak menuliskan nama dan alamat ibu pada penelitian ini dan menggantinya dengan menggunakan nomor partisipan.

Penelitian ini bersifat suka rela, ibu bebas menentukan untuk menjadi partisipan atau menolak tanpa sangsi apapun. Jika ibu bersedia menjadi partisipan, ibu dapat menandatangani surat persetujuan ini.

Atas perhatiannya dan kesediaan ibu, saya ucapkan terimakasih.

Partisipan Medan, Nopember 2009

Peneliti

(47)

39 Lampiran 3

KUISIONER DATA DEMOGRAFI

Pengkajian Data Demografi

Petnjuk Pengisian

- Semua pertanyaan harus dijawab

- Untuk nomor 1,2 dan 3 dijawab dengan mengisi pertanyaan yang dierikan

- Untuk pertanyaan selajutnya dijawab dengan memberikan tanda check list (√) pada tempat yang telah disediakan

- Setiap pertanyaan dijawab hanya dengan satu jawaban yabg sesuai menurut anda

(48)

Lampiran 4

PANDUAN WAWANCARA

1. Coba ibu ceritakan bagaimana pengalaman ibu selama mengalami keputihan! 2. Apa gejala yang ibu rasakan ketika ibu akan mengalami keputihan?

Gambar

Table 4.1. Data Demografi Partisipan

Referensi

Dokumen terkait

Pada skema kerangka konseptual dapat dilihat bahwa sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang mengalami keputihan di Pasar IX Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan dimana

Dalam penelitian ini, dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : Bagaimana pengaruh faktor-faktor karakteristik demografi ibu yang meliputi umur, tingkat

Upaya yang dilakukan partisipan untuk menghilangkan kanker payudara adalah melakukan pengobatan alternatif, mengkonsumsi obat tradisional seperti rebusan-rebusan benalu kopi, daun

Partisipan 7 Orang ibu yang memiliki anak dengan gaya hidup yang beresiko obesitas menceritakan bahwa meraka menganggap jika penampilan fisik anak yang gemuk

Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan berat bayi lahir rendah pada ibu hamil yang menderita preeklampsia dan tidak preeklampsia di RSUP

Studi survei karakteristik ibu hamil dengan kejadian anemia yang dilakukan oleh Yuniarti (2008) didapatkan bahwa ibu hamil yang menderita anemia lebih banyak

Studi survei karakteristik ibu hamil dengan kejadian anemia yang dilakukan oleh Yuniarti (2008) didapatkan bahwa ibu hamil yang menderita anemia lebih banyak

Peneliti melakukan analisis pada deskripsi pengalaman partisipan dari hasil wawancara dengan menggunakan metode Colaizzi. Tema-tema yang telah teridentifikasi dalam