• Tidak ada hasil yang ditemukan

Swamedikasi cacingan pada ibu-ibu PKK di Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul : kajian pengetahuan dan sikap - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Swamedikasi cacingan pada ibu-ibu PKK di Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul : kajian pengetahuan dan sikap - USD Repository"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

SWAMEDIKASI CACINGAN PADA IBU-IBU PKK DI KECAMATAN TEPUS KABUPATEN GUNUNGKIDUL

(KAJIAN PENGETAHUAN DAN SIKAP) SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh: Liani NIM : 088114121

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

SWAMEDIKASI CACINGAN PADA IBU-IBU PKK DI KECAMATAN TEPUS KABUPATEN GUNUNGKIDUL

(KAJIAN PENGETAHUAN DAN SIKAP) SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh: Liani NIM : 088114121

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

Halaman Persembahan

Kupersembahkan buat :

Tuhan Yesus Kristus

Engkau menguatkan aku di saat aku lemah

Engkau menyakinkanku bahwa semua akan indah

pada waktunya

Mama dan Papa

Atas doa dan dukungan yang tidak pernah

berhenti kalian berikan untukku

atas perjuangan dan kasih sayang mama dan papa

membesarkan aku

atas semangat yang selalu mama papa berikan di

saat aku lelah dan hampir patah semangat

Adikku dan keluarga besarku

Sahabat-sahabatku

(6)
(7)

vi PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih, karunia, dan penyertaanMu yang telah Engkau berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Swamedikasi Cacingan pada Ibu-ibu PKK di Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul (Kajian Pengetahuan dan Sikap)”. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa selama proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus atas kasih, karunia, dan penyertaanNya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Gunungkidul yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di Kabupaten Gunungkidul. 3. Ibu-ibu PKK Kecamatan Tepus di Kabupaten Gunungkidul yang telah

memberikan bantuan selama proses penelitian.

4. Ibu-ibu pengurus PKK Kecamatan Tepus di Kabupaten Gunungkidul yang telah memberikan ijin dan bantuan selama proses penelitian.

5. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(8)

vii

7. Ibu dr. Fenty M.Kes., Sp.PK, selaku dosen pembimbing pendamping yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, saran, masukan dan semangat dalam proses penyusunan skripsi.

8. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., dan Phebe Hendra, M.Si.,Ph.D, Apt. selaku dosen penguji.

9. Bapak Ir. Ig. Aris Dwiatmoko, M.Sc. yang telah memberi bantuan dalam pengolahan statistik dan data penelitian.

10. Seluruh staff pengajar dan kesekretariatan Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta atas bantuannya selama ini.

11. Papa (Likman I. Awan, SH) dan Mama (Patrileni, S.Sos) yang tak pernah berhenti mendoakan dan memberikan dukungan serta semangat dalam proses penyusunan skripsi.

12. Adikku (Ade Yuniati) atas doa, dukungan, keceriaan dan semangat yang diberikan selama ini.

13. Teman seperjuangan dalam penelitian skripsi ini yaitu Yunita Deissy Tanuab, Angela Stephanie, Carolie Ivoni R. Wangge, Ermenilda Sehrina, dan Novisa. Terimakasih atas bantuan dan dukungannya hingga skripsi ini selesai.

14. Sahabat-sahabatku yaitu Ellen Naomi Nauli Sinaga, Eureka Gracia Letitia, Perthy Melati Kasih, Kartika Sari Senas, dan Thea Marcella Agrivina atas doa, semangat, keceriaan dukungannya selama ini.

(9)

viii

16. Teman-teman angkatan 2008 khususnya kelas FKK-B, atas doa, dukungan, semangat dan kebersamaanya selama ini.

17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini dengan doa dan bantuannya penulis ucapkan terima kasih.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun tentang skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu kefarmasian dan bagi semua pembaca.

(10)
(11)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... v

PRAKATA………... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

INTISARI ... xvii

ABSTRACT... xviii

BAB I. PENGANTAR ... 1

A. Latar belakang ... 1

1. Permasalahan ... 3

2. Keaslian penelitian ... 4

3. Manfaat penelitian ... 5

B. Tujuan Penelitian ... 5

1. Tujuan umum ... 5

(12)

xi

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ... 7

A. Swamedikasi ... 7

B. Cacingan ... 8

C. Perilaku ... 13

D. Kuisioner ... 17

1. Uji validitas ... 19

2. Uji reliabilitas ... 19

E. Keterangan Empiris... 20

BAB III. METODE PENELITIAN ... 21

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 21

B. Variabel dan Definisi Operasional ... 21

1. Variabel ... 21

2. Definisi operasional ... 21

C. Subyek Penelitian ... 23

D. Tempat Penelitian ... 23

E. Populasi Penelitian …………... 24

F. Instrumen Penelitian ... 24

G. Tata Cara Penelitian ... 25

1. Perijinan ... 25

2. Penelusuran data populasi ... 25

3. Pembuatan kuesioner ... 25

4. Pengambilan data ... 28

(13)

xii

H. Analisis Data ... 29

I. Kelemahan Penelitian ... 31

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

A. Karakteristik Responden ... 32

B. Swamedikasi Cacingan pada Ibu-ibu PKK di Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul Kajian Pengetahuan……… 36

C. Swamedikasi Cacingan pada Ibu-ibu PKK di Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul Kajian Sikap…………... 42

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

A. Kesimpulan ... 47

B. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48

LAMPIRAN ... 50

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel I. Kriteria dan nomor pernyataan dalam kuesioner

bagian pengetahuan terkait swamedikasi cacingan pada ibu-ibu PKK di Kecamatan Tepus Kabupaten

Gunung Kidul... 26 Tabel II. Kriteria dan nomor pernyataan dalam kuesioner

bagian sikap terkait swamedikasi cacingan pada ibu-ibu PKK di Kecamatan Tepus Kabupaten Gunung Kidul...

26

Tabel III. Distribusi karakteristik ibu-ibu PKK di Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul terkait swamedikasi

cacingan berdasarkan usia……… 33 Tabel IV. Distribusi karakteristik ibu-ibu PKK di Kecamatan

Tepus Kabupaten Gunungkidul terkait swamedikasi

cacingan berdasarkan tingkat pendidikan... 33 Tabel V. Distribusi karakteristik ibu-ibu PKK di Kecamatan

Tepus Kabupaten Gunungkidul terkait swamedikasi

cacingan berdasarkan status pekerjaan... 34 Tabel VI. Distribusi karakteristik ibu-ibu PKK di Kecamatan

Tepus Kabupaten Gunungkidul terkait swamedikasi cacingan berdasarkan informasi yang sudah pernah

didapat... 35 Tabel

VII.

Distribusi karakteristik ibu-ibu PKK di Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul terkait swamedikasi cacingan berdasarkan sumber informasi yang sudah

pernah didapat……… 35

Tabel VIII.

Obat yang biasa diminum oleh ibu-ibu PKK Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul untuk

mengatasi cacingan……… 36

(15)

xiv

cacingan ibu-ibu PKK di Kecamatan Tepus

Kabupaten Gunungkidul……… 36

Tabel X. Rata-rata jumlah dan persentase jawaban ibu-ibu PKK Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul yang menjawab benar atau salah terhadap kriteria bagian pengetahuan terkait swamedikasi

cacingan……… 38

Tabel XI. Tingkat pengetahuan ibu-ibu PKK Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul terkait swamedikasi

cacingan berdasarkan usia... 39 Tabel

XII.

Tingkat pengetahuan ibu-ibu PKK Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul terkait swamedikasi

cacingan berdasarkan tingkat pendidikan...……… 40 Tabel

XIII.

Tingkat pengetahuan ibu-ibu PKK Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul terkait swamedikasi

cacingan berdasarkan status pekerjaan... 40 Tabel

XIV.

Tingkat pengetahuan ibu-ibu PKK Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul terkait swamedikasi cacingan berdasarkan informasi yang sudah pernah

didapat... 41 Tabel

XV.

Distribusi sikap ibu-ibu PKK Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul terkait swamedikasi

cacingan... 42 Tabel

XVI.

Jumlah dan persentase jawaban ibu-ibu PKK Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul dengan sikap positif maupun negatif pada pernyataan sikap

terkait swamedikasi cacingan………. 43 Tabel

XVII.

Sikap ibu-ibu PKK Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul terkait swamedikasi cacingan

berdasarkan usia……….. 44

(16)

xv

XVIII. Gunungkidul terkait swamedikasi cacingan

berdasarkan tingkat pendidikan……… 45 Tabel

XIX.

Sikap ibu-ibu PKK Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul terkait swamedikasi cacingan

berdasarkan status pekerjaan……… 45 Tabel

XX.

Sikap ibu-ibu PKK Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul terkait swamedikasi cacingan berdasarkan informasi yang sudah pernah

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat ijin penelitian... 50

Lampiran 2. Kuesioner penelitian... 51

Lampiran 3. Uji Validitas dan Reliabilitas... 56

Lampiran 4. Data demografi responden... 60

Lampiran 5. Data pengetahuan responden... 61

(18)

xvii INTISARI

Cacingan merupakan penyakit seseorang memiliki cacing dalam ususnya. Diperkirakan bahwa lebih dari 60% anak-anak di Indonesia menderita infeksi cacing. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap terkait swamedikasi cacingan serta penggunaan obat cacing yang sesuai aturan oleh ibu-ibu PKK Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul.

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional deskriptif dengan rancangan penelitian cross-sectional. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah

ibu-ibu aktif PKK Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul dan telah menikah yang mengisi dan mengembalikan kuesioner. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah responden yang tidak bisa membaca dan menulis, responden yang tidak lengkap mengisi kuesioner dan responden yang tidak mengisi kuesioner sendiri.

Dari hasil penelitian, diketahui tingkat pengetahuan responden terkait swamedikasi cacingan adalah baik dengan jumlah sebanyak 20 orang atau sebesar 66,67%. Sikap responden terkait swamedikasi cacingan adalah baik dengan jumlah sebanyak 20 orang atau sebesar 60%. Penggunaan obat terkait swamedikasi cacingan oleh ibu-ibu PKK Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul adalah sudah tepat golongan dan kelas terapi obat.

(19)

xviii ABSTRACT

Worms diseases is simply a diseases where someone has worms in their intestine. It is estimated that over 60% of children in Indonesia have been infected by worms. This study aims to know the level of knowledge and attitude related to worms self-medication and the appropriate use of medicine for worms disease by the PKK member’s at Tepus Sub-district, District of Gunungkidul.

This study is an observational study with cross-sectional study design. The inclusion criteria for this study is the married PKK member’s at Tepus Sub-district, District of Gunungkidul that has completed and returned the questionnaire. The exclution criteria are respondents without ability to read and write, respondents that are not completed the questionnaire, and respondents that are not completed the questionnaire by their own.

From the result of this study, it is known that the knowledge level from respondents related to worms self-medication is good with the number of 20 person or about 66,67%. The respondent’s attitude related to worm self-mediction is good with the number of 20 person or about 60%. The medicine use for worms disease by the PKK member’s at Tepus Sub-district, District of Gunungkidul is appropriate related to the drugs therapeutic class.

(20)

1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

Di Indonesia terdapat banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan, salah satu diantaranya ialah penyakit cacingan yang ditularkan melalui tanah. Cacingan merupakan penyakit dimana seseorang memiliki cacing dalam ususnya. Cacingan dapat menimbulkan gejala atau tanpa gejala. Cacingan dapat mengganggu kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan produktivitas penderitanya.

Penyakit cacingan dapat menimbulkan permasalahan karena menyebabkan kehilangan karbohidrat dan protein serta kehilangan darah sehingga menurunkan kualitas sumber daya manusia. Prevalensi cacingan di Indonesia pada umumnya masih sangat tinggi, terutama pada golongan penduduk yang kurang mampu mempunyai risiko tinggi terjangkit penyakit ini. Diperkirakan bahwa lebih dari 60% anak-anak di Indonesia menderita infeksi cacing. Karena cukup banyak penduduk daerah tropis menderita penyakit cacingan sehingga diperlukan penanganan yang serius (Muchid, Umar, Chusun, Supardi, Sinaga, dan Azis, 2006; Tjay dan Raharja, 2008).

(21)

produktivitas kerja, serta dapat menurunkan ketahanan tubuh sehingga dapat dengan mudah terkena penyakit lainnya.

Berkembangnya penyakit mendorong masyarakat untuk mencari pengobatan yang efektif secara terapi dan efisien dalam hal biaya. Swamedikasi dapat menjadi pilihan bagi masyarakat. Dengan melakukan swamedikasi, masyarakat dapat menghemat waktu dan biaya. Swamedikasi yaitu upaya pengobatan yang dilakukan sendiri (Muchid dkk, 2006).

Perilaku swamedikasi yang dilakukan oleh masyarakat tidak hanya bertujuan untuk mengatasi penyakit ringan tetapi juga sebagai upaya untuk mencegah penyakit serta memelihara kesehatan. Dalam penatalaksanaannya, diperlukan pedoman yang terpadu untuk menghindari terjadinya kesalahan pengobatan (medication error). Obat-obat yang termasuk golongan obat bebas

dan obat bebas terbatas relatif aman digunakan untuk pengobatan sendiri atau swamedikasi (Muchid dkk, 2006).

Responden yang digunakan adalah ibu-ibu PKK. Dipilihnya ibu-ibu PKK sebagai responden karena merupakan kumpulan dari ibu-ibu rumah tangga dan merupakan kader kesehatan. Ibu dalam sebuah keluarga merupakan sosok yang dapat merawat anggota keluarga sedangkan kader memiliki peran aktif dalam kegiatan masyarakat, sehingga ibu-ibu rumah tangga dan kader masyarakat harus memiliki informasi lebih seputar pengobatan agar dapat memberikan informasi kepada anggota keluarga dan masyarakat.

(22)

Gunungkidul merupakan kabupaten dengan wilayah terluas di Propinsi D.I. Yogyakarta dan memiliki 144 desa, namun menurut Dinas Kesehatan Propinsi D.I. Yogyakarta tahun 2008, persebaran tenaga medis dan farmasi di Kabupaten Gunungkidul sangat kecil bila dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain yang ada di Propinsi D.I. Yogyakarta yaitu hanya 104 tenaga medis dan 28 farmasi, selain itu masih banyak terdapat kasus cacingan pada anak-anak. Kurangnya tenaga medis dan farmasi yang tersebar di Kabupaten Gunungkidul yang seharusnya dapat memberikan edukasi mengenai cacingan menyebabkan kurangnya pengetahuan terkait swamedikasi cacingan sehingga masih banyak terdapat kasus cacingan di Kabupaten Gunungkidul. Oleh karena itu, diperlukan gambaran mengenai pengetahuan dan sikap terkait swamedikasi cacingan yang nantinya akan menjadi dasar untuk memberikan edukasi mengenai cacingan agar dapat mengurangi kasus penyakit cacingan yang terjadi di Kabupaten Gunungkidul. Hal inilah yang menjadi alasan dipilihnya Kabupaten Gunungkidul sebagai lokasi penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian payung yang terdiri dari tiga orang. Dari 18 kecamatan yang ada di Kabupaten Gunungkidul, dipilih Kecamatan Tepus sebagai model untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap ibu-ibu PKK Kabupaten Gunugkidul terkait swamedikasi cacingan.

1. Permasalahan

a. Seperti apakah karakteristik ibu-ibu PKK di Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul?

(23)

c. Seperti apakah sikap ibu-ibu PKK terkait swamedikasi cacingan di Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul?

2. Keaslian penelitian

Penelitian sejenis terkait pengaruh metode edukasi terhadap perubahan perilaku yang telah dilakukan adalah :

a. Penelitian berjudul “Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Produktif di Kecamatan Berbah, Sleman, DIY Mengenai Kista Endometrium Pada Tahun 2011” yang dilakukan oleh Kristanti (2011). Penelitian

ini mengukur tingkat pengetahuan dan sikap wanita usia produktif di Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman mengenai kista endrometrium. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan wanita usia produktif di Kecamatan Berbah yang digunakan sebagai responden mengenai kista endometrium yaitu sebanyak 70,68% mempunyai tingkat pengetahuan rendah dan 27,07% mempunyai tingkat pengetahuan sedang.

b. Penelitian berjudul “Perilaku Pengobatan Sendiri yang Rasional pada Masyarakat Kecamatan Depok dan Cangkringan Kabupaten Sleman” yang dilakukan oleh Kristina, Prabandari dan Sudjaswadi

(24)

Penelitian ini fokus pada pengukuran pengetahuan dan sikap ibu-ibu PKK terkait swamedikasi cacingan di Kabupaten Gunungkidul. Perbedaan dengan penelitian sejenis terletak pada hal subyek penelitian, lokasi penelitian, waktu penelitian dan tujuan penelitian.

Sepengetahuan peneliti, penelitian dengan judul “Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu-ibu PKK Terkait Swamedikasi Cacingan di Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul”belum pernah dilakukan.

1. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan terkait swamedikasi cacingan di Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul.

b. Manfaat praktis. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk melakukan tindakan swamedikasi cacingan di Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

(25)

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik responden di Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul.

b. Mengukur tingkat pengetahuan ibu-ibu PKK terkait swamedikasi cacingan di Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul.

(26)

7 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Swamedikasi

Menurut Djunarko dan Hendrawati (2011), swamedikasi adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang untuk mengobati diri sendiri menggunakan obat tanpa resep secara tepat dan rasional. Makna swamedikasi itu sendiri adalah pasien memilih sendiri obat tanpa resep untuk menyembuhkan penyakit ringan yang dideritannya. Obat yang digunakan dalam swamedikasi adalah obat tanpa resep (OTR) yang meliputi obat wajib apotek (OWA) atau obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker di apotek tanpa resep dokter, obat bebas terbatas, dan obat bebas.

Penggunaan OTR untuk swamedikasi biasanya pada kondisi sebagai berikut :

1. perawatan simptomatik minor, misalnya tidak enak badan dan cedera ringan. 2. penyakit yang bisa sembuh sendiri apabila daya tahan tubuh meningkat,

misalnya flu.

3. pencegahan dan penyembuhan penyakit ringan misalnya mabuk perjalanan dan kutu air.

4. penyakit kronis yang sebelumnya telah didiagnosis oleh dokter, misalnya asma dan arthritis.

(27)

Swamedikasi memiliki beberapa keuntungan yaitu aman apabila digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan obat, efektif menghilangkan keluhan, biaya yang dikeluarkan untuk membeli obat relatif lebih murah daripada biaya pelayanan kesehatan, hemat waktu karena tidak perlu mengunjungi fasilitas atau profesi kesehatan. Swamedikasi juga memiliki kekurangan yaitu obat membahayakan kesehatan jika penggunaaan obat tidak sesuai dengan aturan pakai, kemungkinan dapat timbul reaksi obat yang tidak diinginkan, kesalahan dapat terjadi pada swamedikasi karena informasi yang diperoleh dari iklan obat kurang lengkap, tidak efektif akibat salah diagnosis dan pemilihan obat serta sulit bertindak objektif karena pemilihan obat dipengaruhi oleh pengalaman menggunakan obat di masa lalu dan lingkungan sosialnya (Holt and Hall, 1990).

B. Cacingan 1. Definisi

Penyakit cacingan adalah kumpulan gejala gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh infeksi parasit dari golongan helminthes(cacing) yang hidup dan

berkembang di dalam tubuh manusia. Cacingan banyak menyerang anak-anak yang hidup di daerah dengan sanitasi yang buruk (Djunarko dan Hendrawati, 2011).

(28)

lumbricoides), cacing tambang (Ancylostoma duodenaledanNecator americanus)

dan cacing cambuk (Trichuris trichiura). Jenis-jenis cacing tersebut banyak

ditemukan di daerah-daerah yang tropis seperti Indonesia. Telur cacing bertahan pada tanah yang lembab, tumbuh menjadi telur yang infektif dan siap untuk masuk ke tubuh manusia yang merupakan hospes defenitifnya (Kepmenkes No. 424/MENKES/SK/VI/2006).

2. Penyebab

Umumnya yang terjangkit penyakit cacingan adalah anak-anak. Penyebab penyakit cacingan adalah makanan, minuman, dan lingkungan yang kotor. Masalah cacing merupakan masalah kesehatan umum, cacing yang paling sering ditemukan adalah cacing gelang dan cacing kremi (Muchid dkk, 2006).

3. Patofisiologi

Patofisiologi untuk cacing gelang yaitu gangguan dapat disebabkan larva yang masuk ke paru-paru sehingga terjadi perdarahan pada dinding alveolus. Gangguan yang disebabkan oleh cacing biasa biasanya ringan seperti, mual, berkurangnya nafsu makan, diare dan konstipasi. Pada infeksi yang berat yang terjadi pada anak-anak dapat menyebabkan gangguan penyerapan makanan (malabsorbtion). Keadaan dikatakan serius apabila cacing menggumpal dalam usus sehingga mengakibatkan penyumbatan pada usus (Kepmenkes No. 424/MENKES/SK/VI/2006).

(29)

mengejan pada waktu defekasi atau buang air besar. Cacing cambuk ini memasukan kepalanya ke dalam mukosa usus hingga menyebabkan iritasi dan peradangan mukosa usus. Pada tempat pelekatannya dapat menyebabkan perdarahan, selain itu dapat menyebabkan anemia karena cacing ini menghisap darah manusia (Kepmenkes No. 424/MENKES/SK/VI/2006).

Cacing tambang hidup dalam rongga usus dan melekat dengan giginya pada dinding usus dan menghisap darah manusia. Infeksi cacing tambang ini dapat mengakibatkan kehilangan darah secara perlahan sehingga penderita dapat mengalami anemia. Ini berdampak pada penurunan gairah kerja dan produktivitas (Kepmenkes No. 424/MENKES/SK/VI/2006).

4. Gejala-gejala

Gejala penyakit cacingan memang tidak nyata dan sering dikacaukan dengan penyakit-penyakit lain. Orang yang menderita cacingan biasanya lesu, tidak bergairah, konsentrasi belajar kurang. Pada anak-anak yang menderita

Ascariasis perutnya buncit (karena jumlah cacing dan kembung perut), matanya

(30)

prestasi kerja menurun dan anemia (anemia mikrositik hipokromik). Disamping itu juga terdapat eosinofilia (Kepmenkes No. 424/MENKES/SK/VI/2006).

5. Epidemiologi

Pada cacing gelang, telur keluar bersama tinja pada tempat-tempat yang lembab dan tidak terkena sinar matahari sehingga tumbuh menjadi telur infektif. Apabila telur yang infektif masuk bersama makanan atau minuman atau melalui tangan yang kotor atau tercemar oleh telur cacing maka dapat menyebabkan infeksi cacing gelang (Kepmenkes No. 424/MENKES/SK/VI/2006).

Pada cacing cambuk, telur tumbuh dalam tanah liat, lembab dan tanah dengan suhu ± 30oC. Penyebaran penyakit ini dapat terjadi karena tanah yang terkontaminasi oleh tinja yang mengandung telur cacing cambuk. Apabila telur cacing cambuk yang infektif masuk bersama makanan atau minuman atau melalui tangan yang kotor maka dapat terinfeksi oleh cacing cambuk (Kepmenkes No. 424/MENKES/SK/VI/2006).

(31)

6. Penularan

Infeksi cacing dapat dapat menular melalui mulut, langsung melalui luka di kulit (cacing tambang dan cacing benang), atau lewat telur (kista) atau larvanya yang ada di mana-mana di atas tanah. Pembuangan kotoran (tinja) yang dilakukan sembarangan dan tidak memenuhi syarat higiene juga dapat menyebabkan terjadinya penularan infeksi cacing (Tjay dan Raharja, 2008).

7. Pencegahan

Tindakan pencegahan seperti pengendalian faktor risiko, misalnya menjaga kebersihan lingkungan dan diri, penyediaan air bersih yang cukup, semenisasi lantai rumah, pembuatan dan penggunaan jamban yang bersih dan memadai, menjaga kebersihan makanan, pendidikan kesehatan di sekolah baik untuk guru maupun murid (Kepmenkes No. 424/MENKES/SK/VI/2006).

8. Pengobatan

(32)

Obat yang mengandung pirantel pamoate adalah Bascing®, Combantrin®, Compyrantel®,Helmintrin®, Konvermex®, Medicomtrin®, Pantrin®, Piraska®, Proworm®, Quanttrel ®, dan Wormetrin®. Cara kerja piperazine sama dengan pirantel pamoate yaitu melumpuhkan cacing. Piperazine diberikan tidak dalam dosis tunggal atau dosis sekali minum tetapi harus digunakan selama beberapa hari. Dosis untuk dewasa adalah 75 mg/kg berat badan selam 3-7 hari, dosis untuk anak 50 mg/kg berat badan selama 1-7 hari. Dalam bentuk sirop, piperazine tersedia dengan kandungan 1 g/5 ml sirop, untuk dewasa 15 ml, anak-anak 3-5 tahun 10 ml dan anak-anak 1-2 tahun 5 ml, diminum satu kali sehari setelah makan malam (Djunarko dan Hendrawati, 2011).

Piperazin dapat digunakan oleh wanita hamil, tetapi tidak boleh untuk penderita epilepsi. Obat yang mengandung piperazine adalah Oficitrin®, Ascari®, Ascaron®, Ascarzan®, Ascamin®, Combicetrin®, Cymexon®, Degezine®, Embacitrine®, Erlixon®, Imacitrin®, Itrazine®, Neo ultraxon®, Pimperazine®, Piperacyl®, Piprazina®, Upixon®, dan Vascoxin® (Djunarko dan Hendrawati, 2011).

C. Perilaku

(33)

langsung yaitu berupa tindakan nyata seseorang (practice) (Notoatmodjo, 2007).

Perilaku kesehatan adalah segala bentuk pengalaman dan interaksi seseorang dengan lingkungannya yang meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang terkait dengan kesehatan (Sarwono, 2007). Perilaku kesehatan meliputi yang di bawah ini.

1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yang merupakan bagaimana manusia berespon sehubungan dengan penyakit dan sakit yang dialami, baik respon secara pasif (mengetahui, bersikap, dan menanggapi penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan luar dirinya) maupun respon aktif (tindakan) yang dilakukan. 2. Perilaku seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan yang

merupakan respon terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan kesehatan modern maupun tradisional.

3. Perilaku seseorang terhadap makanan (nutrition behaviour),

merupakan respon terhadap makanan sebagai kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan.

4. Perilaku seseorang terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behaviour), merupakan respon terhadap lingkungan sebagai

determinan kesehatan manusia (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan

(34)

dilakukan dengan melakukan wawancara atau memberikan angket/kuesioner yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari responden. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk tindakan seseorang (overt behaviour) (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan dibagi dalam

enam tingkat, yaitu :

a. tahu (know) merupakan kemampuan seseorang dalam mengingat

suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Seseorang dikatakan mengetahui tentang apa yang dipelajari apabila ia mampu menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan menyatakan materi yang telah diterima sebelumnya.

b. memahami (comprehension) merupakan kemampuan seseorang

untuk menjelaskan secara benar tentang materi yang ia ketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Seseorang dikatakan paham terhadap objek atau materi apabila dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan meramalkan materi yang dipelajari.

c. aplikasi (application) merupakan kemampuan seseorang untuk

menerapkan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

d. analisis (analysis) merupakan kemampuan seseorang untuk

(35)

(membuat bagan), membedakan, memisahkan dan mengelompokkan.

e. sintesis (synthesis) merupakan kemampuan seseorang untuk

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. evaluasi (evaluation) merupakan kemampuan seseorang untuk

melakukan penilaian terhadap suatu materi. Penilaian-penilaian dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada sebelumnya (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Nursalam (2003), pengukuran tingkat pengetahuan responden dilakukan dengan menggunakan sistem skoring yakni dengan skala ordinal sebagai berikut:

a) tingkat pengetahuan baik, apabila jawaban responden benar 76-100%,

b) tingkat pengetahuan cukup, apabila jawaban responden benar antara 56-75%,

c) tingkat pengetahuan kurang, apabila jawaban responden benar antara < 56%.

Sikap

(36)

sikap hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap memiliki beberapa tingkatan, yaitu :

a. menerima (receiving) diartikan bahwa seseorang mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan.

b. merespon (responding) yaitu seseorang memberikan jawaban

apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

c. menghargai (valuing) yaitu mengajak orang lain untuk

mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah dengan orang lain. d. bertanggung jawab (responsible) atas segala sesuatu yang telah

dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Nursalam (2003), pengukuran sikap responden dilakukan dengan menggunakan sistem skoring yakni dengan skala ordinal sebagai berikut:

a) baik, apabila jawaban responden benar 76-100%,

b) cukup, apabila jawaban responden benar antara 56-75%, c) kurang, apabila jawaban responden benar antara < 56%.

D. Kuesioner

(37)

Pilihan jawaban pada skala ini terdiri dari 2 pilihan, untuk angka tertinggi diberi skor (1) dan angka terendah diberi skor (0). Pada bagian sikap pada kuesioner ini digunakan skala Likert. Pernyataan dalam kuesioner merupakan pernyataan

tertutup yang bertujuan untuk memudahkan responden dalam menjawab. Di kuesioner diberikan 5 pilihan jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), Netral (N), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Untuk menghindari kesan seakan-akan jawaban selalu benar atau selalu salah, maka dalam pembuatan kuesioner disusun pernyataan negatif (unfavorable) dan pernyataan positif

(favorable). Untuk pemberian skor, pada setiap respon positif (S dan SS) terhadap item favorableakan diberi skor yang lebih tinggi daripada respon negatif (TS dan

STS). Sebaliknya, untuk item unfavorable, respon positif akan diberi skor lebih

rendah daripada respon negatif. Variasi pernyataan membuat responden lebih hati–hati menjawab, sehingga stereotipe dalam menjawab dapat dihindari (Azwar, 2005; Siregar, 2010).

(38)

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Apabila kuesioner untuk mengukur pengetahuan maka akan menghasilkan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki oleh responden. Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita susun tersebut mampu mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan uji korelasi antar skor tiap-tiap item dengan skor total kuesioner tersebut (Notoatmodjo,

2010a).

Uji validitas pada setiap butir pernyataan dalam kuesioner diukur dengan menggunakan analisis statistik dengan analisis Pearson Product Moment pada

tingkat kepercayaan 95% yang menunjukkan validitas hubungan antar butir pernyataan. Setiap butir pernyataan dinyatakan valid jika koefisien korelasi (r) bernilai positif dan atau ≥0,329 (Riwidikdo, 2009).

2. Uji Reliabilitas

(39)

Setelah dilakukan uji validitas, maka perlu dilakukan uji reliabilitas. Alat ukur yang reliabel pasti terdiri dari item-itemalat ukur yang valid sehingga setiap

reliabel pasti valid namun setiap yang valid belum tentu reliabel. Rumus uji yang dapat digunakan dalam uji reliabiltas alat ukur yaitu Alpha Cronbach. Beberapa

keunggulan uji reliabilitas dengan alpha cronbach adalah dilakukan

masing-masing korelasi alfa masing-masing-masing-masing itemdan keseluruhan item, selain itu analisis

alfa merupakan analisis model faktor (Riwidikdo, 2010).

Uji reliabilitas dilakukan pada seluruh pernyataan dalam kuesioner yang meliputi aspek dalam perilaku yaitu pengetahuan dan sikap. Koefisien reliabilitas diukur dengan menggunakan analisis statistik dengan analisis reliabilitas yang menggunakan koefisien Alpha Cronbach. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika

nilaiAlpha>0,75 (Riwidikdo, 2009).

Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (r) yang angkanya berada dalam rentang 0-1. Jika nilai koefisien reliabilitas semakin mendekati angka 1 berarti semakin tinggi reliabilitasnya (Azwar, 2005). Instrumen dapat memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi apabila hasil dari pengujian instrumen tersebut menunjukkan hasil yang tetap.

E. Keterangan Empiris

(40)

21 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional deskriptif dengan rancangan penelitian cross-sectional. Observasional deskriptif adalah jenis

penelitian yang digunakan untuk menggambarkan atau memotret masalah kesehatan salah satunya yaitu tentang swamedikasi cacingan dalam suatu komunitas tertentu misalnya ibu-ibu PKK. Rancangan cross-sectional adalah

salah satu bentuk studi observasional (non eksperimental) yang mencakup semua jenis penelitian yang pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali dan pada satu saat (Notoatmodjo, 2010; Satroasmoro-Ismael, 2010).

B. Variabel dan Defenisi Operasional 1. Variabel penelitian

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ibu-ibu aktif PKK di Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan dan sikap ibu-ibu PKK terkait swamedikasi cacingan di Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul

2. Definisi operasional

(41)

cacingan, dan pencegahan cacingan, yang diukur melalui kuesioner.

b. Sikap adalah kesiapan atau kesediaan responden untuk melakukan tindakan swamedikasi cacingan secara aman dan rasional, kesiapan responden untuk melakukan hal-hal yang dapat mencegah cacingan dan kesediaan responden untuk melakukan pemeriksaan ke dokter pada kondisi tertentu yang diukur melalui kuesioner.

c. Swamedikasi adalah tindakan pemilihan dan penggunaan obat yang dapat dibeli secara bebas di apotek atau toko obat untuk mengatasi cacingan oleh responden di Kabupaten Gunungkidul.

d. Ibu-ibu aktif PKK adalah ibu-ibu rumah tangga dan kader kesehatan yang aktif dalam mengikuti kegiatan PKK tingkat kecamatan. Dikatakan aktif apabila ibu-ibu rumah tangga dan kader kesehatan hadir pertemuan PKK terhitung dari bulan April 2011 sampai bulan April 2012.

e. Karakteristik responden adalah karakteristik yang diamati berdasarkan usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, sumber informasi yang diperoleh terkait swamedikasi cacingan, dan penggunaan obat cacing yang sudah tepat atau belum.

(42)

g. Pekerjaan. Ibu-ibu PKK dikatakan bekerja jika mendapat upah atas hasil kerjanya. Status tidak bekerja jika tidak mendapat upah atas hasil kerjanya.

h. Tingkatan Pendidikan adalah tingkat pendidikan terakhir yang diikuti oleh ibu-ibu PKK kecamatan, yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok dasar dan kelompok lanjutan. Kelompok dasar meliputi SD dan SMP sederajat, sedangkan kelompok lanjutan meliputi SMA dan Perguruan Tinggi sederajat.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian pada penelitian ini yaitu ibu-ibu PKK di Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu aktif PKK dan telah menikah di Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul yang mengisi dan mengembalikan kuesioner. Setelah diperoleh responden yang memenuhi kriteria inklusi kemudian dilihat karakteristik responden berdasarkan umur, tingkat pendidikan, pekerjaan dan sumber informasi yang pernah diperoleh responden sebelum penelitian. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang tidak bisa membaca dan menulis, responden yang tidak lengkap mengisi kuesioner dan responden yang tidak mengisi kuesioner sendiri. Subyek penelitian yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 30 orang.

D. Tempat Penelitian

(43)

E. Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini yaitu ibu-ibu PKK di Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul yang berjumlah 45 orang. Dalam penelitian ini responden yang digunakan sejumlah 30 orang yang memenuhi kriteria inklusi.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari tiga bagian yaitu:

1. Karakteristik yang terdiri dari umur, status, pendidikan, pekerjaan, latar belakang responden dan skala tingkat pengenalan. Selain itu, di akhir pertanyaan karakteristik dilengkapi dengan tanda tangan dari responden. 2. Bagian pengetahuan yang pernyataannya merupakan tipe closed ended

dengan skala pengukuran Guttman. Pilihan jawaban pada skala ini terdiri dari 2 pilihan, untuk angka tertinggi diberi skor (1) dan angka terendah diberi skor (0).

3. Bagian sikap yang pernyataannya merupakan tipe closed ended dengan

skala pengukuran Likert. Skala Likert memiliki dua tipe pernyataan yaitu

favorable danunfavorable. Pilihan jawaban pada skala Likert dengan tipe

pernyataan favorable terdiri dari 4 pilihan yaitu sangat setuju diberi skor

(4), setuju diberi skor (3), tidak setuju diberi skor (2), sangat tidak setuju (1) sedangkan penilaian untuk tipe unfavorablemerupakan kebalikan dari

(44)

G. Tata Cara Penelitian 1. Perijinan

Perijinan dimulai meminta surat ijin penelitian dari Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang nantinya diserahkan kepada Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Gunungkidul yang kemudian akan memberikan tembusan kepada Bupati Gunungkidul, Kepala BAPPEDA Kabupaten Gunungkidul, Kepala Badan Kesbangpolinmas dan PB Kabupaten Gunungkidul, Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, dan kantor kecamatan yang nantinya dijadikan sebagai tempat penelitian.

2. Penelusuran data populasi

Penelusuran data populasi di kecamatan dilakukan untuk mengetahui jumlah ibu-ibu PKK yang aktif di kecamatan.

3. Pembuatan kuesioner

Penyusunan dan Pembuatan Kuesioner. Kuesioner dalam penelitian ini disusun sebagai alat ukur yang dapat digunakan untuk memperoleh informasi data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Kuesioner yang digunakan terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama mengenai karakteristik responden yang meliputi: nama, umur, alamat, status pernikahan, pendidikan terakhir, pekerjaan, informasi mengenai cacingan yang pernah didapat sebelumnya atau tidak dan obat yang biasa diminum ketika mengalami cacingan.

(45)

Table I. Kriteria dan nomor pernyataan dalam kuesioner bagian pengetahuan terkait swamedikasi cacingan pada ibu-ibu PKK di Kecamatan

Tepus Kabupaten Gunung Kidul Bagian pengetahuan

Kriteria Nomor pernyataan

Definisi swamedikasi 1

Definisi cacingan 2 & 4

Penyebab 3, 5, 6, 11

Epidemiologi 7

Gejala 8, 9 & 10

Pengobatan 12 & 17

Pencegahan 13, 14, 15 & 16

Pernyataan benar terdapat pada nomor pernyataan 1, 2, 4,5, 6, 8, 9, 11,14,dan 17 sedangkan pernyataan salah terdapat pada nomor pernyataan 3, 7, 10, 12, 13, 15 dan 16.

Bagian ketiga dalam kuesioner merupakan bagian sikap yang terdiri dari tipe favorable terdapat pada nomor pernyataan 1-3,5,8,9,11-13,16 dan tipe unfavorable terdapat pada nomor pernyataan 4,6-7,10,14-15. Kriteria dan nomor

pernyataan dalam kuesioner bagian sikap ditunjukkan pada tablel II.

Table II. Kriteria dan nomor pernyataan dalam kuesioner bagian sikap terkait swamedikasi cacingan pada ibu-ibu PKK di Kecamatan Tepus

Kabupaten Gunung Kidul Bagian sikap

Kriteria Nomor pernyataan

Swamedikasi 1, 2, 14, 15, 16

Pencegahan cacingan 3-6, 8-10

Pengobatan cacingan 7 & 11

Kondisi yang mengharuskan melakukan pemeriksaan ke dokter

(46)

Pengujian terhadap kuesioner. a. Uji validitas

Uji validitas terhadap kuesioner dalam penelitian ini berdasarkan uji validitas konstruk yang menggunakan judgment experts. Setelah dilakukan pengujian konstruk dari ahli dilanjutkan

dengan uji pemahaman bahasa pada minimal 30 orang. Selanjutnya dilakukan analisis pernyataan dengan menghitung korelasi antara skor butir instrumen dengan skor total menggunakan bantuan komputer. Parameter dari hasil uji ini dikatakan valid apabila besarnya r hitung pada tiap nomor pernyataan pernyataan > 0,329. Uji pemahaman bahasa dilakukan di Kecamatan Depok dengan menyebarkan kuesioner pada orang di luar responden yang digunakan dalam penelitian ini (Sugiyono, 2010; Riwidikdo, 2010). b. Uji reliabilitas

Uji reliabilitas terhadap kuesioner dilakukan menggunakan analisis statistik dengan komputer. Berdasarkan uji reliabilitas yang dilakukan dengan mengunakan komputer terhadap pernyataan kuesioner yang telah valid, diperoleh nilai koefisien

Alpha Cronbach yaitu sebesar 0,75. Untuk bagian pengetahuan

(47)

dipercaya, memiliki konsistensi dan layak digunakan dalam penelitian (Riwidikdo, 2010).

4. Pengambilan data

Pengambilan data dilakukan pada pertemuan rutin ibu-ibu PKK di Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul dan pengambilan dilakukan hanya satu kali yaitu pada tanggal 21 Mei 2012.

5. Pengolahan data

Manajemen data terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut ini. 1) Editing

Pada tahap ini, dilakukan pemeriksaan terhadap berbagai hal meliputi kelengkapan jawaban kuesioner hasil penelitian, penyeleksian kuesioner yang memenuhi kriteria inklusi sampel, serta melihat apakah ada responden yang harus dieksklusi. Tahap editing ini dilakukan sesaat

setelah semua kuesioner terkumpul di lokasi penelitian.

Berdasarkan hasil editing, kuesioner yang telah diterima

sebanyak 30 kuesioner dan tidak terdapat kuesioner atau responden yang dieksklusi karena semua kuesioner telah terisi lengkap dan kriteria sampel telah sesuai dengan kriteria inklusi penelitian.

2) Processing

(48)

program komputer dan menjumlahkan skor dari nomor pernyataan pernyataan yang dijawab oleh responden.

3) Cleaning

Tahap cleaning dilakukan dengan memeriksa kembali

kebenaran data yang sudah dimasukkan ke program komputer serta memastikan kelengkapan seluruh komponen yang dibutuhkan untuk keperluan analisis data. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan taraf kepercayaan 95%.

H. Analisis Data

Gambaran karakteristik responden dalam penelitian ini diketahui dengan mempersentasekan karakteristik tiap responden berdasarkan usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, informasi yang pernah diperoleh mengenai cacingan dan obat yang digunakan ketika mengalami cacingan. Persentase per karakteristik responden diperoleh dengan rumus:

persentase per karakteristik responden = jumlah responden per karakteristik

total responden × 100 %

Analisis tingkat pengetahuan dan sikap diketahui dengan menghitung persentase nilai jawaban responden. Dengan menggunakan rumus :

= 100%

Keterangan: P = persentase

f = frekuensi dari seluruh alternative jawaban yang menjadi pilihan yang telah dipilih responden atas pertanyaan yang diajukan

n = jumlah frekuensi seluruh alternative jawaban yang menjadi pilihan responden selaku peneliti

(49)

Apabila persentase jawaban responden diperoleh 76-100% atau responden mampu menjawab 13-17 pernyataan dengan benar maka dapat dikatakan bahwa responden memiliki pengetahuan yang baik. Apabila persentase jawaban responden diperoleh antara 56-75 % atau responden mampu menjawab 10-12 pernyataan dengan benar maka dapat dikatakan bahwa responden memiliki pengetahuan yang cukup. Apabila persentase jawaban responden diperoleh antara < 56% atau menjawab dengan benar 1-9 pernyataan dengan benar maka dapat dikatakan bahwa responden memiliki pengetahuan yang kurang.

Analisis sikap responden diketahui dengan menghitung skor akhir responden. Apabila persentase jawaban responden diperoleh 76-100% atau skor akhir responden 49-64 maka dapat dikatakan bahwa responden memiliki sikap yang baik. Apabila persentase jawaban responden diperoleh antara 56-75 % atau skor akhir responden 36-48 maka dapat dikatakan bahwa responden memiliki sikap yang cukup. Apabila persentase jawaban responden diperoleh antara < 56% atau skor akhir responden 17-35 maka dapat dikatakan bahwa responden memiliki pengetahuan yang kurang.

Nilai dan persentase per kriteria responden terhadap kriteria dalam kuesioner bagian pengetahuan diketahui dengan rumus:

Nilai per kriteria = total jawaban responden per kriteria jumlah pernyataan per kriteria

Persentase per kriteria = Nilai per kriteria

(50)

Nilai dan persentase per kriteria responden terhadap kriteria dalam kuesioner bagian sikap diketahui dengan rumus:

A = B

C

Keterangan:

A = rata-rata responden yang memiliki sikap positif/negatif per kriteria B = jumlah responden yang memiliki sikap positif/ negatif per kriteria C = jumlah pernyataan per criteria

Persentase per kriteria = rata − rata responden yang memiliki sikap positif/negatif per kriteria total responden × 100%

I. Kelemahan Penelitian Kelemahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. tidak semua kriteria terkait swamedikasi cacingan dapat diukur melalui kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini

2. pernyataan pada kuesioner yang digunakan dalam penelitian kurang dapat mengukur pengetahuan dan sikap terkait swamedikasi cacingan

(51)

32 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini adalah ibu-ibu aktif PKK dan telah menikah di Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul yang mengisi dan mengembalikan kuesioner. Setelah diperoleh responden yang memenuhi kriteria inklusi kemudian diamati karakteristik responden. Karakteristik demografi responden meliputi usia, tingkat pendidikan, pekerjaan dan sumber informasi yang pernah diperoleh responden sebelum penelitian.

1. Usia

Pada penelitian tidak ada pembatasan usia responden karena responden yang diikutsertakan adalah ibu-ibu yang aktif mengikuti kegiatan PKK kecamatan. Responden termuda berusia 25 tahun dan responden tertua berusia 63 tahun. Usia responden dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu usia di bawah 30 tahun dan usia 30 tahun ke atas karena menurut Kristina dkk (2008), usia di bawah 30 tahun masih sedikit menggunakan obat sehingga kemungkinan kesalahan penggunaan obat sangat kecil sedangkan usia 30 tahun ke atas sudah mulai banyak menggunakan obat dan kemungkinan kesalahan penggunaan obat cukup besar.

(52)

Tabel III. Distribusi karakteristik ibu-ibu PKK di Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul terkait swamedikasi cacingan berdasarkan usia

2. Tingkat pendidikan

Pada penelitian ini tingkat pendidikan responden dibagi menjadi dua kelompok yaitu lulusan SD hingga SMP termasuk tingkat pendidikan dasar dan lulusan SMA hingga perguruan tinggi termasuk tingkat pendidikan lanjutan.

Tingkat pendidikan responden paling banyak adalah tingkat pendidikan lanjutan yaitu sebesar 56,7%. Distribusi karakteristik tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada tabel IV.

Tabel IV. Distribusi karakteristik ibu-ibu PKK di Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul terkait swamedikasi cacingan berdasarkan tingkat

pendidikan

3. Pekerjaan

Pada penelitian ini karakteristik demografi responden berdasarkan pekerjaan dibagi menjadi dua kelompok yaitu bekerja dan tidak bekerja. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 1 ayat 3, pekerja atau buruh adalah setiap orang yang bekerja dan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Jumlah responden

Usia Jumlah Responden Persentase (%)

< 30 tahun 3 10

> 30 tahun 27 90

Total 30 100

Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Persentase (%)

Dasar 13 43,3

lanjutan 17 56,7

(53)

yang bekerja sama dengan jumlah responden yang tidak bekerja. Distribusi karakteristik status pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel V.

Tabel V. Distribusi karakteristik ibu-ibu PKK di Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul terkait swamedikasi cacingan berdasarkan status

pekerjaan

4. Sumber informasi yang pernah didapat

Informasi mengenai swamedikasi cacingan dapat diperoleh dari lembaga kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, atau tenaga kesehatan dan melalui media massa. Selain itu, informasi dapat diperoleh dari teman dan keluarga yang pernah mendapat informasi tentang swamedikasi cacingan.

Jumlah responden yang sudah pernah mendapat informasi mengenai swamedikasi cacingan jauh lebih banyak dibandingkan jumlah responden yang belum pernah mendapat informasi yaitu sebesar 80%. Ini menunjukkan bahwa pengenalan ibu-ibu PKK terhadap swamedikasi cacingan sudah banyak karena sebagian besar sudah pernah mendapat informasi mengenai swamedikasi cacingan. Distribusi karakteristik responden berdasarkan informasi yang pernah didapat dapat dilihat pada tabel VI.

Pekerjaan Jumlah Responden Persentase (%)

Bekerja 15 50

Tidak bekerja 15 50

(54)

Tabel VI. Distribusi karakteristik ibu-ibu PKK di Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul terkait swamedikasi cacingan berdasarkan

informasi yang sudah pernah didapat

Responden paling banyak memperoleh informasi mengenai swamedikasi cacingan dari lembaga kesehatan yaitu puskesmas. Puskesmas merupakan sumber informasi terbanyak karena puskesmas memiliki kegiatan untuk memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu PKK dan posyandu. Selain puskesmas, responden juga mendapat informasi mengenai swamedikasi cacingan dari orang tua. Distribusi karakteristik responden mengenai sumber informasi dapat dilihat pada tabel VII.

Tabel VII. Distribusi karakteristik ibu-ibu PKK di Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul terkait swamedikasi cacingan berdasarkan sumber

informasi yang sudah pernah didapat

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini juga mengukur skala tingkat pengenalan yaitu terkait obat yang digunakan dalam mengobati cacingan. Obat yang biasa diminum responden untuk mengatasi cacingan ditunjukkan pada tabel VIII.

Informasi Jumlah Responden Persentase (%)

Sudah pernah mendapat

Sumber Informasi Jumlah Responden Persentase (%)

Puskesmas 23 95,8

Orang tua 1 4,2

(55)

Tabel VIII. Obat yang biasa diminum oleh ibu-ibu PKK Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul untuk mengatasi cacingan

Obat cacing yang biasa diminum Responden

Jumlah Persentase (%)

Combantrin® 30 100

Tidak tahu obat yang digunakan 0 0

Berdasarkan tabel VIII, dapat diketahui bahwa sejumlah 30 responden sudah benar dalam memilih obat yang biasa diminum ketika mengalami cacingan yaitu Combantrin®.

B. Swamedikasi Cacingan pada Ibu-ibu PKK di Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul Kajian Pengetahuan

Responden memiliki pengetahuan yang baik sebesar 66,7%, pengetahuan cukup sebesar 23,3% dan pengetahuan yang kurang sebesar 10%. Meskipun tidak ada responden yang memiliki pengetahuan yang buruk namun tetap diperlukan peningkatan pengetahuan mengenai swamedikasi cacingan agar pengetahuan masyarakat mengenai swamedikasi cacingan dapat menjadi lebih baik. Hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan responden dapat dilihat pada tabel IX.

Tabel IX. Distribusi tingkat pengetahuan terkait swamedikasi cacingan ibu-ibu PKK di Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul

Pengetahuan Jumlah Responden Persentase (%)

Baik 20 66,7

Cukup 7 23,3

Kurang 3 10

(56)

Setelah diperoleh hasil mengenai tingkat pengetahuan responden, dapat teliti lebih lanjut tiap pernyataan pengetahuan sehingga dapat diketahui informasi yang masih banyak belum diketahui responden sehingga dapat digunakan sebagai bahan pemberian informasi mengenai swamedikasi cacingan kepada masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata nilai jawaban responden diurutkan dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi adalah definisi cacingan, pencegahan cacingan, penyebab cacingan, definisi swamedikasi, gejala cacingan, pengobatan cacingan, dan yang paling tinggi adalah epidemiologi cacingan.

(57)

Dengan demikian, untuk pemberian informasi mengenai swamedikasi cacingan dapat lebih ditekankan pada definisi cacingan, pencegahan cacingan, dan penyebab cacingan agar responden dapat lebih mengetahui apa itu cacingan, penyebab cacingan, dan cara mencegah cacingan sehingga dapat mengurangi kasus cacingan. Rata-rata jumlah responden yang menjawab pernyataan pengetahuan dengan benar dan salah dapat dilihat pada tabel X.

Tabel X. Rata-rata jumlah dan persentase jawaban ibu-ibu PKK Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul yang menjawab benar atau salah terhadap

kriteria bagian pengetahuan terkait swamedikasi cacingan Bagian pengetahuan

Definisi cacingan 2, 4 12,5 41,7 17,5 58,3

Penyebab 3, 5, 6, 11 22 73,3 8 26,7

Epidemiologi 7 29 96,7 1 3,3

Gejala 8, 9, 10 24.3 81 5,7 19

Pengobatan 12, 17 26,5 88,3 3,5 11,7

Pencegahan 13,14,15, 16 21 70 9 30

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kekurangan dalam mengukur pengetahuan responden terkait swamedikasi cacingan yaitu aspek-aspek mengenai swamedikasi cacingan masih kurang lengkap dan pernyataan-pernyataan dalam kuesioner tidak sepenuhnya dapat mengukur pengetahuan responden karena pernyataan-peryataan kurang tajam untuk mengukur pengetahuan responden.

(58)

demografi responden meliputi usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan sumber informasi yang pernah didapat.

1. Usia

Mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik mengenai swamedikasi cacingan diikuti dengan pengetahuan cukup dan hanya sedikit responden yang berpengetahuan kurang. Data tingkat pengetahuan responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel XI.

Tabel XI. Tingkat pengetahuan ibu-ibu PKK Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul terkait swamedikasi cacingan berdasarkan usia

Usia Pengetahuan

Berdasarkan tabel XI, dapat diketahui bahwa responden yang berusia di bawah 30 tahun sebanyak 66,7% memiliki pengetahuan yang baik dan 33,3% memiliki pengetahuan yang kurang mengenai swamedikasi cacingan. Untuk responden yang berusia 30 tahun ke atas sebanyak 66,7% memiliki pengetahuan yang baik, sebanyak 25,9% memiliki pengetahuan yang cukup, dan sebanyak 7,4% memiliki pengetahuan yang kurang mengenai swamedikasi cacingan.

2. Tingkat pendidikan

(59)

Tabel XII. Tingkat pengetahuan ibu-ibu PKK Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul terkait swamedikasi cacingan berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat

Berdasarkan tabel XII, dapat diketahui bahwa responden dengan tingkat pendidikan dasar sebanyak 58,8% memiliki pengetahuan yang baik, sebanyak 29,4% memiliki pengetahuan yang cukup, dan sebanyak 11,8% memiliki pengetahuan yang kurang mengenai swamedikasi cacingan. Untuk responden dengan tingkat pendidikan lanjutan sebanyak 76,9% memiliki pengetahuan yang baik, sebanyak 15,4% memiliki pengetahuan yang cukup, dan sebanyak 7,7% memiliki pengetahuan yang kurang mengenai swamedikasi cacingan.

3. Pekerjaan

Responden paling banyak memiliki pengetahuan yang baik mengenai cacingan kemudian diikuti dengan pengetahuan cukup dan sedikit responden memiliki pengetahuan yang kurang. Data tingkat pengetahuan responden berdasarkan status pekerjaan dapat dilihat pada tabel XIII.

Tabel XIII. Tingkat pengetahuan ibu-ibu PKK Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul terkait swamedikasi cacingan berdasarkan status pekerjaan

(60)

Berdasarkan tabel XIII, dapat diketahui bahwa responden dengan status bekerja sebanyak 60% memiliki pengetahuan yang baik, sebanyak 20% memiliki pengetahuan yang cukup, dan sebanyak 20% memiliki pengetahuan yang kurang mengenai swamedikasi cacingan. Untuk responden dengan status tidak bekerja sebanyak 73,3% memiliki pengetahuan yang baik, dan sebanyak 26,7% memiliki pengetahuan yang cukup mengenai swamedikasi cacingan.

4. Sumber informasi yang pernah didapat

Responden paling banyak memiliki pengetahuan yang baik mengenai cacingan kemudian diikuti dengan pengetahuan cukup dan sedikit responden memiliki pengetahuan yang kurang. Data tingkat pengetahuan berdasarkan informasi yang pernah didapat responden dapat dilihat pada tabel XIV.

Tabel XIV. Tingkat pengetahuan ibu-ibu PKK Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul terkait swamedikasi cacingan berdasarkan informasi yang

sudah pernah didapat

Informasi Pengetahuan

Baik Persentase

(%) Cukup Persentase(%) Kurang Persentase(%) Sudah pernah

(61)

terkait swamedikasi cacingan sebanyak 50% memiliki pengetahuan yang baik, dan sebanyak 50% memiliki pengetahuan yang cukup mengenai swamedikasi cacingan.

C. Swamedikasi Cacingan pada Ibu-ibu PKK di Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul Kajian Sikap

Sebagian besar responden memiliki sikap yang baik yaitu sebesar 60% dan sikap yang cukup sebesar 40% sedangkan tidak ada responden yang bersikap buruk. Meskipun demikian, hendaknya tetap diperlukan peningkatan pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (2007), peningkatan pengetahuan akan menimbulkan kesadaran responden dan menyebabkan responden berperilaku sesuai pengetahuan yang dimiliki. Perubahan perilaku ini akan bersifat langgeng karena berdasarkan kesadaran responden. Berikut ini distribusi sikap responden mengenai swamedikasi cacingan.

Tabel XV. Distribusi sikap ibu-ibu PKK Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul terkait swamedikasi cacingan

Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dilakukan analisis pada tiap pernyataan agar dapat diketahui sikap positif atau negatif responden terhadap pernyataan mengenai swamedikasi cacingan. Dari hasil analisis, sikap responden tergolong baik pada pernyataan 1,2,14,15, dan 16 mengenai swamedikasi, pada

Sikap Jumlah Responden Persentase (%)

Baik 18 60

Cukup 12 40

(62)

pernyataan 7 dan 11 mengenai pengobatan cacingan, dan pada pernyataan 12 dan 13 mengenai kondisi yang mengharuskan melakukan pemeriksaan diri ke dokter karena memiliki nilai berkisar antara 76-100% yaitu 84% untuk kategori swamedikasi, 76,7% untuk kategori pengobatan cacingan dan 96,7% untuk kategori kondisi yang mengharuskan melakukan pemeriksaan diri ke dokter. Sikap responden pada pernyataan 3,4,5,6,8,9, dan 10 mengenai pencegahan cacingan tergolong cukup karena memiliki nilai berkisar antara 56-75% yaitu 74,3%.

Berdasarkan data di atas maka diperlukan adanya peningkatan sikap atau kesadaran responden mengenai pencegahan cacingan agar dapat mengurangi kasus cacingan yang banyak terjadi. Data jumlah responden dengan jawaban positif maupun negatif pada pernyataan sikap dapat dilihat pada tabel XVI.

Tabel XVI. Jumlah dan persentase jawaban ibu-ibu PKK Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul dengan sikap positif maupun negatif pada

pernyataan sikap terkait swamedikasi cacingan

Bagian sikap Sikap positif Sikap negatif

Kriteria Nomor Swamedikasi 1, 2, 14, 15,

(63)

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kekurangan dalam mengukur sikap responden terkait swamedikasi cacingan yaitu aspek-aspek swamedikasi kurang lengkap dan pernyataan-pernyataan pada bagian sikap tidak sepenuhnya bisa mengukur sikap karena pernyataan-pernyataan masih kurang tajam untuk benar-benar mengukur sikap respnden.

Setelah diperoleh data mengenai sikap responden mengenai swamedikasi cacingan kemudian dihubungkan dengan karakteristik demografi responden meliputi usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan sumber informasi yang pernah didapat.

1. Usia

Sebagian besar responden memiliki sikap yang baik mengenai swamedikasi cacingan. Data sikap berdasarkan usia responden dapat dilihat pada tabel XVII.

Tabel XVII. Sikap ibu-ibu PKK Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul terkait swamedikasi cacingan berdasarkan usia

Usia Sikap

Baik Persentase (%) Cukup Persentase (%)

< 30 tahun 2 66,7 1 33,3

>30 tahun 16 59,3 11 40,7

(64)

2. Tingkat pendidikan

Sebagian besar responden memiliki sikap yang baik mengenai swamedikasi cacingan. Data sikap berdasarkan tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada tabel XVIII.

Tabel XVIII. Sikap ibu-ibu PKK Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul terkait swamedikasi cacingan berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat Pendidikan

Sikap

Baik Persentase (%) Cukup Persentase (%)

Dasar 10 58,8 7 41,2

Lanjutan 8 61,5 5 38,5

Berdasarkan tabel XVIII, dapat diketahui bahwa responden dengan tingkat pendidikan dasar sebanyak 58,8% memiliki sikap yang baik dan sebanyak 41,2% memiliki sikap yang cukup mengenai swamedikasi cacingan. Untuk responden dengan tingkat pendidikan lanjutan sebanyak 61,5% memiliki sikap yang baik dan 38,5% memiliki sikap yang cukup mengenai swamedikasi cacingan.

3. Pekerjaan

Responden yang bekerja memiliki sikap yang baik sebanyak 9 orang dan sikap cukup sebanyak 6 orang, sama halnya degan responden yang tidak bekerja. Data sikap responden berdasarkan status pekerjaan dapat dilihat pada tabel XIX.

Tabel XIX. Sikap ibu-ibu PKK Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul terkait swamedikasi cacingan berdasarkan status pekerjaan

Pekerjaan Sikap

Baik Persentase (%) Cukup Persentase (%)

Bekerja 9 60 6 40

(65)

Berdasarkan tabel XIX, dapat diketahui bahwa responden dengan status bekerja sebanyak 60% memiliki sikap yang baik dan sebanyak 40% memiliki sikap yang cukup mengenai swamedikasi cacingan. Untuk responden dengan tingkat pendidikan lanjutan sebanyak 60% memiliki sikap yang baik dan 40% memiliki sikap yang cukup mengenai swamedikasi cacingan.

4. Sumber informasi yang pernah didapat

Sebagian besar responden memiliki sikap yang baik terkait swamedikasi cacingan. Data tingkat pengetahuan berdasarkan informasi yang pernah didapat responden dapat dilihat pada tabel XX.

Tabel XX. Sikap ibu-ibu PKK Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul terkait swamedikasi cacingan berdasarkan informasi yang sudah pernah

didapat

(66)

47 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Karakteristik ibu-ibu PKK Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul yaitu umumnya berusia 30 tahun ke atas (90%) termasuk dalam kelompok pendidikan lanjutan (56,67%), sudah bekerja (50%) dan sudah pernah mendapatkan informasi terkait swamedikasi cacingan (80%)

2. Tingkat pengetahuan ibu-ibu PKK Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul adalah baik dengan jumlah sebanyak 20 orang atau sebesar 66,7%.

3. Sikap ibu-ibu PKK Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul adalah baik dengan jumlah sebanyak 20 orang atau sebesar 60 %.

B. Saran

1. Perlu dilakukan perbaikan kuesioner agar semua kriteria terkait swamedikasi cacingan dapat terukur.

(67)

48

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S.. 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, PT. Rineka

Citra, Jakarta, pp. 194, 211.

Azwar, S., 2005, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Edisi 2, Pustaka

Pelajar, Yogyakarta, pp. 154.

Chiuman, L., 2009, Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja SMA Wiyata Dharma Medan Terhadap Infeksi Menular Seksual, Skripsi, 26, 27,

Universitas Sumatera Utara, Medan

Dahlan, S. M., 2009,Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Salemba Medika,

Jakarta, pp. 17-20, 130-134, 139-142.

Dinas Kesehatan Propinsi D.I. Yogyakarta, 2007, Profil Kesehatan Propinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2007, Dinas Kesehatan, Yogyakarta.

Dinas Kesehatan Propinsi D.I. Yogyakarta, 2008, Profil Kesehatan Propinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2008, Dinas Kesehatan, Yogyakarta.

Djunarko, I. dan Hendrawati, D. Y., 2011, Swamedikasi yang Baik dan Benar,

Citra Aji Parama, Yogyakarta, 2011, pp. 56-59.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2006, Pedoman Pengendalian Cacingan, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Kristanti, D., 2011, Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Produktif di Kecamatan Berbah, Sleman, DIY Mengenai Kista Endometrium pada Tahun 2011,

Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Kristina, S. A., Prabandari, Y. S., Sudjaswadi, R., 2008, Perilaku Pengobatan Sendiri yang Rasional Pada Masyarakat Kecamatan Depok dan Cangkringan Kabupaten Sleman, Skripsi, Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta.

Muchid, A., Umar, F., Chusun., Supardi, S., Sinaga, E., Azis, S., 2006, Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas terbatas,

http://www.binfar.depkes.go.id/data/files/1203426275_PEDOMAN%20

OBAT%20BEBAS%20DAN%20BEBAS%20TERBATAS.pdf, diakses

pada 23 Maret 2011.

Notoatmodjo, S., 2007, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Rineka Cipta,

Gambar

Tabel IX.Distribusi tingkat pengetahuan terkait swamedikasi
TabelSikap ibu-ibu PKK Kecamatan Tepus Kabupaten
Table II. Kriteria dan nomor pernyataan dalam kuesioner bagian sikap
Tabel III. Distribusi karakteristik ibu-ibu PKK di Kecamatan Tepus
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Terkait hasil penelitian pada kedua mata kuliah di Prodi PMA yaitu kalkulus dan teori peluang, diperoleh hasil bahwa dengan subjek yang sama yaitu mahasiswa semester IV

³+DN 7DQJJXQJDQ DWDV WDQDK EHVHUWD benda-benda yang berkaitan dengan tanah, yang selanjurnya disebut Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas

Seperti yang telah diuraikan dalam pengertian tentang Jaminan produk atau Garansi, pada dasarnya perjanjian garansi yang dimaksud dalam hal jaminan produk ini adalah suatu

Tidak hanya dalam masyarakat tetapi juga dalam keluarga yang tidak begitu akrab seperti paman, bibi atau ibu mertua, karena ’ giri ’ ditujukan untuk semua orang dan menuntut

Sedangkan berdasarkan indeks kualitas lingkungan perairannya Sungai Senapelan tergolong perairan dengan tingkat pencemaran yang buruk hingga sangat buruk dan dilihat

b. Rekanan yang mendaftar sesuai pengumuman dan mengikuti PENJELASAN/ AANWIJZING Pekerjaan Pengadaan Portable Weather Station 1 Unit, Automatic Rain Sampler 1 Unit,

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa nilai konsumsi yang terdiri dari nilai fungsional, nilai sosial, nilai emosional, nilai kondisional dan nilai epistemik terbukti