PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN CERAMAH DAN LEAFLET PADA PERILAKU SWAMEDIKASI KONSTIPASI IBU-IBU PKK DUSUN NGLAWISAN, DESA TAMANAGUNG, KECAMATAN MUNTILAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Helen
NIM : 078114024
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
ii
PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN CERAMAH DAN LEAFLET
PADA PERILAKU SWAMEDIKASI KONSTIPASI IBU-IBU PKK DUSUN NGLAWISAN, DESA TAMANAGUNG, KECAMATAN MUNTILAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Helen
NIM : 078114024
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
viii
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, kasih karunia, dan perlindungan-Mu yang telah Kau berikan sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Pengaruh Pemberian Ceramah dan
Leaflet pada Perilaku Swamedikasi Konstipasi Ibu-ibu PKK Dusun Nglawisan, Desa
Tamanagung, Kecamatan Muntilan”. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu syarat mendapat gelar Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam proses penyusunan skripsi ini tidaklah mudah, penulis mendapat
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus serta Bunda Maria atas berkat dan semangat yang telah
dianugerahkan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Gubernur Provinsi Jawa Tengah yang telah memberikan ijin untuk melakukan
penelitian di kecamatan Muntilan, Jawa Tengah.
3. Bapak dan ibu RT dusun Nglawisan, Kecamatan Muntilan yang telah
memberikan ijin dan bantuan selama proses penelitian.
4. Para pengurus dan seluruh ibu-ibu PKK dusun Nglawisan, desa Tamanagung,
Kecamatan Muntilan yang telah membantu dalam penelitian ini.
5. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
ix
6. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing utama
yang telah memberikan petunjuk, saran dan masukan yang berharga dalam
proses penyusunan skripsi.
7. Ibu Dra. Th. B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes., Apt., selaku dosen penguji yang
telah memberikan bimbingan, saran dan kritik yang berguna bagi penulis.
8. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah
memberikan bimbingan, saran dan kritik yang berguna bagi penulis.
9. Seluruh staff kesekretariatan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta yang membantu mengurus administrasi dan membuat berbagai
surat ijin sehingga membantu kelancaran proses penelitian hingga selesai.
10. Mama (Khoe Wan Tjeng) dan Papa (Haryanto Teja) yang tak henti
memberikan doa, dukungan, dan semangatnya dalam proses penelitian ini.
11. Kakakku (Nancy Teja) atas doa, dukungan, dan semangatnya selama ini.
12. Seluruh staff pengajar dan karyawan Fakultas Farmasi Sanata Dharma
Yogyakarta, atas bimbingan dan bantuannya selama ini.
13. Sahabatku dari kecil yaitu Lala Tjandra atas doa dan dukungannya dalam
penyusunan skripsi ini. Sahabat karib dalam pendidikan semasa kuliah sejak
semester awal hingga saat ini yaitu Eva Kristina. Terimakasih untuk semangat
dan dukungannya.
14. Sahabat seperjuangan dalam penelitian skripsi ini : Eva dan Novi.
x
15. Teman-teman angkatan 2007 (khususnya kelas FKK-A), atas doa, semangat,
dan kebersamaannya selama ini.
16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu dan telah
membantu dalam pembuatan skripsi ini dengan doa dan dukungannya saya
ucapkan terimakasih.
“Tak ada gading yang tak retak” begitu pula dengan skripsi ini. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini menjadi
lebih baik lagi. Semoga skripsi ini juga dapat memberikan manfaat dalam
perkembangan ilmu kerfarmasian dan bagi semua pembaca.
Yogyakarta, Desember 2010
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .. vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii
PRAKATA ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
xii
2. Tujuan khusus ... 7
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ... 8
A. Swamedikasi ... 8
B. Konstipasi ... 9
1. Anatomi dan Fisiologi Usus Besar ... 9
2. Penatalaksanaan Konstipasi ... 10
a. Penatalaksanaan Non-Farmakologis ... 10
b. Penatalaksanaan Farmakologis ... 10
C. Pendidikan kesehatan ... 11
BAB III. METODE PENELITIAN ... 22
A. Jenis dan Rancangan Penelitan ... 22
B. Variabel Penelitian ... 22
xiii
G. Instrumen Penelitian ... 26
H. Tata Cara Penelitian ... 27
1. Perijinan ... 27
2. Penelusuran Data Populasi ... 27
3. Pembuatan Kuesioner ... 28
4. Pembuatan Leaflet ... 31
5. Pelaksanaan Intervensi ... 31
6. Pengambilan Data ... 32
7. Pengolahan Data ... 32
a. Manajemen Data ... 33
b. Analisis Data ... 34
I. Kelemahan Penelitian ... 37
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38
A. Efektifitas Metode Ceramah terhadap Perubahan Perilaku Swamedikasi Konstipasi Ibu-Ibu PKK ... 38
xiv
Swamedikasi Konstipasi Ibu-Ibu PKK ... 43
C. Efektifitas antara Metode Ceramah dengan Metode Leaflet terhadap Perubahan Perilaku Swamedikasi Konstipasi Ibu-Ibu PKK … 47 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 54
A. Kesimpulan ... 54
B. Saran ... 54
DAFTAR PUSTAKA ... 55
LAMPIRAN ... 57
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Golongan obat pencahar ... 11
Tabel II. Pembagian pernyataan favourable dan unfavourable ... 29
Tabel III. Selisih rerata nilai antara pretest dan posttest pada kelompok intervensi ceramah dan kontrol serta uji signifikansi ... 39
Tabel IV. Efektivitas metode ceramah terhadap perubahan perilaku swamedikasi Konstipasi pada ibu-ibu PKK ... 40
Tabel V. Selisih rerata nilai antara pretest dan posttest pada kelompok intervensi leaflet dan kontrol serta uji signifikansi ... 43
Tabel VI. Efektivitas metode leaflet terhadap perubahan perilaku swamedikasi konstipasi pada ibu-ibu PKK ... 44
Tabel VII. Selisih rerata antara jumlah per item pertanyaan pada pretest dan posttest (variabel pengetahuan) ... 47
Tabel VIII. Selisih rerata antara jumlah per item pertanyaan pada pretest dan posttest (variabel sikap) ... 48
Tabel IX. Selisih rerata antara jumlah per item pertanyaan pada pretest dan posttest (variabel tindakan) ... 50
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Anatomi usus besar ... 9
Gambar 2. Perbandingan perilaku swamedikasi konstipasi ibu-ibu PKK antara kelompok intervensi ceramahdengan kelompok kontrol ... 42
Gambar 3. Perbandingan perilaku swamedikasi konstipasi ibu-ibu PKK antara kelompok intervensi leaflet dengan kelompok kontrol ... 46
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ... 57
Lampiran 2. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner ... 59
Lampiran 3. Data diri responden kelompok kontrol ... 61
Lampiran 4. Data diri responden kelompok ceramah ... 62
Lampiran 5. Data diri responden kelompok leaflet ... 63
Lampiran 6. Daftar nilai pretest dan posttest kelompok kontrol ... 64
Lampiran 7. Daftar nilai pretest dan posttest kelompok intervensi leaflet ... 70
Lampiran 8. Daftar nilai pretest dan posttest kelompok intervensi ceramah ... 76
Lampiran 9. Hasil uji statistik untuk karakteristik responden ... 82
Lampiran 10. Uji normalitas dan signifikansi pada kelompok kontrol ... 83
Lampiran 11. Pengaruh metode ceramah terhadap perubahan perilaku swamedikasi konstipasi pada ibu-ibu PKK ………85 Lampiran 12. Efektifitas metode ceramah terhadap perubahan perilaku swamedikasi konstipasi pada ibu-ibu PKK ... 88
Lampiran 13. Pengaruh metode leaflet terhadap perubahan perilaku swamedikasi konstipasi pada ibu-ibu PKK ... 91
Lampiran 14. Efektifitas metode leaflet terhadap perubahan perilaku swamedikasi konstipasi pada ibu-ibu PKK ... 94
Lampiran 15. Efektifitas metode ceramah dan leaflet terhadap perubahan
xviii
Lampiran 16. Materi yang disampaikan pada saat ceramah ... 100
Lampiran 17. Materi untuk leaflet tentang kajian obat pencahar ... 102
Lampiran 18. Surat ijin penelitian dari Fakultas Farmasi ... 104
Lampiran 19. Surat ijin Sekretariat Daerah Propinsi ... 105
Lampiran 20. Surat ijin penelitian dari Bakesbanglinmas Semarang ... 106
Lampiran 21. Surat perijinan dari Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Penanggulangan Bencana Mungkid, Kabupaten Magelang ... 108
Lampiran 22. Surat ijin penelitian dari Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Magelang ... 109
Lampiran 23. Data jumlah penduduk di Kecamatan Muntilan ... 110
Lampiran 24. Foto kelompok kontrol ... 111
Lampiran 25. Foto kelompok intervensi ceramah ... 113
xix
INTISARI
Konstipasi merupakan gangguan kesehatan yang dapat dialami oleh semua umur serta lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Konstipasi adalah pembuangan tinja yang keras dengan frekuensi kurang dari tiga kali dalam seminggu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi metode ceramah dan
leaflet terhadap perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakan swamedikasi konstipasi ibu-ibu PKK di dusun Nglawisan, Desa Tamanagung, Kecamatan Muntilan, serta mengetahui metode mana diantara keduanya yang lebih efektif terhadap perubahan perilaku swamedikasi konstipasi.
Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental semu, dengan rancangan pre-post test intervention with control group. Dalam penelitian terdapat, dua kelompok intervensi berupa ceramah dan leaflet serta kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan. Pengambilan data dilakukan dengan cara masing-masing kelompok diberi pretest dan posttest menggunakan kuesioner setelah satu bulan untuk mengetahui efek perlakuan terhadap perubahan perilaku responden.
Dari hasil penelitian, diketahui efektivitas dari metode ceramah dapat meningkatkan pengetahuan (p=0,002) dan sikap (p=0,000) swamedikasi tetapi kurang efektif meningkatkan tindakan (p=0,147) swamedikasi. Efektivitas dari metode leaflet
yaitu dapat meningkatkan sikap (p=0,011) dan tindakan (0,001) swamedikasi namun kurang efektif dalam meningkatkan pengetahuan (p=0,277) swamedikasi. Metode ceramah lebih efektif dibandingkan lealfet dalam meningkatkan sikap (p=0,030) swamedikasi. Sedangkan metode leaflet lebih efektif dibandingkan ceramah dalam meningkatkan tindakan (p=0,000) swamedikasi. Untuk peningkatan pengetahuan swamedikasi responden tidak terdapat metode yang lebih efektif antara metode ceramah dan leaflet (p=0,055).
xx
ABSTRACT
Constipation is a health disorder that could affect all ages and this problem is more likely to arise in women rather than men. Constipation is the disposal of hard stools where the frequency of secretion is less than three times per week. The aim of this study is to identify the changes in women’s knowledge, attitude, and action on self-medication of constipation in PKK Nglawisan, Tamagung Village, Muntilan as the effect of educational information by using lecture and leaflet method. Moreover, it is also to determine which one of the two methods that is more effective in order to improve the self-medication’s behavior of constipation.
The research method used was quasi-experimental by using pre-post test intervention with control group. There were two groups that intervened with lecture and leaflet. And the control group which did not receive any treatment. Data is collected by giving a test in pre and post treatment using questionnaire method to each group after one month to determine the effect of treatment in changing of respondent’s behavior.
Based on the research, the affectivity of the lecture method could increase the knowledge (p=0.002) and attitude (p=0.000) of self-medication but less effective to improve the act of self medication (p=0.147). The effectiveness of leaflet method could improve the attitude (p=0.011) and act (p=0.001) of self-medication but less effective to improve the knowledge of self-medication (p=0.277). The lecture method was more effective than leaflet method in improving attitude of self-medication (p=0.030). In addition, leaflet method was more effective than lecture in improving act of self-medication (p=0.000). While, to improve the respondent knowledge of self-medication there were no methods that are more effective between lecture and leaflet method (p=0.055).
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, makhluk hidup mengalami sakit atau menderita
suatu penyakit. Salah satu kebiasaan manusia yang diwarisi dari leluhurnya adalah
melakukan swamedikasi atau pengobatan sendiri jika menderita sakit (Sartono, 1993).
Swamedikasi atau pengobatan sendiri adalah tindakan mengobati diri sendiri dengan
menggunakan obat-obat tanpa resep untuk mengatasi penyakit-penyakit ringan
(minor illness) secara tepat dan bertanggung jawab (Holt and Hall, 1990).
Swamedikasi yang dilakukan oleh penduduk Indonesia memiliki proporsi
terbesar dibanding pengobatan medis. Kenyataan ini didukung laporan bahwa lebih
kurang 82% masyarakat melakukan praktek swamedikasi (Donatus, 1997). Menurut
WHO, juga terjadi peningkatan jumlah masyarakat di dunia yang menangani penyakit
mereka dengan swamedikasi tanpa berkonsultasi dengan dokter atau apoteker (WHO,
1998).
Swamedikasi yang dilaksanakan oleh masyarakat dikatakan menguntungkan
jika swamedikasi yang dilakukan bersifat aman dan rasional sehingga dapat
memperbaiki kondisi kesehatan. Sedangkan dikatakan merugikan jika tidak terjadi
perbaikan kondisi kesehatan terlebih lagi terjadi pengkonsumsian obat yang
sebenarnya tidak dibutuhkan bahkan dapat berbahaya karena adanya kesalahan
masyarakat akan obat seperti indikasi, aturan pakai, efek samping, dan kontraindikasi
dari obat tersebut (Supardi dan Notosiswoyo, 2005).
Perilaku swamedikasi oleh masyarakat tidak hanya dilakukan untuk mengatasi
penyakit ringan tetapi juga sebagai upaya masyarakat untuk mencegah penyakit dan
juga memelihara kesehatan dirinya. Salah satunya, pelaksanaan swamedikasi dapat
dilakukan pada pengobatan konstipasi (susah buang air besar).
Konstipasi adalah pembuangan tinja yang keras dengan frekuensi yang kurang
dari tiga kali dalam seminggu (Curry and Butler, 2004). Hal ini disebabkan oleh
pergerakan feses yang lambat ketika melalui usus besar sehingga menghasilkan
akumulasi feses di usus besar bagian bawah. Konstipasi merupakan gangguan
kesehatan yang dapat dialami oleh semua umur serta lebih sering terjadi pada wanita
dibandingkan pria (Curry and Butler, 2004).
Pemilihan topik konstipasi dalam penelitian ini didasarkan atas adanya
penggunaan obat pencahar (±15 orang) pada bulan Agustus 2010. Data ini diperoleh
dari wawancara secara lisan dengan Apoteker di Apotek yang terdapat di Desa
Tamanagung. Konstipasi jika tidak diobati akan menambah resiko pengerasan feses
pada rektum. Pengerasan feses ini dapat menyebabkan pembengkakan rektum, mati
rasa pada daerah sekitar anus, menambah resiko terkena hemoroid (pembengkakan
pembuluh darah pada rektum bagian bawah dan anus), perdarahan pada anus, (Selby,
2010). Jika hemoroid tidak disembuhkan maka akan bertambah parah dan tidak dapat
disembuhkan hanya dengan terapi farmakologi tetapi sampai pada pengambilan
pencegahan dan pengobatan terhadap konstipasi, salah satunya dengan melakukan
swamedikasi konstipasi secara aman, rasional, dan efektif.
Penelitian ini dilakukan terhadap ibu-ibu PKK di Dusun Nglawisan, Desa
Tamanagung, Kecamatan Muntilan. Berdasarkan data Potensi Desa dan Tingkat
Perkembangan Desa tahun 2009, Desa Tamanagung memiliki luas daerah dan jumlah
penduduk paling banyak diantara ke 14 desa yang terdapat di Kecamatan Muntilan.
Dusun Nglawisan merupakan salah satu dusun dari 12 dusun yang terdapat di Desa
Tamanagung. Pemilihan lokasi Dusun Nglawisan didasarkan atas pertimbangan
jumlah penduduk yang tersebar lebih banyak di Dusun Nglawisan di antara 11 dusun
lain yang berada di Desa Tamanagung, Kecamatan Muntilan.
Penelitian dilakukan terhadap ibu-ibu PKK yang memenuhi kriteria inklusi
yaitu sampel dengan jenis kelamin wanita yang telah menikah serta usia produktif
antara umur 20-55 tahun. Pemilihan sampel berupa ibu PKK ini dikarenakan
ibu-ibu PKK merupakan kader masyarakat yang berfungsi untuk menyejahterakan
keluarga Indonesia. Setelah mendapatkan edukasi, ibu-ibu PKK diharapkan dapat
menyampaikan dan mengaplikasikan informasi yang telah didapat ke keluarga dan
masyarakat sekitar. Pertimbangan lainnya bahwa wanita dengan usia produktif
tersebut merupakan ibu rumah tangga yang menjaga, memelihara, dan merawat
kesehatan dari anggota keluarganya serta kurangnya pengetahuan masyarakat di
Kecamatan Muntilan tentang obat pencahar yang digunakan untuk swamedikasi
Dengan melakukan swamedikasi maka masyarakat dapat menghemat waktu
dan biaya. Untuk melakukan swamedikasi, diperlukan adanya peningkatan tanggung
jawab masyarakat melalui edukasi. Edukasi dapat dilakukan melalui berbagai cara,
antara lain dengan ceramah dan penggunaan leaflet. Oleh karena itu, pemberian edukasi diperlukan untuk meningkatkan tanggung jawab masyarakat dalam
melakukan swamedikasi agar dapat meningkatkan kemampuan dan kualitas
keamanan swamedikasi.
Dari uraian di atas, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah
pemberian edukasi dapat meningkatkan perilaku swamedikasi konstipasi masyarakat.
Selain itu juga untuk mengetahui metode edukasi mana yang lebih efektif untuk
meningkatkan perilaku swamedikasi konstipasi, khususnya di Dusun Nglawisan,
Desa Tamanagung, Kecamatan Muntilan yang meliputi aspek pengetahuan, sikap,
dan tindakan dengan harapan terbentuk perilaku swamedikasi yang aman, rasional
dan efektif.
1. Perumusan Masalah
a. Seperti apakah efektivitas metode ceramah dalam perubahan pengetahuan,
sikap, dan tindakan swamedikasi konstipasi ibu-ibu PKK di Dusun
Nglawisan, Desa Tamanagung, Kecamatan Muntilan?
b. Seperti apakah efektivitas metode leaflet dalam perubahan pengetahuan,
sikap, dan tindakan swamedikasi konstipasi ibu-ibu PKK di Dusun
c. Metode mana diantara keduanya yang lebih efektif terhadap perubahan
pengetahuan, sikap, dan tindakan swamedikasi konstipasi ibu-ibu PKK di
Dusun Nglawisan, Desa Tamanagung, Kecamatan Muntilan?
2. Keaslian Penelitian
Penelitian sejenis terkait pengaruh edukasi pada perilaku swamedikasi yang
telah dilakukan adalah :
a. Penelitian berjudul “Pengaruh Edukasi terhadap Aspek Perilaku Swamedikasi (Common Cold) pada Ibu-Ibu Non Kader Kesehatan di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul” yang dilakukan oleh Widiastuti (2009). Penelitian ini
menggunakan metode edukasi berupa ceramah. Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa pemberian edukasi berpengaruh terhadap perubahan
perilaku swamedikasi common cold oleh kader-kader kesehatan dengan angka signifikansi untuk pengetahuan sebesar 0,000; sikap sebesar 0,000; dan
tindakan 0,002.
b. Penelitian berjudul “Pengaruh Edukasi terhadap Aspek Perilaku Swamedikasi
(Common Cold) pada Kader-Kader Kesehatan di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul” yang dilakukan oleh Prabaningrum (2009). Penelitian ini
menggunakan metode edukasi berupa ceramah. Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa pemberian edukasi berpengaruh terhadap perubahan
perilaku swamedikasi common cold oleh kader-kader kesehatan dengan dengan angka signifikansi untuk pengetahuan sebesar 0,000; sikap sebesar
Penelitian ini menitikberatkan pada pengaruh pemberian metode edukasi
ceramah atau leaflet pada perilaku swamedikasi konstipasi ibu-ibu PKK di Dusun Ngalwisan, Desa Tamanagung, Kecamatan Muntilan. Perbedaan dengan penelitian
sejenis terletak pada hal tujuan penelitian, subyek penelitian, kajian penelitian dan
waktu penelitian.
Sepengetahuan peneliti, penelitian dengan judul “Perbedaan Pengaruh
Pemberian Ceramah dan Leaflet pada Perilaku Swamedikasi Konstipasi Ibu-ibu PKK Dusun Nglawisan, Desa Tamanagung, Kecamatan Muntilan” belum pernah dilakukan.
3. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan dan pertimbangan
farmasis dan Departemen Kesehatan untuk menentukan metode yang sesuai dalam
promosi kesehatan guna meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang swamedikasi
konstipasi yang rasional. Selain itu, melalui penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan ibu-ibu PKK di Dusun Nglawisan, Desa Tamanagung,
Kecamatan Muntilan tentang swamedikasi konstipasi.
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh edukasi berupa metode
swamedikasi konstipasi ibu-ibu PKK di Dusun Nglawisan, Desa Tamanagung,
Kecamatan Muntilan.
2. Tujuan khusus
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
a. Efektivitas metode ceramah dalam perubahan pengetahuan, sikap, dan
tindakan swamedikasi konstipasi ibu-ibu PKK di Dusun Nglawisan, Desa
Tamanagung, Kecamatan Muntilan.
b. Efektivitas metode leaflet dalam perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakan swamedikasi konstipasi ibu-ibu PKK di Dusun Nglawisan, Desa Tamanagung,
Kecamatan Muntilan.
c. Metode diantara keduanya yang lebih efektif terhadap perubahan
pengetahuan, sikap, dan tindakan swamedikasi konstipasi ibu-ibu PKK di
8
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Swamedikasi
Swamedikasi atau pengobatan sendiri adalah tindakan mengobati diri sendiri
dengan menggunakan obat-obat tanpa resep untuk mengatasi penyakit-penyakit
ringan (minor illness) secara tepat dan bertanggung jawab (Holt and Hall, 1990). Keuntungan swamedikasi atau pengobatan sendiri menurut Holt and Hall
(1990), aman bila digunakan sesuai dengan petunjuk, efektif untuk menghilangkan
keluhan, biaya pembelian obat relatif lebih murah daripada biaya pelayanan
kesehatan, hemat waktu karena tidak perlu mengunjungi fasilitas atau profesi
kesehatan.
Kekurangan swamedikasi menurut Holt and Hall (1990) yakni obat
membahayakan kesehatan bila tidak digunakan sesuai dengan aturan pakai,
kemungkinan dapat timbul reaksi obat yang tidak diinginkan, kesalahan penggunaan
obat karena informasi yang kurang lengkap dari iklan obat, tidak efektif akibat salah
diagnosis dan pemilihan obat, dan sulit bertindak objektif karena pemilihan obat
dipengaruhi oleh pengalaman menggunakan obat di masa lalu dan lingkungan
B. Konstipasi
Konstipasi (susah buang air besar) adalah pembuangan tinja yang keras
dengan frekuensi yang kurang dari tiga kali dalam seminggu (Curry and Butler,
2004). Penyebab dari konstipasi terdapat banyak faktor termasuk didalamnya adalah
berbagai kondisi medis dan pengobatan, kondisi psikologi, dan karakteristik gaya
hidup seseorang (Curry and Butler, 2004).
Adapun tanda dan gejala dari konstipasi adalah pengurangan frekuensi pergerakan
usus besar yang dapat berakibat menurunnya frekuensi buang air besar, perut
membesar, berkurangnya nafsu makan, tubuh lesu, cepat lelah, dan pengeluaran tinja
yang keras (Curry and Butler, 2004).
1. Anatomi dan Fisiologi Usus Besar
Gambar 1. Anatomi usus besar (Price and Wilson, 1984)
Usus besar (kolon) merupakan tabung muskular berongga yang terbentang
dari sekum hingga bagian kolon sigmoid. Diameter rata-rata kolon sekitar 2,5 inch
kolon asenden, transversum, desenden, dan sigmoid. Lapisan mukosa usus besar jauh
lebih tebal daripada lapisan mukosa usus halus dan tidak mengandung vili.
Fungsi usus besar yang paling penting adalah absorpsi air dan elektrolit yang
sebagian besar dilangsungkan pada kolon bagian kanan. Fungsi kolon sigmoid
sebagai reservoir untuk dehidrasi massa feses sampai defekasi berlangsung (Price and Wilson, 1984).
2. Penatalaksanaan Konstipasi
a. Penatalaksanaan Non-Farmakologis
1) Meningkatkan konsumsi serat, minimal 18-30 gram serat per hari.
Serat dapat diperoleh dengan mengkonsumsi buah-buahan, sayuran,
beras, roti, biji-bijian, kacang, gandum, dsb.
2) Meningkatkan konsumsi air putih minimal 1,2 liter (6-8 gelas) per
hari. Mengurangi minum kopi, alkohol, dan minuman bersoda.
3) Melakukan olahraga seperti jalan kaki atau lari. Idealnya, melakukan
kegiatan fisik selama 30 menit setiap hari.
4) Biasakan untuk tidak menahan keinginan untuk buang air besar. Yang
baik adalah biasakan buang air besar pada pagi hari atau 30 menit
setelah makan.
5) Biasakan buang air besar setiap hari secara teratur (Selby, 2010).
b. Penatalaksanaan Farmakologis
Obat pencahar adalah obat yang digunakan untuk memudahkan
pencahar terdiri dari berbagai jenis dan masing-masing jenis memiliki efek
yang berbeda terhadap sistem pencernaan. Golongan dari obat pencahar
adalah sebagai berikut:
Tabel I. Golongan obat pencahar
No Golongan Zat aktif Contoh
1. Pencahar pembentuk massa
Ispaghula sekam Metamucil®, Mucofalk®, Mulax®
2. Pencahar stimulan Bisakodil Bisakodil, Bicolax®, Dulcolax®, Laxacod®, Laxamex®, Medilax®, Melaxan®, Prolaxan®, Sacolax®
Gliserol Glyserin, Proconsti 10®, Proconsti 10®, Triolax® Natrium dokusat Laxatab®
Natrium pikosulfat Laxoberon®
3. Pelunak feses Parafin cair Parafin Liquidum, Kompolax®, Laxadin® 4. Pencahar osmotik Garam magnesium Magnesium Sulfat, Garam Inggris, Garam
Inggris Cap Gajah®
Laktulosa Constipen®, Dulcolactol®, Duphalac®,
Lactulax®, Laxadilac®, Opilax®, Pralax®, Solac® (Badan POM, 2008)
Pengerasan feses terjadi ketika feses menjadi keras, kering, dan susah
dikeluarkan dari anus. Jika mengalami hal tersebut, pengobatan dapat
diawali dengan mengkonsumsi pencahar osmotik. Setelah beberapa hari,
dapat juga mengkonsumsi pencahar stimulan (Selby, 2010).
C. Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan
informasi kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau individu. Dengan harapan
bahwa dengan adanya informasi kesehatan tersebut maka masyarakat, kelompok, atau
individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik.
kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 1993). Dengan kata lain, dengan adanya
pendidikan kesehatan diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku
kesehatan masyarakat.
Pendidikan kesehatan ini disampaikan kepada masyarakat melalui suatu
metode dan alat bantu (media) pendidikan kesehatan. Metode pendidikan kesehatan
dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Metode pendidikan individual (perorangan) dilakukan dengan pendekatan
secara individual. Bentuk daripada pendekatan ini, antara lain dengan
bimbingan atau penyuluhan antara klien dengan petugas kesehatan yang lebih
intensif serta wawancara antara klien dengan petugas kesehatan.
2. Metode pendidikan kelompok dibedakan berdasarkan besarnya sasaran
pendidikan, yaitu:
- kelompok besar (sasaran pendidikan yang lebih dari 15 orang). Metode
yang baik untuk kelompok besar ini antara lain ceramah dan seminar.
Ceramah merupakan metode yang baik untuk sasaran yang berpendidikan
tinggi maupun rendah. Seminar merupakan metode yang cocok untuk
sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas.
- kelompok kecil (sasaran pendidikan yang kurang dari 15 orang). Metode
yang cocok untuk kelompok kecil antara lain diskusi kelompok, curah
3. Metode pendidikan massa (public), digunakan untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya
massa atau public. Beberapa contoh dari metode ini, antara lain ceramah umum; pidato-pidato; tulisan-tulisan di majalah atau koran; billboard, spanduk, poster dan sebagainyayang dipasang di pinggir jalan (Notoatmodjo,
1993).
Alat bantu atau peraga pendidikan kesehatan adalah alat-alat yang digunakan
oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan kesehatan. Alat peraga
pendidikan ini berguna untuk mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran
pendidikan. Alat peraga kesehatan dibedakan berdasarkan pembuatan dan
pengunaanya, yaitu:
1. Alat peraga yang rumit seperti film, stripe slide, dan sebagainya yang
memerlukan listrik dan proyektor.
2. Alat peraga yang sederhana seperti leaflet, poster, flanel, model buku
bergambar, model buku bergambar, dan sebagainya (Notoatmodjo, 1993).
D. Perilaku
Perilaku kesehatan dapat diartikan sebagai segala bentuk pengalaman dan
interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya mencakup pengetahuan tentang
kesehatan, sikap serta tindakan yang berhubungan dengan kesehatan (Sarwono,
1. perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia
berespon, baik secara pasif (mengetahui, bersikap, dan menanggapi penyakit dan
rasa sakit yang ada pada dirinya dan luar dirinya) maupun aktif (tindakan) yang
dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut.
2. perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respon seseorang terhadap
sistem pelayanan kesehatan, baik sistem pelayanan modern maupun tradisional. 3. perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yakni respon seseorang terhadap
makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan.
4. perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental heatlh behavior) adalah
respon seseorang terhadap lingkungan sebagai penentu kesehatan manusia
(Notoatmodjo, 1993).
Perilaku merupakan suatu respon seseorang terhadap rangsangan atau
stimulus dari luar subyek tersebut. Respon ini berbentuk dua macam, yakni :
1. bentuk pasif disebut juga respon internal, yaitu yang terjadi di dalam diri manusia
dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir,
tanggapan, sikap batin, dan pengetahuan.
2. bentuk aktif adalah respon dari stimulus yang secara jelas dapat diamati secara
langsung berupa tindakan nyata seseorang (practice) (Notoatmodjo, 1993). Terdapat beberapa teori penentu perilaku manusia, antara lain :
1. teori Lawrence Green
Green membagi terbentuknya perilaku manusia mengenai kesehatan dari tiga
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai. Faktor-faktor pendukung, yang terwujud
dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya sarana kesehatan misalnya
Puskesmas, obat-obatan. Faktor-faktor pendorong, yang terwujud dalam sikap
dan perilaku petugas kesehatan yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
masyarakat (Notoatmodjo, 1993).
2. teori Snehandu B. Kar
Kar menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak pada niat seseorang
terhadap obyek kesehatan, ada atau tidaknya dukungan dari masyarakat
sekitarnya, ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan, kebebasan dari
individu untuk mengambil keputusan atau bertindak, dan situasi yang
memungkinkan ia bertindak atau tidak bertindak (Notoatmodjo, 1993).
3. teori WHO
Perilaku kesehatan seseorang ditentukan oleh fungsi dari pemikiran dan perasaan
seseorang, adanya orang lain yang dijadikan referensi, dan sumber-sumber atau
fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung perilaku dan kebudayaan masyarakat
(Notoatmodjo, 1993).
Menurut Bloom (1908), perilaku manusia dibagi menjadi tiga ranah dalam
perkembangannya, yaitu:
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari mengetahui. Hal ini terjadi setelah manusia
meliputi pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 1993).
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan isi materi yang ingin diukur dari responden.
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan
yakni :
a. tahu (know) diartikan sebagai kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Seseorang dikatakan tahu jika ia dapat
menyebutkan, menguraikan, dan mendefinisikan materi tersebut.
b. memahami (comprehension) diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar mengenai objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar.
c. aplikasi (application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi yang sebenarnya. Dapat diartikan sebagai
aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dalam
konteks atau situasi yang lain.
d. analisis (analysis) diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
f. evaluasi (evaluation) diartikan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu ditentukan berdasarkan
kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada
(Notoatmodjo, 1993).
2. Sikap
Sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk merespon (secara
positif atau negatif) terhadap orang, obyek atau situasi tertentu (Sarwono, 2007).
Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan
terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.
Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara
langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan subyek terhadap
suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat subyek (sangat setuju,
setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju) (Notoatmodjo, 1993).
Tingkatan sikap terdiri dari menerima (receiving), merespon (responding), menghargai (valuing), dan bertanggung jawab (responsible) (Notoatmodjo, 1993).
3. Tindakan
Menurut Notoatmodjo (1993) tindakan merupakan bagian dari perilaku yang
dapat diamati secara langsung dan disebut bentuk aktif perilaku. Secara teoritis,
perilaku terbentuk dari stimulus yang mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung
atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas.
Tindakan mempunyai beberapa tingkatan sebagai berikut:
a. persepsi (perception), mengenal dan memilih berbagai obyek yang sehubungan dengan tindakan yang diambil.
b. respon terpimpin (guided response), dapat melakukan sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.
c. mekanisme (mechanism), bila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu yang sudah merupakan kebiasaan.
d. adopsi (adoption), merupakan suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan tersebut sudah dimodifikasi tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 1993).
E. Kuesioner
Kuesioner terdiri dari dua bagian, bagian pertama (pernyataan terbuka)
memuat pernyataan mengenai identitas responden sedangkan bagian kedua
(pernyataan tertutup) memuat pernyataan tentang variabel penelitian yaitu
pengetahuan, sikap, dan tindakan. Untuk mengukur data kuantitatif pada kuesioner
ini digunakan skala Likert (Azwar, 2005).
Pernyataan dalam kuesioner merupakan pernyataan tertutup yang bertujuan untuk
yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), Netral (N), tidak setuju (TS), dan sangat tidak
setuju (STS). Untuk menghindari kesan seakan-akan jawaban selalu benar atau selalu
salah, maka dalam pembuatan kuesioner disusun pernyataan negatif (unfavorable) dan pernyataan positif (favorable). Variasi pernyataan membuat responden lebih hati–hati menjawab, sehingga stereotipe dalam menjawab dapat dihindari (Azwar, 2005).
Kuesioner dibuat dengan kalimat dengan bahasa Indonesia yang baik dan
benar sehingga mudah dipahami oleh responden dan tidak terjadi kesalahan
penafsiran dari responden yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Untuk
pemberian skor, pada setiap respon positif (S dan SS) terhadap item favorable akan diberi skor yang lebih tinggi daripada respon negatif (TS dan STS). Sebaliknya, untuk
item unfavorable, respon positif akan diberi skor lebih rendah daripada respon negatif (Azwar, 2005).
Berikut adalah pengujian yang dilakukan terhadap kuesioner yang digunakan
sebagai instrumen penelitian :
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan sejauh mana tes
telah mengukur apa yang seharusnya diukur untuk mengetahui kualitas tes.
Uji validitas pada setiap butir pernyataan dalam kuesioner diukur dengan
pernyataan. Setiap butir pernyataan dinyatakan valid jika koefisien korelasi (r)
bernilai positif dan atau ≥0,312 (Riwidikdo, 2009). 2. Uji Reliabilitas
Setelah dilakukan uji validitas, maka perlu dilakukan uji reliabilitas.
Menurut Riwidikdo (2009), reliabilitas adalah keajegan dari alat ukur yang
digunakan sehingga jika dipakai pada waktu dan tempat yang berbeda, alat
ukur tersebut mempunyai kemampuan menghasilkan hasil yang sama. Hasil
pengukuran harus reliable dalam artian harus memiliki tingkat konsistensi dan kemantapan.
Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (r) yang angkanya
berada dalam rentang 0-1. Jika nilai koefisian reliabilitas semakin mendekati
angka 1 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya, semakin rendah
nilai koefisian reliabilitas atau menjauhi angka 1 berarti semakin rendah
reliabilitasnya (Azwar, 2005). Instrumen dapat memiliki tingkat kepercayaan
yang tinggi apabila hasil dari pengujian instrumen tersebut menunjukkan hasil
yang tetap.
Uji reliabilitas dilakukan pada seluruh pernyataan dalam kuesioner
yang meliputi aspek dalam perilaku yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan.
Koefisien reliabilitas diukur dengan menggunakan analisis statistik dengan
F. Landasan Teori
Pendidikan kesehatan pada dasarnya ialah suatu proses mendidik individu
atau masyarakat supaya mereka dapat memecahkan masalah-masalah kesehatan yang
dihadapinya. Berdasarkan teori penentu perilaku dari Lawrence Green, perilaku
seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap,
kepercayaan, tradisi dari orang yang bersangkutan (Notoatmodjo, 1993).
Menurut Notoatmodjo (1993), pendidikan kesehatan kepada masyarakat
disampaikan melalui suatu metode dan alat bantu (media) pendidikan kesehatan.
Melalui metode ceramah dan leaflet akan diberikan informasi kesehatan kepada masyarakat mengenai swamedikasi konstipasi.
Pemberian edukasi ini diharapkan akan meningkatkan pengetahuan dan sikap
swamedikasi konstipasi masyarakat sehingga akan mendukung terbentuknya perilaku
swamedikasi konstipasi masyarakat. Dari kedua metode tersebut diharapkan dapat
diketahui metode mana yang lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan,
kemudian akan meningkatkan sikap masyarakat terhadap swamedikasi konstipasi
yang pada akhirnya membentuk dan meningkatkan perilaku swamedikasi konstipasi
yang aman, efektif, dan rasional.
G. Hipotesis
Pemberian edukasi dengan metode ceramah atau leaflet berpengaruh terhadap perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakan swamedikasi konstipasi ibu-ibu PKK di
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental semu (quasi experimental research) dengan rancangan penelitian pretest posttest intervention with control group. Penelitian eksperimental semu adalah penelitian yang mencari hubungan sebab akibat dalam kehidupan nyata, tidak memungkinkan untuk
mengontrol semua hal yang berpengaruh dan menghadapi kesulitan teknis dan etik
untuk dapat melakukan randomisasi subyek (Pratiknya, 2003).
Penelitian ini dilakukan untuk melihat efektivitas pemberian ceramah atau
leaflet terhadap perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakan swamedikasi konstipasi ibu-ibu PKK di Dusun Nglawisan, Desa Tamanagung, Kecamatan Muntilan.
Kelompok eksperimen diberi perlakuan atau intervensi yang berupa pemberian
edukasi kesehatan dengan ceramah dan edukasi dengan leaflet. Masing-masing kelompok diberi pretest sebelum diberi perlakuan dan satu bulan kemudian diberi
posttest. Penelitian dilakukan terhadap hasil perhitungan atau perbandingan dari
pretest maupun posttest untuk mengetahui efek perlakuan yang dilakukan.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (independent) adalah edukasi dengan metode ceramah dan
2. Variabel terpengaruh (dependent) dari penelitian ini yaitu perilaku swamedikasi dilihat dari aspek pengetahuan, sikap, dan tindakan swamedikasi
konstipasi pada ibu-ibu PKK di Dusun Nglawisan, Desa Tamanagung,
Kecamatan Muntilan.
C. Definisi Operasional
1. Swamedikasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengatasi susah buang
air besar dengan menggunakan obat tanpa resep, obat herbal, dan produk
tradisional oleh responden di Dusun Nglawisan, Desa Tamanagung,
Kecamatan Muntilan.
2. Ceramah adalah metode edukasi berupa pemaparan materi swamedikasi
konstipasi kepada responden yang disampaikan oleh Ibu Maria Wisnu
Donowati, M.Si., Apt. dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab selama 1,5
jam.
3. Leaflet yang digunakan pada penelitian adalah leaflet tentang swamedikasi konstipasi yang disusun berdasarkan pustaka Handbook of Non Prescription Drugs 14th dan dari situs internet
http://www.nhs.uk/conditions/Constipation/pages/Introduction.aspx
4. Pengetahuan adalah tingkat pemahaman responden tentang definisi
swamedikasi, swamedikasi konstipasi, gejala konstipasi, kandungan obat yang
dapat menyembuhkan konstipasi, definisi indikasi dan kontraindikasi, yang
5. Sikap adalah pandangan hidup dan kecenderungan responden untuk
melakukan tindakan swamedikasi konstipasi dengan obat pencahar secara
aman dan rasional, yang diukur melalui kuesioner.
6. Tindakan adalah bentuk perilaku swamedikasi seperti mengkonsumsi obat
pencahar sesuai aturan pakai dan pembacaan kandungan aktif, kegunaan, efek
samping pada kemasan sebelum mengkonsumsi obat pencahar.
D. Subyek Penelitian
Subyek penelitian pada penelitian ini yaitu ibu-ibu PKK di Dusun Nglawisan,
Desa Tamanagung, Kecamatan Muntilan yang mengisi dan mengembalikan
kuesioner, bersedia membaca leaflet yang telah diberikan, bersedia menghadiri edukasi dengan metode ceramah yang diadakan oleh peneliti, serta memenuhi kriteria
inklusi yaitu wanita yang telah menikah dengan usia produktif (20-55 tahun). Subyek
penelitian dipilih usia produktif karena diharapkan dengan diberikan edukasi subyek
dapat mengerti, menyerap, dan mengaplikasikannya dalam perilaku swamedikasi
pada keluarga dan masyarakat Muntilan.
E. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dusun Nglawisan, Desa Tamanagung, Kecamatan
Muntilan yaitu tepatnya di tiga RT. Perlakuan ceramah dilakukan di rumah Ketua RT
F. Bahan Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini yaitu ibu-ibu PKK Dusun Nglawisan, Desa
Tamanagung, Kecamatan Muntilan.
2. Sampel dan Teknik Sampling
a. Penentuan kelompok kontrol dan intervensi
Dalam penelitian ini, setelah menentukan desa dan dusun kemudian dilakukan
penentuan RT yang dilakukan secara random. Dari penentuan secara random,
didapat kelompok kontrol yaitu RT 1. Kelompok intervensi ceramah yaitu RT 2
serta kelompok intervensi leaflet yaitu RT 4. b. Pemilihan subyek uji
Pada kelompok intervensi ceramah dan leaflet, dipilih masing-masing 30 orang sesuai dengan kriteria inklusi yang bersedia mengikuti edukasi ceramah atau
bersedia membaca leaflet yang diberikan, serta bersedia mengisi kuesioner. Sedangkan untuk kelompok kontrol, dipilih 30 orang sesuai dengan kriteria
inklusi. Pemilihan ini dilakukan dengan teknik purposive sampling dan diserahkan seluruhnya kepada kepala ketua RT Dusun Nglawisan, Desa
Tamanagung, Kecamatan Muntilan.
3. Besar Sampel
Besar sampel yang digunakan pada penelitian sederhana dimana terdapat
kelompok intervensi dan kelompok kontrol adalah sampel masing-masing
Jumlah sampel dalam penelitian ini diambil 30 orang untuk tiap kelompok.
Ada tiga kelompok dalam penelitian ini yaitu kelompok ceramah, leaflet dan kontrol. Jumlah total sampel penelitian adalah 90 orang.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan
intervensi yang digunakan adalah leaflet dan ceramah. Kuesioner digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data, dengan memberi seperangkat pernyataan kepada
responden untuk dijawab. Kuesioner dalam penelitian berisi pernyataan tertulis
tentang swamedikasi konstipasikepada responden untuk dijawab.
Leaflet merupakan media untuk memberikan edukasi tertulis berupa informasi mengenai swamedikasi konstipasi. Adapun isi leaflet pada penelitian mencakup definisi konstipasi, tanda dan gejala konstipasi, penyebab konstipasi, pencegahan
konstipasi dan pengobatan konstipasi. Leaflet ini disusun berdasarkan referensi buku
Handbook of Non Prescription Drugs 14th dan dari situs http://www.nhs.uk/conditions/Constipation/pages/Introduction.aspx.
Materi edukasi yang diberikan dalam ceramah adalah materi tentang
swamedikasi konstipasi yang disusun berdasarkan referensi yang sama dengan materi
H. Tata Cara Penelitian 1. Perijinan
Perijinan dilakukan dimulai dengan meminta surat ijin penelitian dari Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma dilanjutkan kepada Sekretariat Daerah
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kemudian memasukkan proposal
penelitian ke bagian perijinan penelitian yaitu Bakesbanglinmas Semarang yang
ditujukan kepada Gubernur Jawa Tengah. Selanjutnya dilakukan perijinan pada
Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Penanggulangan Bencana Mungkid,
Kabupaten Magelang untuk diteruskan ke Kepala Badan Pelayanan Perijinan
Terpadu (BPPT) Kabupaten Magelang. Kemudian surat ijin dari BPPT Kabupaten
Magelang ini digunakan sebagai perijinan ke kantor Kecamatan Muntilan yang
kemudian berlanjut ke kantor Kelurahan Tamanagung dan yang terakhir ke ketua
RT.
Terkait perijinan tempat untuk mengadakan ceramah dan penyebaran surat
undangan untuk warga dusun, dilakukan perijinan ke kepala ketua RT Dusun
Nglawisan yang kemudian perijinan pada setiap ketua RT yang mana RT nya
dipilih sebagai kelompok kontrol dan kelompok intervensi.
2. Penelusuran Data Populasi
Penelusuran data populasi di kantor Kelurahan Tamanagung, Kecamatan
Muntilan dilakukan untuk mengetahui jumlah populasi dan penyebaran penduduk
yang ada di Dusun Nglawisan khususnya jumlah ibu-ibu PKK di Dusun
Nglawisan diperoleh dari kepala RT Dusun Nglawisan, Desa Tamanagung,
Kecamatan Muntilan.
3. Pembuatan Kuesioner
a. Penyusunan dan Pembuatan Kuesioner
Kuesioner dalam penelitian ini disusun sebagai alat bantu yang dapat
digunakan untuk memperoleh informasi relevan yang sesuai dengan tujuan
penelitian. Kuesioner yang digunakan terdiri dari dua bagian. Bagian pertama
mengenai karakteristik demografi responden yang meliputi : nama dan umur.
Bagian kedua berguna untuk mengukur pengetahuan, sikap, dan tindakan
responden tentang swamedikasi konstipasi.
Pada bagian kedua dalam kuesioner disusun dan dikelompokkan
berdasarkan atas variabel terpengaruh (dependent) penelitian yang ingin diketahui yaitu perilaku swamedikasi yang terdiri atas tiga aspek yaitu
pengetahuan, sikap, dan tindakan. Dari setiap pernyataan disusun dengan skala
Likert yang memiliki 5 pilihan jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), netral (N), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).
Sistem penilaian terhadap kuesioner terdiri atas penilaian yang
berbeda untuk pernyataan favourable dan unfavourable. Skor untuk pernyataan
favourable untukjawaban SS=5, S=4, N=3, TS=2, dan STS=1, sedangkan skor untuk pernyataan unfavourable untuk jawaban SS=1, S=2, N=3, TS=4, dan STS=5. Berikut adalah pembagian pernyataan favourable dan unfavourable
Tabel II. Pembagian pernyataan favourable dan unfavourable
Aspek Favourable Unfavourable
Pengetahuan 1, 2, 3 4, 5, 6
Sikap 8, 11 7, 9, 10, 12
Tindakan 14, 15, 16 13, 17, 18
Penyusunan pernyataan pada kuesioner berdasarkan pada hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam melakukan swamedikasi seperti :
- mengetahui apakah penyakit tersebut merupakan penyakit ringan
- mengetahui gejala-gejala dari penyakit tersebut
- mengetahui jenis-jenis obat dan pilihan obat yang dapat digunakan
- menginformasikan kepada pasien kapan mereka harus menghentikan
swamedikasi dan segera minta pertolongan petugas kesehatan
- mengetahui cara, aturan, lama pemakaian, dan waspada efek samping obat
(Schwartz and Hoopes, 1990).
Secara keseluruhan, dapat disimpulkan pada item pernyataan 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 informasi yang ingin diketahui dalam penelitian ini adalah pengetahuan
responden tentang swamedikasi dan penggunaan obat pencahar.
Pada item pernyataan 7, 8, 9, 10, 11, dan 12 informasi yang ingin diketahui dalam penelitian adalah sikap swamedikasi responden dan penggunaan obat
pencahar.
Pada item pernyataan 13, 14, 15, 16, 17, dan 18 informasi yang ingin diketahui dalam penelitian adalah tindakan responden terkait keamanan penggunaan obat
b. Pengujian terhadap kuesioner
1) Uji validitas
Uji validitas terhadap kuesioner dalam penelitian ini adalah validitas
pemahaman bahasa. Uji ini dilakukan dengan menyebar kuesioner kepada
masyarakat di luar Kecamatan Muntilan yaitu ibu-ibu yang telah menikah
dengan usia 20-55 tahun di daerah Paingan dan Babarsari, Yogyakarta.
Dalam uji ini, beberapa butir pernyataan pada kuesioner yang
memiliki nilai r<0,312 dibuang, dan beberapa butir pernyataan lain dilakukan
perbaikan dan penyusunan ulang kalimatnya agar menjadi lebih mudah
dipahami.
Pada penyusunan kuesioner, diperoleh kuesioner dengan jumlah item
pertanyaan sejumlah 27 butir pernyataan. Setelah dilakukan penyebaran
kuesioner dan uji validitas diperoleh 19 pernyataan yang valid.
2) Uji Reliablitas
Uji reliabilitas yang dilakukan terhadap kuesioner dilakukan dengan
analisis statistik dengan menggunakan komputer.
Berdasarkan uji reliabilitas yang dilakukan dengan mengunakan komputer
terhadap pernyataan kuesioner yang telah valid, diperoleh nilai koefisien
4. Pembuatan Leaflet
Dalam penelitian ini digunakan leaflet sebagai media edukasi kesehatan tertulis yang membantu pemberian informasi mengenai swamedikasi konstipasi.
Leaflet ini berisi informasi tentang definisi konstipasi, gejala konstipasi, pilihan obat dan informasi tentang obat pencahar.
Langkah dalam pembuatan leaflet pada penelitian ini adalah mencari pustaka terkait konstipasi dan obat pencahar, mempelajari dan menelaah pustaka yang
dipilih, menyusun materi leaflet dalam bahasa yang mudah dipahami, membuat desain leaflet semenarik mungkin kemudian dilakukan pencetakkan leaflet.
Pencetakkan dilakukan sebanyak ±35 leaflet untuk dibagikan kepada kelompok intervensi leaflet.
5. Pelaksanaan Intervensi
a. Penyebaran undangan
Peneliti membagikan undangan kepada warga di tiga RT dari Dusun Nglawisan,
Desa Tamanagung, Kecamatan Muntilan yaitu RT 1, RT 2, dan RT 4 guna
menghadiri acara yang diadakan oleh peneliti.
b. Pelaksanaan ceramah dan leaflet
Penelitian ini dilakukan bersamaan dengan dua peneliti lain dengan kajian
penyakit yang berbeda. Intervensi kepada kelompok ceramah dan leaflet
dilakukan secara terpisah. Intervensi untuk kelompok ceramah dilakukan di
rumah Ketua RT 4 pada saat pertemuan rutin ibu-ibu PKK. Acara dimulai
ceramah. Setelah satu bulan, diberikan posttest untuk mengetahui apakah ada perubahan perilaku setelah diberikan intervensi ceramah.
Pada kelompok leaflet, pelaksanaan intervensi dilakukan saat pertemuan rutin ibu-ibu PKK di rumah Ketua RT 2. Responden diminta mengisi pretest
kemudian diberikan leaflet serta diberitahukan untuk membaca dan mempelajari
leaflet tersebut. Setelah satu bulan, diberikan posttest untuk mengetahui apakah ada perubahan perilaku setelah diberikan leaflet.
Untuk kelompok kontrol, ibu-ibu PKK berkumpul di rumah Ketua RT 1 saat
ada acara pengajian bersama ibu-ibu PKK. Responden diminta kesediaannya
untuk mengisi kuesioner yang digunakan untuk pretest kemudian setelah satu bulan tanpa pemberian intervensi apapun, dilakukan posttest kepada responden tersebut.
6. Pengambilan Data
Pretest pada kelompok intervensi dilakukan sebelum responden menerima intervensi baik berupa ceramah maupun leaflet. Sedangkan posttest pada kelompok intervensi diberikan setelah satu bulan menerima intervensi yang diberikan. Untuk
kelompok kontrol pengisian pretest dan posttest dilakukan dengan jeda satu bulan tanpa adanya intervensi. Pengambilan data dilakukan dari bulan September hingga
Oktober 2010.
7.Pengolahan Data
a. Manajemen Data
Proses manajemen data meliputi :
1) Editing
Pada tahap ini, dilakukan pemeriksaan terhadap berbagai hal meliputi
kelengkapan jawaban kuesioner hasil penelitian, penyeleksian kuesioner
yang memenuhi kriteria inklusi sampel, serta melihat apakah ada responden
yang harus dieksklusi. Tahap editing ini dilakukan sesaat setelah semua kuesioner terkumpul di lokasi penelitian.
Dari hasil editing, kuesioner yang telah diterima baik dari kelompok kontrol, kelompok intervensi leaflet, dan kelompok intervensi ceramah tidak terdapat kuesioner atau responden yang dieksklusi karena semua kuesioner telah terisi
dan kriteria sampel telah sesuai dengan kriteria penelitian.
2) Processing
Pada proses ini dilakukan dengan mengelompokkan item pernyataan pada kuesioner berdasarkan variabel perilaku yang akan diteliti yaitu variabel
pengetahuan, sikap dan tindakan. Selanjutnya memindahkan isi data dari
kuesioner ke program komputer dan menjumlahkan skor dari item penyataan yang dijawab oleh responden.
3) Cleaning
seluruh komponen yang akan dibutuhkan untuk analisis data. Analisis data
yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan taraf kepercayaan 95%.
b. Analisis Data
1) Pengujian terhadap karakteristik umur responden
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui ada-tidaknya perbedaan
karakteristik umur yang signifikan antara kelompok kontrol dan intervensi
dengan menggunakan uji Chi Square. Nilai signifkansi <0,05 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan karakteristik yang signifikan antara kelompok
kontrol dan intervensi. Nilai signifikansi >0,05 menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan karakteristik yang signifikan antara kelompok kontrol dan
intervensi (Dahlan, 2009).
2) Pengujian terhadap normalitas data
Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
dalam penelitian terdistribusi normal atau tidak. Uji ini dijadikan dasar
penentuan untuk uji analisis data selanjutnya. Untuk uji normalitas dalam
penelitian digunakan analisis dengan bantuan komputer.
Pengujian normalitas data dalam penelitian ini dilakukan
menggunakan uji Shapiro-Wilk karena jumlah sampel yang digunakan pada penelitian adalah kecil (kurang dari 50) (Dahlan, 2009). Uji ini dilakukan
dengan cara memasukkan nilai pretest dan posttest setelah satu bulan sehingga akan diperoleh nilai signifikansi. Nilai signifikansi yang >0,05
nilai signifikansi yang <0,05 menunjukkan sebaran data berdistribusi tidak
normal (data non-parametrik) (Dahlan, 2009).
3) Pengaruh metode ceramah atau leaflet terhadap perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakan
Pengaruh metode ceramah atau leaflet diketahui dengan menghitung selisih rerata nilai antara pretest dan posttest dalam satu kelompok sehingga didapatkan besar peningkatan atau penurunan pengetahuan, sikap, dan
tindakan swamedikasi konstipasi. Pengujian secara statistik dengan
menggunakan Paired T-Test atau Wilcoxon Test bertujuan untuk mengetahui apakah selisih rerata nilai antara pretest dan posttest dalam satu kelompok berbeda bermakna atau tidak.
Pengujian menggunakan Paired T-Test dilakukan pada data pretest
dan postest yang mempunyai distribusi normal sedangkan pada salah satu data pretest atau postest yang mempunyai distribusi tidak normal maka pengujian data dilakukan dengan Wilcoxon Test.
Terdapat perbedaan yang bermakna jika dalam hasil akhir analisis
diperoleh nilai p <0,05. Sebaliknya, jika diperoleh nilai p >0,05 maka
terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara kedua hal yang dibandingkan
(Dahlan, 2009).
4) Pengujian efektivitas metode ceramah atau leaflet serta perbandingan efektivitas antara kedua metode
Pengujian untuk mengetahui efektivitas metode ceramah atau leaflet
posttest setelah satu bulan pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol menggunakan Independent T-Test atau Mann Whitney U-Test.
Independent T-Test dilakukan pada dua data yang terdistribusi normal. Jika salah satu data yang akan dibandingkan mempunyai distribusi yang
tidak normal maka digunakan Mann Whitney U-Test.Pada penelitian, karena salah satu data yang dibandingkan mempunyai distribusi yang tidak normal
maka uji yang digunakan adalah Mann Whitney U-Test.
Efektivitas dari metode ceramah atau leaflet ditunjukkan dengan selisih rerata nilai antara pretest dan postest pada kelompok intervensi yang lebih besar dibandingkan selisih rerata nilai antara pretest dan postest pada kelompok kontrol serta secara statistik dinyatakan berbeda bermakna (p
<0,05) (Dahlan, 2009). Sebaliknya, jika diperoleh nilai p >0,05 maka selisih
rerata nilai antara pretest dan postest pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol dinyatakan berbeda tidak bermakna, artinya metode
ceramah atau leaflet kurang efektif dalam perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakan swamedikasi konstipasi dari responden.
Pengujian terhadap efektivitas antara kedua metode tersebut dilakukan
dengan cara statistik yang sama dengan membandingkan antara selisih rerata
I. Kelemahan Penelitian
Kelemahan dalam penelitian ini terletak pada uji validitas terhadap kuesioner
dan leaflet. Uji validitas kuesioner yang dilakukan hanya uji pemahaman bahasa. Uji validitas isi dan validitas layout oleh expert tidak dilakukan sehingga kuesioner tidak cukup tajam untuk menggambarkan keseluruhan perubahan pengetahuan, sikap, dan
tindakan swamedikasi konstipasi responden. Selain itu, pernyataan dalam variabel
tindakan kurang spesifik untuk mengukur bentuk aktif perilaku responden. Pada
leaflet, tidak dilakukan uji pemahaman bahasa.
Pemilihan kelompok intervensi dan kelompok kontrol terlalu dekat jaraknya
dimana RT 1 sebagai kelompok kontrol, RT 2 sebagai kelompok intervensi leaflet,
dan RT 4 sebagai kelompok intervensi ceramah. Hal ini memungkinkan terjadinya
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik responden yang telah ditentukan dalam penelitian ini adalah
ibu-ibu PKK di Dusun Nglawisan, Desa Tamanagung, Kecamatan Muntilan yang telah
menikah dengan rentang usia produktif 20-55 tahun. Sebelum melakukan analisis
terhadap perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakan swamedikasi konstipasi ibu-ibu
PKK sebagai pengaruh dari edukasi kesehatan yang diberikan oleh peneliti, perlu
dilakukan uji terhadap karakteristik responden. Dalam penelitian ini, karakteristik
responden yang telah ditentukan yaitu karaktersitik umur responden.
Berdasarkan hasil analisis yang digunakan untuk menguji karaktersitik umur
responden pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi dengan menggunakan uji
Chi Square diperoleh nilai signifikansi yaitu 0,199. Hal ini membuktikan bahwa perbedaan pada sebaran umur responden berbeda tidak bermakna antara kelompok
kontrol dan kelompok intervensi.
A. Efektivitas Metode Ceramah terhadap Perubahan Perilaku Swamedikasi Konstipasi pada Ibu-Ibu PKK
Perubahan perilaku swamedikasi konstipasi akibat pemberian ceramah pada
responden dapat diketahui dengan menghitung selisih rerata nilai pretest dan posttest
menggunakan Paired T-Test atau Wilcoxon Test dilakukan untuk mengetahui apakah perubahan ini berbeda bermakna atau tidak.
Hasil perhitungan selisih rerata nilai pretest dan posttest setelah satu bulan pada kelompok intervensi ceramah dan kelompok kontrol serta analisis statistik untuk
uji signifikansi ditunjukkan pada tabel III.
Tabel III. Selisih rerata nilai antara pretest dan posttest pada kelompok intervensi ceramah dan kontrol serta uji signifikansi
Kelompok Variabel Pretest Posttest p Selisih rerata Ceramah Pengetahuan 19,133 22,167 0,000** 3,033
Sikap 21,300 23,333 0,001* 2,033
Tindakan 26,300 25,733 0,381** -0,567
Kontrol Pengetahuan 18,567 19,067 0,016** 0,500
Sikap 20,533 20,567 0,823* 0,033
Tindakan 23, 467 23,667 0,415* 0,200
Keterangan:
*menggunakan Paired T-Test
**mengunakan Wilcoxon Test
Setelah pemberian intervensi ceramah, terjadi peningkatan untuk variabel
pengetahuan dan sikap dari responden tetapi tidak pada variabel tindakan.
Peningkatan variabel pengetahuan sebesar 3,033 dan variabel sikap sebesar 2,033
serta penurunan pada variabel tindakan sebesar -0,567. Dari hasil uji statistik
diketahui bahwa peningkatan pengetahuan dan sikap dari responden antara prestest
dan posttest setelah satu bulan pada kelompok ceramah adalah berbeda bermakna sedangkan untuk penurunan tindakanberbeda tidak bermakna.
Penurunan tindakan pada kelompok ceramah mungkin disebabkan responden tanggap