• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN CERAMAH DAN LEAFLET PADA PERILAKU SWAMEDIKASI KONSTIPASI IBU-IBU PKK DUSUN NGLAWISAN, DESA TAMANAGUNG, KECAMATAN MUNTILAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Stu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN CERAMAH DAN LEAFLET PADA PERILAKU SWAMEDIKASI KONSTIPASI IBU-IBU PKK DUSUN NGLAWISAN, DESA TAMANAGUNG, KECAMATAN MUNTILAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Stu"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN CERAMAH DAN LEAFLET PADA PERILAKU SWAMEDIKASI KONSTIPASI IBU-IBU PKK DUSUN NGLAWISAN, DESA TAMANAGUNG, KECAMATAN MUNTILAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Helen

NIM : 078114024

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

ii

PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN CERAMAH DAN LEAFLET

PADA PERILAKU SWAMEDIKASI KONSTIPASI IBU-IBU PKK DUSUN NGLAWISAN, DESA TAMANAGUNG, KECAMATAN MUNTILAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Helen

NIM : 078114024

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

viii

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, kasih karunia, dan perlindungan-Mu yang telah Kau berikan sehingga penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Pengaruh Pemberian Ceramah dan

Leaflet pada Perilaku Swamedikasi Konstipasi Ibu-ibu PKK Dusun Nglawisan, Desa

Tamanagung, Kecamatan Muntilan”. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk

memenuhi salah satu syarat mendapat gelar Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam proses penyusunan skripsi ini tidaklah mudah, penulis mendapat

bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus serta Bunda Maria atas berkat dan semangat yang telah

dianugerahkan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Gubernur Provinsi Jawa Tengah yang telah memberikan ijin untuk melakukan

penelitian di kecamatan Muntilan, Jawa Tengah.

3. Bapak dan ibu RT dusun Nglawisan, Kecamatan Muntilan yang telah

memberikan ijin dan bantuan selama proses penelitian.

4. Para pengurus dan seluruh ibu-ibu PKK dusun Nglawisan, desa Tamanagung,

Kecamatan Muntilan yang telah membantu dalam penelitian ini.

5. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi

(9)

ix

6. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing utama

yang telah memberikan petunjuk, saran dan masukan yang berharga dalam

proses penyusunan skripsi.

7. Ibu Dra. Th. B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes., Apt., selaku dosen penguji yang

telah memberikan bimbingan, saran dan kritik yang berguna bagi penulis.

8. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah

memberikan bimbingan, saran dan kritik yang berguna bagi penulis.

9. Seluruh staff kesekretariatan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta yang membantu mengurus administrasi dan membuat berbagai

surat ijin sehingga membantu kelancaran proses penelitian hingga selesai.

10. Mama (Khoe Wan Tjeng) dan Papa (Haryanto Teja) yang tak henti

memberikan doa, dukungan, dan semangatnya dalam proses penelitian ini.

11. Kakakku (Nancy Teja) atas doa, dukungan, dan semangatnya selama ini.

12. Seluruh staff pengajar dan karyawan Fakultas Farmasi Sanata Dharma

Yogyakarta, atas bimbingan dan bantuannya selama ini.

13. Sahabatku dari kecil yaitu Lala Tjandra atas doa dan dukungannya dalam

penyusunan skripsi ini. Sahabat karib dalam pendidikan semasa kuliah sejak

semester awal hingga saat ini yaitu Eva Kristina. Terimakasih untuk semangat

dan dukungannya.

14. Sahabat seperjuangan dalam penelitian skripsi ini : Eva dan Novi.

(10)

x

15. Teman-teman angkatan 2007 (khususnya kelas FKK-A), atas doa, semangat,

dan kebersamaannya selama ini.

16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu dan telah

membantu dalam pembuatan skripsi ini dengan doa dan dukungannya saya

ucapkan terimakasih.

“Tak ada gading yang tak retak” begitu pula dengan skripsi ini. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini menjadi

lebih baik lagi. Semoga skripsi ini juga dapat memberikan manfaat dalam

perkembangan ilmu kerfarmasian dan bagi semua pembaca.

Yogyakarta, Desember 2010

(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .. vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

PRAKATA ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

(12)

xii

2. Tujuan khusus ... 7

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ... 8

A. Swamedikasi ... 8

B. Konstipasi ... 9

1. Anatomi dan Fisiologi Usus Besar ... 9

2. Penatalaksanaan Konstipasi ... 10

a. Penatalaksanaan Non-Farmakologis ... 10

b. Penatalaksanaan Farmakologis ... 10

C. Pendidikan kesehatan ... 11

BAB III. METODE PENELITIAN ... 22

A. Jenis dan Rancangan Penelitan ... 22

B. Variabel Penelitian ... 22

(13)

xiii

G. Instrumen Penelitian ... 26

H. Tata Cara Penelitian ... 27

1. Perijinan ... 27

2. Penelusuran Data Populasi ... 27

3. Pembuatan Kuesioner ... 28

4. Pembuatan Leaflet ... 31

5. Pelaksanaan Intervensi ... 31

6. Pengambilan Data ... 32

7. Pengolahan Data ... 32

a. Manajemen Data ... 33

b. Analisis Data ... 34

I. Kelemahan Penelitian ... 37

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Efektifitas Metode Ceramah terhadap Perubahan Perilaku Swamedikasi Konstipasi Ibu-Ibu PKK ... 38

(14)

xiv

Swamedikasi Konstipasi Ibu-Ibu PKK ... 43

C. Efektifitas antara Metode Ceramah dengan Metode Leaflet terhadap Perubahan Perilaku Swamedikasi Konstipasi Ibu-Ibu PKK … 47 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55

LAMPIRAN ... 57

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I. Golongan obat pencahar ... 11

Tabel II. Pembagian pernyataan favourable dan unfavourable ... 29

Tabel III. Selisih rerata nilai antara pretest dan posttest pada kelompok intervensi ceramah dan kontrol serta uji signifikansi ... 39

Tabel IV. Efektivitas metode ceramah terhadap perubahan perilaku swamedikasi Konstipasi pada ibu-ibu PKK ... 40

Tabel V. Selisih rerata nilai antara pretest dan posttest pada kelompok intervensi leaflet dan kontrol serta uji signifikansi ... 43

Tabel VI. Efektivitas metode leaflet terhadap perubahan perilaku swamedikasi konstipasi pada ibu-ibu PKK ... 44

Tabel VII. Selisih rerata antara jumlah per item pertanyaan pada pretest dan posttest (variabel pengetahuan) ... 47

Tabel VIII. Selisih rerata antara jumlah per item pertanyaan pada pretest dan posttest (variabel sikap) ... 48

Tabel IX. Selisih rerata antara jumlah per item pertanyaan pada pretest dan posttest (variabel tindakan) ... 50

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Anatomi usus besar ... 9

Gambar 2. Perbandingan perilaku swamedikasi konstipasi ibu-ibu PKK antara kelompok intervensi ceramahdengan kelompok kontrol ... 42

Gambar 3. Perbandingan perilaku swamedikasi konstipasi ibu-ibu PKK antara kelompok intervensi leaflet dengan kelompok kontrol ... 46

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ... 57

Lampiran 2. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner ... 59

Lampiran 3. Data diri responden kelompok kontrol ... 61

Lampiran 4. Data diri responden kelompok ceramah ... 62

Lampiran 5. Data diri responden kelompok leaflet ... 63

Lampiran 6. Daftar nilai pretest dan posttest kelompok kontrol ... 64

Lampiran 7. Daftar nilai pretest dan posttest kelompok intervensi leaflet ... 70

Lampiran 8. Daftar nilai pretest dan posttest kelompok intervensi ceramah ... 76

Lampiran 9. Hasil uji statistik untuk karakteristik responden ... 82

Lampiran 10. Uji normalitas dan signifikansi pada kelompok kontrol ... 83

Lampiran 11. Pengaruh metode ceramah terhadap perubahan perilaku swamedikasi konstipasi pada ibu-ibu PKK ………85 Lampiran 12. Efektifitas metode ceramah terhadap perubahan perilaku swamedikasi konstipasi pada ibu-ibu PKK ... 88

Lampiran 13. Pengaruh metode leaflet terhadap perubahan perilaku swamedikasi konstipasi pada ibu-ibu PKK ... 91

Lampiran 14. Efektifitas metode leaflet terhadap perubahan perilaku swamedikasi konstipasi pada ibu-ibu PKK ... 94

Lampiran 15. Efektifitas metode ceramah dan leaflet terhadap perubahan

(18)

xviii

Lampiran 16. Materi yang disampaikan pada saat ceramah ... 100

Lampiran 17. Materi untuk leaflet tentang kajian obat pencahar ... 102

Lampiran 18. Surat ijin penelitian dari Fakultas Farmasi ... 104

Lampiran 19. Surat ijin Sekretariat Daerah Propinsi ... 105

Lampiran 20. Surat ijin penelitian dari Bakesbanglinmas Semarang ... 106

Lampiran 21. Surat perijinan dari Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Penanggulangan Bencana Mungkid, Kabupaten Magelang ... 108

Lampiran 22. Surat ijin penelitian dari Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Magelang ... 109

Lampiran 23. Data jumlah penduduk di Kecamatan Muntilan ... 110

Lampiran 24. Foto kelompok kontrol ... 111

Lampiran 25. Foto kelompok intervensi ceramah ... 113

(19)

xix

INTISARI

Konstipasi merupakan gangguan kesehatan yang dapat dialami oleh semua umur serta lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Konstipasi adalah pembuangan tinja yang keras dengan frekuensi kurang dari tiga kali dalam seminggu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi metode ceramah dan

leaflet terhadap perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakan swamedikasi konstipasi ibu-ibu PKK di dusun Nglawisan, Desa Tamanagung, Kecamatan Muntilan, serta mengetahui metode mana diantara keduanya yang lebih efektif terhadap perubahan perilaku swamedikasi konstipasi.

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental semu, dengan rancangan pre-post test intervention with control group. Dalam penelitian terdapat, dua kelompok intervensi berupa ceramah dan leaflet serta kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan. Pengambilan data dilakukan dengan cara masing-masing kelompok diberi pretest dan posttest menggunakan kuesioner setelah satu bulan untuk mengetahui efek perlakuan terhadap perubahan perilaku responden.

Dari hasil penelitian, diketahui efektivitas dari metode ceramah dapat meningkatkan pengetahuan (p=0,002) dan sikap (p=0,000) swamedikasi tetapi kurang efektif meningkatkan tindakan (p=0,147) swamedikasi. Efektivitas dari metode leaflet

yaitu dapat meningkatkan sikap (p=0,011) dan tindakan (0,001) swamedikasi namun kurang efektif dalam meningkatkan pengetahuan (p=0,277) swamedikasi. Metode ceramah lebih efektif dibandingkan lealfet dalam meningkatkan sikap (p=0,030) swamedikasi. Sedangkan metode leaflet lebih efektif dibandingkan ceramah dalam meningkatkan tindakan (p=0,000) swamedikasi. Untuk peningkatan pengetahuan swamedikasi responden tidak terdapat metode yang lebih efektif antara metode ceramah dan leaflet (p=0,055).

(20)

xx

ABSTRACT

Constipation is a health disorder that could affect all ages and this problem is more likely to arise in women rather than men. Constipation is the disposal of hard stools where the frequency of secretion is less than three times per week. The aim of this study is to identify the changes in women’s knowledge, attitude, and action on self-medication of constipation in PKK Nglawisan, Tamagung Village, Muntilan as the effect of educational information by using lecture and leaflet method. Moreover, it is also to determine which one of the two methods that is more effective in order to improve the self-medication’s behavior of constipation.

The research method used was quasi-experimental by using pre-post test intervention with control group. There were two groups that intervened with lecture and leaflet. And the control group which did not receive any treatment. Data is collected by giving a test in pre and post treatment using questionnaire method to each group after one month to determine the effect of treatment in changing of respondent’s behavior.

Based on the research, the affectivity of the lecture method could increase the knowledge (p=0.002) and attitude (p=0.000) of self-medication but less effective to improve the act of self medication (p=0.147). The effectiveness of leaflet method could improve the attitude (p=0.011) and act (p=0.001) of self-medication but less effective to improve the knowledge of self-medication (p=0.277). The lecture method was more effective than leaflet method in improving attitude of self-medication (p=0.030). In addition, leaflet method was more effective than lecture in improving act of self-medication (p=0.000). While, to improve the respondent knowledge of self-medication there were no methods that are more effective between lecture and leaflet method (p=0.055).

(21)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, makhluk hidup mengalami sakit atau menderita

suatu penyakit. Salah satu kebiasaan manusia yang diwarisi dari leluhurnya adalah

melakukan swamedikasi atau pengobatan sendiri jika menderita sakit (Sartono, 1993).

Swamedikasi atau pengobatan sendiri adalah tindakan mengobati diri sendiri dengan

menggunakan obat-obat tanpa resep untuk mengatasi penyakit-penyakit ringan

(minor illness) secara tepat dan bertanggung jawab (Holt and Hall, 1990).

Swamedikasi yang dilakukan oleh penduduk Indonesia memiliki proporsi

terbesar dibanding pengobatan medis. Kenyataan ini didukung laporan bahwa lebih

kurang 82% masyarakat melakukan praktek swamedikasi (Donatus, 1997). Menurut

WHO, juga terjadi peningkatan jumlah masyarakat di dunia yang menangani penyakit

mereka dengan swamedikasi tanpa berkonsultasi dengan dokter atau apoteker (WHO,

1998).

Swamedikasi yang dilaksanakan oleh masyarakat dikatakan menguntungkan

jika swamedikasi yang dilakukan bersifat aman dan rasional sehingga dapat

memperbaiki kondisi kesehatan. Sedangkan dikatakan merugikan jika tidak terjadi

perbaikan kondisi kesehatan terlebih lagi terjadi pengkonsumsian obat yang

sebenarnya tidak dibutuhkan bahkan dapat berbahaya karena adanya kesalahan

(22)

masyarakat akan obat seperti indikasi, aturan pakai, efek samping, dan kontraindikasi

dari obat tersebut (Supardi dan Notosiswoyo, 2005).

Perilaku swamedikasi oleh masyarakat tidak hanya dilakukan untuk mengatasi

penyakit ringan tetapi juga sebagai upaya masyarakat untuk mencegah penyakit dan

juga memelihara kesehatan dirinya. Salah satunya, pelaksanaan swamedikasi dapat

dilakukan pada pengobatan konstipasi (susah buang air besar).

Konstipasi adalah pembuangan tinja yang keras dengan frekuensi yang kurang

dari tiga kali dalam seminggu (Curry and Butler, 2004). Hal ini disebabkan oleh

pergerakan feses yang lambat ketika melalui usus besar sehingga menghasilkan

akumulasi feses di usus besar bagian bawah. Konstipasi merupakan gangguan

kesehatan yang dapat dialami oleh semua umur serta lebih sering terjadi pada wanita

dibandingkan pria (Curry and Butler, 2004).

Pemilihan topik konstipasi dalam penelitian ini didasarkan atas adanya

penggunaan obat pencahar (±15 orang) pada bulan Agustus 2010. Data ini diperoleh

dari wawancara secara lisan dengan Apoteker di Apotek yang terdapat di Desa

Tamanagung. Konstipasi jika tidak diobati akan menambah resiko pengerasan feses

pada rektum. Pengerasan feses ini dapat menyebabkan pembengkakan rektum, mati

rasa pada daerah sekitar anus, menambah resiko terkena hemoroid (pembengkakan

pembuluh darah pada rektum bagian bawah dan anus), perdarahan pada anus, (Selby,

2010). Jika hemoroid tidak disembuhkan maka akan bertambah parah dan tidak dapat

disembuhkan hanya dengan terapi farmakologi tetapi sampai pada pengambilan

(23)

pencegahan dan pengobatan terhadap konstipasi, salah satunya dengan melakukan

swamedikasi konstipasi secara aman, rasional, dan efektif.

Penelitian ini dilakukan terhadap ibu-ibu PKK di Dusun Nglawisan, Desa

Tamanagung, Kecamatan Muntilan. Berdasarkan data Potensi Desa dan Tingkat

Perkembangan Desa tahun 2009, Desa Tamanagung memiliki luas daerah dan jumlah

penduduk paling banyak diantara ke 14 desa yang terdapat di Kecamatan Muntilan.

Dusun Nglawisan merupakan salah satu dusun dari 12 dusun yang terdapat di Desa

Tamanagung. Pemilihan lokasi Dusun Nglawisan didasarkan atas pertimbangan

jumlah penduduk yang tersebar lebih banyak di Dusun Nglawisan di antara 11 dusun

lain yang berada di Desa Tamanagung, Kecamatan Muntilan.

Penelitian dilakukan terhadap ibu-ibu PKK yang memenuhi kriteria inklusi

yaitu sampel dengan jenis kelamin wanita yang telah menikah serta usia produktif

antara umur 20-55 tahun. Pemilihan sampel berupa ibu PKK ini dikarenakan

ibu-ibu PKK merupakan kader masyarakat yang berfungsi untuk menyejahterakan

keluarga Indonesia. Setelah mendapatkan edukasi, ibu-ibu PKK diharapkan dapat

menyampaikan dan mengaplikasikan informasi yang telah didapat ke keluarga dan

masyarakat sekitar. Pertimbangan lainnya bahwa wanita dengan usia produktif

tersebut merupakan ibu rumah tangga yang menjaga, memelihara, dan merawat

kesehatan dari anggota keluarganya serta kurangnya pengetahuan masyarakat di

Kecamatan Muntilan tentang obat pencahar yang digunakan untuk swamedikasi

(24)

Dengan melakukan swamedikasi maka masyarakat dapat menghemat waktu

dan biaya. Untuk melakukan swamedikasi, diperlukan adanya peningkatan tanggung

jawab masyarakat melalui edukasi. Edukasi dapat dilakukan melalui berbagai cara,

antara lain dengan ceramah dan penggunaan leaflet. Oleh karena itu, pemberian edukasi diperlukan untuk meningkatkan tanggung jawab masyarakat dalam

melakukan swamedikasi agar dapat meningkatkan kemampuan dan kualitas

keamanan swamedikasi.

Dari uraian di atas, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah

pemberian edukasi dapat meningkatkan perilaku swamedikasi konstipasi masyarakat.

Selain itu juga untuk mengetahui metode edukasi mana yang lebih efektif untuk

meningkatkan perilaku swamedikasi konstipasi, khususnya di Dusun Nglawisan,

Desa Tamanagung, Kecamatan Muntilan yang meliputi aspek pengetahuan, sikap,

dan tindakan dengan harapan terbentuk perilaku swamedikasi yang aman, rasional

dan efektif.

1. Perumusan Masalah

a. Seperti apakah efektivitas metode ceramah dalam perubahan pengetahuan,

sikap, dan tindakan swamedikasi konstipasi ibu-ibu PKK di Dusun

Nglawisan, Desa Tamanagung, Kecamatan Muntilan?

b. Seperti apakah efektivitas metode leaflet dalam perubahan pengetahuan,

sikap, dan tindakan swamedikasi konstipasi ibu-ibu PKK di Dusun

(25)

c. Metode mana diantara keduanya yang lebih efektif terhadap perubahan

pengetahuan, sikap, dan tindakan swamedikasi konstipasi ibu-ibu PKK di

Dusun Nglawisan, Desa Tamanagung, Kecamatan Muntilan?

2. Keaslian Penelitian

Penelitian sejenis terkait pengaruh edukasi pada perilaku swamedikasi yang

telah dilakukan adalah :

a. Penelitian berjudul “Pengaruh Edukasi terhadap Aspek Perilaku Swamedikasi (Common Cold) pada Ibu-Ibu Non Kader Kesehatan di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul” yang dilakukan oleh Widiastuti (2009). Penelitian ini

menggunakan metode edukasi berupa ceramah. Hasil dari penelitian

menunjukkan bahwa pemberian edukasi berpengaruh terhadap perubahan

perilaku swamedikasi common cold oleh kader-kader kesehatan dengan angka signifikansi untuk pengetahuan sebesar 0,000; sikap sebesar 0,000; dan

tindakan 0,002.

b. Penelitian berjudul “Pengaruh Edukasi terhadap Aspek Perilaku Swamedikasi

(Common Cold) pada Kader-Kader Kesehatan di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul” yang dilakukan oleh Prabaningrum (2009). Penelitian ini

menggunakan metode edukasi berupa ceramah. Hasil dari penelitian

menunjukkan bahwa pemberian edukasi berpengaruh terhadap perubahan

perilaku swamedikasi common cold oleh kader-kader kesehatan dengan dengan angka signifikansi untuk pengetahuan sebesar 0,000; sikap sebesar

(26)

Penelitian ini menitikberatkan pada pengaruh pemberian metode edukasi

ceramah atau leaflet pada perilaku swamedikasi konstipasi ibu-ibu PKK di Dusun Ngalwisan, Desa Tamanagung, Kecamatan Muntilan. Perbedaan dengan penelitian

sejenis terletak pada hal tujuan penelitian, subyek penelitian, kajian penelitian dan

waktu penelitian.

Sepengetahuan peneliti, penelitian dengan judul “Perbedaan Pengaruh

Pemberian Ceramah dan Leaflet pada Perilaku Swamedikasi Konstipasi Ibu-ibu PKK Dusun Nglawisan, Desa Tamanagung, Kecamatan Muntilan” belum pernah dilakukan.

3. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan dan pertimbangan

farmasis dan Departemen Kesehatan untuk menentukan metode yang sesuai dalam

promosi kesehatan guna meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang swamedikasi

konstipasi yang rasional. Selain itu, melalui penelitian ini diharapkan dapat

meningkatkan pengetahuan ibu-ibu PKK di Dusun Nglawisan, Desa Tamanagung,

Kecamatan Muntilan tentang swamedikasi konstipasi.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh edukasi berupa metode

(27)

swamedikasi konstipasi ibu-ibu PKK di Dusun Nglawisan, Desa Tamanagung,

Kecamatan Muntilan.

2. Tujuan khusus

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

a. Efektivitas metode ceramah dalam perubahan pengetahuan, sikap, dan

tindakan swamedikasi konstipasi ibu-ibu PKK di Dusun Nglawisan, Desa

Tamanagung, Kecamatan Muntilan.

b. Efektivitas metode leaflet dalam perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakan swamedikasi konstipasi ibu-ibu PKK di Dusun Nglawisan, Desa Tamanagung,

Kecamatan Muntilan.

c. Metode diantara keduanya yang lebih efektif terhadap perubahan

pengetahuan, sikap, dan tindakan swamedikasi konstipasi ibu-ibu PKK di

(28)

8

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Swamedikasi

Swamedikasi atau pengobatan sendiri adalah tindakan mengobati diri sendiri

dengan menggunakan obat-obat tanpa resep untuk mengatasi penyakit-penyakit

ringan (minor illness) secara tepat dan bertanggung jawab (Holt and Hall, 1990). Keuntungan swamedikasi atau pengobatan sendiri menurut Holt and Hall

(1990), aman bila digunakan sesuai dengan petunjuk, efektif untuk menghilangkan

keluhan, biaya pembelian obat relatif lebih murah daripada biaya pelayanan

kesehatan, hemat waktu karena tidak perlu mengunjungi fasilitas atau profesi

kesehatan.

Kekurangan swamedikasi menurut Holt and Hall (1990) yakni obat

membahayakan kesehatan bila tidak digunakan sesuai dengan aturan pakai,

kemungkinan dapat timbul reaksi obat yang tidak diinginkan, kesalahan penggunaan

obat karena informasi yang kurang lengkap dari iklan obat, tidak efektif akibat salah

diagnosis dan pemilihan obat, dan sulit bertindak objektif karena pemilihan obat

dipengaruhi oleh pengalaman menggunakan obat di masa lalu dan lingkungan

(29)

B. Konstipasi

Konstipasi (susah buang air besar) adalah pembuangan tinja yang keras

dengan frekuensi yang kurang dari tiga kali dalam seminggu (Curry and Butler,

2004). Penyebab dari konstipasi terdapat banyak faktor termasuk didalamnya adalah

berbagai kondisi medis dan pengobatan, kondisi psikologi, dan karakteristik gaya

hidup seseorang (Curry and Butler, 2004).

Adapun tanda dan gejala dari konstipasi adalah pengurangan frekuensi pergerakan

usus besar yang dapat berakibat menurunnya frekuensi buang air besar, perut

membesar, berkurangnya nafsu makan, tubuh lesu, cepat lelah, dan pengeluaran tinja

yang keras (Curry and Butler, 2004).

1. Anatomi dan Fisiologi Usus Besar

Gambar 1. Anatomi usus besar (Price and Wilson, 1984)

Usus besar (kolon) merupakan tabung muskular berongga yang terbentang

dari sekum hingga bagian kolon sigmoid. Diameter rata-rata kolon sekitar 2,5 inch

(30)

kolon asenden, transversum, desenden, dan sigmoid. Lapisan mukosa usus besar jauh

lebih tebal daripada lapisan mukosa usus halus dan tidak mengandung vili.

Fungsi usus besar yang paling penting adalah absorpsi air dan elektrolit yang

sebagian besar dilangsungkan pada kolon bagian kanan. Fungsi kolon sigmoid

sebagai reservoir untuk dehidrasi massa feses sampai defekasi berlangsung (Price and Wilson, 1984).

2. Penatalaksanaan Konstipasi

a. Penatalaksanaan Non-Farmakologis

1) Meningkatkan konsumsi serat, minimal 18-30 gram serat per hari.

Serat dapat diperoleh dengan mengkonsumsi buah-buahan, sayuran,

beras, roti, biji-bijian, kacang, gandum, dsb.

2) Meningkatkan konsumsi air putih minimal 1,2 liter (6-8 gelas) per

hari. Mengurangi minum kopi, alkohol, dan minuman bersoda.

3) Melakukan olahraga seperti jalan kaki atau lari. Idealnya, melakukan

kegiatan fisik selama 30 menit setiap hari.

4) Biasakan untuk tidak menahan keinginan untuk buang air besar. Yang

baik adalah biasakan buang air besar pada pagi hari atau 30 menit

setelah makan.

5) Biasakan buang air besar setiap hari secara teratur (Selby, 2010).

b. Penatalaksanaan Farmakologis

Obat pencahar adalah obat yang digunakan untuk memudahkan

(31)

pencahar terdiri dari berbagai jenis dan masing-masing jenis memiliki efek

yang berbeda terhadap sistem pencernaan. Golongan dari obat pencahar

adalah sebagai berikut:

Tabel I. Golongan obat pencahar

No Golongan Zat aktif Contoh

1. Pencahar pembentuk massa

Ispaghula sekam Metamucil®, Mucofalk®, Mulax®

2. Pencahar stimulan Bisakodil Bisakodil, Bicolax®, Dulcolax®, Laxacod®, Laxamex®, Medilax®, Melaxan®, Prolaxan®, Sacolax®

Gliserol Glyserin, Proconsti 10®, Proconsti 10®, Triolax® Natrium dokusat Laxatab®

Natrium pikosulfat Laxoberon®

3. Pelunak feses Parafin cair Parafin Liquidum, Kompolax®, Laxadin® 4. Pencahar osmotik Garam magnesium Magnesium Sulfat, Garam Inggris, Garam

Inggris Cap Gajah®

Laktulosa Constipen®, Dulcolactol®, Duphalac®,

Lactulax®, Laxadilac®, Opilax®, Pralax®, Solac® (Badan POM, 2008)

Pengerasan feses terjadi ketika feses menjadi keras, kering, dan susah

dikeluarkan dari anus. Jika mengalami hal tersebut, pengobatan dapat

diawali dengan mengkonsumsi pencahar osmotik. Setelah beberapa hari,

dapat juga mengkonsumsi pencahar stimulan (Selby, 2010).

C. Pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan

informasi kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau individu. Dengan harapan

bahwa dengan adanya informasi kesehatan tersebut maka masyarakat, kelompok, atau

individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik.

(32)

kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 1993). Dengan kata lain, dengan adanya

pendidikan kesehatan diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku

kesehatan masyarakat.

Pendidikan kesehatan ini disampaikan kepada masyarakat melalui suatu

metode dan alat bantu (media) pendidikan kesehatan. Metode pendidikan kesehatan

dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Metode pendidikan individual (perorangan) dilakukan dengan pendekatan

secara individual. Bentuk daripada pendekatan ini, antara lain dengan

bimbingan atau penyuluhan antara klien dengan petugas kesehatan yang lebih

intensif serta wawancara antara klien dengan petugas kesehatan.

2. Metode pendidikan kelompok dibedakan berdasarkan besarnya sasaran

pendidikan, yaitu:

- kelompok besar (sasaran pendidikan yang lebih dari 15 orang). Metode

yang baik untuk kelompok besar ini antara lain ceramah dan seminar.

Ceramah merupakan metode yang baik untuk sasaran yang berpendidikan

tinggi maupun rendah. Seminar merupakan metode yang cocok untuk

sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas.

- kelompok kecil (sasaran pendidikan yang kurang dari 15 orang). Metode

yang cocok untuk kelompok kecil antara lain diskusi kelompok, curah

(33)

3. Metode pendidikan massa (public), digunakan untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya

massa atau public. Beberapa contoh dari metode ini, antara lain ceramah umum; pidato-pidato; tulisan-tulisan di majalah atau koran; billboard, spanduk, poster dan sebagainyayang dipasang di pinggir jalan (Notoatmodjo,

1993).

Alat bantu atau peraga pendidikan kesehatan adalah alat-alat yang digunakan

oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan kesehatan. Alat peraga

pendidikan ini berguna untuk mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran

pendidikan. Alat peraga kesehatan dibedakan berdasarkan pembuatan dan

pengunaanya, yaitu:

1. Alat peraga yang rumit seperti film, stripe slide, dan sebagainya yang

memerlukan listrik dan proyektor.

2. Alat peraga yang sederhana seperti leaflet, poster, flanel, model buku

bergambar, model buku bergambar, dan sebagainya (Notoatmodjo, 1993).

D. Perilaku

Perilaku kesehatan dapat diartikan sebagai segala bentuk pengalaman dan

interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya mencakup pengetahuan tentang

kesehatan, sikap serta tindakan yang berhubungan dengan kesehatan (Sarwono,

(34)

1. perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia

berespon, baik secara pasif (mengetahui, bersikap, dan menanggapi penyakit dan

rasa sakit yang ada pada dirinya dan luar dirinya) maupun aktif (tindakan) yang

dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut.

2. perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respon seseorang terhadap

sistem pelayanan kesehatan, baik sistem pelayanan modern maupun tradisional. 3. perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yakni respon seseorang terhadap

makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan.

4. perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental heatlh behavior) adalah

respon seseorang terhadap lingkungan sebagai penentu kesehatan manusia

(Notoatmodjo, 1993).

Perilaku merupakan suatu respon seseorang terhadap rangsangan atau

stimulus dari luar subyek tersebut. Respon ini berbentuk dua macam, yakni :

1. bentuk pasif disebut juga respon internal, yaitu yang terjadi di dalam diri manusia

dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir,

tanggapan, sikap batin, dan pengetahuan.

2. bentuk aktif adalah respon dari stimulus yang secara jelas dapat diamati secara

langsung berupa tindakan nyata seseorang (practice) (Notoatmodjo, 1993). Terdapat beberapa teori penentu perilaku manusia, antara lain :

1. teori Lawrence Green

Green membagi terbentuknya perilaku manusia mengenai kesehatan dari tiga

(35)

kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai. Faktor-faktor pendukung, yang terwujud

dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya sarana kesehatan misalnya

Puskesmas, obat-obatan. Faktor-faktor pendorong, yang terwujud dalam sikap

dan perilaku petugas kesehatan yang merupakan kelompok referensi dari perilaku

masyarakat (Notoatmodjo, 1993).

2. teori Snehandu B. Kar

Kar menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak pada niat seseorang

terhadap obyek kesehatan, ada atau tidaknya dukungan dari masyarakat

sekitarnya, ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan, kebebasan dari

individu untuk mengambil keputusan atau bertindak, dan situasi yang

memungkinkan ia bertindak atau tidak bertindak (Notoatmodjo, 1993).

3. teori WHO

Perilaku kesehatan seseorang ditentukan oleh fungsi dari pemikiran dan perasaan

seseorang, adanya orang lain yang dijadikan referensi, dan sumber-sumber atau

fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung perilaku dan kebudayaan masyarakat

(Notoatmodjo, 1993).

Menurut Bloom (1908), perilaku manusia dibagi menjadi tiga ranah dalam

perkembangannya, yaitu:

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari mengetahui. Hal ini terjadi setelah manusia

(36)

meliputi pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 1993).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan isi materi yang ingin diukur dari responden.

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan

yakni :

a. tahu (know) diartikan sebagai kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Seseorang dikatakan tahu jika ia dapat

menyebutkan, menguraikan, dan mendefinisikan materi tersebut.

b. memahami (comprehension) diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar mengenai objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar.

c. aplikasi (application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi yang sebenarnya. Dapat diartikan sebagai

aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dalam

konteks atau situasi yang lain.

d. analisis (analysis) diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

(37)

f. evaluasi (evaluation) diartikan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu ditentukan berdasarkan

kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada

(Notoatmodjo, 1993).

2. Sikap

Sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk merespon (secara

positif atau negatif) terhadap orang, obyek atau situasi tertentu (Sarwono, 2007).

Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan

terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.

Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara

langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan subyek terhadap

suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan

pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat subyek (sangat setuju,

setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju) (Notoatmodjo, 1993).

Tingkatan sikap terdiri dari menerima (receiving), merespon (responding), menghargai (valuing), dan bertanggung jawab (responsible) (Notoatmodjo, 1993).

3. Tindakan

Menurut Notoatmodjo (1993) tindakan merupakan bagian dari perilaku yang

dapat diamati secara langsung dan disebut bentuk aktif perilaku. Secara teoritis,

perilaku terbentuk dari stimulus yang mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan

(38)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk

mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung

atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas.

Tindakan mempunyai beberapa tingkatan sebagai berikut:

a. persepsi (perception), mengenal dan memilih berbagai obyek yang sehubungan dengan tindakan yang diambil.

b. respon terpimpin (guided response), dapat melakukan sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.

c. mekanisme (mechanism), bila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu yang sudah merupakan kebiasaan.

d. adopsi (adoption), merupakan suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan tersebut sudah dimodifikasi tanpa

mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 1993).

E. Kuesioner

Kuesioner terdiri dari dua bagian, bagian pertama (pernyataan terbuka)

memuat pernyataan mengenai identitas responden sedangkan bagian kedua

(pernyataan tertutup) memuat pernyataan tentang variabel penelitian yaitu

pengetahuan, sikap, dan tindakan. Untuk mengukur data kuantitatif pada kuesioner

ini digunakan skala Likert (Azwar, 2005).

Pernyataan dalam kuesioner merupakan pernyataan tertutup yang bertujuan untuk

(39)

yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), Netral (N), tidak setuju (TS), dan sangat tidak

setuju (STS). Untuk menghindari kesan seakan-akan jawaban selalu benar atau selalu

salah, maka dalam pembuatan kuesioner disusun pernyataan negatif (unfavorable) dan pernyataan positif (favorable). Variasi pernyataan membuat responden lebih hati–hati menjawab, sehingga stereotipe dalam menjawab dapat dihindari (Azwar, 2005).

Kuesioner dibuat dengan kalimat dengan bahasa Indonesia yang baik dan

benar sehingga mudah dipahami oleh responden dan tidak terjadi kesalahan

penafsiran dari responden yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Untuk

pemberian skor, pada setiap respon positif (S dan SS) terhadap item favorable akan diberi skor yang lebih tinggi daripada respon negatif (TS dan STS). Sebaliknya, untuk

item unfavorable, respon positif akan diberi skor lebih rendah daripada respon negatif (Azwar, 2005).

Berikut adalah pengujian yang dilakukan terhadap kuesioner yang digunakan

sebagai instrumen penelitian :

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan sejauh mana tes

telah mengukur apa yang seharusnya diukur untuk mengetahui kualitas tes.

Uji validitas pada setiap butir pernyataan dalam kuesioner diukur dengan

(40)

pernyataan. Setiap butir pernyataan dinyatakan valid jika koefisien korelasi (r)

bernilai positif dan atau ≥0,312 (Riwidikdo, 2009). 2. Uji Reliabilitas

Setelah dilakukan uji validitas, maka perlu dilakukan uji reliabilitas.

Menurut Riwidikdo (2009), reliabilitas adalah keajegan dari alat ukur yang

digunakan sehingga jika dipakai pada waktu dan tempat yang berbeda, alat

ukur tersebut mempunyai kemampuan menghasilkan hasil yang sama. Hasil

pengukuran harus reliable dalam artian harus memiliki tingkat konsistensi dan kemantapan.

Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (r) yang angkanya

berada dalam rentang 0-1. Jika nilai koefisian reliabilitas semakin mendekati

angka 1 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya, semakin rendah

nilai koefisian reliabilitas atau menjauhi angka 1 berarti semakin rendah

reliabilitasnya (Azwar, 2005). Instrumen dapat memiliki tingkat kepercayaan

yang tinggi apabila hasil dari pengujian instrumen tersebut menunjukkan hasil

yang tetap.

Uji reliabilitas dilakukan pada seluruh pernyataan dalam kuesioner

yang meliputi aspek dalam perilaku yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan.

Koefisien reliabilitas diukur dengan menggunakan analisis statistik dengan

(41)

F. Landasan Teori

Pendidikan kesehatan pada dasarnya ialah suatu proses mendidik individu

atau masyarakat supaya mereka dapat memecahkan masalah-masalah kesehatan yang

dihadapinya. Berdasarkan teori penentu perilaku dari Lawrence Green, perilaku

seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap,

kepercayaan, tradisi dari orang yang bersangkutan (Notoatmodjo, 1993).

Menurut Notoatmodjo (1993), pendidikan kesehatan kepada masyarakat

disampaikan melalui suatu metode dan alat bantu (media) pendidikan kesehatan.

Melalui metode ceramah dan leaflet akan diberikan informasi kesehatan kepada masyarakat mengenai swamedikasi konstipasi.

Pemberian edukasi ini diharapkan akan meningkatkan pengetahuan dan sikap

swamedikasi konstipasi masyarakat sehingga akan mendukung terbentuknya perilaku

swamedikasi konstipasi masyarakat. Dari kedua metode tersebut diharapkan dapat

diketahui metode mana yang lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan,

kemudian akan meningkatkan sikap masyarakat terhadap swamedikasi konstipasi

yang pada akhirnya membentuk dan meningkatkan perilaku swamedikasi konstipasi

yang aman, efektif, dan rasional.

G. Hipotesis

Pemberian edukasi dengan metode ceramah atau leaflet berpengaruh terhadap perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakan swamedikasi konstipasi ibu-ibu PKK di

(42)

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental semu (quasi experimental research) dengan rancangan penelitian pretest posttest intervention with control group. Penelitian eksperimental semu adalah penelitian yang mencari hubungan sebab akibat dalam kehidupan nyata, tidak memungkinkan untuk

mengontrol semua hal yang berpengaruh dan menghadapi kesulitan teknis dan etik

untuk dapat melakukan randomisasi subyek (Pratiknya, 2003).

Penelitian ini dilakukan untuk melihat efektivitas pemberian ceramah atau

leaflet terhadap perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakan swamedikasi konstipasi ibu-ibu PKK di Dusun Nglawisan, Desa Tamanagung, Kecamatan Muntilan.

Kelompok eksperimen diberi perlakuan atau intervensi yang berupa pemberian

edukasi kesehatan dengan ceramah dan edukasi dengan leaflet. Masing-masing kelompok diberi pretest sebelum diberi perlakuan dan satu bulan kemudian diberi

posttest. Penelitian dilakukan terhadap hasil perhitungan atau perbandingan dari

pretest maupun posttest untuk mengetahui efek perlakuan yang dilakukan.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (independent) adalah edukasi dengan metode ceramah dan

(43)

2. Variabel terpengaruh (dependent) dari penelitian ini yaitu perilaku swamedikasi dilihat dari aspek pengetahuan, sikap, dan tindakan swamedikasi

konstipasi pada ibu-ibu PKK di Dusun Nglawisan, Desa Tamanagung,

Kecamatan Muntilan.

C. Definisi Operasional

1. Swamedikasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengatasi susah buang

air besar dengan menggunakan obat tanpa resep, obat herbal, dan produk

tradisional oleh responden di Dusun Nglawisan, Desa Tamanagung,

Kecamatan Muntilan.

2. Ceramah adalah metode edukasi berupa pemaparan materi swamedikasi

konstipasi kepada responden yang disampaikan oleh Ibu Maria Wisnu

Donowati, M.Si., Apt. dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab selama 1,5

jam.

3. Leaflet yang digunakan pada penelitian adalah leaflet tentang swamedikasi konstipasi yang disusun berdasarkan pustaka Handbook of Non Prescription Drugs 14th dan dari situs internet

http://www.nhs.uk/conditions/Constipation/pages/Introduction.aspx

4. Pengetahuan adalah tingkat pemahaman responden tentang definisi

swamedikasi, swamedikasi konstipasi, gejala konstipasi, kandungan obat yang

dapat menyembuhkan konstipasi, definisi indikasi dan kontraindikasi, yang

(44)

5. Sikap adalah pandangan hidup dan kecenderungan responden untuk

melakukan tindakan swamedikasi konstipasi dengan obat pencahar secara

aman dan rasional, yang diukur melalui kuesioner.

6. Tindakan adalah bentuk perilaku swamedikasi seperti mengkonsumsi obat

pencahar sesuai aturan pakai dan pembacaan kandungan aktif, kegunaan, efek

samping pada kemasan sebelum mengkonsumsi obat pencahar.

D. Subyek Penelitian

Subyek penelitian pada penelitian ini yaitu ibu-ibu PKK di Dusun Nglawisan,

Desa Tamanagung, Kecamatan Muntilan yang mengisi dan mengembalikan

kuesioner, bersedia membaca leaflet yang telah diberikan, bersedia menghadiri edukasi dengan metode ceramah yang diadakan oleh peneliti, serta memenuhi kriteria

inklusi yaitu wanita yang telah menikah dengan usia produktif (20-55 tahun). Subyek

penelitian dipilih usia produktif karena diharapkan dengan diberikan edukasi subyek

dapat mengerti, menyerap, dan mengaplikasikannya dalam perilaku swamedikasi

pada keluarga dan masyarakat Muntilan.

E. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dusun Nglawisan, Desa Tamanagung, Kecamatan

Muntilan yaitu tepatnya di tiga RT. Perlakuan ceramah dilakukan di rumah Ketua RT

(45)

F. Bahan Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini yaitu ibu-ibu PKK Dusun Nglawisan, Desa

Tamanagung, Kecamatan Muntilan.

2. Sampel dan Teknik Sampling

a. Penentuan kelompok kontrol dan intervensi

Dalam penelitian ini, setelah menentukan desa dan dusun kemudian dilakukan

penentuan RT yang dilakukan secara random. Dari penentuan secara random,

didapat kelompok kontrol yaitu RT 1. Kelompok intervensi ceramah yaitu RT 2

serta kelompok intervensi leaflet yaitu RT 4. b. Pemilihan subyek uji

Pada kelompok intervensi ceramah dan leaflet, dipilih masing-masing 30 orang sesuai dengan kriteria inklusi yang bersedia mengikuti edukasi ceramah atau

bersedia membaca leaflet yang diberikan, serta bersedia mengisi kuesioner. Sedangkan untuk kelompok kontrol, dipilih 30 orang sesuai dengan kriteria

inklusi. Pemilihan ini dilakukan dengan teknik purposive sampling dan diserahkan seluruhnya kepada kepala ketua RT Dusun Nglawisan, Desa

Tamanagung, Kecamatan Muntilan.

3. Besar Sampel

Besar sampel yang digunakan pada penelitian sederhana dimana terdapat

kelompok intervensi dan kelompok kontrol adalah sampel masing-masing

(46)

Jumlah sampel dalam penelitian ini diambil 30 orang untuk tiap kelompok.

Ada tiga kelompok dalam penelitian ini yaitu kelompok ceramah, leaflet dan kontrol. Jumlah total sampel penelitian adalah 90 orang.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan

intervensi yang digunakan adalah leaflet dan ceramah. Kuesioner digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data, dengan memberi seperangkat pernyataan kepada

responden untuk dijawab. Kuesioner dalam penelitian berisi pernyataan tertulis

tentang swamedikasi konstipasikepada responden untuk dijawab.

Leaflet merupakan media untuk memberikan edukasi tertulis berupa informasi mengenai swamedikasi konstipasi. Adapun isi leaflet pada penelitian mencakup definisi konstipasi, tanda dan gejala konstipasi, penyebab konstipasi, pencegahan

konstipasi dan pengobatan konstipasi. Leaflet ini disusun berdasarkan referensi buku

Handbook of Non Prescription Drugs 14th dan dari situs http://www.nhs.uk/conditions/Constipation/pages/Introduction.aspx.

Materi edukasi yang diberikan dalam ceramah adalah materi tentang

swamedikasi konstipasi yang disusun berdasarkan referensi yang sama dengan materi

(47)

H. Tata Cara Penelitian 1. Perijinan

Perijinan dilakukan dimulai dengan meminta surat ijin penelitian dari Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma dilanjutkan kepada Sekretariat Daerah

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kemudian memasukkan proposal

penelitian ke bagian perijinan penelitian yaitu Bakesbanglinmas Semarang yang

ditujukan kepada Gubernur Jawa Tengah. Selanjutnya dilakukan perijinan pada

Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Penanggulangan Bencana Mungkid,

Kabupaten Magelang untuk diteruskan ke Kepala Badan Pelayanan Perijinan

Terpadu (BPPT) Kabupaten Magelang. Kemudian surat ijin dari BPPT Kabupaten

Magelang ini digunakan sebagai perijinan ke kantor Kecamatan Muntilan yang

kemudian berlanjut ke kantor Kelurahan Tamanagung dan yang terakhir ke ketua

RT.

Terkait perijinan tempat untuk mengadakan ceramah dan penyebaran surat

undangan untuk warga dusun, dilakukan perijinan ke kepala ketua RT Dusun

Nglawisan yang kemudian perijinan pada setiap ketua RT yang mana RT nya

dipilih sebagai kelompok kontrol dan kelompok intervensi.

2. Penelusuran Data Populasi

Penelusuran data populasi di kantor Kelurahan Tamanagung, Kecamatan

Muntilan dilakukan untuk mengetahui jumlah populasi dan penyebaran penduduk

yang ada di Dusun Nglawisan khususnya jumlah ibu-ibu PKK di Dusun

(48)

Nglawisan diperoleh dari kepala RT Dusun Nglawisan, Desa Tamanagung,

Kecamatan Muntilan.

3. Pembuatan Kuesioner

a. Penyusunan dan Pembuatan Kuesioner

Kuesioner dalam penelitian ini disusun sebagai alat bantu yang dapat

digunakan untuk memperoleh informasi relevan yang sesuai dengan tujuan

penelitian. Kuesioner yang digunakan terdiri dari dua bagian. Bagian pertama

mengenai karakteristik demografi responden yang meliputi : nama dan umur.

Bagian kedua berguna untuk mengukur pengetahuan, sikap, dan tindakan

responden tentang swamedikasi konstipasi.

Pada bagian kedua dalam kuesioner disusun dan dikelompokkan

berdasarkan atas variabel terpengaruh (dependent) penelitian yang ingin diketahui yaitu perilaku swamedikasi yang terdiri atas tiga aspek yaitu

pengetahuan, sikap, dan tindakan. Dari setiap pernyataan disusun dengan skala

Likert yang memiliki 5 pilihan jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), netral (N), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).

Sistem penilaian terhadap kuesioner terdiri atas penilaian yang

berbeda untuk pernyataan favourable dan unfavourable. Skor untuk pernyataan

favourable untukjawaban SS=5, S=4, N=3, TS=2, dan STS=1, sedangkan skor untuk pernyataan unfavourable untuk jawaban SS=1, S=2, N=3, TS=4, dan STS=5. Berikut adalah pembagian pernyataan favourable dan unfavourable

(49)

Tabel II. Pembagian pernyataan favourable dan unfavourable

Aspek Favourable Unfavourable

Pengetahuan 1, 2, 3 4, 5, 6

Sikap 8, 11 7, 9, 10, 12

Tindakan 14, 15, 16 13, 17, 18

Penyusunan pernyataan pada kuesioner berdasarkan pada hal-hal yang

perlu diperhatikan dalam melakukan swamedikasi seperti :

- mengetahui apakah penyakit tersebut merupakan penyakit ringan

- mengetahui gejala-gejala dari penyakit tersebut

- mengetahui jenis-jenis obat dan pilihan obat yang dapat digunakan

- menginformasikan kepada pasien kapan mereka harus menghentikan

swamedikasi dan segera minta pertolongan petugas kesehatan

- mengetahui cara, aturan, lama pemakaian, dan waspada efek samping obat

(Schwartz and Hoopes, 1990).

Secara keseluruhan, dapat disimpulkan pada item pernyataan 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 informasi yang ingin diketahui dalam penelitian ini adalah pengetahuan

responden tentang swamedikasi dan penggunaan obat pencahar.

Pada item pernyataan 7, 8, 9, 10, 11, dan 12 informasi yang ingin diketahui dalam penelitian adalah sikap swamedikasi responden dan penggunaan obat

pencahar.

Pada item pernyataan 13, 14, 15, 16, 17, dan 18 informasi yang ingin diketahui dalam penelitian adalah tindakan responden terkait keamanan penggunaan obat

(50)

b. Pengujian terhadap kuesioner

1) Uji validitas

Uji validitas terhadap kuesioner dalam penelitian ini adalah validitas

pemahaman bahasa. Uji ini dilakukan dengan menyebar kuesioner kepada

masyarakat di luar Kecamatan Muntilan yaitu ibu-ibu yang telah menikah

dengan usia 20-55 tahun di daerah Paingan dan Babarsari, Yogyakarta.

Dalam uji ini, beberapa butir pernyataan pada kuesioner yang

memiliki nilai r<0,312 dibuang, dan beberapa butir pernyataan lain dilakukan

perbaikan dan penyusunan ulang kalimatnya agar menjadi lebih mudah

dipahami.

Pada penyusunan kuesioner, diperoleh kuesioner dengan jumlah item

pertanyaan sejumlah 27 butir pernyataan. Setelah dilakukan penyebaran

kuesioner dan uji validitas diperoleh 19 pernyataan yang valid.

2) Uji Reliablitas

Uji reliabilitas yang dilakukan terhadap kuesioner dilakukan dengan

analisis statistik dengan menggunakan komputer.

Berdasarkan uji reliabilitas yang dilakukan dengan mengunakan komputer

terhadap pernyataan kuesioner yang telah valid, diperoleh nilai koefisien

(51)

4. Pembuatan Leaflet

Dalam penelitian ini digunakan leaflet sebagai media edukasi kesehatan tertulis yang membantu pemberian informasi mengenai swamedikasi konstipasi.

Leaflet ini berisi informasi tentang definisi konstipasi, gejala konstipasi, pilihan obat dan informasi tentang obat pencahar.

Langkah dalam pembuatan leaflet pada penelitian ini adalah mencari pustaka terkait konstipasi dan obat pencahar, mempelajari dan menelaah pustaka yang

dipilih, menyusun materi leaflet dalam bahasa yang mudah dipahami, membuat desain leaflet semenarik mungkin kemudian dilakukan pencetakkan leaflet.

Pencetakkan dilakukan sebanyak ±35 leaflet untuk dibagikan kepada kelompok intervensi leaflet.

5. Pelaksanaan Intervensi

a. Penyebaran undangan

Peneliti membagikan undangan kepada warga di tiga RT dari Dusun Nglawisan,

Desa Tamanagung, Kecamatan Muntilan yaitu RT 1, RT 2, dan RT 4 guna

menghadiri acara yang diadakan oleh peneliti.

b. Pelaksanaan ceramah dan leaflet

Penelitian ini dilakukan bersamaan dengan dua peneliti lain dengan kajian

penyakit yang berbeda. Intervensi kepada kelompok ceramah dan leaflet

dilakukan secara terpisah. Intervensi untuk kelompok ceramah dilakukan di

rumah Ketua RT 4 pada saat pertemuan rutin ibu-ibu PKK. Acara dimulai

(52)

ceramah. Setelah satu bulan, diberikan posttest untuk mengetahui apakah ada perubahan perilaku setelah diberikan intervensi ceramah.

Pada kelompok leaflet, pelaksanaan intervensi dilakukan saat pertemuan rutin ibu-ibu PKK di rumah Ketua RT 2. Responden diminta mengisi pretest

kemudian diberikan leaflet serta diberitahukan untuk membaca dan mempelajari

leaflet tersebut. Setelah satu bulan, diberikan posttest untuk mengetahui apakah ada perubahan perilaku setelah diberikan leaflet.

Untuk kelompok kontrol, ibu-ibu PKK berkumpul di rumah Ketua RT 1 saat

ada acara pengajian bersama ibu-ibu PKK. Responden diminta kesediaannya

untuk mengisi kuesioner yang digunakan untuk pretest kemudian setelah satu bulan tanpa pemberian intervensi apapun, dilakukan posttest kepada responden tersebut.

6. Pengambilan Data

Pretest pada kelompok intervensi dilakukan sebelum responden menerima intervensi baik berupa ceramah maupun leaflet. Sedangkan posttest pada kelompok intervensi diberikan setelah satu bulan menerima intervensi yang diberikan. Untuk

kelompok kontrol pengisian pretest dan posttest dilakukan dengan jeda satu bulan tanpa adanya intervensi. Pengambilan data dilakukan dari bulan September hingga

Oktober 2010.

7.Pengolahan Data

(53)

a. Manajemen Data

Proses manajemen data meliputi :

1) Editing

Pada tahap ini, dilakukan pemeriksaan terhadap berbagai hal meliputi

kelengkapan jawaban kuesioner hasil penelitian, penyeleksian kuesioner

yang memenuhi kriteria inklusi sampel, serta melihat apakah ada responden

yang harus dieksklusi. Tahap editing ini dilakukan sesaat setelah semua kuesioner terkumpul di lokasi penelitian.

Dari hasil editing, kuesioner yang telah diterima baik dari kelompok kontrol, kelompok intervensi leaflet, dan kelompok intervensi ceramah tidak terdapat kuesioner atau responden yang dieksklusi karena semua kuesioner telah terisi

dan kriteria sampel telah sesuai dengan kriteria penelitian.

2) Processing

Pada proses ini dilakukan dengan mengelompokkan item pernyataan pada kuesioner berdasarkan variabel perilaku yang akan diteliti yaitu variabel

pengetahuan, sikap dan tindakan. Selanjutnya memindahkan isi data dari

kuesioner ke program komputer dan menjumlahkan skor dari item penyataan yang dijawab oleh responden.

3) Cleaning

(54)

seluruh komponen yang akan dibutuhkan untuk analisis data. Analisis data

yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan taraf kepercayaan 95%.

b. Analisis Data

1) Pengujian terhadap karakteristik umur responden

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui ada-tidaknya perbedaan

karakteristik umur yang signifikan antara kelompok kontrol dan intervensi

dengan menggunakan uji Chi Square. Nilai signifkansi <0,05 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan karakteristik yang signifikan antara kelompok

kontrol dan intervensi. Nilai signifikansi >0,05 menunjukkan bahwa tidak

terdapat perbedaan karakteristik yang signifikan antara kelompok kontrol dan

intervensi (Dahlan, 2009).

2) Pengujian terhadap normalitas data

Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh

dalam penelitian terdistribusi normal atau tidak. Uji ini dijadikan dasar

penentuan untuk uji analisis data selanjutnya. Untuk uji normalitas dalam

penelitian digunakan analisis dengan bantuan komputer.

Pengujian normalitas data dalam penelitian ini dilakukan

menggunakan uji Shapiro-Wilk karena jumlah sampel yang digunakan pada penelitian adalah kecil (kurang dari 50) (Dahlan, 2009). Uji ini dilakukan

dengan cara memasukkan nilai pretest dan posttest setelah satu bulan sehingga akan diperoleh nilai signifikansi. Nilai signifikansi yang >0,05

(55)

nilai signifikansi yang <0,05 menunjukkan sebaran data berdistribusi tidak

normal (data non-parametrik) (Dahlan, 2009).

3) Pengaruh metode ceramah atau leaflet terhadap perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakan

Pengaruh metode ceramah atau leaflet diketahui dengan menghitung selisih rerata nilai antara pretest dan posttest dalam satu kelompok sehingga didapatkan besar peningkatan atau penurunan pengetahuan, sikap, dan

tindakan swamedikasi konstipasi. Pengujian secara statistik dengan

menggunakan Paired T-Test atau Wilcoxon Test bertujuan untuk mengetahui apakah selisih rerata nilai antara pretest dan posttest dalam satu kelompok berbeda bermakna atau tidak.

Pengujian menggunakan Paired T-Test dilakukan pada data pretest

dan postest yang mempunyai distribusi normal sedangkan pada salah satu data pretest atau postest yang mempunyai distribusi tidak normal maka pengujian data dilakukan dengan Wilcoxon Test.

Terdapat perbedaan yang bermakna jika dalam hasil akhir analisis

diperoleh nilai p <0,05. Sebaliknya, jika diperoleh nilai p >0,05 maka

terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara kedua hal yang dibandingkan

(Dahlan, 2009).

4) Pengujian efektivitas metode ceramah atau leaflet serta perbandingan efektivitas antara kedua metode

Pengujian untuk mengetahui efektivitas metode ceramah atau leaflet

(56)

posttest setelah satu bulan pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol menggunakan Independent T-Test atau Mann Whitney U-Test.

Independent T-Test dilakukan pada dua data yang terdistribusi normal. Jika salah satu data yang akan dibandingkan mempunyai distribusi yang

tidak normal maka digunakan Mann Whitney U-Test.Pada penelitian, karena salah satu data yang dibandingkan mempunyai distribusi yang tidak normal

maka uji yang digunakan adalah Mann Whitney U-Test.

Efektivitas dari metode ceramah atau leaflet ditunjukkan dengan selisih rerata nilai antara pretest dan postest pada kelompok intervensi yang lebih besar dibandingkan selisih rerata nilai antara pretest dan postest pada kelompok kontrol serta secara statistik dinyatakan berbeda bermakna (p

<0,05) (Dahlan, 2009). Sebaliknya, jika diperoleh nilai p >0,05 maka selisih

rerata nilai antara pretest dan postest pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol dinyatakan berbeda tidak bermakna, artinya metode

ceramah atau leaflet kurang efektif dalam perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakan swamedikasi konstipasi dari responden.

Pengujian terhadap efektivitas antara kedua metode tersebut dilakukan

dengan cara statistik yang sama dengan membandingkan antara selisih rerata

(57)

I. Kelemahan Penelitian

Kelemahan dalam penelitian ini terletak pada uji validitas terhadap kuesioner

dan leaflet. Uji validitas kuesioner yang dilakukan hanya uji pemahaman bahasa. Uji validitas isi dan validitas layout oleh expert tidak dilakukan sehingga kuesioner tidak cukup tajam untuk menggambarkan keseluruhan perubahan pengetahuan, sikap, dan

tindakan swamedikasi konstipasi responden. Selain itu, pernyataan dalam variabel

tindakan kurang spesifik untuk mengukur bentuk aktif perilaku responden. Pada

leaflet, tidak dilakukan uji pemahaman bahasa.

Pemilihan kelompok intervensi dan kelompok kontrol terlalu dekat jaraknya

dimana RT 1 sebagai kelompok kontrol, RT 2 sebagai kelompok intervensi leaflet,

dan RT 4 sebagai kelompok intervensi ceramah. Hal ini memungkinkan terjadinya

(58)

38

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik responden yang telah ditentukan dalam penelitian ini adalah

ibu-ibu PKK di Dusun Nglawisan, Desa Tamanagung, Kecamatan Muntilan yang telah

menikah dengan rentang usia produktif 20-55 tahun. Sebelum melakukan analisis

terhadap perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakan swamedikasi konstipasi ibu-ibu

PKK sebagai pengaruh dari edukasi kesehatan yang diberikan oleh peneliti, perlu

dilakukan uji terhadap karakteristik responden. Dalam penelitian ini, karakteristik

responden yang telah ditentukan yaitu karaktersitik umur responden.

Berdasarkan hasil analisis yang digunakan untuk menguji karaktersitik umur

responden pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi dengan menggunakan uji

Chi Square diperoleh nilai signifikansi yaitu 0,199. Hal ini membuktikan bahwa perbedaan pada sebaran umur responden berbeda tidak bermakna antara kelompok

kontrol dan kelompok intervensi.

A. Efektivitas Metode Ceramah terhadap Perubahan Perilaku Swamedikasi Konstipasi pada Ibu-Ibu PKK

Perubahan perilaku swamedikasi konstipasi akibat pemberian ceramah pada

responden dapat diketahui dengan menghitung selisih rerata nilai pretest dan posttest

(59)

menggunakan Paired T-Test atau Wilcoxon Test dilakukan untuk mengetahui apakah perubahan ini berbeda bermakna atau tidak.

Hasil perhitungan selisih rerata nilai pretest dan posttest setelah satu bulan pada kelompok intervensi ceramah dan kelompok kontrol serta analisis statistik untuk

uji signifikansi ditunjukkan pada tabel III.

Tabel III. Selisih rerata nilai antara pretest dan posttest pada kelompok intervensi ceramah dan kontrol serta uji signifikansi

Kelompok Variabel Pretest Posttest p Selisih rerata Ceramah Pengetahuan 19,133 22,167 0,000** 3,033

Sikap 21,300 23,333 0,001* 2,033

Tindakan 26,300 25,733 0,381** -0,567

Kontrol Pengetahuan 18,567 19,067 0,016** 0,500

Sikap 20,533 20,567 0,823* 0,033

Tindakan 23, 467 23,667 0,415* 0,200

Keterangan:

*menggunakan Paired T-Test

**mengunakan Wilcoxon Test

Setelah pemberian intervensi ceramah, terjadi peningkatan untuk variabel

pengetahuan dan sikap dari responden tetapi tidak pada variabel tindakan.

Peningkatan variabel pengetahuan sebesar 3,033 dan variabel sikap sebesar 2,033

serta penurunan pada variabel tindakan sebesar -0,567. Dari hasil uji statistik

diketahui bahwa peningkatan pengetahuan dan sikap dari responden antara prestest

dan posttest setelah satu bulan pada kelompok ceramah adalah berbeda bermakna sedangkan untuk penurunan tindakanberbeda tidak bermakna.

Penurunan tindakan pada kelompok ceramah mungkin disebabkan responden tanggap

Gambar

Gambar 3. Perbandingan perilaku swamedikasi konstipasi ibu-ibu PKK antara
Gambar 1. Anatomi usus besar (Price and Wilson, 1984)
Tabel I. Golongan obat pencahar
Tabel II. Pembagian pernyataan favourable dan unfavourable
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Ekstrak Daun Kelor ( Moringa oleifera Lmk.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Salmonella typhi ; Dian Pertiwi, 100210103007; 2014; 56 halaman; Program Studi Pendidikan

k adalah konstanta dielektrikum dari air dan k udara adalah konstanta dielektrikum udara, Atas dasar uraian tersebut dalam penelitian ini akan dilakukan fabrikasi

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan asupan energi, protein, lemak, karbohidrat dan status gizi pada remaja yang tinggal di wilayah perkotaan

Seperti yang telah diuraikan dalam pengertian tentang Jaminan produk atau Garansi, pada dasarnya perjanjian garansi yang dimaksud dalam hal jaminan produk ini adalah suatu

Tidak hanya dalam masyarakat tetapi juga dalam keluarga yang tidak begitu akrab seperti paman, bibi atau ibu mertua, karena ’ giri ’ ditujukan untuk semua orang dan menuntut

Sedangkan berdasarkan indeks kualitas lingkungan perairannya Sungai Senapelan tergolong perairan dengan tingkat pencemaran yang buruk hingga sangat buruk dan dilihat

b. Rekanan yang mendaftar sesuai pengumuman dan mengikuti PENJELASAN/ AANWIJZING Pekerjaan Pengadaan Portable Weather Station 1 Unit, Automatic Rain Sampler 1 Unit,

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa nilai konsumsi yang terdiri dari nilai fungsional, nilai sosial, nilai emosional, nilai kondisional dan nilai epistemik terbukti