PENGARUH PERUBAHAN PSIKOLOGIK TERHADAP KEBUTUHAN SEKS FASE MENOPAUSE WANITA PEKERJA DUSUN TANI ASLI DESA
KAMPUNG LALANG KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2014
MOLIA MAGHDALENA 135102144
KARYA TULIS ILMIAH
PENGARUH PERUBAHAN PSIKOLOGIK TERHADAP KEBUTUHAN SEKS FASE MENOPAUSE WANITA PEKERJA DUSUN TANI ASLI
DESA KAMPUNG LALANG KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2014
ABSTRAK
Molia Mahdalena
Latar Belakang : Menopause adalah berakhinya siklus menstruasi yang terdiagnosis setelah 12 bulan. Asia menjadi wilayah jumlah perempuan bergejala awal menopause tertinggi di dunia. Sindrom premenopause dialami oleh banyak wanita hampir di seluruh dunia, sekitar 70-80% wanita Eropa, 60% di Amerika, 57% di Malaysia, 18% di Cina dan 10% di Jepang dan di Indonesia.
Tujuan Penelitian : Untuk mengidentifikasi pengaruh perubahan psikologik terhadap kebutuhan seks fase menopause wanita pekerja Dusun Tani Asli Desa Kampung Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2014.
Metode Penelitian : Desain yang digunakan adalah deskriptif analitik. Teknik pengambilan sampel adalah simpel random sampling. Jumlah sampel adalah 49 orang dan menggunakan analisa univariat dan bivariat (chi-square).
Hasil Penelitian : dari 49 responden sebanyak 29 responden (59,2%) berusia 51-54 tahun, berpendidikan rendah sebanyak 32 responden (65,3 % ) dan 30 responden (61,2 %) bekerja sebagai PNS.sebanyak 30 responden (61,2%) mengalami perubahan psikologi maladaptif dan kebutuhan seks menopause wanita pekerja yang tidak terpenuhi sebanyak 28 responden (57,1%). Uji statistik didapat nilai p 0,058 maka tidak terdapat hubungan yang signifikan antara perubahan psikologik terhadap kebutuhan seks fase menopause wanita pekerja.
Kesimpulan : Dari hasil yang diperoleh disimpulkan bahwa hubungan yang signifikan antara perubahan psikologik terhadap kebutuhan seks fase menopause wanita pekerja adalah baik. Jadi diharapkan tenaga kesehatan harus memberi pendidikan kesehatan serta konseling mengenai kebutuhan kesehatan reproduksi bagi mereka.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “
Pengaruh perubahan psikologik terhadap kebutuhan seks fase menopause wanita
pekerja Dusun Tani Asli Desa Kampung Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun
2014”.
Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mengalami kesulitan,
akan tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini sebagaimana mestinya. Pada kesempatan ini perkenankanlah
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku ketua program studi D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Salbiah, Skp, M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang membantu penulis dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini.
4. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program studi D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan kasih sayang dan motivasi yang besar, baik berupa dukungan moril maupun material kepada penulis untuk
Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik isi maupun susunan bahasanya, untuk ini penulis mengharapkan
saran dan bimbingan dari pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
Karya Tulis Ilmiah ini.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaatkan bagi pembaca dan bagi penulis
khususnya. Akhirkata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Januari 2014
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR SKEMA ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1
1.2Perumusan Masalah ... 4
1.3Tujuan Penelitian ... 4
1.3.1 Tujuan Umum ……… ... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ……… ... 5
1.4Manfaat Penelitian ... 5
1.4.1 Bagi mahasiswa ... 5
1.4.2 Bagi institusi pendidikan ... 5
1.4.3 Bagi Penelitian lanjut ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menopause ... 6
2.1.1 Pengertian Menopause ... 6
2.2.1 Klimaterium (Premenopause)……… 7
2.2.2 Menopause ……… 7
2.2.3 Senium ……….. 7
2.3 Perubahan Psikologi Pada Masa Menopause ……… 8
2.3.1 Gejala-Gejala Menopause ………. 11
2.4 Seksualitas Pada Menopause ………... 13
2.5 Cara mengatasi keluhan menopause ……… 16
2.6 Upaya lain untuk memperlambat dan mengatasi menopause ………. 18
BAB III KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep ... 19
3.2 Hipotesis ... 20
3.3 Defenisi Operasiosional ... 20
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1Desain Penelitian ... 21
4.2Populasi dan Sampel ... 21
4.2.1 Populasi ……….. 21
4.2.2 Sampel 4.3Tempat Penelitian ... 22
4.4Waktu Penelitian ... 22
4.5Pertimbangan etika penelitian ... 22
4.6Instrumen penelitian ... 23
4.7Pengumpulan Data ……… 23
4.9Prosedur Pengumpulan Data ……… 24
4.10 Pengolahan data ……… 25
DAFTAR SKEMA
Skema 1. Kerangka Konsep pengaruh perubahan psikologik terhadap kebutuhan
seks fase menopause wanita pekerja Dusun Tani Asli Desa Kampung
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 2 : Lembar Kuesioner
Lampiran 3 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 4 : Lembar hasil Out Data Penelitian
Lampiran 5 : Surat Izin Data Penelitian Dari Fakultas Keperawatan USU
Lampiran 6 : Surat Balasan Izin Penelitian
PENGARUH PERUBAHAN PSIKOLOGIK TERHADAP KEBUTUHAN SEKS FASE MENOPAUSE WANITA PEKERJA DUSUN TANI ASLI
DESA KAMPUNG LALANG KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2014
ABSTRAK
Molia Mahdalena
Latar Belakang : Menopause adalah berakhinya siklus menstruasi yang terdiagnosis setelah 12 bulan. Asia menjadi wilayah jumlah perempuan bergejala awal menopause tertinggi di dunia. Sindrom premenopause dialami oleh banyak wanita hampir di seluruh dunia, sekitar 70-80% wanita Eropa, 60% di Amerika, 57% di Malaysia, 18% di Cina dan 10% di Jepang dan di Indonesia.
Tujuan Penelitian : Untuk mengidentifikasi pengaruh perubahan psikologik terhadap kebutuhan seks fase menopause wanita pekerja Dusun Tani Asli Desa Kampung Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2014.
Metode Penelitian : Desain yang digunakan adalah deskriptif analitik. Teknik pengambilan sampel adalah simpel random sampling. Jumlah sampel adalah 49 orang dan menggunakan analisa univariat dan bivariat (chi-square).
Hasil Penelitian : dari 49 responden sebanyak 29 responden (59,2%) berusia 51-54 tahun, berpendidikan rendah sebanyak 32 responden (65,3 % ) dan 30 responden (61,2 %) bekerja sebagai PNS.sebanyak 30 responden (61,2%) mengalami perubahan psikologi maladaptif dan kebutuhan seks menopause wanita pekerja yang tidak terpenuhi sebanyak 28 responden (57,1%). Uji statistik didapat nilai p 0,058 maka tidak terdapat hubungan yang signifikan antara perubahan psikologik terhadap kebutuhan seks fase menopause wanita pekerja.
Kesimpulan : Dari hasil yang diperoleh disimpulkan bahwa hubungan yang signifikan antara perubahan psikologik terhadap kebutuhan seks fase menopause wanita pekerja adalah baik. Jadi diharapkan tenaga kesehatan harus memberi pendidikan kesehatan serta konseling mengenai kebutuhan kesehatan reproduksi bagi mereka.
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Menopause pada wanita merupakan bagian universal dari keseluruhan proses
penuaan yang melibatkan sistem reproduksi dengan hasil akhir seorang wanita tidak lagi
mengalami menstruasi. Menopause terjadi beberapa hari pada kehidupan seorang wanita
yang meliputi perubahan pada diri wanita yang meliputi perubahan sosial, fisiologis dan
psikologis yang terjadi beberapa bulan sampai 1 tahun (Pranoto, 2007 hal. 264).
Terjadinya menopause ada hubungannya dengan menarche. Makin dini menarche,
makin lambat menopause timbul. Sekarang ini tampak bahwa menarche makin dini
timbul dan menopause makin lambat terjadi, sehingga masa reproduksi makin panjang.
Walaupun demikian di negara-negara maju menopause tidak bergeser lagi keumur yang
muda dan tampaknya batas maksimal telah tercapai (Pinem, 2009 hal. 392).
Usia median menopause yaitu suatu periode tanpa menstruasi adalah 51,3 tahun dan
menopause terjadi pada usia 48-55 tahun. Perimenopause terjadi 3-5 tahun sebelum
menopause. Pada periode perimenopause level estrogen seseorang tidak dapat diduga,
ovarium mulai mengecil dan terjadi penurunan fertilitas (Kusmiran, 2011 hal. 143).
Perubahan-perubahan psikologik maupun fisik ini berhubungan dengan kadar
estrogen. Gejala yang menonjol adalah berkurangnya tenaga dan gairah, berkurangnya
konsentrasi dan kemampuan akademik, serta timbulnya perubahan emosi seperti mudah
psikis ini berbeda-beda bergantung pada kemampuan si wanita untuk menyesuaikan diri
(Mubarak, 2012 hal, 324).
Menopause dipersepsikan sebahgai suatu kehilangan dan menimbulkan perasaan
tidak berharga. Wanita memiliki keyakinan dalam diri bahwa sebagai wanita sudah
merasa tidak sempurna dengan berakhirnya proses menstruasi dan merasa tidak subur
lagi. Pandangan budaya dan individual mempengaruhi persepsi wanita berhubungan
dengan proses menopause dan gejala-gejala yang ditimbulkan dari menopause
(Kusmiran, 2011 hal. 144).
Perubahan-perubahan psikologik maupun fisik ini behubungan dengan kadar
estrogen. Gejala yang menonjol adalah berkurangnya tenaga dan gairah, berkurangnya
konsentrasi dan kemampuan akademik serta timbulnya perubahan emosi seperti mudah
tersinggung dan lain-lain. Perubahan psikis ini berbeda-beda bergantung pada
kemampuan wanita untuk menyesuaikan diri (Mubarak, 2012 hal. 324).
Keadaan sosial ekonomi mempengaruhi faktor fisik, kesehatan, dan pendidikan.
Apabila faktor-faktor di atas cukup baik, akan mempengaruhi beban fisiologis dan
psikologik. Faktor lain yaitu wanita yang belum menikah dan wanita karrier, baik yang
sudah atau belum berumah tangga, riwayat menarke yang terlambat berpengaruh
terhadap keluhan-keluhan klimakterium yang ringan (Mubarak, 2012 hal. 324).
Data Organisasi Kesehatan Dunia World Health Organization pada tahun 2007
menunjukkan, setiap tahun sekitar 25 juta wanita di seluruh dunia diperkirakan
mengalami menopause. Asia menjadi wilayah dengan jumlah perempuan bergejala awal
hampir diseluruh dunia, sekitar 70-80% wanita Eropa, 60% di Amerika, 57% di
Malaysia, 18% di Cina dan 10% di Jepang dan di Indonesia (Proverawati, 2010).
Saat ini, Umur Harapan Hidup (UHH) perempuan Indonesia adalah 67 tahun.
Perempuan Indonesia yang memasuki masa menopause saat ini sebanyak 7,4% dari
populasi. Jumlah tersebut diperkirakan meningkat menjadi 11% pada tahun 2005 dan
naik lagi sebesar 14% pada tahun 2015. Meningkatnya jumlah penduduk sebagai akibat
bertambahnya populasi penduduk usia lanjut dan tingginya usia harapan hidup dibarengi
membaiknya derajat kesehatan masyarakat (Pranoto, 2007 hal. 264).
Saat ini di Negara maju, angka harapan hidup sudah semakin tinggi, akibatnya
makin banyak wanita yang mengalami menopause, meski banyak yang berusia lebih dari
75 tahun, usia rata-rata menopause ialah 50-51 tahun. Beberapa faktor juga dapat
mempercepat terjadinya menopause, di antaranya merokok, histerektomi, carrier fragile
X, kelainan autoimun dan akibat tinggal di dataran tinggi (Pranoto, 2007 hal. 264).
Penelitian sering menunjukkan bahwa terkadang tenaga kesehatan mempunyai
anggapan bahwa manula tidak aktif secara seksual dan tidak membutuhkan pendidikan
serta konseling mengenai kebutuhan kesehatan reproduksi bagi mereka. Faktanya
beberapa manula masih aktif secara seksual untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan
selalu mempertimbangkan bahwa kehidupan seksual penting dalam hidup. Beberapa
penelitian menunjukkan banyak manula. Usia 50 tahun masih aktif secara seksual
Hal ini menunjukkan bahwa tenaga kesehatan perlu memperhatikan kebutuhan
kesehatan reproduksi bagi manula. Hasil survey aktivitas seksual manula di Amerika
Serikat pada manula usia 60 tahun ke atas menunjukkan aktivitas seksual yang tinggi
bagi manula laki-laki dibandingkan manula perempuan (Kusmiran, 2011 hal. 145).
Seorang wanita akan meninggalkan usia reproduksi dan tidak demikian dengan
laki-laki. Proses ini pasti akan berdampak pada perubahan akan kebutuhan pelayanan
kesehatan reproduksi. Usia median dari menopause yaitu suatu periode tanpa menstruasi
adalah 51,3 tahun dan menopause dapat terjadi pada usia 48-55 tahun. Perimenopause
dapat terjadi 3-5 tahun sebelum menopause (Kusmiran, 2011 hal. 145).
Pada periode perimenopause level estrogen seorang wanita tidak dapat diduga,
ovarium makin mengecil dan terjadi penurunan fertilitas. Menopause menunjukkan
suatu keadaan berhentinya menstruasi. Sebelum seorang perempuan memasuki
menopause akan mengalami perubahan fisik dalam tubuhnya, yaitu produksi hormon
menurun, menstruasi tidak teratur dan keadaan fertilitas diganti dengan infertilitas.
Menjelang memasuki masa menopause, banyak perempuan mengalami sejumlah gejala
klinis dan psikologis yang mengganggu aktivitas sehari-hari serta menimbulkan dampak
negatif terhadap kualitas hidup dan rasa percaya diri (Kusmiran, 2011 hal. 145).
Dari latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap
Pengaruh Perubahan Psikologik Terhadap Kebutuhan Seks Pada Fase Menopause
1.2Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang diambil sebagai berikut “Pengaruh Perubahan
Psikologik Terhadap Kebutuhan Seks Pada Fase Menopause Wanita Pekerja Di Dusun
Tani Asli Desa Kampung Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2014”.
1.3Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi pengaruh perubahan psikologik terhadap kebutuhan seks
fase menopause wanita pekerja Dusun Tani Asli Desa Kampung Lalang Kecamatan
Medan Sunggal tahun 2014.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi perubahan psikologik fase menopause wanita pekerja di
Dusun Tani Asli Desa Kampung Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2014.
b. Untuk mengindentifikasi kebutuhan seks fase menopause wanita pekerja di Dusun
Tani Asli Desa Kampung Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2014.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi mahasiswa
Sebagai sumber informasi dan bahan masukan bagi mahasiswa agar lebih mengenal tentang Pengaruh perubahan psikologi terhadap kebutuhan seks pada
1.4.2 Bagi institusi pendidikan
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi atau bahan
masukan kepustakaan dan informasi serta dapat meningkatkan pengetahuan
mengenai pengaruh perubahan psikologi terhadap kebutuhan seks pada fase
menopause wanita pekerja.
1.4.3 Bagi peneliti lanjut
Sebagai bahan masukan, perbandingan dan tambahan informasi bagi
peneliti berikutnya yang akan melakukan penelitian dalam ruang lingkup yang
sama, serta sebagai bahan pendahuluan untuk penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Menopause
2.1.1 Pengertian Menopause
Menopause adalah setelah masa berakhirnya siklus menstruasi yang terdiagnosis
setelah 12 bulan tanpa periode menstruasi. Rata-rata menopause natural terjadi 51,4
tahun untuk Negara industri, secara umum terjadi pada usia 40-58 tahun. Menopause
dapat dipengaruhi oleh faktor genetik, merokok, pengangkatan ovarium dan kemoterapi
(Kusmiran, 2011 hal. 145).
Menopause berasal dari bahasa Yunani yaitu Mens yang mempunyai arti siklus
menstruasi dan pause kata latin memiliki arti berhentinya proses. Karena berhentinya
menstruasi mempengaruhi hanya beberapa hari dalam kehidupan seorang wanita, maka
akan sangat berguna untuk memandang menopause secara lebih luas, sebagai suatu
periode waktu. Wanita menemukan dirinya dalam perubahan. Hal ini menujukkan
periode saat terjadi perubahan social fisiologis, atau psikologis. Fase yang dapat
berlngsung selama beberapa bulan sampai lebih dari satu dekade. Perubahan psikologis
termasuk serangkaian perubahan hormon dan klinis yang menunjukkan penurunan
fungsi ovarium (Pranoto, 2007 hal. 264).
Menopause merupakan peristiwa alami yang terjadi pada setiap wanita. Peristiwa
alami tersebut dipengaruhi konteks budaya yang berbeda dan persepsi individual.
Beberapa suku bangsa terentu sehingga mudah dirawat oleh keluarga sendiri Pada
masyarakat pada umumnya, usia dewasa memiliki penghargaan yang tinggi
sebagai wanita sudah merasa tidak sempurna dengan berakhirnya proses menstruasi dan
merasa tidak subur lagi. Pandangan budaya dan individual mempengaruhi persepsi
wanita berhubungan dengan proses menopause dan gejala yang ditimbulkan dari
menopause (Kusmiran, 2011 hal.143).
2.2Periode Menopause
Menurut Mubarak (2012) ada tiga periode menopause yaitu fase Klimaterium
(Premenopause), Menopause dan Senium.
2.2.1 Klimaterium (Premenopause)
Periode klimakterium (Premenopause) merupakan masa peralihan antara masa
reproduksi dan masa senium. Biasanya masa ini disebut juga dengan pra menopause,
antara usia 40 tahun, ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur, dengan perdarahan
haid yang memanjang dan relatif banyak. Premenopause merupakan bagian dari masa
klimakterium yang terjadi sebelum menopause (Pranoto, 2007 hal. 263).
Perubahan perimenopause dan proses penuaan itu diantaranya seperti perubahan
pola perdarahan, hot flash, gangguan tidur, perubahan atropik, perubahan psikologi,
perubahan berat badan, perubahan kulit, seksualitas dan perubahan fungsi tiroid
(Varney, 2006).
2.2.2 Menopause
Masa menopause yaitu saat haid terakhir atau berhentinya menstruasi, dan bila
sesudah menopause disebut paska menopause bila telah mengalami menopause 12 bulan
2.2.3 Senium
Periode paska menopause, yaitu ketika individu telah mampu menyesuaikan
dengan kondisinya, sehingga tidak mengalami gangguan fisik antara usia 65 tahun.
Beberapa wanita juga mengalami berbagai gejala karena perubahan keseimbangan
hormon. Bagian-bagian tubuh dapat mulai menua dengan jelas, tetapi kebanyakan
wanita seharusnya tetap aktif secara fisik, mental, dan seksual sesudah menopause
seperti sebelumnya. Menopause mulai pada umur yang berbeda pada orang-orang yang
berbeda umur yang umum adalah sekitar 50 tahun, meskipun ada sedikit wanita memulai
menopause pada umur 30-an, sementara wanita-wanita lain mulainya menopause
tertunda sampai umur 50-an.
2.3Perubahan Psikologi Pada Masa Menopause
Selama beberapa decade, menopause telah dikaitkan dengan masalah psikologis.
Informasi pada aspek psikologis menopause menyorot tentang masalah morbiditas,
patologi dan terapi medis. Wanita yang mencari bantuan medis untuk gejala menopause
sangat berbeda dengan wanita yang usia dan status menopause sama yang tidak mencari
bantuan, tetapi lebih cenderung melaporkan distress. Mempunyai efek negatif terhadap
kesehatan mental (Varney, 2006 hal. 309).
Beberapa wanita menemukan perubahan membuat menopause menjadi masa-masa
yang sulit. Sangat sulit bagi dokter untuk memutuskan apakah gejala depresi, keletihan,
dan insomnia disebabkan perubahan hormon atau gangguan emosional yang dalam,
karena wanita tersebut melihat sekelilingnya dan tidak seperti apa yang dia lihat.
keinginannya lenyap ke dalam kehidupan rutin. Suaminya kelihatan menemukan minat
baru, meninggalkannya sendirian. Taman-temannya pun mengalami masalah yang
serupa dan terus mengeluh seperti dirinya (Llewellyn, 2009 hal. 418).
Ketidakteraturan haid mungkin secara bawah sadar meningkatkan kecemasannya
bahwa daya tarik seksual dan fisiknya berkurang. Dia menjadi tua dan ditolak, dia
mencapai akhir dari kehidupan. Psikiatris menemukan, banyak wanita pada masa
menopause melampaui 3 tahap sebelum menyesuaikan dengan kehidupan barunya.
Pertama adalah perasaan cemas paling menonjol. Biasanya periode ini cukup singkat.
Dilanjutkan dengan periode yang mungkin berlansung berbulan-bulan, ketika gangguan
depresi dan perubahan suasana hati yang lainnya muncul. Ketiga, merasa ditolak oleh
semua orang. Semua anggapannya itu tidak benar kelak, wanita akan memasuki tahap
penyesuaian ulang. Semua kesedihan dari bulan-bulan sebelumnya, tinggal sebagai
mimpi buruk (Llewellyn, 2009 hal. 419).
Hilangnya libido dapat dipengaruhi sejumlah faktor, termasuk peningkatan depresi.
Peranan dalam kehidupan sosial sangat penting bagi lansia, terutama dalam menghadapi
masalah-masalah yang berkaitan dengan dalam menghadapi masalah yang berkaitan
dengan pensiun atau hilangnya jabatan dan pekerjaan yang sebelumnya sangat menjadi
kebanggaan lansia dalam pendekatan holistik, sebenanya tidak dapat dipisahkan antara
aspek organ biologis, psikologis, sosial, budaya, dan spritual dalam kehidupan lansia
(Mubarak, 2012 hal. 328).
Beberapa gejala psikologis yang menonjol ketika menopause ketika menopause
cemas, dan depresi. Ada juga lansia yang kehilangan harga diri karena menurunnya daya
tarik fisik dan seksual.
Menurut (Mubarak, 2012 hal. 328), beberapa keluhan psikologis yang merupakan
tanda gejala dari menopause adalah sebagai berikut :
a. Daya ingatan menurun.
Gejala ini terlihat bahwa sebelum menopause wanita dapat mengingat dengan
mudah, namun sesudah mengalami menopause terjadi kemunduran dalam
mengingat, bahkan sering lupa pada hal-hal sederhana.
b. Timbul kecemasan. Banyak wanita yang mengeluh bahwa setelah menopause,
mereka menjadi pencemas.
Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam
menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan dalam menghadapi
situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan. Misalnya jika dulu biasa pergi
sendirian pergi sendirian ke luar kota, sekarang merasa cemas dan khawatir. Hal itu
sering diperkuat oleh larangan oleh anak-anaknya. Kecemaasn pada wanita lansia
yang telah menopause umumnya bersifat relatif, artinya ada orang cemas dan
khawatir.
c. Mudah tersinggung
Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan dengan kecemasan. Wanita lebih
mudah tersinggungdan marah terhadap sesuatu yang sebelumya dianggap tidak
menganggu. Perasaannya menjadi sangat sensitif terhadap tidak mengganggu.
disekitarnya, terutama jika sikap dan perilaku tersebut dipersepsikan menyinggung
proses penerimaan yang sedang terjadi dalam dirinya.
d. Mengalami stress
Ketegangan perasaan atau selalu beredar dalam lingkungan pekerjaan, pergaulan
social, kehidupan rumah tangga dan bahkan menyelusup ke dalam tidur. Jika tidak
ditanggulangi stress dapat menyita energi, mengurangi produktivitas kerja dan
menurunkan kekebalan terhadap penyakit. Ditingkat psikologis, respon orang
terhadap sumber stress tidak bias diramalkan. Perbedaan suasana hati dan emosi
dapat menimbulkan beragam reaksi, mulai dari reaksi marah sampai akhirnya ke
hal-hal yang lebih sulit untuk dikendalikan.
e. Depresi
Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih karena kehilangan
kemampuan untuk bereproduksi, sedih karena kehilangan kemampuan untuk
bereproduksi, sedih karena kehilangan kesempatan untuk memiliki anak, atau sedih
karena kehilangan daya tarik.
2.4Gejala-Gejala Menopause (Mubarak, 2012 hal. 324)
a. Faktor Psikis
Perubahan-perubahan psikologik maupun fisik ini berhubungan dengan kadar
estrogen. Gejala yang menonjol adalah berkurangnya tenaga dan gairah berkurangnyaa
konsentrasi dan kemampuan akademik, serta timbulnya perubahan emosi seperti mudah
Perubahan psikis ini berbeda-beda bergantung pada kemampuan seorang wanita untuk
menyesuaikan diri.
b. Sosial ekonomi
Keadaan sosial ekonomi mempengaruhi faktor fisik, kesehatan dan pendidikan.
Apabila faktor-faktor di atas cukup baik, akan mengurangi beban fisiologis dan
psikologik.
c. Budaya dan lingkungan
Pengaruh budaya dan lingkungan sudah terbukti sangat mempengaruhi wanita dalam
penyesuaian diri dengan fase klimakterium
d. Fakor lain
Wanita yang belum menikah dan wanita karier, baik yang sudah atau belum berumah
tangga, riwayat menarke yang terlambat berpengaruh terhadap keluhan-keluhan
klimakterium yang ringan. Tanda dan gejela menopause mempunyai ciri-ciri khusus,
baik tanda dan gejala menopause karena perubahan fisik maupun karena perubahan
psikologis. Gejala-gejala menopause disebabkan oleh perubahan kadar estrogen dan
progesteron. Karena fungsi ovarium berkurang, maka ovarium menghasilkan lebih
sedikit estrogen dan progesteron dan tubuh memberikan reaksi. Beberapa wanita hanya
mengalami sedikit gejala, sedangkan wanita lain mengalami berbagai gejala yang
sifatnya ringan sampai berat (Proverawati, 2009).
Berkurangnya kadar estrogen secara bertahap menyebabkan tubuh secara perlahan
kadar estrogen ini terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan gejala-gejala yang hebat.
Hal ini sering terjadi jika menopause disebabkan oleh pengangkatan ovarium
(Proverawati, 2009).
Beberapa keluhan fisik yang merupakan gejala menopause (Aqila, 2010) :
a. Ketidakteraturan siklus haid
Di sini siklus perdarahan yang keluar dari vagina tidak teratur. Perdarahan seperti ini
terjadi terutama diawal menopause. Perdarahan akan terjadi dalam rentang waktu
beberapa bulan yang kemudian akan berhenti sama sekali. Gejala ini disebut gejala
peralihan.
b. Kekeringan vagina
Gejala pada vagina muncul akibat perubahan yang terjadi pada lapisan dinding
vagina. Vagina menjadi kering dan kurang elastis. Ini disebabkan karena penurunan
kadar estrogen. Tidak hanya itu, juga muncul rasa gatal pada vagina. Yang lebih parah
lagi adalah rasa sakit saat berhubungan seksual, dikarenakan perubahan pada vagina,
maka wanita menopause biasanya rentan terhadap infeksi vagina. Intercourse yang
teratur akan menjaga kelembapan alat kelamin. Kekeringan vagina terjadi karena leher
rahim sedikit sekali mensekresikan lendir. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen
yang menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering dan kurang elastis. Alat
2.5Seksualitas Pada Menopause
Fungsi seksual yang memuaskan adalah bagian integral kesehatan dan kesejahteraan
wanita diusia berapapun. Banyak mitos tentang seks dan proses penuaan. Selama
bertahun–tahun telah menjadi anggapan bahwa semakin tua usia wanita, minat seks dan
responsif wanita akan menurun. Mayoritas wanita yang mengalami menopause alami
tidak melaporkan penurunan dalam hasrat seksual, kesenangan erotis atau orgasme
(Varney, 2006 hal. 310).
Menurut (Kusmiran, 2011 hal. 145), Adapun seksualitas menyangkut berbagai
dimensi yang sangat luas. Diantaranya adalah dimensi biologis, dimensi Sosial, dimensi
kultural moral.
A. Dimensi biologis
Berdasarkan dimensi ini, seksualitas erat dengan bagaimana manusia menjalani
fungsi seksual, sesuai dengna identitas jenis kealmin nya dan bagaimana dianmika
aspek-aspek psikologis (kogisi, emosi, motivasi, perilaku) terhadap seksualitas itu
sendiriserta bagaimana dampak psikologis dari keberfungsian seksualitas dalam
kehidupan manusia. Misalnya bagaimana seseorang berperilaku sebagai seorang
laki-laki atau perempuan, bagaimana seseorang mendapatkan kepuasan psikologis dan
perilaku yang dihubungkan dengan identitsa peran, jenis kelamin, serta bagaimana
b. Dimensi sosial
Dimensi sosial melihat bagaimana seksualitas muncul dalam relasi antar
manusia, bagaiamana seseorang beardaptasi atau menyesuaikan diri dengan tuntutan
peran dari lingkungan social serta bagaimana sosialisasi peran dalam kehidupan
manusia.
c. Dimensi kultural moral
Dimensi ini menunjukkan bagaimana nilai-nilai budaya dan moral mempunyai
penilaain terhadap seksualitas. Misalnya dinegara Timur orang belum eksprensif
mengungkapkan seksulitas berbeda dengan Negara barat umumnya menjadi hak asasi
manusia. Berbeda dengan moralitas islam misalnya menganggap bahwa seksualitas
sepenuhnya adalah hak Tuhan, sehingga penggunaaan dan pemanfaatannya dilandasi
pada norma-norma agama yang sudah mengatur kehidupan seksuaitas manusia secara
lengkap.
Mitos dalam masyarakat berasumsi bahwa kaum lansia tidak tertarik rangsangan
seksual antara ketetarikan dan masa muda dan seksualitas dengan cinta yang romantis
atau fertilitas. Seks dapat dinikmati untuk berbagai alasan, seperti alasan menurunkan
ketegangan, perbaikan tidur sebagai penyaluran emosi dan untuk perasaan intimasi
(Varney, 2006 hal. 309).
Sesudah masa transisi menopause, fungsi seksual anda bisa berubah. Walaupun
gairah seksual menurun baik untuk pria maupun wanita dengan bertambahnya usia,
umumnya terjadi penurunan gairah seksual cenderung menurun baik untuk pria maupun
usia 40-an dan 50-an, yaitu pada saat tingkatan estrogen menurun. Pada masa ini
diperlukan waktu yang cukup lama untuk dapat terangsang. Lapisan kulit dan jaringan
vagina menipis dan mengering, sehingga hal ini dapat membuat rasa tidak nyaman dan
sakit saat berhubungan seksual (Sulistyawati, 2012 hal. 187).
Pandangan terbaru yang menyebabkan wanita dan praktisi menyerah adalah
bahwa sejak terjadi penurunan kadar estrogen pada wanita, atau setidaknya tidak
menyenangkan. Hal ini terus berlanjut dengan ide bahwa wanita yang telah melewati
masa reproduksinya berpotensi kehilangan keinginan dan hasrat seksual. Waktu yang
diperlukan untuk terangsang lebih lama pada wanita dan pria sering proses penuaaan.
Meningkatkan waktu pemanasan sering kali diperlukan (Varney, 2006 hal. 309).
Hal ini berdampak pada sebagian wanita yang kurang dapat menikmati hubungan
seksual. Akan tetapi bagi sebagian wanita lagi, mereka justru menikmati kebebasan
melakukan hubungan seksual. Akan tetapi bagi sebagian wanita lagi, mereka justru
menikmati kebebasan melakukan hubungan seksual tanpa merasa takut akan hamil, tidak
harus memakai KB, merasa nyaman dengan tubuh mereka dan justru semakin mesra
dengan pasanagn mereka. Pada umumnya wanita yang menikmati seks di usia mudanya
tetap merasa puas dan tidak mengalami masalah dalam hubungan seks pada saat
menopause dan pascamenopause (Sulistyawati, 2012 hal. 188).
Respons seksual mengalami perlambatan yang sama seperti proses fisiologis lain
di dalam tubuh. Penting untuk mengingatkan wanita dan pasangannya bawa perubahan
tidak selalu merupakan bencana tetapi justru dapat menciptakan kesenangan yang tidak
atau kekeringan, gatal, atau nyeri dan juga lebih banyak tentang apapun yang ingin
ditanyakan. Jika wanita pernah mengalami histerektomi, ia mungkin mempunyai
pertanyaan lain dan memerlukan waktu untuk menghubungkan dengan penyesuaian
seksual. Pertimbangan lain bagi wanita adalah tidak ada pasangan seksual karena
bercerai atau meninggal (Varney, 2007 hal. 311).
Bagi beberapa wanita, hal ini berarti menggali hubungan lain dengan pasangan
yang baru atau memuaskan hubungan kebutuhan seksuanya sendri dengan masturbasi
atau fantasi. Pada beberapa kondisi tidak adanya pasangan seksual berarti kehidupan
dengan kemunduran tingkat aktivitas seksual (Varney, 2007 hal. 311)
2.6 Cara mengatasi keluhan menopause
Menurut Mubarak, 2012 hal. 333 berbagai keluhan fisik opada wanita yang
mengalami menopause dapat diatasi dengan pemberian obat yang bersifat mengganti
hormone estrogen. Pemberian obat ini digunakan untuk memulihkan sel-sel yang
mengalami kemunduran. Prinsip pengbatan menopause adalah memberikdimulaian
estrogen dari luar atau dikenal dengan hormon replacement theraphy (HRT) atau
istilahnya dalam bahasa Indonesia adalah Terapi Sulih Hormon (TSH). Sebelum
pemberian estrogen dimulai, perlu diketahui persyaratan-persyaratan seperti tekanan
darah normal, tidak ada kelainan atau keganasan pada serviks dan payudara, tidak ada
Prinsip dasar pemberian TSH adalah sebagai berikut :
a. Pada wanita yang memiliki uterus, pemberian estrogen harus selalu dikombinasikan
dengan progesterone. Tujuan penambahan progesteron adalah untuk mencegah
kanker endometrium.
b. Pada wanita tanpa uterus maka cukup pemberian estrogen saja dan diberikan secara
kontinu (tanpa istirahat)
c. Pada wanita perimenopause yang masih haid dan masih tetap menginginkan haid,
TSH diberikan secara sekuensial. Sementara bagi yang tidak ingin haid diberikan
kontinu.
d. Jenis estrogen yang digunakan adalah estrogen dan progesterone yang alamiah.
e. Pemberian selalu dimulai engan dosis rendah.
f. Dapat dikombinasikan dengan androgen atau diberikan dengan TSH yang memiliki
sifat androgenik.
Jenis estrogen alamiah yang banyak diguanakan adalah estrol, dikenal dengan merk
dagang ovestin buatan pabrik organon. Tersedia dalam bentuk tablet 1 mg, tablet 2 mg,
dank rim 1 mg/gram untuk pemakaian local d vulva/vagina. Cara pemberian TSH bisa
dengan oral, transdermal, semprot hidung, implant, pervaginam, sublingual dan
intramuskular. Efek samping pemberian TSH sebagian besar diakibatkan karena dosis
estrogen yang tinggi. Keluhan seperti nyeri payudara, peningkatan berat badan,
2.7Upaya lain untuk memperlambat dan mengatasi menopause
Menurut Mubarak, 2012 hal. 338 datangnya masa menopause tidak perlu cemas.
Karena selain dapat diatasi dengan terapi hormone pengganti, kehadiran menopause
ternyata dapat diperlambat dengan mengatur dan memulai kehidupan yang lebih sehat.
Adapun persiapan-persiapan yang dapat kita lakukan antara lain sebagai berikut :
a. Mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin seperti buah dan sayuran
b. Berolahraga teratur
c. Makanan yang baik dan bergizi
d. Melakukan hobi
e. Mengurangi konsumsi kopi, teh, minuman soda dan alkohol.
f. Menghindari rokok
g. Tetaplah berkarya dan usahakan dapat memberikan manfaat bagi orang lain
h. Berfikirlah bahwa menopause itu adalah sesuatu yang wajar
i. Terlibat dalam aktivitas-aktivitas keagamaan dan sosial
j. Bersilaturrahmi denagn teman bersama untuk bertukar fikiran
k. Mengkomunikasikan masalah dengan pasangan
BAB III
KERANGKA KONSEP
3.1Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah kelanjutan dari kerangka teori atau landasan teori yang
disesuaikan dengan tujuan khusus penelitihaan yang akan dicapai yakni sesuai dengan
apa yang telah ditulis dalam rumusan masalah.artinya hal ini lebih difokuskan untuk
memudahkan di dalam menyusun hipotesis, yang pasti harus dijawab, bukan yang
mungkin akan dijawab. Apakah jawaban hipotesis, nantinya terbukti atau tidak,
keduanya adalah hasil penelitian yang menjadi tujuan penelitian tersebut.
Variabel independent Variabel dependent
Skema 1. Skema kerangka konsep
3.2Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan
penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif (h0) yaitu tidak ada
pengaruh perubahan psikologik terhadap kebutuhan seks fase menopause wanita
pekerja Dusun Tani Asli Desa Kampung Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2014. Perubahan Psikologik :
1. Berkurangnya tenaga dan gairah 2. Berkurangnya konsentrasi 3. Perubahan emosi
Kebutuhan seks pada menopause
1. Dimensi Biologis 2. Dimensi Sosial
3.3Definisi Operasional
No Variabel Definisi
Operasional
Suatu perubahan mental yang meliputi berkurangnya tenaga
dan gairah, berkurangnya konsentrasi, dan perubahan
emosi pada wanita pekerja
menopause
Suatu keadaan yang ditandai oleh perasaan kebutuhan seks yang meliputi dimensi biologis, dimensi social, dan dimensi cultural moral pada
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain analitik murni dengan
pendekatan cross sectional dimana penelitian dengan melakukan pengukuran atau
pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) antara faktor resiko atau paparan
dengan penyakit (Hidayat, 2010 hal. 50).
4.2Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek, subjek yang mempunyai
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2010 hal. 68). Populasi dalam penelitian ini
adalah 45 menopause ≤ 1 tahun wanita pekerja diluar rumah di Dusun Tani Asli Desa
Kampung Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2014.
4.2.2 Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau jumlah karakteristik yang
dimiliki oleh populasi. Teknik yang digunakan adalah total sampling (sampling jenuh).
Cara pengambilan sampel ini adalah dengan mengambil semua anggota populasi
Sampel dari penelitian ini yaitu 45 menopause ≤ 1 tahun wanita pekerja diluar rumah
Dusun Tani Asli Desa Kampung Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2014.
4.3 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dusun Tani Asli Desa Kampung Lalang Kecamatan
Medan Sunggal tahun 2014. Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah peneliti
sebelumnya telah melakukan survei awal dan ditemukan adanya populasi yang
mencukupi untuk dijadikan responden yaitu tentang pengaruh perubahan psikologik
terhadap kebutuhan seks fase menopause wanita pekerja Dusun Tani Asli Desa
Kampung Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun
4.4 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari November 2013 – Juni 2014. Dalam kurun waktu
tersebut akan dilakukan pengambilan dan pengolahan data yang meliputi penelusuran
kepustakaan, pengajuan judul, bimbingan dan seminar proposal sampai sidang KTI.
A.Etika Penelitian
Peneletian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari institusi pendidikan yaitu
Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU dan izin kepala desa
Kp. Lalang Dusun Tani Asli Medan Sunggal.
Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik,
1. Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden peneltian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed
consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan
lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah
agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. jika
responden bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika
responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden.
2. Anonimity (tanpa nama)
Penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan
nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Kerahasiaan (confidentiality)
Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian pada responden, baik informasi
maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan
dijamin kerahasiaan oleh peneliti. Data-data yang diperoleh dari responden juga
hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
B.Alat Pengumpulan Data
Instrumen penelitian ini adalah alat untuk memperoleh data dari suatu penelitian.
Pada variabel independen peneliti memperoleh data secara primer yaitu dengan
wawancara menggunakan lembar cheklist, Instrumen penelitian yang digunakan berupa
kuesioner terdiri dari data demografi wanita menopause pekerja yang berisi tentang 10
tentang kebutuhan seks fase menopause wanita pekerja Dusun Tani Asli Desa Kampung
Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2014.
Peneliti memperlihatkan dan menjelaskan instrumen analitik yaitu dalam bentuk
selembar kertas kepada responden dan diisi ke dalam lembar instrumen dengan
wawancara menggunakan lembar checklist, yang berisi nama, umur, pekerjaan dan
kuesioner berisi 10 pernyataan berupa 5 pernyataan maladaptif dan 5 pernyataan adaptif
serta tentang perubahan psikologi wanita menopause pekerja dengan 10 pernyataan
tentang kebutuhan seks wanita menopause yang terpenuhi 5 pernyataan dan tidak
terpenuhi 5 pernyataan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perubahan
psikologi terhadap kebutuhan seks fase menopause wanita pekerja Dusun Tani Asli
Desa Kampung Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2014. Dengan nilai
jawaban ya = 1, tidak = 0, kemudian dikategorikan maladaptif 1-5, dan adaptif 6-10,
terpenuhi 1-5 dan tidak terpenuhi 6-10.
C.Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang dilakukan yaitu :
1. Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat izin pelaksanaan
penelitian dari institusi pendidikan yaitu Program Studi D-IV Bidan Pendidik
Fakultas Keperawatan Sumatera Utara Medan.
2. Mengajukan surat izin penelitian kepada kepala desa Kp. Lalang Dusun Tani Asli
Medan Sunggal, Setelah memperoleh izin selanjutnya peneliti meminta persetujuan
untuk menjadi responden dengan menandatangani informed consent. Setelah
(inisial) melalui wawancara seperti pengambilan data primer, peneliti menanyakan
kepada responden. Setelah data terkumpul lalu dilakukan pengolahan data dengan
bantuan program computer dengan uji chi-square untuk membandingkan pengaruh
perubahan psikologi terhadap kebutuhan seks pada fase menopause wanita pekerja
menemui responden untuk menandatangani informed consent, pengumpulan data
dimulai, peneliti memberikan instrument responden yang terdiri dari kuesioner.
Setelah data terkumpul lalu dilakukan pengolahan data dilakukan dengan
bantuan program komputer dengan uji statistik chi-square untuk mengetahui ada atau
tidak pengaruh perubahan psikologik terhadap kebutuhan seks fase menopause wanita
pekerja.
D.Analisis Data
Setelah semua data terkumpul, dilakukan analisa data kembali dengan memeriksa
semua lembar cheklist apakah data sudah lengkap dan benar (editing). Kemudian data
diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisa data dan
pengolahan data serta pengambilan kesimpulan data yang dimasukkan ke dalam bentuk
tabel. Entry data dilakukan dengan menggunakan teknik komputerisasi. Tahap terakhir
dilakukan cleaning dan entry yakni pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke
dalam program komputer guna menghindari terjadinya kesalahan.
Analisis data dilakukan menggunakan bantuan program komputer yang
disesuaikan, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Univariat
Analisa data dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase tiap
mengetahui pengaruh perubahan psikologik terhadap kebutuhan seks fase
menopause wanita pekerja
2. Bivariat
Analisis ini digunakan untuk menguji Pengaruh perubahan psikologik terhadap
kebutuhan seks fase menopause wanita pekerja. Dalam menganalisis data secara
bivariat, pengujian data dilakukan dengan uji statistik uji chi-square mengetahui
pengaruh ibu hamil perokok pasif terhadap berat badan lahir rendah. Taraf
signifikan (α = 0.05), pedoman dalam menerima hipotesis : jika data probabilitas
(p) < 0.05 maka H0 ditolak dan apabila nilai (p) > 0,05 maka H0 gagal ditolak.
4.8 Validitas dan Realibilitas
Pada variabel independent peneliti menggunakan data primer sejumlah satu
pertanyaan yang menanyakan wanita pekerja menopause mengalami perubahan
psikologi terhadap kebutuhan seks atau tidak, maka valid atau tidak valid. Pertanyaan
tersebut harus ditanyakan kepada responden.
1. Univariat
Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel
yang diteliti, yakni data yang bersifat kategori akan dicari frekuensi dan persetase.
Sedangkan data yang bersifat numerik akan dicari mean, median dan standart deviasi.
2. Bivariat
Analisis ini digunakan untuk menguji pengaruh perubahan psikologi terhadap
kebutuhan seks fase menopause wanita pekerja Dusun Tani Asli Desa Kampung Lalang
Kecamatan Medan Sunggal tahun 2014. Dalam menganalisis data secara bivariat,
pengujian data dilakukan dengan uji statistic uji chi-square untuk mengestimasi atau
mengevaluasi frekuensi yang diselidiki atau menganalisis hasil observasi untuk
. BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian
Pada bab ini diuraikan hasil dan pembahasan penelitian mengenai pengaruh
perubahan psikologik terhadap kebutuhan seks pada fase menopause wanita pekerja di
dusun tani asli desa kampung lalang kecamatan medan sunggal tahun 2014 sebanyak 49
responden, yang kemudian dinilai dengan menggunakan instrument kuesioner.
5.1.1 Analisis Univariat
Merupakan analisis data yang bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik
setiap variabel penelitian ke dalam tabel distribusi frekuensi.
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Pengaruh Perubahan Psikologik Terhadap Kebutuhan Seks Fase
Menopause Wanita Pekerja Dusun Tani Asli Desa Kampung Lalang Kecamatan Medan
Sunggal tahun 2014 (n = 49)
Karakteristik Frekuensi(f) Persentase(%)
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian Pengaruh Perubahan Psikologik Terhadap Kebutuhan Seks Fase Menopause Wanita Pekerja
Dusun Tani Asli Desa Kampung Lalang Kecamatan Medan Sunggal
tahun 2014 (n = 49)
Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%) Perubahan Psikologi
Tidak terpenuhi 28 57,1
Dari tabel tersebut sebagian besar responden mengalami perubahan psikologi fase menopause maladaptif (61,2 %). Dan kebutuhan seks fase menopause wanita pekerja yang tidak terpenuhi sebanyak 57,1 %.
Tabel 5.3
Analisis Chi-Square Pengaruh Perubahan Psikologik Terhadap Kebutuhan Seks Fase Menopause Wanita Pekerja
Dari tabel diatas didapatkan hasil mayoritas perubahan psikologi yang terpenuhi dengan kategori adaptif dengan frekuensi 16 responden (76,2%) dan maladaptif dengan frekuensi 14 responden (50%).
5.1 Pembahasan
5.1.1 Interpretasi hasil dan diskusi hasil
Dari hasil penelitian yang dilakukan tentang “pengaruh perubahan psikologik
terhadap kebutuhan seks pada fase menopause wanita pekerja di dusun tani asli desa
kampung lalang kecamatan medan sunggal tahun 2014”.
a. Perubahan psikologik wanita pekerja di dusun tani asli desa kampung lalang kecamatan medan sunggal tahun 2014
Berdasarkan tabel 5.2 bahwa dari 49 responden sebagian besar responden
mengalami perubahan psikologi fase menopause maladaptif (61,2 %) mayoritas 30
responden dan minoritas adaptif 38,8 % yaitu 19 responden.
Dari 49 responden tersebut mayoritas responden berusia 51-54 tahun (59,2%)
Sebanyak 65,3 % berpendidikan rendah ((belum tamat SD-SMP) dan yang
berpendidikan tinggi (SMA/SMK-PT) minoritas 34,7 % sebanyak 17 responden.
Tidak hanya itu, perubahan ini seringkali mempengaruhi keadaan psikis
seorang wanita. Keluhan psikis sifatnya sangat individual yang dipengaruhi oleh
sosial budaya, pendidikan, lingkungan, dan ekonomi. Keluhan fisik maupun psikis ini
tentu saja akan mengganggu kesehatan wanita yang bersangkutan termasuk
perkembangan psikisnya (Kronenberg, 1990; Utian, 2005). Selain itu, bisa
masa menopause, beberapa wanita menyambutnyadengan biasa. Mereka menganggap
kondisi ini sebagai bagian dari siklus hidupnya.
Sesuai pendapat notoadmodjo (2003) yang mengatakan bahwa pendidikan
mempunyai peranan penting dalam menentukan kualitas manusia. Pensidikan
merupakan upaya berperilaku dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan,
memberikan informasi, memberikan kesadaran pada sekelompok orang atau individu.
Proses pendidikan itu sendiri di dalamnya mencakup pengembangan tindakan atau
perilaku. Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia dalam membuka
fikiran atau menerima hal-hal baru dan berfikir secara alami (Notoadmodjo, 2003 ).
Perananatau aktifitas warga yang berpendidikan sering menjadi ukuran
tentang maju dan berkembangnya kehidupan masyarakat. Pada prinsipnya pendidikan
adalah proses untuk membentuk seseorang menjadi pribadi yang mandiri dan
melakukan analisis terhadap apa yang dihadapinya. Pendidikan setingkat
SMA/sederajat merupakan pendidikan tingkat menengah dimana tingkat pendidikan
ini diharapkan seseorang akan cukup memiliki kemampuan untuk menerima
informasi dan pengetahuan yabg berhubungan dengan biologi reproduksi manusia.
Dari 49 responden tersebusalah satu faktor mayoritas responden berprofesi
PNS 61,2 % dan minoritas non PNS (IRT, Swasta) 38,8 % sebanyak 19 responden.
Sesuai pendapat Hurlock yang mengatakan bahwa pekerjaan seseorang akan
berpengaruh terhadap pola sikap yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Pekerjaan juga berpengaruh terhadap tingkat social ekonomi dan tingkat social
ekonomi berpengaruh terhadap tingkat kesehatan, semakin baik pekerjaan maka
Keluarga memberikan dampak yang berarti pada wanita menopause, sebab
bila sosial ekonomi rendah dapat berakibat rendahnya kemampuan keluarga untuk
menyediakan makanan yang bergizi. Keadaan mi mengakibatkan gizi jelek pada
keluarga
Khususnya Meningkatnya tanggung jawab keluarga disertai dengan
berkurangnya prospek ekonomi, mengakibatkan wanita harus melakukan tindakan untuk
mendukung mereka dan keluarga. Meningkatnya tanggung jawab sebagai dampak
rendahnya sosial ekonomi, mengakibatkan wanita harus melakukan aktifitas
untuk mendukung ekonomi keluarga. diperkirakan lebih dari seperempat sampai
sepertiga rumah tangga di dunia, wanitanya harus ikut bekerja untuk menopang ekonomi
keluarga. Hal ini berdampak terhadap penundaan pemenuhan beberapa kebutuhan untuk
memelihara kesehatan karena harus memprioritaskan terhadap
pemenuhan kebutuhan keluarga yang lebih penting (Wade, 2007).
b. Kebutuhan seks wanita menopause pekerja di dusun tani asli desa kampung lalang kecamatan medan sunggal tahun 2014
Kebutuhan seks fase menopause wanita pekerja yang tidak terpenuhi sebanyak
57,1 % sebanyak 28 responden dan yang terpenuhi 42,9 % yaitu 21 responden. Pada saat
wanita memasuki usia menopouse maka wanita mengalami penurunan jumlah kadar
hormon estrogen dalam darah. Seperti kita ketahui secara definisi bahwa menopause
adalah berhentinya siklus menstruasi untuk selamanya, keadaan yang demikian
dipahami oleh sebagian masyarakat kita terutama para generasi tua bahwa pada keadaan
menopause, wanita sudah tidak boleh melakukan hubungan seks.
Mitos yang demikian ini di sisi lain di pahami oleh para wanita bahwa sperma
menyebabkan penyakit busung, juga karena penurunan kadar estrogen dan progesteron
tadi maka akan terjadi sulitnya keluar cairan vagina ataupun hanya sedikit mengeluarkan
cairan yang dapat berfungsi sebagai rubrikan tersebut sehingga akan menyebabkan rasa
nyeri yang sangat pada saat penetrasi sehingga baik suami ataupun istri tersebut
merasakan tidak nyaman pada saat melakukan hubungan seks.
Hal ini pula lah yang di jadikan dasar bagi para laki-laki untuk menjustifikasi
kebolehannya melakukan hubungan seks ekstra marital dengan wanita lain ataupun
menikah lagi. Kebanyakan orang di atas usia 45 tahun berpikir demikian. Mereka
mengatakan sangat puas dengan kehidupan seks mereka. Tiga puluh satu persen dari
mereka baru menyatakan terkadang puas dan tidak puas. Sisanya, 23% pria dan 14%
wanita mengatakan mereka tidak puas.
Para ahli mengatakan, kehidupan seks berusia lebih tua, kerapkali lebih
mengambil manfaat dari pengalaman dan kepercayaan seksual. Berdasarkan hubungan
yang telah sangat lama berjalan, umumnya kualitas hubungan telah meningkat baik dari
segi kepercayaan dan keintiman. Seiring bertambahnya usia, hasrat seksual biasanya
menurun. Hal ini berlaku pada pria dan wanita, kendati wanita dua sampai tiga kali
lebih berpotensi dibanding pria. Jika hal ini terjadi, kuncinya ada pada hormon yang
menurun karena beberapa perubahan. Selain, masalah seperti konflik dengan pasangan,
masalah medis, dan isu budaya juga memainkan peran. Namun selama seseorang sehat,
masalah-masalah tambahan seharusnya tak terlalu signifikan sebagai pengganggu.
Berdasarkan fakta yang dihimpun dari sebuah penelitian, ada sekitar 35% pria
berusia di atas 50 tahun yang bercinta hanya beberapa kali dalam sebulan. Fakta ini
dewasa. Namun menurut penelitian oleh Kinsey Institute, banyak pria berusia matang
tetap aktif secara seksual. Sekitar 25% pria berusia di atas 50 tahun mengatakan dirinya
memiliki hubungan seksual beberapa kali dalam sebulan, 10 % mengatakan memiliki
hubungan intim dua hingga 3 kali seminggu. Pada wanita di atas 50 tahun, sekitar 20%
mengatakan mereka memiliki hubungan seks beberapa kali dalam sebulan.
Dan sekitar 7% mengatakan mereka berhubungan seks 2 hingga 3 kali seminggu.
Estrogen bukanlah satu-satunya hormon yang menurun pasca menopause. Hormon lain
pada wanita seperti progesteron dan testosteron juga menurun. Penurunan estrogen dan
progesteron sendiri menyebabkan gairah seks wanita menjadi lebih rendah.
Di sisi lain, juga bisa menyebabkan vagina menjadi kering karena kemampuan
pelumasan yang menurun, ini juga menyebabkan sensasi seksual berkurang dan potensi
orgasme menurun. Pada satu titik, wanita dapat mengalami hubungan seksual yang
menyakitkan. Sedangkan penurunan kadar testosteron pada wanita menyebabkan
penampilan yang menjadi lebih tua. Kendati hal ini tak terkait langsung dengan
menopause namun pada penelitian lebih lanjut, kondisi ini juga mengurangi hasrat
seksual pada beberapa wanita.
c. Untuk mengindentifikasi pengaruh perubahan psikologi terhadap kebutuhan seks fase menopause wanita pekerja di Dusun Tani Asli Desa Kampung Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2014.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan adanya hubungan antara perubahan
psikologi terhadap kebutuhan seks fase menopause wanita pekerja. Dari hasil penelitian,
kategori adaptif dengan frekuensi 16 (76,2%) dan maladaptif dengan frekuensi 14
(50%).
Hal ini dibuktikan dengan uji statistik chi square pada tingkat signifikan α = 0,05 (95%),
maka didapatkan ρ < α (0,000 < 0,05) berarti H0 ditolak. Hal ini secara statistik
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pengaruh Periode perubahan
tersebut dapat juga disebut sebagai klimakterium atau sering disebut dengan perubahan
dalam hidup atau masa transisi (Papalia, Olds, dan Feldman, 1998).
Dari tabel 5.3 didapatkan hasil mayoritas perubahan psikologi yang terpenuhi
dengan kategori adaptif dengan frekuensi 16 responden (76,2%) dan maladaptif dengan
frekuensi 14 responden (50%). Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan
diperoleh hasil bahwa sebagian besar wanita pekerja menopause mengalami perubahan
psikologi terhadap kebutuhan seksnya. Kecemasan merupakan bentuk perasaan
khawatir, gelisah, dan perasaan-perasaan lain yang kurang menyenangkan. Setiap
individu mempunyai keyakinan dan harapan yang berbeda-beda, karena perbedaan
tersebut maka tidak ada dua individu yang akan memberikan reaksi yang sama,
meskipun tampaknya seakan-akan bereaksi dengan cara yang sama. Situasi yang
membuat cemas adalah situasi yang mengandung maasalah tertentu yang akan memicu
rasa cemas dalam diri individu.
Hampir semua kaum ibu mengalami suasana hati depresif dan melenkolis. Sebab
utamanya ialah karena ingin mengingkari dan memprotes proses biologis mengarah pada
ketuaan yang ditandai dengan datangnya menopause. Perubahan-perubahan yang terjadi
diinterpretasikan menjadi sesuatu hal yang menakutkan karena kaum ibu tersebut
faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi kecemasan dalam menghadapi
menopause pada ibu. Faktor tersebut diantaranya adalah kepercayaan diri dari sisi
internal serta dukungan keluarga sebagai faktor eksternal. Kekeringan vagina terjadi
karena leher rahim sedikit sekali mensekresi lendir.
Istilah menopause berarti berakhirnya atau berhentinya masa menstruasi. Tetapi,
berkahirnya menstruasi itu hanya merupakan salah satu rangakaian gejala yang
menandakan perubahan secara perlahan-lahan masa reproduksi, yang diakibatkan karena
bertambahnya usia. Selain itu, gejala adanya perubahan endokrin, fisik maupun psikis
yang terjadi pada waktu berakhirnya masa reproduksi seorang wanita. Mungkin juga
diikuti oleh berkurangnya aktivitas seksual yang normal pada laki-laki. Biasanya disebut
dengan klimakterium.
5.1.2 Keterbatasan penelitian
Pada penelitian ini cara menganalisa data hanya untuk mengetahui hubungan
antara variabel independent dengan dependent tanpa menilai seberapa erat hubungan
tersebut dan variabel manakah yang paling mempengaruhi serta seberapa berpengaruh
variabel tersebut.
5.1.3 Implikasi untuk asuhan kebidanan atau pendidikan bidan
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh mengenai pengaruh perubahan
psikologi terhadap kebutuhan seks fase menopause wanita pekerja di Dusun Tani
Asli Desa Kampung Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2014.
1. Hasil penelitian dari 49 responden di Dusun Tani Asli Desa Kampung Lalang
Kecamatan Medan Sunggal tahun 2014 diperoleh bahwa mayoritas responden
berusia 51-54 tahun (59,2%). Sebanyak 65,3 % berpendidikan rendah dan
mayoritas responden (61,2 %) PNS.
2. Hasil penelitian dari 49 responden di Dusun Tani Asli Desa Kampung Lalang
Kecamatan Medan Sunggal tahun 2014 Dari tabel 5.2 tersebut sebagian besar
responden mengalami perubahan psikologi fase menopause maladaptif (61,2 %).
Dan kebutuhan seks fase menopause wanita pekerja yang tidak terpenuhi
sebanyak 57,1 %.
3. Mayoritas responden Dari tabel diatas didapatkan hasil mayoritas perubahan
psikologi yang terpenuhi dengan kategori adaptif dengan frekuensi 16 responden
(76,2%) dan maladaptif dengan frekuensi 14 responden (50%).
B. Saran
1. Bagi Bidan
Diharapkan dapat digunakan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan
terutama untuk perubahan psikologi terhadap kebutuhan seks fase menopause
2. Bagi Peneliti
Diharapkan karya tulis ilmiah ini peneliti dapat menerapkan ilmu metodelogi
penelitian dan menambah pengetahuan tentang perubahan psikologi terhadap
kebutuhan seks fase menopause wanita pekerja.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat menambah dan meneruskan
penelitian pada aspek yang lebih luas lagi terutama dalam menggali semua hal
yang berhubungan tentang perubahan psikologi terhadap kebutuhan seks fase
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson,L, Rita & Atkonson,Richard.R 1993. Pengantar Psikologi I. Jakarta. Batam: Interaksara.
Baziad, A. 2003. Menopause dan Andropause. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Durand, V, M, dan David H. Barlow. 2006. Intisari Psikologi Abnormal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Greenberger dan Padesky. 2004. Manajemen Pikiran Metode Ampuh Menata Pikiran Untuk Mengatasi Depresi, kemarahan, Kecemasan, dan Perasaan Merusak Lainnya. Bandung: Kaifa PT. Mizan Pustaka.
Kartono. 1986. Psikologi Wanita: Wanita Sebagai Ibu dan Nenek. Jilid 2. Bandung: Alumni.
Mappiare, A. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional.
Nevid, J, S, dkk. 2003. Psikologi Abnormal. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Noveri dan Emi. 2008. “Hidup Sehat Di Masa Menopause”. Jurnal Sultan Agung, Juni-Agustus, XXXVIII (112): 45-53.
O’ Brien, P. 1994. Menghadapi Masa Menopause Dengan Penuh Kebahagiaan. Alih Bahasa: Rita, S. S. Jakarta: Binarupa Akasara.
Priest, R, 1994. Bagaimana Cara Mencegah Dan Mengatasi Stres Dan Depresi. Semarang: Dahara Prize.
Santoso, Singgih. 2003. Mengatasi Berbagai Masalah Statistik dengan SPSS. Jakarta: Eleks Media Komputindo.
Syahraini, Karyono, Rohmatun. 2007. “Kecerdasan Emosional Dan Kecemasan
Pramenopause Pada Wanita Di Rw IV dan XI Kelurahan Gebang Sari Semarang”. Jurnal Psikologi Proyeksi, Februari, II (01): 29-39.
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson,L, Rita & Atkonson,Richard.R 1993. Pengantar Psikologi I. Jakarta. Batam: Interaksara.
Durand, V, M, dan David H. Barlow. 2006. Intisari Psikologi Abnormal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Greenberger dan Padesky. 2004. Manajemen Pikiran Metode Ampuh Menata Pikiran Untuk Mengatasi Depresi, kemarahan, Kecemasan, dan Perasaan Merusak Lainnya. Bandung: Kaifa PT. Mizan Pustaka.
Kartono. 1986. Psikologi Wanita: Wanita Sebagai Ibu dan Nenek. Jilid 2. Bandung: Alumni.
Mappiare, A. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional.
Nevid, J, S, dkk. 2003. Psikologi Abnormal. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Noveri dan Emi. 2008. “Hidup Sehat Di Masa Menopause”. Jurnal Sultan Agung, Juni-Agustus, XXXVIII (112): 45-53.
O’ Brien, P. 1994. Menghadapi Masa Menopause Dengan Penuh Kebahagiaan. Alih Bahasa: Rita, S. S. Jakarta: Binarupa Akasara.
Priest, R, 1994. Bagaimana Cara Mencegah Dan Mengatasi Stres Dan Depresi. Semarang: Dahara Prize.
Santoso, Singgih. 2003. Mengatasi Berbagai Masalah Statistik dengan SPSS. Jakarta: Eleks Media Komputindo.
Syahraini, Karyono, Rohmatun. 2007. “Kecerdasan Emosional Dan Kecemasan
Lampiran 1
LEMBARPERSETUJUANMENJADIRESPONDEN
Pengaruh perubahan psikologik terhadap kebutuhan seks fase menopause wanita
pekerja Dusun Tani Asli Desa Kampung Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2014.
Saya yang bernama Molia Maghdalena / 135102144 adalah mahasiswa Program
Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini
sedang melakukan penelitian tentang Pengaruh perubahan psikologik terhadap
kebutuhan seks fase menopause wanita pekerja Dusun Tani Asli Desa Kampung Lalang
Kecamatan Medan Sunggal tahun 2014. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan
dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan Ibu untuk menjadi responden
dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon agar menjawab pertanyaan yang diberikan
oleh peneliti dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia, silahkan menandatangi lembar
persetujuan ini sebagai bukti sukarela.
Partisipasi responden dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga jika Ibu
tidak bersedia menjadi responden bisa menghubungi saya. Identitas pribadi responden
dan semua informasi yang responden berikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan
untuk keperluan penelitian ini.
Terimakasih atas partisipasi ibu dalam penelitian ini.
Peneliti Medan, Januari 2014
Lampiran 6
Psikologi fase menopause Kebutuhan seks fase menopause
49 100.0% 0 .0% 49 100.0%
Psikologik fase menopause Kebutuhan seks fase menopause Crosstabulation
Count
Kebutuhan seks fase menopause
Total terpenuhi tidak terpenuhi
Psikologi fase
Odds Ratio for Psikologifasemenopause (Maladaptif / adaptif) 3.200 .919 11.145
For cohort Kebutuhanseksfasemenopause = terpenuhi 2.027 .889 4.618
For cohort Kebutuhanseksfasemenopause = tidak terpenuhi .633 .397 1.011
Statistics
Umur Pendidikan Pekerjaan
Psikologifaseme nopause
Kebutuhan seks fase menopause
N Valid 49 49 49 49 49
Missing 0 0 0 0 0
Mean 1.41 1.35 1.39 1.39 1.57
Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 51-54 29 59.2 59.2 59.2
55-58 20 40.8 40.8 100.0
Total 49 100.0 100.0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid rendah 32 65.3 65.3 65.3
tinggi 17 34.7 34.7 100.0
Total 49 100.0 100.0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid PNS 30 61.2 61.2 61.2
Non PNS 19 38.8 38.8 100.0
Psikologik fase menopause
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Maladaptif 30 61.2 61.2 61.2
adaptif 19 38.8 38.8 100.0
Total 49 100.0 100.0
Kebutuhanseksfasemenopause
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid terpenuhi 21 42.9 42.9 42.9
tidak terpenuhi 28 57.1 57.1 100.0
Total 49 100.0 100.0
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Psikologifasemenopause *
Kebutuhanseksfasemeno pause
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Psikologifasemenopause (Maladaptif / adaptif)
3.200 .919 11.145
For cohort Kebutuhanseksfasemenopause = terpenuhi 2.027 .889 4.618
For cohort Kebutuhanseksfasemenopause = tidak terpenuhi
sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 3.467a 1 .063
Continuity Correctionb 2.452 1 .117
Likelihood Ratio 3.569 1 .059
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.14.