• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dilakukan oleh pasukan yang berada dibawah komnado pengendaliannya yang

Dalam dokumen 553556 Ringkasan eksekutif Petrus (New) (Halaman 36-40)

48 International Law Commission,

2 Dilakukan oleh pasukan yang berada dibawah komnado pengendaliannya yang

efektip atau dibawah Kekuasaan dan pengendalian yang efektif

38

39

a. Pasukan

40

Dalam hal ini dengan mudah diperoileh dari berbagai kesaksian bahwa aparat

41

keamanan yang dapat diidentifkasi dari kasus Petrus membawa sejumlah korban ke

42

kantor ataupun markas mereka, yang mengindikasikan bahwa mereka adalah aparat

43

aktif dan kegiatan mereka merupakan kegiatan yang terorganisasikan secara

44

institusi, atau setidaknya mendapatkan persetujuan dan bahkan dukungan dari

45

institusinya.53

Tidak ada keraguan bahwa dalam sejumlah kesaksian, atribut resmi sebagai aparat

47

pun dipergunakan, malahan untuk sejumlah kasus, eksekusi yang dilakukan

48

terhadap korban diketahui memang dilakukan oleh aparat berseragam dalam bentuk

49

46

51

Pasal 10 UUD 1945 menyatakan bahwa : Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas angkatan darat, angkatan laut, dan angkatan udara.

52Bagir Manan,

Lembaga Kepresidenan, FH UII Press, Yogyakarta, 2003.

53

kesatuan dan bukan dilakukan oleh orang-perorangan, yang sekali lagi menunjukkan

1

adanya pergerakan sebagai pasukan .

2

b. Komando dan pengendalian yang efektif

3

Pasukan di bawah komando pengendalian yang bertanggungjawab adalah pasukan

4

yang berada di bawah komando baik dalam rantai komando secara de facto maupun

5

de jure di mana setiap komandannya berwenang untuk mengeluarkan perintah.

6

Perintah itu dari sejumlah kesaksian memang dijabarkan dijabarkan langsung atau

7

melalui komandan yang langsung berada di bawahnya melalui sejumlah rapat

8

koordinasi dan pemberian taklimat. Perlu dipertimbangkan bahwa pengertian “efektif”

9

di sini berarti “nyata/benar-benar" dalam arti bahasa Inggris. Mengingat Pasal 42

10

Undang-Undang ini adalah merupakan adopsi dari Statuta Roma dalam teks Inggris,

11

maka sudah selayaknya apabila “pengendalian efektif” dalam pasal ini diartikan

12

sebagai adanya tindakan pengendalian yang nyata atau dengan kata lain merupakan

13

pengendalian secara de facto.

14

Untuk mengetahui seseorang bertindak sebagai komandan de facto diperlukan

15

pengetahuan mengenai kebiasaan-kebiasaan serta kepatuhan-kepatuhan bawahan

16

terhadap komandan di lingkungan tersebut. Misalnya kebiasaan untuk memberikan

17

perintah-perintah lisan yang menggunakan peristilahan-peristilahan tertentu yang

18

melawan hukum yang dikembangkan dalam praktek di lingkungan militer (contoh:

19

“sekolahkan”, “sukabumikan”, “selesaikan”, dll). Hal ini diperlukan mengingat sulitnya

20

pembuktian di pengadilan mengenai adanya komandan de facto dalam bentuk

21

dokumen tertulis.

22

Persoalan yang seringkali timbul ketika doktrin ini diterapkan ke dalam kasus yang

23

melibatkan lebih dari satu rantai komando di luar situasi konflik bersenjata

24

sebagaimana terjadi dalam kasus Petrus adalah hadirnya sejumlah jalur komando

25

yang seakan merupakan jaring-jaring saluran, misalnya antara Laksusda, Garnisun,

26

Kodam dan sebagainya yang meskipun pada satu jalur dipegang oleh orang yang

27

sama, namun jalur kendali operasi di atas dan di bawahnya berbeda dan merupakan

28

jalinan yang rumit. Misalnya ketika satuan militer disisipkan (atau istilah yang biasa

29

digunakan di Indonesia adalah BKO : Bawah Kendali Operasi) kepada satuan polisi

30

maka yang memiliki kewenangan de jure sebagai komandan adalah komandan dari

31

satuan kepolisian.54

Dalam kasus Krnojelac di ICTY

Permasalahan timbul ketika komandan dari satuan militer yang

32

di-BKO-kan masih menerima pengendalian efektif dari atasan asalnya.

33

55

dinyatakan bahwa dua atau lebih atasan dapat

34

dikenakan pertanggungjawaban pidana atas kejahatan yang sama yang dilakukan

35

oleh pelaku yang sama apabila pelaku utama kejahatan tersebut berada di bawah

36

komando atasan-atasan yang sama dalam waktu yang bersangkutan (at the relevant

37

time). Selanjutnya dinyatakan pula dalam Keputusan Blaskic56

Dalam Kasus Petrus, maka dengan tidak melulu melihat jalin-menjalin sistem

42

komando semacam itu, maka yang ditarik untuk melakukan pertanggungjawaban

43

adalah pemagang komando resmi dari institusi militer dan kepolisian yang ada di

44

tempat tersebut, dengan tidak menutup kemungkinan bahwa akan diketemukan

45

komando satuan yang berbeda dengan struktur resmi yang dikenal masyarakat.

46

Konstruksi semacam ini diperlukan untuk tidak menghambat penyelidikan labih lanjut

47

mengingat sulitnya menembus dan mengurai benang kusut rantai komando yang

48

ada di Indonesia pada masa itu yang masih tetap tidak jelas dibukakan kepada

49

bahwa pengendalian

38

yang efektif dapat digunakan sebagai petunjuk untuk menentukan bahwa lebih dari

39

satu orang dapat dikenakan pertanggungjawaban atas kejahatan yang sama yang

40

dilakukan oleh seorang bawahannya.

41

54

Istilah BKO ini tidak hanya lazim digunakan jika ada satuan militer diperbantukan ke satuan polisi, namun juga digunakan apabila ada satuan militer yang diperbantukan ke satuan militer lain.

55

Prosecutor vs Krnojelac, Case IT-97-25 (Trial Chamber), March 15, 2002, para. 93.

56

publik hingga sekarang, terlebih ketika ada keenganan pihak militer untuk

1

membeirkan kesaksiannya di hadapan penyelidik dari Komnas HAM sebagaimana

2

terjadi dalam banyak kasus yang diselidiki oleh Komnas HAM.

3

4

Dalam kasus ini, terlihat bahwa aparat menjalankan sebuah pola operasi yang

5

hampir sama, dan menilik struktur pendekatan keamanan yang sangat kuat pada

6

masa itu, tidak bisa dipungkiri bahwa aparat keamanan bergerak karena adanya

7

dukungan dan bahkan arahan dari para komandan yang ada, baik yang digolongkan

8

sebagai atasan militer maupun sipil. Tidak terdengar adanya pembangkangan atau

9

keluhan mengenai pembangkangan pasukan dalam kasus Petrus. Dengan demikian,

10

komponen ini pun telah dipenuhi

11

12

3 Tidak melakukan tindakan pengendalian yang layak

13

Pengertian tindakan layak adalah tindakan berdasarkan kemampuan dalam batas-

14

batas kewenangan, kekuasaan, ketersediaan sarana dan kondisi yang

15

memungkinkan. Seperti yang telah dijelaskan dalam Pasal 87 Protokol Tambahan I

16

1977, bahwa seorang komandan memiliki tugas untuk mengambil langkah-langkah

17

untuk menjamin bahwa anak buahnya tahu dan memahami hukum humaniter

18

internasional. Khususnya, seorang komandan harus:

19

 Menjamin bahwa anak buahnya telah mendapatkan pelatihan mengenai

20

hukum humaniter.

21

 Menjamin bahwa hukum humaniter dihormati khususnya dalam

22

pembuatan rencana operasi.

23

 Menjamin sistem pelaporan yang efektif sehingga ia selalu terinformasi

24

atas segala tindak pidana yang mungkin telah dilakukan oleh anak

25

buahnya.

26

 Mengambil tindakan pencegahan ketika ia mulai mengetahui bahwa suatu

27

tindak pidana sedang atau akan dilakukan oleh anak buahnya.

28

Komandan tidak secara otomatis bertanggungjawab atas tindak pidana yang

29

dilakukan anak buahnya. Namun demikian, ia dapat diminta pertanggungjawabannya

30

apabila dalam situasi tertentu ia “seharusnya mengetahui” bahwa satuannya sedang

31

melakukan atau akan melakukan tindak pidana dan komandan tidak melakukan

32

tindakan yang layak untuk mencegah/menghentikan tindak pidana tersebut walaupun

33

pada saat dilakukannya tindak pidana komandan tidak mengetahuinya. Komandan

34

memiliki tugas untuk selalu mendapatkan informasi yang relevan dan

35

mengevaluasinya. Apabila komandan gagal untuk memperoleh informasi atau secara

36

sengaja mengabaikan informasi tersebut, maka syarat komandan “seharusnya

37

mengetahui” akan terpenuhi olehnya.

38

Dalam kasus Petrus, lagi-lagi komponen pembuktian ini terbukti telah dilanggar oleh

39

komandan yang bersangkutan. Oleh karena itu, dari sisi pertanggungjawaban, unsur

40

yang dimintakan dalam pasal 42 UU Pengadilan HAM ini pun telah terpenuhi.

41

42

4 Unsur Mental dan Unsur Material Pertanggungjawaban Komandan Militer

43

44

c. Unsur mental (mens rea) “mengetahui atau seharusnya mengetahui”

45

Beberapa hal/situasi dapat dijadikan pertimbangan untuk memutuskan bahwa

46

komandan mengetahui atau tidak tentang pelanggaran HAM Berat yang sedang

47

dikerjakan oleh aparat yang menjadi anak buahnya, seperti:

48

 Jumlah dari tindak pidana yang dilakukan;

49

 Tipe-tipe tindak pidana;

50

 Lingkup tindak pidana;

51

 Waktu ketika tindak pidana dilakukan;

52

 Jumlah dan tipe dari pasukan yang terlibat;

53

 Logistik yang terlibat, jika ada;

54

 Lokasi geografis dari tindak pidana;

55

 Tindak pidana yang meluas;

1

 Waktu taktis operasi;

2

 Modus operandi dari tindak pidana yang serupa;

3

 Perwira dan staff yang terlibat;

4

 Tempat komandan berada pada saat tindak pidana dilakukan.

5

Unsur niat (mens rea) mensyaratkan bahwa seorang komandan harus

6

bertanggungjawab atas perbuatan bawahannya karena ia ‘harus mengetahui’ atau

7

‘seharusnya mengetahui’ perbuatan-perbuatan pidana yang dilakukan oleh anak

8

buahnya.

9

Dalam kasus Petrus ini, terlihat bahwa dari sisi jumlah maupun jenis tindakan anak

10

buah sudah pasti diketahui atau seharusnya diketahui dengan baik oleh komandan

11

bersangkutan mengingat luasnya pemberitaan dan skala tindakan yang tentunya

12

menimbulkkan sorotan kepada institusinya.

13

Dalam banyak kesaksian, terlihat juga adanya dukungan operasional misalnya

14

berupa pemakaian seragam, penggunaan alat-alat dan kendaraan yang memerlukan

15

ijin pemakaian, termasuk juga penempatan dan proses "peminjaman" yang tentunya

16

tidak bisa dikerjakan begitu saja oleh bawahan tanpa adanya otorisasi dari

17

komandan-komandan yang berwenang.

18

Kembali dalam hal ini unsur niat dapat dikonstruksikan dan menunjukkan bahwa

19

setidaknbya dukungan komandan bersangkutan, memang ada.

20

21

(ii) Unsur materiil (actus reus) “tidak mengambil tindakan yang perlu dan langkah-

22

langkah yang layak berdasarkan kewenangannya”

23

Komandan dapat dikenakan pertanggungjawaban akibat kegagalannya untuk

24

mengambil tindakan dalam lingkup kewenangannya. Apabila tindak pidana belum

25

dilakukan, komandan yang ada dalam rantai komando harus mengeluarkan perintah

26

untuk menjamin bahwa tindak pidana tidak dilakukan dan menjamin bahwa perintah

27

tersebut dilaksanakan. Langkah-langkah pencegahan yang dilakukan oleh

28

komandan bisa tergantung kepada posisinya dalam suatu rantai komando. Setiap

29

komandan harus menjamin bahwa penyelidikan dan penyidikan telah dilakukan

30

untuk menentukan fakta-fakta, dan laporan tentang tindak pidana yang dilakukan

31

bawahannya tersebut telah diteruskan kepada komandan diatasnya. Jika tindak

32

pidana telah terjadi, maka memberikan hukuman disiplin militer adalah hal yang

33

penting. Komandan senior dapat mengajukan ke pengadilan militer, namun

34

komandan junior hanya dapat memberikan rekomendasi kepada komandan atas

35

mengenai tindakan hukum disiplin yang dapat diberlakukan.

36

Komandan memiliki tugas untuk mengambil segala tindakan yang perlu dan yang

37

layak untuk mencegah terjadinya tindak pidana. Jika tindak pidana telah terjadi,

38

komandan memiliki tanggung jawab untuk mengambil segala tindakan yang perlu

39

dan yang layak dalam lingkup kewenangannya untuk dilakukan penyelidikan dan

40

penyidikan terhadap kejahatan tersebut dan untuk membawa pelaku yang diduga

41

melakukannya ke pengadilan. Dalam beberapa sistem kemiliteran, komandan tingkat

42

atas harus memerintahkan dilakukannya penyelidikan dan diadilinya pelaku, namun

43

demikian dalam sistem militer ini pun para pelaku berhak untuk mendapatkan

44

pengadilan yang adil dan tidak memihak (imparsial). Seorang komandan tidak dapat

45

memerintahkan bahwa pelaku bersalah dan harus dihukum. Komandan harus

46

memenuhi tanggung jawabnya untuk menjamin bahwa pelaku yang diduga

47

melakukan tindak pidana diperiksa secara layak dan mendapatkan pengadilan yang

48

adil (fair trial). Dalam hal tindak pidana yang dilakukan anak buahnya merupakan

49

pelanggaran HAM Berat maka merupakan kewajiban komandan militer untuk

50

meneruskan perkara tersebut ke Komnas HAM.

51

Ternyata ketentuan-ketentuan normatif sebagaimana dimaksud, tidak dipenuhi

52

dalam kasus Petrus ini. Menilik berbagai kesaksian yang diberikan kepada Tim

53

Penytelidik, tindakan yang perlu dan sepatutnya diambil untuk mencegah terjadinya

54

Petrus atau mencegah terulangnya melalui berbagai proses penindakan tidaklah

55

terjadi. Bahkan dalam banyak kasus, pelaksanaan operasi tersebut yang termasuk

1

pelanggaran serius HAM justru diarahkan dan setidaknya didukung oleh para

2

komandan bersangkutan, mulai dari atasan langsung hingga kepada atasan dari

3

atasan tadi yang seharusnya menjadi pihak yang mengawasi dan mengendalikan

4

keterlibatan pasukan di lapangan.

5

Menilik itu semua, nampak secara gamblang bahwa selain tidak melakukan

6

pengendalian secara efektif untuk mencegah pelanggaran HAM, keseluruhan jejang

7

komando dan rantai komando yang seharusnya bekerja, ternyata tidak menjalankan

8

mekanisme penegakan HAM dalam aspek tindakan keseluruhan, malahan justru

9

menjadi pelaksana dan pendukung operasi-operasi yang masuk dalam kategori

10

pelanggaran HAM Beart tersebut. Tidak mengherankan apabila untuk

11

keseluruhannya, pasal 42 (1) ini memberatkan seluruh rantai komando yang ada dan

12

memastikan bahwa mereka semua ikut bertanggung jawab.

13

14

5 hubungan atsan dan bawahan berdasarkan ketentuan psl 42 ( 2 ).

Dalam dokumen 553556 Ringkasan eksekutif Petrus (New) (Halaman 36-40)

Dokumen terkait