• Tidak ada hasil yang ditemukan

Swamedikasi batuk-pilek pada ibu-ibu PKK di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman : kajian pengetahuan dan sikap - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Swamedikasi batuk-pilek pada ibu-ibu PKK di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman : kajian pengetahuan dan sikap - USD Repository"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

i

KABUPATEN SLEMAN (KAJIAN PENGETAHUAN DAN SIKAP)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh: Novisa NIM : 088114105

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vii PRAKATA

Puji dan syukur selalu penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, kasih, penyertaan dan perlindungan yang tak berkesudahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi berjudul “Swamedikasi Batuk-pilek pada Ibu-ibu PKK di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman (Kajian Pengetahuan dan Sikap)” dengan tepat pada waktunya.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) program studi Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Proses penyusunan skripsi ini tidaklah mudah, banyak dukungan dan bantuan yang penulis dapatkan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes. selaku dosen pembimbing utama skripsi ini atas segala bimbingan, arahan, saran, kesabaran dan dukungannya selama penelitian dan penyusunan skripsi.

2. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK. selaku dosen pembimbing pendamping yang telah memberikan arahan, bimbingan, saran, kesabaran dan dukungannya selama proses penelitian dan penyusunan skripsi.

3. Phebe Hendra, Ph.D., Apt. selaku Dosen Penguji Skripsi yang telah meluangkan waktu, memberi saran dan arahan.

(8)

viii

5. Dra. Th. B. Titien Siwi Hartayu M.Kes., Apt. yang telah banyak membantu dan memberi masukan dalam menyusun kuesioner sebagai instrumen dalam penelitian ini.

6. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

7. Ibu Camat, sekretaris PKK dan ibu-ibu PKK Kecamatan Mlati yang telah banyak membantu penulis dalam proses penelitian skripsi ini. 8. Papa yang selalu ada didalam hati penulis (Alm. Stevanus Aliansyah),

terima kasih atas semangat yang diajarkan kepada penulis sehingga penulis tidak mudah putus asa.

9. Mama (Stevani Mawarni), atas doa dan dukungannya.

10. Kakak-kakakku, atas doa, dorongan semangat dan dukungannya selama ini. Terutama untuk kakakku Catharina Indah, S.S. atas bantuannya dalam menulis intisari dalam bahasa inggris.

11. Teman seperjuangan dalam penelitian skripsi ini : Ermen, Ivon, Nitha, Lia dan Stefi.

12. Teman-teman FKK-B 2008, atas doa, semangat dan kebersamaannya selama ini.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu dan telah membantu dalam pembuatan skripsi ini dengan doa dan dukungannya penulis ucapkan terima kasih.

(9)

ix

skripsi ini menjadi lebih baik lagi. Semoga skripsi ini juga dapat memberikan menfaat dalam perkembangan ilmu kefarmasian dan bagi semua pembaca.

(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

INTISARI ... xvii

ABSTRACT ... xviii

BAB I. PENGANTAR A. Latar Belakang ... 1

1. Permasalahan ... 3

(11)

xi

3. Manfaat penelitian ... 5

B. Tujuan Penelitian ... 6

1. Tujuan umum ... 6

2. Tujuan khusus ... 6

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA A. Perilaku ... 7

1. Pengetahuan ... 10

2. Sikap ... 12

B. Swamedikasi ... 14

C. Batuk-pilek ... 15

1. Batuk ... 15

2. Pilek ... 17

3. Penatalaksanaan batuk-pilek ... 18

D. Kuesioner ... 21

E. Keterangan Empiris ... 24

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 25

B. Variabel dan Definisi Operasional ... 25

1. Variabel ... 25

2. Definisi operasional ... 25

(12)

xii

D. Tempat Penelitian ... 27

E. Populasi Penelitian ... 28

F. Instrumen Penelitian ... 28

G. Tata Cara Penelitian ... 29

1. Perijinan ... 29

2. Penelusuran data populasi ... 29

3. Pembuatan kuesioner ... 29

4. Pengambilan data ... 32

5. Pengolahan data ... 32

H. Analisis Data ... 33

I. Kelemahan Penelitian ... 35

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden ... 37

B. Swamedikasi Batuk-pilek pada Ibu-ibu PKK di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman (Kajian Pengetahuan) ... 41

1. Usia ... 43

2. Tingkat pendidikan ... 44

3. Status pekerjaan ... 44

4. Informasi mengenai batuk-pilek yang pernah diperoleh ... 45

C. Swamedikasi Batuk-pilek pada Ibu-ibu PKK di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman (Kajian Sikap) ... 46

1. Usia ... 47

(13)

xiii

3. Status pekerjaan ... 49

4. Informasi mengenai batuk-pilek yang pernah diperoleh ... 49

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 51

B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

LAMPIRAN ... 55

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel I. Golongan obat batuk ... 20 Tabel II. Golongan obat pilek ... 21 Tabel III. Kriteria dan nomor pernyataan dalam kuesioner terkait swamedikasi batuk-pilek pada ibu-ibu PKK di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman (kajian pengetahuan) ... 30 Tabel IV. Kriteria dan nomor pernyataan dalam kuesioner terkait swamedikasi batuk-pilek pada ibu-ibu PKK di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman (kajian pengetahuan) ... 30 Tabel V. Distribusi karakteristik ibu-ibu PKK di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman ... 38 Tabel VI. Distribusi sumber informasi swamedikasi batuk-pilek di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman ... 39 Tabel VII. Persentase ketepatan penggunaan obat batuk-pilek oleh ibu-ibu PKK di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman ... 40 Tabel VIII. Distribusi tingkat pengetahuan ibu-ibu PKK terkait swamedikasi batuk-pilek di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman... 41 Tabel IX. Distribusi rata-rata jawaban ibu-ibu PKK Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman terhadap kriteria pada bagian pengetahuan terkait swamedikasi batuk-pilek ... 42 Tabel X. Distribusi tingkat pengetahuan ibu-ibu PKK terkait swamedikasi

(15)

xv

Tabel XIII. Distribusi tingkat pengetahuan ibu-ibu PKK terkait swamedikasi batuk-pilek berdasarkan informasi yang pernah diperoleh di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman ... 45 Tabel XIV. Distribusi sikap ibu-ibu PKK terkait swamedikasi batuk-pilek di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman ... 46 Tabel XV. Persentase sikap ibu-ibu PKK Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman pada setia kriteria terkait swamedikasi batuk-pilek ... 47 Tabel XVI. Distribusi sikap ibu-ibu PKK terkait swamedikasi batuk-pilek berdasarkan usia di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman ... 48 Tabel XVII. Distribusi sikap ibu-ibu PKK terkait swamedikasi batuk-pilek berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman ... 48 Tabel XVIII. Distribusi sikap ibu-ibu PKK terkait swamedikasi batuk-pilek

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ... 56 Lampiran 2. Hasil uji validatas dan reliabilitas kuesioner ... 60 Lampiran 3. Data diri responden di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman ... 64 Lampiran 4. Data penggunaan obat batuk-pilek oleh responden di Kecamatan

Mlati Kabupaten Sleman ... 66 Lampiran 5. Daftar nilai variabel pengetahuan respoden di Kecamatan Mlati

Kabupaten Sleman ... 68 Lampiran 6. Daftar nilai variabel sikap respoden di Kecamatan Mlati Kabupaten

Sleman ... 70 Lampiran 7. Surat ijin penelitian dari Fakultas Farmasi Universitas Sanata

(17)

xvii INTISARI

Menurut Departemen Kesehatan RI, sebanyak 63% masyarakat akan memakai obat yang dijual bebas untuk mengatasi gejala penyakit ringan yang timbul. Dengan demikian, persentase masyarakat yang melakukan swamedikasi cukup besar. Swamedikasi adalah tindakan pemilihan dan penggunaan obat oleh masyarakat untuk mengatasi keluhan penyakit ringan secara aman dan rasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil pengetahuan dan sikap ibu-ibu PKK terkait swamedikasi batuk-pilek di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional deskriptif dengan rancangan penelitian cross-sectional. Pengukuran pengetahuan dan sikap responden dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Responden dalam penelitian ini digunakan sebanyak 46 ibu-ibu aktif PKK dan telah menikah di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dengan pengukuran pengetahuan (meliputi definisi swamedikasi, definisi batuk, jenis batuk, penyebab, faktor resiko, gejala, penatalaksanaan dan pencegahan) dan sikap (meliputi swamedikasi, penatalaksanaan, pencegahan dan kondisi yang mengharuskan pemeriksaan ke dokter).

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia diatas 30 tahun, lulus pendidikan lanjutan, tidak bekerja dan sebagian besar pernah mendapat informasi mengenai penyakit batuk-pilek. Ibu-ibu PKK di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman memiliki tingkat pengetahuan cukup (56,5%) serta sikap cukup (41,3%) terkait swamedikasi batuk-pilek.

(18)

xviii ABSTRACT

According to Department of Health RI, there are 63% of societies using freely sold medicine to overcome appearing ailment symptoms. Therefore, the percentage of society who does self medication is quite high. Self ,edication is the act of choosing ang using medicines to overcome ailment symptomps safely and rationally. This research aims at measuring the knowledge level and attitude of members in related to cough-cold self medication.

The used research type is descriptive observational research with cross-sectional research plan. The measurement of respondents’ knowledgeand attitude is done by using questionnaire. Respondents used in this research are 46 PKK members who are active and got married in Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman. The used instrument is the questionnaire with knowledge measurement (including self medication definition, cough definition, types of cough, etiology, risk factor, symptoms, implementation and prevention) and attitude (including self medication, implementation, prevention and condition that requires doctor’s examination).

The result of this research shows thatmost of respondents’ age isabove 30 years old, high school graduation, not jobless and most of them had got information about cough-cold disorder. PKK members in Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman have enough knowledge level (56,5%) and enough attitude (41,3%) in related to cough-cold self medication.

(19)

1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

Dewasa ini, kondisi perekonomian Indonesia yang pasang surut telah membawa dampak yang besar pada perubahan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi barang dan jasa. Dalam pemenuhan kebutuhan di bidang kesehatan, masyarakat mulai sadar untuk lebih mandiri untuk mengobati beberapa penyakit yang ringan. Mahalnya biaya dokter mengakibatkan masyarakat cenderung memilih pengobatan sendiri (swamedikasi) sebagai alternatif penanganan pertama ketika sakit (Kurniawati dan Atmoko, 2009).

(20)

Swamedikasi berarti mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obat-obatan sederhana yang dapat dibeli di apotik atau toko obat, dan merupakan inisiatif sendiri tanpa nasihat dokter (Tan dan Rahardja, 2010). Swamedikasi dilakukan terutama untuk mengobati beberapa penyakit ringan yang bisa diobati dengan jenis-jenis obat bebas, obat bebas terbatas dan obat wajib apotek (Kurniawati dan Atmoko, 2009). Salah satu penyakit ringan yang dapat diobati melalui swamedikasi adalah batuk-pilek.

Pemilihan topik batuk-pilek di dalam penelitian ini berdasarkan tingginya kasus batuk-pilek yang terjadi di Kabupaten Sleman. Berdasarkan data dari profil kesehatan Kabupaten Sleman tahun 2010 tentang pola penyakit yang sering terjadi di puskesmas untuk semua golongan umur, kasus penyakit yang paling tinggi adalah kasus common cold(pilek) yakni sebanyak 68.763 kasus sedangkan untuk batuk sebanyak 10.366 kasus. (Dinas Kesehatan DIY, 2010). Common cold atau pilek merupakan infeksi pada hidung yang biasa disebabkan oleh virus yang biasa disertai dengan batuk dan bersin (Bowman and Rand, 2010). Batuk-pilek apabila tidak segera diobati akan menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan, sehingga perlu dilakukan pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit batuk-pilek yang salah satunya dengan melakukan swamedikasi batuk pilek yang aman dan rasional.

(21)

responden berupa ibu-ibu PKK dikarenakan merupakan kumpulan dari ibu-ibu rumah tangga dan merupakan kader masyarakat. Seorang ibu dalam keluarga merupakan sosok yang dapat merawat anggota keluarga sedangkan kader memiliki peran aktif dalam kegiatan masyarakat sehingga secara tidak langsung ibu-ibu PKK adalah panutan dalam melakukan swamedikasi batuk-pilek yang aman dan rasional bagi keluarganya maupun masyarakat sekitar.

Penelitian ini merupakan penelitian payung yang dilakukan di tiga kecamatan Kabupaten Sleman yaitu Kecamatan Mlati, Ngaglik dan Pakem dengan kajian penyakit yang berbeda. Kabupaten Sleman terdiri dari 17 kecamatan yang kemudian diambil salah satu kecamatan secara acak. Kecamatan yang terpilih yaitu Kecamatan Mlati dijadikan sebagai model dalam penelitian ini untuk mengetahui profil pengetahuan dan sikap ibu-ibu PKK terkait swamedikasi batuk-pilek di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman, yang diharapkan dapat menjadi acuan dalam melakukan tindakan swamedikasi batuk-pilek dan memberikan informasi kesehatan yang sesuai terkait swamedikasi batuk-pilek pada ibu-ibu PKK sebagai upaya mewujudkan swamedikasi yang aman dan rasional.

1. Permasalahan

a. Seperti apakah karakteristik ibu-ibu PKK di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman?

b. Seberapa tinggi tingkat pengetahuan ibu-ibu PKK terkait swamedikasi batuk-pilek di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman?

(22)

2. Keaslian Penelitian

Sejauh penelusuran penulis, penelitian untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap ibu-ibu PKK mengenai swamedikasi batuk-pilek belum pernah dilakukan. Beberapa penelitian serupa yang pernah dilakukan adalah sebagai berikut ini.

a. Penelitian berjudul “Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Produktif di Kecamatan Berbah, Sleman, DIY Mengenai Kista Endometrium

pada Tahun 2011” yang dilakukan oleh Kristanti (2011). Penelitian ini mengukur tingkat pengetahuan dan sikap wanita usia produktif di Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman mengenai kista endrometrium. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan wanita usia produktif di Kecamatan Berbah yang digunakan sebagai responden mengenai kista endometrium yaitu sebanyak 70,68% mempunyai tingkat pengetahuan rendah dan 27,07% mempunyai tingkat pengetahuan sedang.

b. Penelitian berjudul “Perilaku Pengobatan Sendiri yang Rasional

pada Masyarakat Kecamatan Depok dan Cangkringan Kabupaten

(23)

c. Penelitian berjudul ”Hubungan antara Karakteristik Responden, Keadaan Wilayah dengan Pengetahuan, Sikap terhadap HIV/AIDS

pada Masyarakat Indonesia” yang dilakukan oleh Oktarina, Hanafi dan Budisuari (2009). Penelitian ini mengukur tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat Indonesia terhadap HIV/AIDS dan melihat hubungannya dengan karakteristik responden dan keadaan wilayah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan HIV/AIDS dipengaruhi oleh faktor keadaan wilayah, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan. Tingkat pengetahuan juga mempunyai hubungan penting dengan sikap dari responden.

Penelitian ini terfokus pada pengukuran pengetahuan dan sikap ibu-ibu PKK terkait swamedikasi batuk-pilek di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman. Perbedaan dengan penelitian sejenis terletak pada hal subyek penelitian, lokasi penelitian, waktu penelitian dan tujuan penelitian. Sepengetahuan peneliti, penelitian dengan judul “Swamedikasi Batuk-pilek pada Ibu-ibu PKK di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman (Kajian Pengetahuan dan Sikap)” belum pernah dilakukan.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan terkait swamedikasi batuk-pilek.

(24)

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengukur pengetahuan dan sikap ibu-ibu PKK terkait swamedikasi batuk-pilek di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman. 2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik responden di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman.

b. Mengukur pengetahuan ibu-ibu PKK terkait swamedikasi batuk-pilek di Kecamatan Mlati.

(25)

7 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A. Perilaku

Perilaku kesehatan merupakan segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, yang secara khusus mencakup pengetahuan dan sikap tentang kesehatan serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan. Pada dasarnya perilaku kesehatan merupakan suatu respon seseorang terhadap stimulus (rangsangan). Respon dapat berbentuk pasif yakni seperti persepsi, berpikir, sikap dan pengetahuan, serta berbentuk aktif yaitu berupa tindakan nyata. Sedangkan stimulus atau rangsangan dapat berupa sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan (Sarwono, 2007; Notoatmodjo, 2007a).

Perilaku seseorang atau individu dipengaruhi oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar. Menurut teori Lawrence Green, terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang, yakni sebagai berikut.

1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai dan tradisi.

2. Faktor pendukung (enabling factors) adalah faktor-faktor yang menjadi sarana dan prasarana ataupun fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, seperti lingkungan fisik, ketersediaan fasilitas atau sarana kesehatan.

(26)

petugas kesehatan sebagai kelompok referensi perilaku masyarakat (Notoatmodjo, 2007b).

Dari uraian dapat disimpulkan bahwa perilaku berawal dari adanya pengalaman-pengalaman seseorang serta didukung oleh faktor luar (lingkungan) baik fisik maupun non fisik, kemudian pengalaman dan lingkungan diketahui, dipersepsikan, diyakini, sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak yang pada akhirnya terjadilah perwujudan niat yang berupa melakukan perilaku.

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut ini.

1. Perilaku tertutup, yaitu respon seseorang terhadap stimulus yang masih belum dapat diamati oleh orang lain secara jelas. Respon terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan dan sikap yang terjadi yang belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka, yaitu respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka yang dapat diamati oleh orang lain (Notoatmodjo, 2010b).

Dalam penelitian Rogers (1974), mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut akan terjadi peristiwa yang berurutan, yakni sebagai berikut ini.

1. Awareness (kesadaran), seseorang akan menyadari arti mengetahui terlebih dahulu terhadap suatu objek (stimulus).

(27)

3. Evaluation(menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya objek (stimulus) tersebut bagi dirinya, sehingga sikap seseorang sudah lebih baik lagi.

4. Trial, seseorang akan mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki stimulus.

5. Adoption, seseorang telah berperilaku baru sesuai pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru melalui proses tersebut, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bertahan lama (Notoatmodjo, 2007a).

Perilaku memiliki tiga domain yang berbeda, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Ranah kognitif adalah representasi dari apa yang dipercayai individu pemilik sikap. Komponen ini berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku bagi objek sikap. Untuk ranah afektif sendiri menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap (Azwar, 2005).

(28)

Dalam perkembangannya, perilaku kesehatan seseorang dapat diukur melalui pengetahuan, sikap dan tindakan.

1. Pengetahuan

Menurut Kamus Besar Indonesia, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui. Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh dari mata dan telinga (Alwi, 2003; Notoatmodjo, 2007a).

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, seperti dibawah ini.

a. Tahu (know) merupakan kemampuan seseorang dalam mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Seseorang dikatakan tahu apabila dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan lain sebagainya tentang apa yang telah ia pelajari.

b. Memahami (comprehension) diartikan suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Seseorang yang telah paham harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan lain sebagainya. c. Aplikasi (application) merupakan kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. d. Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

(29)

e. Sintesis (synthesis) menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadapa suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2007a).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan seperangkat alat tes kuesioner tentang objek pengetahuan yang ingin diukur. Selanjutnya dilakukan penilaian dimana setiap jawaban benar dari masing-masing pertanyaan diberi nilai 1 dan jika salah diberi nilai 0 (Notoatmodjo, 2003).

Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban dengan skor tertinggi yang kemudian dikalikan 100% dan hasilnya berupa persentase dengan rumus yang digunakan sebagai berikut:

= × 100%

Keterangan:

P= persentase

f = frekuensi dari seluruh alternatif jawaban yang menjadi pilihan yang telah dipilih responden atas pertanyaan yang diajukan

n = jumlah frekuensi seluruh alternatif jawaban yang menjadi pilihan responden selaku peneliti (Sabarguna, 2008).

Menurut Nursalam (2003), persentase jawaban kemudian diinterpretasikan dalam kalimat kualitatif dengan acuan sebagai berikut ini.

(30)

2. Sikap

Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk berespon (secara positif atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, akan tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak (Notoatmodjo, 2007a; Sarwono, 2007).

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu menerima (receiving) yaitu kemauan untuk memperhatikan stimulus yang diberikan, kemudian menghargai (valuing) seperti memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan serta yang terakhir adalah bertanggung jawab (responsible) atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko (Notoatmodjo, 2007a).

Pembentukan sikap pada seseorang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni sebagai berikut ini.

a. Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi menjadi dasar dari pembentukan sikap seseorang. Sikap juga mudah terbentuk jika melibatkan faktor emosional.

b. Kebudayaan

Pembentukan sikap tergantung pada kebudayaan tempat seseorang tersebut dibesarkan. Misalnya, sikap orang kota dan desa akan berbeda terhadap kebebasan dalam pergaulan.

(31)

Umumnya seseorang akan memiliki sikap yang searah dengan orang yang ia anggap penting, karena tidak ingin memiliki konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

d. Media massa

Penyampaian pesan melalui media massa adalah bersifat sugestif sehingga akan dapat mempengaruhi opini seseorang yang nantinya dapat terbentuk sikap tertentu.

e. Lembaga pendidikan dan agama

Lembaga pendidikan dan agama berfungsi meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri seseorang. Pemahaman baik dan buruk, salah atau benar, yang menentukan sistem kepercayaan seseorang sehingga ikut berperan dalam menentukan sikap seseorang.

f. Faktor emosional

Suatu sikap yang dilandasi oleh emosi dapat bersifat sementara ataupun menetap. Sikap seperti ini sebagai penyalur rasa frustasi atau bentuk mekanisme pertahanan ego (Azwar, 2005).

(32)

negatif dan positif yang seimbang. Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak memihak atau tidak medukung sama sekali objek sikap (Azwar, 2005).

Pengukuran sikap dapat dilakukan berdasarkan sistem skoring seperti halnya pada pengukuran tingkat pengetahuan. Menurut Nursalam (2003), persentase jawaban pernyataan sikap diinterpretasikan dalam kalimat kualitatif dengan acuan sebagai berikut ini.

a. Sikap baik apabila jawaban responden benar 76-100% b. Sikap cukup apabila jawaban responden benar 56-75% c. Sikap kurang apabila jawaban responden benar < 56%

B. Swamedikasi

Swamedikasi berarti mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obat-obatan sederhana yang dapat dibeli di apotik atau toko obat, dan merupakan inisiatif sendiri tanpa nasihat dokter. Swamedikasi atau pengobatan mandiri adalah kegiatan atau tindakan mengobati diri sendiri dengan obat tanpa resep secara tepat dan bertanggung jawab. Makna swamedikasi adalah bahwa penderita sendiri yang memilih obat tanpa resep untuk mengatasi penyakit yang dideritanya (Tan dan Rahardja, 2010; Djunarko dan Hendrawati, 2011).

(33)

bila tidak digunakan sesuai dengan aturan pakai, kemungkinan dapat timbul reaksi obat yang tidak diinginkan, kesalahan penggunaan obat karena informasi yang kurang lengkap dari iklan obat, tidak efektif akibat salah diagnosis dan pemilihan obat, sulit bertindak objektif karena pemilihan obat dipengaruhi oleh pengalaman menggunakan obat di masa lalu dan lingkungan sosialnya, kurangnya nasihat dari profesional kesehatan dan pengawasan penyakit kroni, serta tidak adanya catatan mengenai riwayat penggunaan obat (Davidson, 2008; Holt and Hall, 1990).

Obat yang digunakan dalam swamedikasi adalah obat tanpa resep (OTR), yang meliputi obat wajib apotek (OWA) atau obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter, obat bebas terbatas (obat yang aman dan manjur apabila digunakan sesuai petunjuk penggunaan dan peringatan yang ada pada label), dan obat bebas (obat yang relatif aman digunakan tanpa pengawasan) (Djunarko dan Hendrawati, 2011).

C. Batuk-Pilek 1. Batuk

(34)

Batuk dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu batuk kering (batuk nonproduktif) dan batuk berdahak (batuk produktif), batuk produktif mengeluarkan sekresi dari saluran napas bawah. Batuk produktif dapat menjadi efektif (sekresi mudah dikeluarkan) atau tidak efektif (ada sekresi tapi sulit untuk dikeluarkan). Sekresi bisa saja jelas (contohnya bronkitis), bernanah (contohnya infeksi bakteri), berubah warna (contohnya kekuningan dengan peradangan), atau berbau tak sedap (contohnya infeksi bakteri anaerob). Batuk nonproduktif disebabkan infeksi saluran pernapasan oleh virus, penyakit jantung, alergi terhadap benda-benda tertentu, makanan, udara, dan obat-obatan (Tietze, 2006; Djunarko dan Hendrawati, 2011).

Batuk dapat dikelompokan sebagai akut (kurang dari 3 minggu), subakut (3 sampai 8 minggu), atau kronis (lebih dari 8 minggu. Batuk akut biasa disebabkan oleh infeksi virus pada saluran napas atas. Batuk subakut umumnya disebabkan oleh infeksi, sinusitis yang disebabkan bakteri, dan asma. Penyebab paling umum batuk kronis pada orang dewasa bukan perokok adalah sindrom

postnasal drip, asma, dan penyakitgastroesophageal reflux(Tietze, 2006).

Menurut Djunarko dan Hendrawati (2011) batuk dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut ini.

a. Iritan yang terhirup (asap atau debu)

b. Semua gangguan yang menyebabkan radang, penyempitan dan penekanan saluran pernapasan

(35)

d. Penyakit-penyakit seperti asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), TBC, Kanker paru dan gagal jantung

e. Penggunaan obat-obat tertentu seperti obat tekanan darah tinggi golongan penghambatangiotensin converting enzym(captopril dan enalapril) Gejala-gejala batuk yang dapat diamati adalah tenggorokan sakit dan gatal, pengeluaran udara secara kuat dari saluran pernapasan (yang mungkin disertai pengeluaran dahak), sakit otot perut bila batuk terus-menerus (Sutanto, 2011).

2. Pilek

Pilek atau common cold merupakan infeksi rongga hidung dan saluran pernapasan atas oleh virus. Pilek merupakan suatu gejala berupa gangguan pernapasan karena terjadi sumbatan pada hidung dan terdapat sekresi lendir yang meningkat dimana bertindak sebagai stimulus mekanis dan merangsang batuk dan bersin. Pilek juga merupakan pertanda bahwa ada benda asing masuk ke saluran pernapasan sehingga tubuh berusaha mengeluarkannya dengan bersin dan menghasilkan banyak lendir atau ingus. Selain itu, jika pilek disebabkan oleh alergi terhadap sesuatu atau karena radang akan terjadi pelebaran pembuluh darah di sekitar hidung yang biasa disebut sebagai hidung tersumbat (Tietze, 2004; Bowman and Rand, 2010; Djunarko dan Hendrawati, 2011).

Beberapa hal berikut yang mungkin menyebabkan pilek: a. virus, yang sebagian besar adalah rhinovirus

(36)

c. menghirup benda asing atau sifatnya iritan, seperti asap dan debu (Tietze, 2004; Djunarko dan Hendrawati, 2011).

Rangkaian gejala pilek diprediksi muncul antara 1 sampai 3 hari setelah infeksi. Radang tenggorokan adalah gejala awal yang diikuti dengan tersumbatnya hidung, rhinorrhea, bersin, dan batuk. Pasien mungkin menggigil, sakit kepala, tidak enak badan, mialgia, atau deman ringan. Gejala pilek rhinovirus

berlangsung selama 7 hari. Tanda-tanda dan gejala-gejala common cold dapat tercampur dengan influenza dan penyakit pernapasan lainnya (Tietze, 2004). 3. Penatalaksanaan batuk-pilek

a. Penatalaksanaan non-farmakologis

1) Minum banyak cairan (air putih atau sari buah), jangan minum soda atau kopi

2) Berhenti merokok atau hindari asap rokok

3) Menghirup uap air panas untuk melegakan jalan napas

4) Hindari makanan yang merangsang batuk (berminyak atau dingin) 5) Hindari penyebab-penyebab alergi (udara dingin, minuman dingin dan

debu)

6) Tutup dengan tisu atau sapu tangan apabila batuk atau bersin

(37)

b. Penatalaksanaan farmakologis 1) Batuk

Pemilihan obat batuk didasarkan pada jenis batuk yang dialami, apakah berdahak atau tidak berdahak (kering). Berikut adalah obat-obat yang dapat digunakan untuk pengobat-obatan batuk.

a) Bromhexin

Bromhexin termasuk golongan mukolitik yang bekerja mengencerkan dahak sehingga dahak mudah dikeluarkan.

b) Gliseril Guaiakolat

Gliseril guaiakolat atau guaifenesin termasuk golongan ekspektoran yang bekerja dengan merangsang batuk sehingga dahak dapat dikeluarkan dari saluran pernapasan. Sering kali obat ini dikombinasikan dengan obat-obat pengencer dahak sehingga lebih membantu mengeluarkan dahak.

c) Dekstrometorphan HBr

(38)

Tabel I. Golongan obat batuk

No Golongan Zat aktif Contoh

1. Mukolitik Bromhexin Dexitab®, Dextromeorphane®, Dextronova®, Dextrop®, Dextropin®,

Obat yang dapat digunakan dalam swamedikasi pilek adalah sebagai berikut ini.

a) Antihistamin

(39)

b) Dekongestan

Golongan obat yang termasuk dalam dekongestan bekerja dengan mengecilkan pembuluh darah di sekitar hidung sehingga dapat melegakan hidung yang tersumbat. Obat-obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain adalah pseudoefedrin, fenilpropanolamin, fenilefrin dan oksimetazolin (Djunarko dan Hendrawati, 2011).

Tabel II. Golongan obat pilek

No Golongan Zat aktif Contoh

1. Antihitamin

Trifed®, Trifedrin®dan Zentra®

2. Dekongestan

Pseudoefedrin

Nasamex®, Trifedrin®, Valved®, Actifed®sirop, Alco®, Alfered® sirop, Disudrin®, Lapifed®sirop, Nafarin®, Protifed®,

Quantidex®, Rhinos Neo®, Tremenza®sirop dan Zentra® sirop

Fenilpropanolamin Decotan®dan Nalgestan® Fenilefrin Coricidin®dan Nipe® Oksimetazolin Afrin®dan Iliadin®

(Djunarko dan Hendrawati, 2011)

D. Kuesioner

(40)

sikap. Urutan pertanyaan dalam kuesioner dapat dimulai dengan pertanyaan demografi yang meliputi umur, status pernikahan, pendidikan, perkerjaan dan lain sebagainya (Notoatmodjo, 2010a; Siregar, 2010).

Pernyataan-pernyataan yang dalam kuesioner merupakan tipe pilihan. Tujuan dari penggunaan kuesioner tipe pilihan adalah untuk memudahkan responden dalam memberikan jawaban dan dapat lebih cepat dalam menjawab (Hadi, 2004).

Terdapat bermacam-macam skala pengukuran kuesioner yang diantaranya adalah skala Guttman dan skala Likert. Skala Guttman adalah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat tegas, konsisten dan alternatif jawaban hanya terdiri dari dua pilihan, seperti benar dan salah. Penilaian untuk jawaban responden dengan nilai tertinggi adalah 1 dan nilai terendah adalah 0 (Siregar, 2010).

(41)

Kuesioner dibuat dengan bahasa Indonesia yang baik, benar dan sederhana agar mudah dipahami oleh responden. Menghindari pemilihan kata-kata yang bermakna ganda dengan tujuan menghindari kesalahan penafsiran oleh responden yang dapat mempengaruhi hasil penelitian (Siregar, 2010).

Kuesioner yang dibuat tidak dapat langsung digunakan untuk pengumpulan data responden, perlu adanya uji validitas dan uji reliabilitas. Responden yang digunakan untuk uji coba sebaiknya memiliki ciri-ciri yang sama dengan responden dari tempat dimana penelitian akan dilaksanakan. Untuk memperoleh distribusi hasil pengukuran yang mendekati normal, maka sebaiknya jumlah responden untuk uji coba paling sedikit 30 orang (Notoatmodjo, 2010a; Sugiyono, 2010).

Pengujian tehadap kuesioner sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian adalah sebagai berikut.

1. Uji validitas

(42)

menggunakan analisis statistik Pearson product moment dengan tingkat kepercayaan 95% (Riwidikdo, 2009; Siregar, 2010; Sugiyono, 2010). 2. Uji reliabilitas

Reliabilitas adalah kestabilan dari alat ukur yang digunakan sehingga apabila dipakai pada tempat dan waktu yang berbeda, alat ukur tersebut dapat menghasilkan hasil yang sama (Riwidikdo, 2010).

Uji reliabilitas dilakukan pada seluruh pernyataan dalam kusioner yang meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan. Menurut Djemari (cit.,

Riwidikdo, 2010), kuesioner dikatakan reliabel jika memiliki nilai alpha minimal 0,75 yang diukur menggunakan modelAlpha Cronbach.

E. Keterangan Empiris

(43)

25 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional deskriptif dengan rancangan penelitian cross-sectional. Observasional deskriptif adalah jenis penelitian yang digunakan untuk menggambarkan atau memotret masalah kesehatan salah satunya yaitu tentang swamedikasi batuk-pilek dalam suatu komunitas tertentu misalnya ibu-ibu PKK. Rancangan cross-sectional adalah salah satu bentuk studi obeservasional (non eksperimental) yang mencakup semua jenis penelitian yang pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali dan pada satu saat (Notoatmodjo, 2010; Satroasmoro-Ismael, 2010).

B. Variabel dan Defenisi Operasional 1. Variabel penelitian

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ibu-ibu aktif PKK di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan dan sikap ibu-ibu PKK terkait swamedikasi batuk-pilek di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman

2. Definisi operasional

(44)

b. Sikap adalah kesiapan atau kesediaan bertindak responden untuk melakukan pencegahan dan tindakan swamedikasi batuk-pilek secara aman dan rasional serta kesediaan responden untuk melakukan pemeriksaan ke dokter pada kondisi tertentu yang diukur melalui kuesioner.

c. Swamedikasi adalah tindakan pemilihan dan penggunaan obat yang dapat dibeli secara bebas di apotek atau toko obat untuk mengatasi batuk-pilek oleh responden di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman. d. Ibu-ibu aktif PKK adalah ibu-ibu rumah tangga dan kader kesehatan yang aktif dalam mengikuti kegiatan PKK tingkat kecamatan. Dikatakan aktif apabila ibu-ibu rumah tangga dan kader kesehatan hadir pertemuan PKK terhitung dari bulan April 2011 sampai April 2012.

e. Karakteristik demografi adalah karakteristik yang diamati berdasarkan usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, sumber informasi yang diperoleh terkait swamedikasi batuk-pilek dan penggunaan obat batuk-pilek yang sudah tepat atau belum.

f. Usia dibagi menjadi 2 kelompok yaitu dibawah 30 tahun dan diatas 30 tahun.

(45)

h. Tingkatan pendidikan adalah tingkat pendidikan terakhir yang diikuti oleh ibu-ibu PKK kecamatan, yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok dasar dan kelompok lanjutan. Kelompok dasar meliputi SD dan SMP sederajat, sedangkan kelompok lanjutan meliputi SMA atau Perguruan tinggi sederajat.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian pada penelitian ini yaitu ibu-ibu PKK di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu aktif PKK dan telah menikah di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman yang mengisi dan mengembalikan kuesioner. Setelah diperoleh responden yang memenuhi kriteria inklusi kemudian dilihat karakteristik responden berdasarkan usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan dan sumber informasi yang pernah diperoleh responden sebelum penelitian. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang tidak bisa membaca dan menulis, responden yang tidak lengkap mengisi kuesioner dan responden yang tidak mengisi kuesioner sendiri. Dalam penelitian ini responden yang digunakan sebanyak 46 orang.

D. Tempat Penelitian

(46)

E. Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini yaitu ibu-ibu PKK di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman yang berjumlah 50 orang. Dalam penelitian ini responden yang digunakan 46 orang yang memenuhi kriteria inklusi.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari tiga bagian yaitu seperti dibawah ini.

1. Karakteristik demografi yang terdiri dari usia, status, pendidikan, pekerjaan, penggunaan obat responden dan skala tingkat pengenalan. Selain itu, di akhir pertanyaan karakteristik demografi dilengkapi dengan tanda tangan dari responden.

2. Bagian pengetahuan yang pernyataannya merupakan tipe closed ended

dengan skala pengukuranGuttman. Pilihan jawaban pada skala ini terdiri dari 2 pilihan, untuk angka tertinggi diberi skor (1) dan angka terendah diberi skor (0).

3. Bagian sikap yang pernyataannya merupakan tipe closed ended dengan skala pengukuran Likert. Skala Likert memiliki dua tipe pernyataan yaitu

(47)

G. Tata Cara Penelitian 1. Perijinan

Perijinan dimulai meminta surat ijin penelitian dari Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang nantinya diserahkan kepada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) dan ke kantor kecamatan yang nantinya dijadikan sebagai tempat penelitian.

2. Penelusuran data populasi

Penelusuran data populasi di kecamatan dilakukan untuk mengetahui jumlah ibu-ibu PKK yang aktif di kecamatan.

3. Pembuatan kuesioner

Penyusunan dan pembuatan kuesioner. Kuesioner dalam penelitian ini disusun sebagai alat ukur yang dapat digunakan untuk memperoleh informasi data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Kuesioner yang digunakan terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama mengenai karakteristik responden yang meliputi: nama, usia, alamat, status pernikahan, pendidikan terakhir, pekerjaan, informasi mengenai batuk-pilek yang pernah di dapat sebelumnya atau tidak dan obat yang biasa digunakan ketika mengalami batuk-pilek.

(48)

Tabel III. Kriteria dan nomor pernyataan dalam kuesioner terkait swamedikasi batuk-pilek pada ibu-ibu PKK di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman (kajian

pengetahuan) Bagian pengetahuan

Kriteria Nomor pernyataan

Definisi swamedikasi 1 dan 2

Definisi batuk 3 dan 4

Jenis batuk 5

Penyebab 6, 7, 8, 9 dan 14

Faktor resiko 10

Gejala 11, 12 dan 13

Penatalaksanaan 15

Pencegahan 16

Pernyataan benar terdapat pada nomor pernyataan 2, 3, 5, 7, 10, 12, 13, 14, 15, dan 16. Pernyataan salah terdapat pada nomor pernyataan 1, 4, 6, 8, 9 dan 11. Bagian ketiga dalam kuesioner merupakan bagian sikap yang terdiri dari tipe

favorable dan unfavorable. Kriteria dan nomor pernyataan dalam kuesioner bagian sikap ditunjukkan pada tabel IV berikut ini.

Tabel IV. Kriteria dan nomor pernyataan dalam kuesioner terkait swamedikasi batuk-pilek pada ibu-ibu PKK di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman (kajian

sikap)

(49)

Pengujian terhadap kuesioner. 1) Uji validitas

Uji validitas terhadap kuesioner dalam penelitian ini berdasarkan uji validitas konstruk yang menggunakan judgement experts. Setelah dilakukan pengujian konstruk dari ahli dilanjutkan dengan uji pemahaman bahasa pada 32 orang. Selanjutnya dilakukan analisis pernyataan dengan menghitung korelasi antara skor butir instrumen dengan skor total dengan bantuan komputer. Parameter dari hasil uji ini dikatakan valid apabila besarnya r hitung pada tiap nomor pernyataan pernyataan > 0,349 (Sugiyono, 2010; Riwidikdo, 2010).

Uji pemahaman bahasa dilakukan di Kecamatan Depok dengan menyebarkan kuesioner pada orang di luar responden yang digunakan dalam penelitian ini. Diperoleh hasil dari 28 pernyataan pengetahuan dan 28 pernyataan sikap masing-masing hanya 16 pernyataan yang valid.

2) Uji reliabilitas

Uji reliabilitas terhadap kuesioner dilakukan menggunakan analisis statistik dengan komputer. Kuesioner dikatakan reliabel jika memiliki nilai α ≥0,75 yang diukur

menggunakan model Alpha Cronbach (Riwidikdo, 2010).

(50)

diperoleh nilai koefisienAlpha Cronbachyaitu sebesar 0,764 untuk variabel pengetahuan dan 0, 763 untuk variabel sikap. Hal ini menunjukkan bahwa alat ukur yang digunakan telah reliable atau dalam arti dapat dipercaya, memiliki konsistensi dan layak digunakan dalam penelitian.

4. Pengambilan data

Pengambilan data dilakukan pada pertemuan rutin ibu-ibu PKK di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman pada bulan Mei 2012.

5. Pengolahan data

Manajemen data terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut ini.

a. Editing. Pada tahap ini, dilakukan pemeriksaan terhadap berbagai hal meliputi kelengkapan jawaban kuesioner hasil penelitian, penyeleksian kuesioner yang memenuhi kriteria inklusi sampel, serta melihat apakah ada responden yang harus dieksklusi. Tahapeditingini dilakukan sesaat setelah semua kuesioner terkumpul di lokasi penelitian.

Berdasarkan hasil editing, kuesioner yang telah diterima sebanyak 46 kuesioner tidak terdapat kuesioner atau responden yang dieksklusi karena semua kuesioner telah terisi lengkap dan kriteria sampel telah sesuai dengan kriteria inklusi penelitian.

b. Processing. Pada tahap ini dilakukan dengan mengkategorikan

(51)

c. Cleaning. Tahap cleaning dilakukan dengan memeriksa kembali kebenaran data yang sudah dimasukkan ke program komputer serta memastikan kelengkapan seluruh komponen yang dibutuhkan untuk keperluan analisis data. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan taraf kepercayaan 95%.

H. Analisis Data

Gambaran karakteristik responden dalam penelitian ini diketahui dengan mempersentasekan karakteristik tiap responden berdasarkan usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, informasi yang pernah diperoleh mengenai batuk-pilek dan obat yang digunakan ketika mengalami batuk-batuk-pilek. Persentase per karakteristik responden diperoleh dengan rumus:

persentase per karakteristik responden = jumlah responden per karakteristik

total responden × 100 %

Analisis tingkat pengetahuan dan sikap dapat diketahui dengan menghitung persentase nilai jawaban responden dengan menggunakan rumus:

= × 100%

Keterangan:

P= persentase

f = frekuensi dari seluruh alternatif jawaban yang menjadi pilihan yang telah dipilih responden atas pertanyaan yang diajukan

n = jumlah frekuensi seluruh alternatif jawaban yang menjadi pilihan responden selaku peneliti (Sabarguna, 2008).

(52)

pernyataan) maka dapat dikatakan bahwa responden memiliki pengetahuan yang cukup. Apabila persentase jawaban responden diperoleh < 56 % (1-8 pernyataan) maka dapat dikatakan bahwa responden memiliki pengetahuan yang kurang.

Sikap responden diketahui dengan menghitung skor akhir responden, apabila persentase jawaban responden diperoleh antara 76-100 % (skor akhir responden 49-64) maka dapat dikatakan bahwa responden memiliki sikap yang baik. Apabila persentase jawaban responden diperoleh antara 56-75 % (skor akhir responden 36-48) maka dapat dikatakan bahwa responden memiliki sikap yang cukup. Apabila persentase jawaban responden diperoleh < 56 % (skor akhir responden 16-35) maka dapat dikatakan bahwa responden memiliki sikap yang kurang.

Nilai dan persentase per kriteria responden terhadap kriteria dalam kuesioner bagian pengetahuan dengan rumus:

Nilai per kriteria = total jawaban responden per kriteria jumlah pernyataan per kriteria

Persentase per kriteria = Nilai per kriteria

total responden × 100 %

Nilai dan persentase per kriteria responden terhadap kriteria dalam kuesioner bagian sikap diketahui dengan rumus:

A = B C

Keterangan:

A = rata-rata responden yang memiliki sikap positif/negatif per kriteria B = jumlah responden yang memiliki sikap positif/negatif per kriteria C = jumlah pernyataan per kriteria

Persentase per kriteria = rata − rata responden yang memiliki sikap positif/negatif per kriteria

(53)

I. Kelemahan Penelitian Kelemahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. kuesioner yang digunakan dalam penelitian kurang dapat menggali secara detail pengetahuan dan sikap responden karena tidak semua kriteria terkait swamedikasi batuk-pilek tercantum dalam kuesioner.

2. skala tingkat pengenalan dalam kuesioner tidak dapat secara rinci mengukur ketepatan penggunaan obat batuk-pilek oleh responden.

(54)

36 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil pengetahuan dan sikap ibu-ibu PKK terkait swamedikasi batuk-pilek di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman. Profil pengetahuan dan sikap responden terkait swamedikasi batuk-pilek dapat diketahui dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Kuesioner yang digunakan terdiri dari tiga bagian yaitu karakteristik responden, bagian pengetahuan dan sikap. Karakteristik responden terdiri dari nama, usia, alamat, status pernikahan, pendidikan terakhir, pekerjaan, informasi mengenai batuk-pilek yang pernah di dapat sebelumnya atau tidak dan obat yang digunakan ketika mengalami batuk-pilek.

Bagian kedua dalam kuesioner adalah pernyataan bagian pengetahuan yang disusun berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya yaitu meliputi definisi swamedikasi, definisi batuk-pilek, jenis batuk, penyebab, faktor resiko, gejala, patofisiologi, penatalaksanaan dan pencegahan sebanyak 30 pernyataan. Sedangkan bagian ketiga dalam kuesioner adalah pernyataan bagian sikap yang disusun berdasarkan kriteria yang ditentukan yaitu meliputi swamedikasi, penatalaksanaan, pencegahan dan kondisi yang mengharuskan pemeriksaan ke dokter sebanyak 30 pernyataan.

(55)

tepat oleh ahli sehingga tidak dapat digunakan dan jumlah pernyataan berkurang menjadi 28 pernyataan.

Uji pemahaman bahasa dilakukan pada 32 orang diluar responden yang digunakan dalam penelitian ini yang berlokasi di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman. Hasil uji pemahaman bahasa diperoleh 16 pernyataan yang valid dari 28 pernyataan yang diberikan. Dari 16 pernyataan yang valid terdapat satu kriteria yang tidak valid yaitu patofisiologi batuk-pilek. Selain itu, kuesioner yang telah divalidasi belum dapat sepenuhnya mengukur sikap terutama dalam hal pemilihan dan penggunaan obat batuk-pilek oleh responden, karena pernyataan sikap dalam kuesioner sebagian besar berisi tentangself-care. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan kuesioner pada penelitian selanjutnya.

A. Karakteristik Responden

(56)

Tabel V. Distribusi karakteristik ibu-ibu PKK di Kecamatan Mlati Informasi mengenai batuk-pilek yang diperoleh

Pernah

Pada penelitian ini, usia responden dibagi menjadi dua kelompok yaitu usia dibawah sama dengan 30 tahun dan usia diatas 30 tahun. Pembagian kelompok usia ini berdasarkan pada pernyataan Kristina, Prabandari dan Sudjaswadi (2008), yang menyatakan bahwa kelompok usia dibawah sama dengan 30 tahun secara fisiologis masih sehat sehingga kemungkinan menggunakan obat-obatan masih sedikit dan peluang terjadinya permasalahan dalam pengobatan juga kecil. Sebaliknya, kelompok usia diatas 30 tahun mulai merasakan kesehatan yang tidak optimal atau mulai mengalami tanda-tanda penyakit degenaratif. Hal ini menyebabkan meningkatnya penggunaan obat dan peluang untuk terjadinya permasalahan dalam pengobatan juga semakin besar, sehingga dapat menyebabkan ketidakrasionalan penggunaan obat.

(57)

Budisuari (2009), yang menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin tinggi pula pengetahuannya sehingga akan lebih berhati-hati dalam memilih obat yang akan digunakan.

Status pekerjaan responden dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok yakni bekerja dan tidak bekerja. Hal ini berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 pasal 1 ayat 3 yang menyatakan bahwa pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Dengan demikian, ibu rumah tangga dikategorikan dalam kelompok yang tidak bekerja.

Informasi mengenai batuk-pilek yang pernah diperoleh reponden dibagi menjadi dua kelompok yaitu pernah dan tidak pernah. Pada penelitian ini respoden sebagian besar pernah mendapatkan informasi mengenai swamedikasi batuk-pilek. Sumber informasi yang diperoleh responden ditunjukkan pada tabel VI.

Tabel VI. Distribusi sumber informasi swamedikasi batuk-pilek di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman

Sumber informasi Jumlah responden Persentase (%) Instansi kesehatan

(58)

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini juga mengukur skala tingkat pengenalan yaitu terkait ketepatan penggunaan obat batuk-pilek. Ketepatan penggunaan obat dinilai berdasarkan obat yang biasa diminum oleh responden ketika mengalami batuk kering, batuk berdahak, pilek dan batuk-pilek. Kemudian nama obat yang digunakan responden dicocokan kembali dengan nama obat yang tercantum pada pustaka yaitu MIMS Indonesia tahun 2009, apakah obat yang digunakan sudah tepat atau belum.

Peneliti kesulitan dalam mengkategorikan ketepatan penggunaan obat pilek dikarenakan kuesioner yang digunakan tidak dapat secara rinci mengukur penyebab dari pilek yang dialami oleh responden. Sehingga ketepatan penggunaan obat pilek hanya dilihat dari kandungan obat yang digunakan, apabila obat yang digunakan mengandung obat golongan antihistamin maupun dekongestan maka dikatakan penggunaan obat pilek oleh responden sudah tepat.

Persentase ketepatan penggunaan obat batuk-pilek oleh responden dapat dilihat pada tabel VII berikut ini.

Tabel VII. Persentase ketepatan penggunaan obat batuk-pilek oleh ibu-ibu PKK di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman

Penggunaan Obat (%)

Tepat Tidak tepat Tidak tahu obat yang digunakan

Batuk kering 23,9 76,1 0

Batuk berdahak 67,4 30,4 2,2

Pilek 8,7 89,1 2,2

Batuk-pilek 32,6 58,7 8,7

(59)

76,1% responden tidak tepat dalam menggunakan obat untuk mengatasi batuk kering yang dialami, seperti menggunakan obat batuk berdahak atau menggunakan kombinasi obat batuk-pilek untuk mengobati batuk kering. Kemudian sebanyak 89,1% responden tidak tepat dalam menggunakan obat pilek dimana sebagian besar responden menggunakan obat pilek yang dikombinasikan dengan obat lain serta sebanyak 58,7% responden juga tidak tepat menggunakan obat untuk mengatasi penyakit batuk-pilek yang diderita, seperti hanya menggunakan obat batuk atau pilek saja (tanpa kombinasi) dan menggunakan obat dengan kelas terapi antipiretik. Dengan demikian perlu dilakukan pemberian informasi mengenai penggunaan obat batuk-pilek yang tepat, terutama penggunaan obat batuk sesuai dengan jenis batuk yang diderita, penggunaan obat pilek dan penggunaan obat kombinasi yang tepat untuk mengatasi batuk-pilek.

B. Swamedikasi Batuk-pilek pada Ibu-ibu PKK di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman (Kajian Pengetahuan)

Hasil uji tingkat pengetahuan responden mengenai swamedikasi batuk-pilek dapat dilihat pada tabel VIII.

Tabel VIII. Distribusi tingkat pengetahuan Ibu-ibu PKK terkait swamedikasi batuk-pilek di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman

Pengetahuan Jumlah Persentase (%)

(60)

orang (23,9%) dan kategori kurang sebanyak 9 orang (19,6%). Berdasarkan hasil pengukuran tersebut, perlu dilakukan analisis pada tiap kriteria pernyataan pengetahuan yang diberikan pada responden agar dapat diketahui jenis informasi mengenai swamedikasi batuk-pilek apa yang belum banyak diketahui oleh responden. Data distribusi rata-rata jawaban responden terhadap kriteria pada bagian pengetahuan terkait swamedikasi batuk-pilek beserta persentasenya dimuat pada tabel IX.

Tabel IX. Distribusi rata-rata jawaban ibu-ibu PKK Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman terhadap kriteria pada bagian pengetahuan terkait

swamedikasi batuk-pilek

No. Kriteria Rata-rata Jawaban Responden (%)

Benar Salah

1. Definisi swamedikasi 34,8 65,2

2. Definisi batuk 64,1 35,9

3. Jenis batuk 91,3 8,7

4. Penyebab 63 37

5. Faktor resiko 41,3 58,7

6. Gejala 74,6 25,4

7. Penatalaksanaan 69,6 30,4

8. Pencegahan 89,1 10,9

(61)

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka dapat digunakan sebagai acuan dalam memberikan informasi terkait swamedikasi batuk-pilek responden di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman yaitu mengenai definisi swamedikasi dan faktor resiko pilek. Definisi, penyebab, gejala dan penatalaksanaan batuk-pilek juga dapat diberikan, hal ini disebabkan pengetahuan responden mengenai pernyataan tersebut belum baik.

1. Usia

Distribusi hasil uji tingkat pengetahuan responden mengenai swamedikasi batuk-pilek berdasarkan usia dapat diamati pada tabel X.

Tabel X. Distribusi tingkat pengetahuan ibu-ibu PKK terkait swamedikasi batuk-pilek berdasarkan usia di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman

Tingkat pengetahuan

Usia Baik Cukup Kurang

n % n % n %

≤ 30 tahun 1 25 3 75 0 0

> 30 tahun 10 23,8 23 54,8 9 21,4

(62)

2. Tingkat pendidikan

Distribusi hasil uji tingkat pengetahuan responden mengenai swamedikasi batuk-pilek berdasarkan tingkat pendidikan dapat diamati pada tabel XI.

Tabel XI. Distribusi tingkat pengetahuan ibu-ibu PKK terkait swamedikasi batuk-pilek berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan Mlati Kabupaten

Sleman

Tingkat pengetahuan

Tingkat pendidikan Baik Cukup Kurang

n % n % n %

Dasar 1 11,1 2 22,2 6 66,7

Lanjutan 10 27 24 64,9 3 8,1

Berdasarkan tabel XI dapat dilihat bahwa proporsi responden yang memiliki pengetahuan baik paling besar pada kelompok dengan tingkat pendidikan lanjutan yaitu 27%. Untuk pengetahuan cukup paling besar pada kelompok tingkat pendidikan lanjutan yaitu sebesar 64,9% dan pengetahuan kurang pada kelompok tingkat pendidikan dasar yaitu 66,7%. Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan Notoatmodjo (2003), yang menyatakan semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Selain itu juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Oktarina dkk. (2009) dan Ramadona (2011), yang menyatakan responden dengan tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih baik.

3. Status pekerjaan

(63)

Tabel XII. Distribusi tingkat pengetahuan Ibu-ibu PKK terkait swamedikasi batuk-pilek berdasarkan status pekerjaan di Kecamatan Mlati Kabupaten

Sleman

Tingkat pengetahuan

Status pekerjaan Baik Cukup Kurang

n % n % n %

Tidak bekerja 5 17,2 17 58,6 7 24,1

Bekerja 6 35,3 9 52,9 2 11,8

Berdasarkan tabel XII dapat dilihat bahwa proporsi responden yang memiliki pengetahuan baik paling besar pada kelompok dengan status bekerja yaitu 35,3%. Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Oktarina dkk. (2009), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pekerjaan dengan tingkat pengetahuan responden. Responden yang bekerja khususnya diluar rumah cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan yang tidak bekerja. Untuk pengetahuan cukup dan kurang paling besar pada kelompok dengan status tidak bekerja yaitu sebesar 58,6% dan 24,1%. 4. Informasi mengenai batuk-pilek yang pernah diperoleh

Distribusi hasil uji tingkat pengetahuan responden mengenai swamedikasi batuk-pilek berdasarkan informasi yang pernah diperoleh sebelumnya dapat diamati pada tabel XIII.

Tabel XIII. Distribusi tingkat pengetahuan ibu-ibu PKK terkait swamedikasi batuk-pilek berdasarkan informasi yang pernah diperoleh di Kecamatan

Mlati Kabupaten Sleman Tingkat pengetahuan

Informasi yang diperoleh Baik Cukup Kurang

n % n % n %

Tidak pernah 2 11,8 8 47 7 41,2

Pernah 9 31 18 62 2 7

(64)

informasi yaitu sebesar 31%. Untuk pengetahuan cukup paling besar pada kelompok yang pernah memperoleh informasi yaitu sebesar 62% dan pengetahuan kurang pada kelompok yang tidak pernah memperoleh informasi yaitu sebesar 41,2%. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Kristanti (2012), yang menyatakan bahwa adanya sumber informasi yang pernah didapat oleh responden tidak mempengaruhi tingkat pengetahuan responden.

C. Swamedikasi Batuk-pilek pada Ibu-ibu PKK di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman (Kajian Sikap)

Hasil uji sikap responden mengenai swamedikasi batuk-pilek dapat dilihat pada tabel XIV.

Tabel XIV. Distribusi sikap Ibu-ibu PKK terkait swamedikasi batuk-pilek di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman

(65)

Tabel XV. Persentase sikap ibu-ibu PKK Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman pada setiap kriteria terkait swamedikasi batuk-pilek No. Kriteria Rata-rata Sikap Responden (%)

Positif Negatif

1. Swamedikasi 66,7 33,3

2. Penatalaksanaan 69,6 30,4

3. Pencegahan 85,2 10,9

4. Kondisi yang mengharuskan

pemeriksaan ke dokter 43,5 56,5

Berdasarkan tabel XV, diketahui bahwa kriteria mengenai pencegahan masuk dalam kategori baik karena sebanyak 85,2% responden memiliki sikap positif terhadap kriteria tersebut. Sedangkan kriteria mengenai swamedikasi dan penatalaksanaan masuk dalam kategori cukup karena responden yang memiliki sikap positif terhadap kriteria tersebut berkisar antara 66,7-69,6%. Adapun kriteria mengenai kondisi yang mengharuskan pemeriksaan ke dokter masuk dalam kategori kurang karena responden yang memiliki sikap positif terhadap kriteria tersebut < 56% yakni sebesar 43,5%. Dengan demikian, perlu dilakukan peningkatan kesadaran responden untuk berkonsultasi dengan dokter apabila penyakit batuk-pilek yang diderita melebihi tiga hari, karena dampak penyakit batuk-pilek yang berkelanjutan dapat menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan.

1. Usia

(66)

Tabel XVI. Distribusi sikap ibu-ibu PKK terkait swamedikasi batuk-pilek berdasarkan usia di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman

Sikap

Usia Baik Cukup Kurang

n % n % n %

≤ 30 tahun 2 50 1 25 1 25

> 30 tahun 18 42,8 17 40,5 7 16,7

Berdasarkan tabel XVI dapat dilihat bahwa bahwa proporsi responden yang memiliki sikap baik paling besar pada usia ≤ 30 tahun yaitu sebesar 50%. Untuk sikap cukup paling besar pada usia > 30 tahun yaitu sebesar 40,5% dan sikap kurang pada usia > 30 tahun yaitu sebesar 25%. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Kristanti (2012), yang menyatakan usia tidak mempengaruhi sikap responden. Namun tidak sejalan dengan penelitian Ramadona (2011), yang mengatakan usia dapat mempengaruhi sikap responden.

2. Tingkat pendidikan

Distribusi hasil uji sikap responden mengenai swamedikasi batuk-pilek berdasarkan tingkat pendidikan dapat diamati pada tabel XVII.

Tabel XVII. Distribusi sikap ibu-ibu PKK terkait swamedikasi batuk-pilek berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman

Sikap

Tingkat pendidikan Baik Cukup Kurang

n % n % n %

Dasar 1 11,1 2 22,2 6 66,7

Lanjutan 19 51,4 16 43,2 2 5,4

(67)

dengan hasil penelitian Kristanti (2012) dan Ramadona (2011), yang menyatakan tingkat pendidikan dapat merubah dan mempengaruhi sikap seseorang.

3. Status pekerjaan

Distribusi hasil uji sikap responden mengenai swamedikasi batuk-pilek berdasarkan status pekerjaan dapat diamati pada tabel XVIII.

Tabel XVIII. Distribusi sikap ibu-ibu PKK terkait swamedikasi batuk-pilek berdasarkan status pekerjaan di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman

Sikap

Status pekerjaan Baik Cukup Kurang

n % n % n %

Tidak bekerja 12 41,4 13 44,8 4 13,8

Bekerja 8 47,1 5 29,4 4 23,5

Berdasarkan tabel XVIII dapat dilihat bahwa proporsi responden yang memiliki sikap baik paling besar pada kelompok dengan status bekerja yaitu sebesar 47,1%. Untuk sikap cukup paling besar pada kelompok dengan status tidak bekerja yaitu sebesar 44,8% dan sikap kurang pada kelompok dengan status bekerja yaitu sebesar 23,5%. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Kristanti (2012), yang menyatakan status pekerjaan tidak mempengaruhi sikap responden.

4. Informasi mengenai batuk-pilek yang pernah diperoleh

(68)

Tabel XIX. Distribusi sikap ibu-ibu PKK terkait swamedikasi batuk-pilek berdasarkan informasi yang pernah diperoleh di Kecamatan Mlati

Kabupaten Sleman Sikap

Informasi yang diperoleh Baik Cukup Kurang

n % n % n %

Tidak pernah 4 23,5 9 53 4 23,5

Pernah 16 55,2 9 31 4 13,8

(69)

51 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Karakteristik ibu-ibu PKK di Kecamatan Mlati yang digunakan sebagai responden yaitu sebagian besar berusia diatas 30 tahun, lulus pendidikan SMA atau Perguruan tinggi sederajat, sebagian besar tidak bekerja dan sebagian besar pernah mendapat informasi mengenai penyakit batuk-pilek.

2. Tingkat pengetahuan ibu-ibu PKK di Kecamatan Mlati mengenai swamedikasi batuk-pilek berada dalam kategori cukup, yaitu sebesar 56,5%.

3. Sikap ibu-ibu PKK di Kecamatan Mlati mengenai swamedikasi batuk-pilek berada dalam kategori cukup, yaitu sebesar 41,3%.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian serupa dengan melakukan sampling pada 17 kecamatan di Kabupaten Sleman agar dapat mewakili kondisi Kabupaten Sleman terkait swamedikasi batuk-pilek.

2. Perlu adanya pemberian edukasi kesehatan pada ibu-ibu PKK Kecamatan Mlati terkait definisi swamedikasi, faktor resiko batuk-pilek dan kondisi yang mengharuskan pemeriksaan ke dokter serta penggunaan obat batuk-pilek yang tepat.

(70)

Alwi, H., 2003,Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, hal. 587.

Azwar, S., 2005,Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya, edisi 2, Rineka Cipta, Jakarta. Bowman, W.C., and Rand, M.J., 2010, Textbook of Pharmacology, 2nd Ed., Blackwell

Scientific Publication, London, pp. 24.11.

Davidson, S., 2008, Implications of Self Medication,

http://www.carpin.org/events08/3rdScConf/1-1_ImplicationsSelfMedication.pdf, diakses tanggal 27 Mei 2012.

Dinas Kesehatan DIY, 2007, Profil Kesehatan Propinsi D.I. Yogyakarta tahun 2007, http://dinkes.slemankab.go.id/wp-content/uploads/2011/07/profil-2007-propinsi-diy07-.pdf, diakses tanggal 08 Januari 2012.

Dinas Kesehatan DIY, 2010, Profil Kesehatan Kabupaten Sleman tahun 2010,

http://dinkes.slemankab.go.id/wp-content/uploads/2011/07/profil-2010-kab-sleman-.pdf, diakses tanggal 08 Januari 2012.

Djojodibroto, D., 2009,Respirologi, EGC, Jakarta, hal. 53.

Djunarko, I., dan Hendrawati, Y.D., 2011, Swamedikasi yang Baik dan Benar, Citra Aji Parama, Yogyakarta, hal. 6-7, 34-41.

Hadi, S., 2004,Metodologi Research Jilid 2, Ed. II, Andi Offset, Yogyakarta, hal. 181.

Holt, G. A., and Hall, L., 1990, The Self-Care Movement, dalam Handbook of Non Prescription Drugs, 9th ed., American Pharmaceutical Association, Washington DC, pp. 8.

Kristanti, D., 2012, Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Produktif di Kecamatan Berbah, Sleman, DIY Mengenai Kista Endometrium pada Tahun 2011, Skripsi, 42-63, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Kristina, S.A., Prabandari, Y.S., dan Sudjaswadi, R., 2008, Perilaku Pengobatan Sendiri yang Rasional pada Masyarakat Kecamatan Depok dan Cangkringan Kabupaten Sleman,

Majalah Farmasi Indonesia, Vol. 19 No. 1, 32-40.

Kurniawati, I., dan Atmoko, W.B., 2009, Swamedikasi: Sebuah Respon Realistik Perilaku Konsumen di Masa Krisis,http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/2309233247.pdf, di akses tanggal 08 Januari 2012.

Notoatmodjo, S., 2003,Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip Dasar), Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo, S., 2007(a),Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni, Rineka Cipta, Jakarta, hal.

Gambar

Tabel XIII. Distribusi  tingkat  pengetahuan ibu-ibu  PKK  terkait  swamedikasi batuk-pilek berdasarkan informasi  yang  pernah  diperoleh di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman ................................................
Tabel I. Golongan obat batuk
Tabel II. Golongan obat pilek
Tabel III. Kriteria dan nomor pernyataan dalam kuesioner terkait swamedikasi batuk-pilek pada ibu-ibu PKK di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman (kajian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengetahuan Ibu PKK tentang Kanker Payudara berdasarkan pendidikan di Desa Arapayung, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010 .... Pengetahuan Ibu PKK

Yenny Widjaja: Pengetahuan Dan Pemilihan Sikat Gigi Pada Ibu-Ibu PKK Kecamatan Medan Area Kotamadya Medan, 2000... Yenny Widjaja: Pengetahuan Dan Pemilihan Sikat Gigi Pada Ibu-Ibu

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PEMILIHAN OBAT PADA SWAMEDIKASI BATUK DI MASYARAKAT KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH TAHUN

Noviana Hertanto, penulis skripsi berjudul Perbedaan Pengaruh Pemberian Ceramah dan Leaflet pada Perilaku Swamedikasi Ibu-Ibu PKK di Dusun Nglawisan Desa Tamanagung

Penyusunan dan Pembuatan Kuesioner. Kuesioner dalam penelitian ini disusun sebagai alat ukur yang dapat digunakan untuk memperoleh informasi data yang sesuai dengan

Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap wanita usia produktif mengenai kista endometrium di Kecamatan Mlati, Sleman, DIY.. Penelitian ini merupakan

Upaya meningkatkan pengetahuan ibu-ibu PKK dalam berswamedikasi dengan tanaman obat, adalah dengan melakukan pembinaan terhadap ibu-ibu PKK dari RW 06 dan 07 Desa

profil informasi terkait obat dan non farmakologi yang diberikan oleh petugas apotek terhadap pasien swamedikasi yang datang dengan keluhan batuk.. untuk mengetahui profil tingkat