• Tidak ada hasil yang ditemukan

21

Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran memiliki kurang lebih 16 diet khusus untuk penyakit tertentu, diantaranya adalah diet untuk rendah garam, diet untuk diabetes melitus, diet untuk diabetes melitus dengan nefropati, diet dislipidemia, diet untuk penyakit jantung, diet untuk penyakit stroke, diet untuk penyakit gagal ginjal, diet untuk penyakit gout artritis, diet untuk rendah kalori, diet tinggi kalori tinggi protein, dier untuk penyakit sindrom nefrotik, diet hemodialisa, diet untuk penyakit lambung, diet untuk penyakit kandung empedu, diet untuk kanker, dan diet untuk gizi buruk. Pada RSUD Ungaran diet yang paling sering disajikan adalah diet untuk rendah garam, diet untuk diabetes melitus, diet rendah lemak biasanya untuk penyakit seperti stroke, jantung, dan lain sebagainya. Berikut adalah beberapa macam menu diet khusus yang sering disajikan pada RSUD Ungaran.

A B C

(A: Diet diabetes melitus, B: Diet rendah garam, dan C: Diet Rendah Lemak)

a. Diet Rendah Garam

Diet rendah garam bertujuan untuk membantu pasien menghilangkan retensi garam atau air yang ada dalam jarngan tubuh serta menurunkan tekanan darah yang tinggi pada pasien atau sering disebut sebagai hipertensi. Syarat yang diperlukan adalah pasien memiliki cukup energi, protein, mineral, dan vitamin; bentuk makanan ditentukan berdasarkan penyakit yang diderita oleh pasien; serta jumlah dari asupan natrium harus disesuaikan dengan tingkatan dari retensi garam atau air atau hepertensi yang diderita oleh pasien. Biasanya diet rendah garam ditujukan kepada pasien yang menderita penyakit edema atau asites, hipertensi, seperti penyakit dekompensasio kordis, sirosis hati, penyakit ginjal, tokosemia pada ibu hamil, dan hipertensi esensial. Diet rendah

22

garam itu sendiri terdapat 3 tingkatan yaitu diet rendah garam I (200-400 mg Na) yang diberikan pada pasien edema, asites, dan hipertensi berat, selanjutnya diet rendah garam II (600-800 mg Na) diberikan pada pasien edema, asites, dan hipertensi tidak terlalu berat, dan yang teakhir diet rendah garam III ( 1000-1200 mg Na) diberikan pada pasien edema, asites, dan hipertensi ringan.

b. Diet Diabetes Melitus

Diet diabetes melitus atau sering disebut dengan diet DM diberikan kepada pasien yang mengalami kenaikan kadar gula darah akibat adanya penurunan hormon insulin. Diet ini memiliki tujuan untuk memperbaiki pola makan serta aktivitas fisik sehingga dapat mencapai pencernaan metabolik yang lebih baik. Perbaikan ini dapat dilakukan dengan cara menjaga kadar glukosa dalam darah supaya tetap mendekati normal, dengan cara menjaga asupan makanan atau pola makanan dengan insulin atau obat penurun glukosa, serta aktivitas fisik yang cukup. Selain itu juga dapat menjaga keseimbangan kadar lipida serum normal dan memberi energi yang cukup sehingga memiliki berat badan yang normal serta mempertahankan kesehatan tubuh dengan mengoptimalkan asupan gizi. Syarat diet diabetes melitus antara lain, berat badan harus dijaga supaya tetap normal, tidak menggunakan gula murni dalam minuman atau makanan kecuali untuk bumbu masak, meminimalkan penggunakan gula alternatif, mengkonsumsi serat kira-kira 25 gram setiap harinya terutama untuk serat yang larut air seperti buah dan sayuran, dan pasien DM dengan tekanan darah normal boleh mengkonsumsi natrium dalam bentuk garam dapur sebanyak 3000 mg/hari namun jika mengalami hipertensi harus mengurangi konsumsi garam. Penentuan diet DM ini didasarkan kepada keadaan pasien, ada 8 jenis diet DM antara lain sebagai berikut :

Tabel 3 1Jenis Diet Diabetes Melitus

Jenis Diet Energi (kkal) Protein (gram) Lemak (gram) Karbohidrat (gram)

I 1100 43 30 172 II 1300 45 35 192 III 1500 51,5 36,5 235 IV 1700 55,5 36,5 275 V 1900 60 48 299 VI 2100 62 53 319 VII 2300 73 59 369 VIII 2500 80 62 396

23 c. Diet Diabetes Melitus dengan Nefropati

Diet diabetes melitus dengan nefropati merupakan diet yang diberikan kepada pasien yang mengalami kenaikan glukosa dalam darah akibat terjadinya penurunan hormon insulin dalam tubuh serta terdapat komplikasi pada ginjal. Diet ini bertujuan untuk mengoptimalkan status gizi pasien dan menghambat laju kerusakan ginjal. Tujuan tersebut dapat tercapai dengan cara mengendalikan kadar glukosa dalam darah, melakukan pencegahan penurunan fungsi ginjal, dan menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Syarat-syarat yang harus dilakukan antara lain energi adekuat 25-30 kkal/kg BB ideal, protein rendah 10% dari kebutuhan energi total, kebutuhan lemak normal 20-25% dari kebutuhan energi total, karbohidrat sedang 55-60% dari kebutuhan energi total, natrium 1000-3000 mg disesuaikan dengan tekanan darah pasien, kalium dibatasi hingga 40-70 mEq (1600- 2800 mg) bila ada hiperkalemia atau jumlah urin <1000 ml/hr, fosfor tinggi (1200-1600 mg), dan asupan vitamin yang tinggi. Penentuan diet diabetes melitus dengan nefropati (DMRP) dapat dikelompokkan menjadi 8 jenis yang disesuaikan dengan kebutuhan energi dan kemampuan fungsi ginjal dari pasien.

Tabel 3 2 Jenis Diet Diabetes Melitus Dengan Nefropati

Jenis Diet Energi (kkal) Protein (gram) Lemak (gram) Karbohidrat (gram)

I 1100 42 28 162 II 1300 42 33 186 III 1500 42 43 222 IV 1700 42 43 266 V 1900 42 53 298 VI 2100 42 58 298 VII 2300 42 58 338 VIII 2500 42 62 378 d. Diet Dislipidemia

Diet dislipidemia merupakan diet yang diberikan kepada pasien yang mengalami kelainan metabolisme lipid atau lemak dengan adanya peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid antara lain seperti kenaikan kadar

24

kolestrol total, kolestrol LDL, dan trigliserida serta terjadi penurunan kadar kolestrol HDL. Diet dislipidemia ini terdapat 2 tahapan yaitu dislipidemia tahap I dan dislipidemia tahap II (mengandung kolestrol dan lemak jenuh lebih sedikit dibandingkan diet dislipidemia tahap I). Tujuan dari diet tersebut ialah untuk menjaga berat badan supaya tidak gemuk, mengubah jenis asupan lemak makanan, menurunkan kandungan kolestrol dalam darah, serta meningkatkan asupan karbohidrat kompleks dan menurunkan asupan karbohidrat sederhana. Syarat yang perlu dilakukan adalah kandungan energi harus disesuaikan dengan kebutuhan energi tubuh sehingga dapat menjaga berat pasien, lemak sedang < 30% dari energi total, protein cukup 10-20% dari kebutuhan energi total (mengkonsumsi protein hewani seperti ikan karena mengandung omega 3 serta mengkonsumsi protein nabati), karbohidrat sedang 50-60% dari kebutuhan energi total, mengkonsumsi serat yang tinggi terutama serat larut air, dan mengkonsumsi vitamin serta mineral yang cukup. Suplemen multivitamin baik diminum pada pasien dengan kebutuhan energinya ≤ 1200 kkal perharinya.

e. Diet Penyakit Jantung

Diet penyakit jantung ialah diet yang diberikan kepada pasien dengan kondisi jantung yang mulai mengalami penurunan kemampuan untuk melakukan fungsi secara normal. Jenis diet penyakit jantung dapat dibedakan menjadi 4 jenis, antara lain tahap I (untuk penyakit jantung akut), tahap II (fase akut namun dapat diatasi), tahap III (kondisi tidak terlalu berat), dan tahap IV (ringan). Diet penyakit jantung ini bertujuan untuk memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja jantung, menurunkan berat badan supaya tidak terlalu gemuk, serta mencegah dan menghilangkan penimbunan garam dan air dalam tubuh. Syarat yang perlu dilakukan antara lain adalah kebutuhan energi harus sesuai sehingga dapat mempertahankan berat badan normal, lemak sedang 25-30% dari kebutuhan energi total (10% berasal dari lemak jenuh dan 10-15% berasal dari lemak tidak jenuh), protein cukup 0,8 g/kg BB, kolestrol rendah terutama jika disertai dengan dislipidemia, vitamin dan mineral yang cukup (tidak dianjurkan minum suplemen), mengurangi garam (dianjurkan 203 g/hari) jika disertai hipertensi, mengkonsumsi makanan yang mudah dicerna dan tidak menimbulkan gas, mengkonsumsi banyak serat, cairan yang cukup, serta bentuk makanan disesuaikan

25

dengan keadaan penyakit. Jika kebutuhan gizi pasien tidak terpenuhi dapat diberikan makanan tambahan berupa makanan enteral, parenteral, atau suplemen gizi.

f. Diet Penyakit Stroke

Diet penyakit stroke merupakan diet yang diberikan kepada pasien yang mengalami kerusakan pada bagian otak yakni penyumbatan pada pembuluh darah di otak atau terjadi pecahnya pembuluh darah di otak sehingga terjadi penurunan asupan oksigen dan zat gizi di otak. Diet penyakit stroke ini terbagi menjadi 2 fase yaitu fase akut dan fase pemulihan. Fase akut ialah keadaan tidak sadarkan diri dan mengalami penurunan kesadaran, sehingga pada fase ini diberikan makanan melalui parenteral dan dilanjutkan makanan enteral. Fase pemulihan ialah fase pasien sudah mengalami peningkatan kesadaran dan tidak mengalami gangguan pada fungsi menelan. Pemberian makanannya diberikan secara bertahap dalam bentuk makanan cair, makanan saring, makanan lunak, dan makanan biasa. Diet penyakit stroke ini bertujuan untuk memberikan makanan secukupnya sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi pasien dengan memperhatikan komplikasi penyakit, memperbaiki keadaan stroke seperti disfagia, pneumonia, kelainan ginjal, dan dekuboitus, serta mempertahankan keseimbangan dari cairan dan elektrolit pada tubuh.Syarat yang harus diperhatikan adalah energi yang cukup 25-45 kkal/kg BB namun pada fase akut energi yang diberikan 1100-1500 kkal/hari, lemak cukup 20-15% dari kebutuhan energi total (diutamakan lemak tidak jenuh ganda, kurangi lemak jenuh dan kolestrol), protein cukup 0,8-1 g/kg BB, karbohidrat cukup 60-70% dari kebutuhan energi total,vitamin yang cukup (vitamin A, ribloflavin, B6, asam folat, B12

g. Diet Penyakit Gagal Ginjal

, C, dan E), mineral, serat, serta cairan yang cukup, bentuk makanan disesuaikan oleh keadaan pasien, serta makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering.

Diet penyakit gagal ginjal diberikan pada pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal. Diet ini terdapat 3 tahapan diantaranya diet rendah protein I (30 g protein) diberikan kepada pasien dengan berat badan 50 kg, diet rendah protein II (35 g protein) diberikan kepada pasien dengan berat badan 60 kg, dan diet rendah protein III (40 g

26

protein) diberikan kepada pasien dengan berat badan 65 kg. Diet penyakit gagal ginjal bertujuan untuk mencapai status gizi optimal pada pasien degan memperhitungkan sisa fungsi ginjal supaya kerja ginjal tidak terlalu berat, menurunkan kada ureum darah yang tinggi (uremia), mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh, dan mengurangi progrsivitas gagal ginjal atau memperlambat penurunan laju filtrasi glomerulus. Syarat yang harus dipenuhi adalah energi cukup 35 kkal/kg BB, lemak cukup 20-30% dari kebutuhan energi total, protein rendah 0,6-0,75 g/kg BB , karbohidrat cukup, natrium harus dibatasi terutama jika terdapat penyakit hipertensi, edema, asites, oliguria, atau anuria, kalium juga dibatasi jika terdapat penyakit hiperkalemia, cairan dibatasi, dan vitamin yang cukup.

h. Diet Penyakit Gout Artritis

Diet penyakit gout artritis merupakan diet yang diberikan kepada pasien yang mengalami ketidaknormalan pada metabolisme purin, yang biasanya ditandai dengan terjadi peningkatan pada kadar asam urat di dalam darah. Diet ini dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu diet rendah purin I (1500 kkal) dan diet rendah purin II (1700 kkal). Diet penyakit gout artritis ini bertujuan untuk mencapai serta mempertahankan status gizi pasien yang optimal dan juga dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah dan urin. Syarat yang harus dipenuhi antara lain adalah asupan energi dalam tubuh harus disesuaikan dengan berat badan, apabila pasien memiliki berat badan yang berlebih maka asupan energi harus dikurangi. Selain itu, syarat lainnya adalah mengkonsumsi lemak sebanyak 20-30% dari kebutuhan energi total (diutamakan lemak tidak jenuh ganda), protein 1-1,2% g/kg BB (konsumsi protein yang memiliki kadar purin rendah contohnya susu, telur, keju, dan hasil olahan kacang-kacangan), karbohidrat yang cukup banyak yaitu 65-75% dari kebutuhan energi total (diutamakan karbohidrat kompleks untuk pasien yang berat badan berlebih), vitamin, dan mineral yang cukup serta konsumsi cairan harus disesuaikan dengan urin yang dikeluarkan setiap harinya. Beberapa contoh makanan yang dianjurkan, dibatasi, dan dihindari dapat dilihat pada Tabel berikut (Dalimartha, 2008).

Tabel 3 3 Makanan untuk penyakit Gout Artritis

Makanan Dianjurkan Dibatasi Dihindari

27

atau rendah lemak tongkol, tenggiri, bawal, bandeng,

kerang, udang maksimal 50

gram/hari

purin tinggi (antara 150 mg – 800 mg/

100 gr bahan makanan seperti

hati, ginjal, jantung, limpa, otak, ham, sosis, babat, usus, paru,

sarden, kaldu daging, bebek, dll

Protein Nabati Tempe, tahu

maksimal 50 gram/hari dan kacang-kacangan paling banyak 25

gram / hari Sayuran Wortel, labu siam,

kacang panjang, terong, pare, oyong, ketimun, labu air, selada air,

tomat, seladam lobak Bayam, buncis, daun/biji, melinjo,kapri, kacang polong, kembang kol, asparagus, kangkung dan jamur maksimal 100 gram/hari Minuman Semua minuman

tidak beralkohol

Teh kental atau kopi

Minuman yang mengandung soda

dan alkohol Lain-Lain Semua macam

bumbu secukupnya Makanan yang berlemak dan penggunaan santan kental, makanan yang digoreng

i. Diet Rendah Kalori

Diet rendah kalori ialah diet yang diberikan kepada pasien dengan IMT > 25 kg/m2 dan dilakukan secara bertahap yang disesuaikan dengan kemampuan pasien. Diet ini dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu diet rendah kalori I (1200 kkal) dan diet rendah kalori II (1500 kkal). Tujuan dilakukannya diet rendah kalori ini adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi optimal pada pasien, mencapai IMT normal yaitu 18-25 kg/m2, serta mengurangi asupan energi sehingga dapat mempertahankan berat badan atau bahkan dapat menurunkan berat badan pasien. Syarat yang harus dipenuhi adalah asupan energi rendah, asupan protein sedikit lebih tinggi yaitu 1-1,5 g/kg BB/hari atau 15-20% dari kebutuhan energi total, asupan lemak sedang 20-25% dari kebutuhan energi total (terutama lemak tidak jenuh ganda), asupan karbohidrat sedikit lebih rendah

28

yaitu 55-60% dari kebutuhan energi total (terutama karbohidrat kompleks), asupan vitamin serta mineral yang cukup, mengkonsumsi cairan yang cukup, dan dianjurkan untuk makan 3 kali sehari serta 2-3 kali selingan makan.

j. Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein

Diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP) adalah diet yang diberikan pada pasien yang mengalami kekurangi energi protein, selain itu juga diberikan kepada pasien sebelum dan sesudah melakukan operasi, pasien yang mengalami luka bakar berat dan baru mengalami pemulihan dari penyakit dengan panas tinggi, serta pasien yang menderita hipertiroid, hamil, dan post partum (kebutuhan energi meningkat). Diet TKTP ini dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu diet TKTP I yakni energi yang dibutuhkan 2600 kkal, protein 100 g (2 g/kg BB) dan TKTP II yakni energi yang dibutuhkan 3000 kkal, protein 125 g (2,5 g/kg BB). Tujuan dari diet TKTP ini adalah untuk memenuhi energi dan protein yang meningkat sehingga dapat mencegah kerusakan sel pada jaringan tubuh, serta menambah berat badan sehingga berat badan pasien menjadi normal. Syarat yang harus diperhatikan adalah energi tinggi yaitu 40-45 kkal/kg BB, asupan lemak cukup 10-25% dari kebutuhan energi total, asupan protein tinggi yaitu 2-2,5 g/kg BB, asupan karbohidrat yang cukup, vitamin dan mineral yang cukup serta makanan pasien diberikan dalam bentuk yang mudah dicerna.

k. Diet Penyakit Sindrom Nerfrotik

Diet penyakit sindrom nerfrotik merupakan diet yang diberikan kepada pasien yang mempunyai kumpulan manifestasi penyakit ditandai dengan ketidakmampuan ginjal untuk memelihara keseimbangan nitrogen sebagai akibat meningkatnya premeabilitas membran kapiler glomerulus. Diet ini bertujuan untuk mengganti kehilangan protein terutama albumin, mengurangi edema dan menjaga keseimbangan cairan tubuh, memonitor hiperkolesterolemia dan penumpukan trigleserida, mengontrol hipertensi, dan mengatasi anoreksia. Syarat yang diperlukan adalah asupan energi yang cukup sehingga dapat mempertahankan kesimbangan nitrogen positif, asupan lemak sedang, protein sedang, asupan karbohidrat yang cukup, pembatasan natrium jika memiliki penyakit hipertensi, asupan kolestrol juga harus dibatasi, serta asupan cairan yang disesuaikan dengan kebutuhan tubuh.

29 l. Diet Hemodialisa

Diet penyakit hemodialisa adalah diet yang diberikan kepada pasien yang sedang menjalani proses hemodialisa. Tahapan diet hemodialisa ini dapat dibedakan menjadi 3 tahap yaitu diet hemodialisa I yakni 60 gram protein untuk pasien dengan berat badan 50 kg, diet hemodialisa II yakni 65 gram protein untuk pasien dengan berat badan 60 kg, dan diet hemodialisa III yakni 70 gram protein untuk pasien dengan berat badan 70 kg. Diet ini bertujuan untuk mencegah kekurangan gizi serta memperbaiki status gizi pasien supaya optimal, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh, dan menjaga agar tidak terjadi penumpukan produk sisa metabolisme yang berlebih. Syarat yang diperlukan antara lain adalah asupan energi yang cukup yaitu 35 kkal/kg BB/hari, lemak normal 15-30% dari kebutuhan energi total, asupan protein tinggi (untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen dan mengganti asam amino yang hilang selama proses dialisis, asupan karbohidrat yang cukup, natrium serta kalium disesuaikan dengan jumlah urin yang dikeluarkan, kalsium tinggi yaitu 1000 mg/hari (bisa diberikan suplemen), pembatasan asupan fosfor yaitu <17 mg/kg BB/hari, pembatasan cairan, dan penambahan asupan suplemen vitamin.

m.Diet Penyakit Lambung

Diet penyakit lambung merupakan diet yang diberikan kepada pasien gastritis, ulkus peptikum, tifus abdominalis, dan pasca bedah saluran cerna atas. Diet ini terbagi menjadi 3 jenis yaitu diet lambung I (diberikan kepada gastritis, ulkus peptikum, pasca pendarahan, tifus abdominalis berat), Diet lambung II (diberikan untuk peralihan dari diet lambung I kepada pasien dengan ulkus peptikum atau gastritis kronik dan tifus abdominalis ringan), dan diet lambung III (diberikan sebagai peralihan dari diet lambung II pada ulkus peptikum atau gastritis kronik dan tifus abdominalis yang hampir sembuh). Tujuan dari adanya diet ini adalah untuk memberikan makanan dan cairan secukupnya yang tidak memberatkan lambung pasien serta dapat menetralkan sekresi asam lambung yang berlebihan. Syarat yang diperlukan antara lain adalah makanan yang diberikan mudah dicerna, porsi kecil, dan sering diberikan, asupan protein dan energi yang cukup, lemak rendah yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total, mengkonsumsi rendah serat, mengkonsumsi cairan yang cukup, tidak mengkonsumsi

30

makanan yang mengandung bumbu kuat, penurunan asupan laktosa jika mempunyai gejala intoleransi terhadap laktosa, dan pada kondisi akut dapat diberikan makanan parenteral.

n. Diet Penyakit Kandung Empedu

Diet penyakit kandung empedu memiliki tujuan untuk mempertahankan status gizi yang optimal dan menurunkan aktivitas kandung empedu dengan cara menstabilkan berat badan supaya tetap optimal, menjaga pola makan terutama yang menyebabkan kembung atau nyeri abdomen, dan mengatasi malabsorbsi lemak. Syarat yang diperlukan dalam diet ini adalah asupan energi disesuaikan dengan kebutuhan pasien, asupan protein agak tinggi 1-1,25 g/kg BB, pasien diberi asupan suplemen vitamin A, D, E, dan K jika diperlukan, asupan serat tinggi terutama dalam bentuk pektin karena dapat mengikat kelebihan asam empedu pada saluran cerna, dan pasien harus menghindari bahan makanan yang dapat menimbulkan rasa kembung dan tidak nyaman. Asupan lemak disesuaikan dengan keadaan pasien yakni tidak boleh ada asupan lemak ketika pasien dalam keadaan akut, sedangkan jika pada keadaan kronis dapat diberikan 20-25% dari energi total. Selain itu ada steatorea dimana lemak feses >25 g/24 jam, lemak dalam bentuk asam lemak ranti sedang (MCT) yang mungkin dapat mengurangi lemak feses dan mencegah kehilangan vitamin dan mineral. Diet penyakit kandung empedu dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu diet rendah lemak I yang diberikan kepada pasien kolesistitis dan kolelitiasis dengan kolik akut dan makanan yang diberikan adalah buah-buahan serta minuman manis yang diberikan 1-2 hari saja karena rendah energi, diet rendah lemak II diberikan secara berangsur bila keadaan akut sudah diatasi dan tidak ada perasaan mual atau diberikan kepada pasien yang menderita penyakit saluran empedu kronis yang terlalu gemuk dan makanan yang diberikan dalam bentuk makanan lunak, biasa atau cincang, dan yang terakhir adalah diet rendah lemak III yang diberikan kepada pasien penyakit kandung empedu yang tidak gemuk dan cukup nafsu makan serta makanan yang diberikan adalah makanan lunak atau biasa.

o. Diet Penyakit Kanker

Diet penyakit kanker diberikan kepada pasien yang mengalami pembelahan atau pertumbuhan sel abnormal yang tidak dapat dikontrol, sehingga sel abnormal tersebut

31

terus menyebar dan merusak jaringan tubuh hingga fungsi organ tubuh terganggu. Tujuan dari diet penyakit kanker adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi optimal pasien dengan cara memberikan asupan makanan yang seimbang sesuai dengan keadaan pasien dan daya terima pasien, menghambat penurunan berat badan secara berlebihan, mengurangi rasa mual, muntah, dan diare, serta megupayakan pola hidup yang sehat terutama pada makanan. Syarat yang perlu diperhatikan oleh pasien antara lain asupan energi yang cukup dan sesuai, asupan protein tinggi 1-1,5 g/kg BB, asupan lemak sedang 15-20% dari kebutuhan energi total, asupan karbohidrat yang cukup, asupan vitamin dan mineral yang cukup, pengurangan iodium jika menjalani medikasi radioaktif internal, pasien diberik makanan steril jika sistem imun tubuh sedang menurun atau sedang menjalani kemoterapi agresif, dan porsi makan diberikan dalam jumlah yang kecil namun sering.

p. Diet Gizi Buruk

Diet gizi buruk merupakan diet yang diberikan kepada pasien yang memiliki berat badan menurut tinggi badan atau panjang badan <70% dari median. Pada diet gizi buruk ini ada 3 fase yaitu fase stabilisasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi. Fase stabilisasi bertujuan untuk menstabilkan status metabolik tubuh dan kondisi klinis anak. Fase transisi bertujuan untuk memberikan kesempatan tubuh untuk beradaptasi terhadap pemberian energi dan protein yang meningkat. Fase rehabilitasi bertujuan untuk memberi makanan yang adekuat untuk pertumbuhan, memotivasi anak supaya dapat menghabiskan porsi makannya, memotivasi ibu supaya dapat memberikan ASI pada bayinya, dan mempersiapkan ibu atau pengasuh dirumah. Syarat yang perlu diperhatikan pada fase stabilisasi antara lain aalah kebutuhan energi 80-100 kkal/ kg BB/ hari, asupan protein 1-1,5 g/kg BB/hari, asupan cairan 130 ml/kg BB/hari sedangkan bila ada edema berat cairan yang dibutuhkan 100 ml/kg BB/hari, rendah laktosa, dan asupan mineral mix 20 ml/1000 ml formula. Pada fase transisi yang perlu

Dokumen terkait