• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan dimensi ini, seksualitas erat dengan bagaimana manusia menjalani fungsi seksual, sesuai dengna identitas jenis kealmin nya dan bagaimana dianmika aspek-aspek psikologis (kogisi, emosi, motivasi, perilaku) terhadap seksualitas itu sendiriserta bagaimana dampak psikologis dari keberfungsian seksualitas dalam kehidupan manusia. Misalnya bagaimana seseorang berperilaku sebagai seorang laki-laki atau perempuan, bagaimana seseorang mendapatkan kepuasan psikologis dan perilaku yang dihubungkan dengan identitsa peran, jenis kelamin, serta bagaimana perilaku seksualnya.

b. Dimensi sosial

Dimensi sosial melihat bagaimana seksualitas muncul dalam relasi antar manusia, bagaiamana seseorang beardaptasi atau menyesuaikan diri dengan tuntutan peran dari lingkungan social serta bagaimana sosialisasi peran dalam kehidupan manusia.

c. Dimensi kultural moral

Dimensi ini menunjukkan bagaimana nilai-nilai budaya dan moral mempunyai penilaain terhadap seksualitas. Misalnya dinegara Timur orang belum eksprensif mengungkapkan seksulitas berbeda dengan Negara barat umumnya menjadi hak asasi manusia. Berbeda dengan moralitas islam misalnya menganggap bahwa seksualitas sepenuhnya adalah hak Tuhan, sehingga penggunaaan dan pemanfaatannya dilandasi pada norma-norma agama yang sudah mengatur kehidupan seksuaitas manusia secara lengkap.

Mitos dalam masyarakat berasumsi bahwa kaum lansia tidak tertarik rangsangan seksual antara ketetarikan dan masa muda dan seksualitas dengan cinta yang romantis atau fertilitas. Seks dapat dinikmati untuk berbagai alasan, seperti alasan menurunkan ketegangan, perbaikan tidur sebagai penyaluran emosi dan untuk perasaan intimasi (Varney, 2006 hal. 309).

Sesudah masa transisi menopause, fungsi seksual anda bisa berubah. Walaupun gairah seksual menurun baik untuk pria maupun wanita dengan bertambahnya usia, umumnya terjadi penurunan gairah seksual cenderung menurun baik untuk pria maupun wanita dengan bertambahnya usia, umumnya terjadi penurunan gairah pada wanita di

usia 40-an dan 50-an, yaitu pada saat tingkatan estrogen menurun. Pada masa ini diperlukan waktu yang cukup lama untuk dapat terangsang. Lapisan kulit dan jaringan vagina menipis dan mengering, sehingga hal ini dapat membuat rasa tidak nyaman dan sakit saat berhubungan seksual (Sulistyawati, 2012 hal. 187).

Pandangan terbaru yang menyebabkan wanita dan praktisi menyerah adalah bahwa sejak terjadi penurunan kadar estrogen pada wanita, atau setidaknya tidak menyenangkan. Hal ini terus berlanjut dengan ide bahwa wanita yang telah melewati masa reproduksinya berpotensi kehilangan keinginan dan hasrat seksual. Waktu yang diperlukan untuk terangsang lebih lama pada wanita dan pria sering proses penuaaan. Meningkatkan waktu pemanasan sering kali diperlukan (Varney, 2006 hal. 309).

Hal ini berdampak pada sebagian wanita yang kurang dapat menikmati hubungan seksual. Akan tetapi bagi sebagian wanita lagi, mereka justru menikmati kebebasan melakukan hubungan seksual. Akan tetapi bagi sebagian wanita lagi, mereka justru menikmati kebebasan melakukan hubungan seksual tanpa merasa takut akan hamil, tidak harus memakai KB, merasa nyaman dengan tubuh mereka dan justru semakin mesra dengan pasanagn mereka. Pada umumnya wanita yang menikmati seks di usia mudanya tetap merasa puas dan tidak mengalami masalah dalam hubungan seks pada saat menopause dan pascamenopause (Sulistyawati, 2012 hal. 188).

Respons seksual mengalami perlambatan yang sama seperti proses fisiologis lain di dalam tubuh. Penting untuk mengingatkan wanita dan pasangannya bawa perubahan tidak selalu merupakan bencana tetapi justru dapat menciptakan kesenangan yang tidak terduga. Wanita sebaiknya ditanyai mengenai perubahan vagina, termasuk kelembapan

atau kekeringan, gatal, atau nyeri dan juga lebih banyak tentang apapun yang ingin ditanyakan. Jika wanita pernah mengalami histerektomi, ia mungkin mempunyai pertanyaan lain dan memerlukan waktu untuk menghubungkan dengan penyesuaian seksual. Pertimbangan lain bagi wanita adalah tidak ada pasangan seksual karena bercerai atau meninggal (Varney, 2007 hal. 311).

Bagi beberapa wanita, hal ini berarti menggali hubungan lain dengan pasangan yang baru atau memuaskan hubungan kebutuhan seksuanya sendri dengan masturbasi atau fantasi. Pada beberapa kondisi tidak adanya pasangan seksual berarti kehidupan dengan kemunduran tingkat aktivitas seksual (Varney, 2007 hal. 311)

2.6 Cara mengatasi keluhan menopause

Menurut Mubarak, 2012 hal. 333 berbagai keluhan fisik opada wanita yang mengalami menopause dapat diatasi dengan pemberian obat yang bersifat mengganti hormone estrogen. Pemberian obat ini digunakan untuk memulihkan sel-sel yang mengalami kemunduran. Prinsip pengbatan menopause adalah memberikdimulaian estrogen dari luar atau dikenal dengan hormon replacement theraphy (HRT) atau istilahnya dalam bahasa Indonesia adalah Terapi Sulih Hormon (TSH). Sebelum pemberian estrogen dimulai, perlu diketahui persyaratan-persyaratan seperti tekanan darah normal, tidak ada kelainan atau keganasan pada serviks dan payudara, tidak ada pembesaran uterus, hati dan kelenjar tiroid normal dan tidak ada terdapat varises.

Prinsip dasar pemberian TSH adalah sebagai berikut :

a. Pada wanita yang memiliki uterus, pemberian estrogen harus selalu dikombinasikan dengan progesterone. Tujuan penambahan progesteron adalah untuk mencegah kanker endometrium.

b. Pada wanita tanpa uterus maka cukup pemberian estrogen saja dan diberikan secara kontinu (tanpa istirahat)

c. Pada wanita perimenopause yang masih haid dan masih tetap menginginkan haid, TSH diberikan secara sekuensial. Sementara bagi yang tidak ingin haid diberikan kontinu.

d. Jenis estrogen yang digunakan adalah estrogen dan progesterone yang alamiah.

e. Pemberian selalu dimulai engan dosis rendah.

f. Dapat dikombinasikan dengan androgen atau diberikan dengan TSH yang memiliki sifat androgenik.

Jenis estrogen alamiah yang banyak diguanakan adalah estrol, dikenal dengan merk dagang ovestin buatan pabrik organon. Tersedia dalam bentuk tablet 1 mg, tablet 2 mg, dank rim 1 mg/gram untuk pemakaian local d vulva/vagina. Cara pemberian TSH bisa dengan oral, transdermal, semprot hidung, implant, pervaginam, sublingual dan intramuskular. Efek samping pemberian TSH sebagian besar diakibatkan karena dosis estrogen yang tinggi. Keluhan seperti nyeri payudara, peningkatan berat badan, keputihan dan sakit kepala serta perdarahan

2.7Upaya lain untuk memperlambat dan mengatasi menopause

Menurut Mubarak, 2012 hal. 338 datangnya masa menopause tidak perlu cemas. Karena selain dapat diatasi dengan terapi hormone pengganti, kehadiran menopause ternyata dapat diperlambat dengan mengatur dan memulai kehidupan yang lebih sehat. Adapun persiapan-persiapan yang dapat kita lakukan antara lain sebagai berikut :

a. Mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin seperti buah dan sayuran

b. Berolahraga teratur

c. Makanan yang baik dan bergizi

d. Melakukan hobi

e. Mengurangi konsumsi kopi, teh, minuman soda dan alkohol.

f. Menghindari rokok

g. Tetaplah berkarya dan usahakan dapat memberikan manfaat bagi orang lain

h. Berfikirlah bahwa menopause itu adalah sesuatu yang wajar

i. Terlibat dalam aktivitas-aktivitas keagamaan dan sosial

j. Bersilaturrahmi denagn teman bersama untuk bertukar fikiran

k. Mengkomunikasikan masalah dengan pasangan

BAB III

Dokumen terkait