• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

5. Dimensi Kecerdasan Emosi

Kecerdasan emosi terbagi dalam beberapa wilayah kemampuan. Solvey dan Mayor (Hein, 2009) membagi wilayah-wilayah kecerdasan emosi tersebut meliputi :

a. Kemampuan untuk mengidentifikasi emosi yaitu kemampuan untuk mengenali bagaimana individu dan orang yang ada dalam lingkungannya mengekspresikan perasaan.

b. Kemampuan untuk menggunakan emosi sebagai fasilitator untuk berpikir yaitu kemampuan-kemampuan yang melibatkan kemampuan untuk menghubungkan emosi dengan sensasi-sensasi mental seperti kemampuan merasa

dan mewarnai serta menggunakan pemikiran dalam menyelesaikan masalah.

c. Pemahaman emosi yaitu kemampuan untuk memahami perasaan-perasaan yang kompleks

d. Kemampuan untuk mengelolah emosi yaitu kemampuan untuk mengatur emosi diri sendiri dan orang lain.

Goleman (Hein, 2009) membagi kecerdasan emosi menjadi lima wilayah yang membentuk kecerdasan, kelima wilayah tersebut meliputi:

a. Kemampuan untuk peduli, memahami dan mengekspresikan emosi

b. Kemampuan untuk peduli, memahami dan berhubungan dengan orang lain

c. Kemampuan untuk mengatasi emosi-emosi yang kaut dan mengontrol emosi yang implusive

d. Kemampuan untuk beradaptasi pada perubahan adan untuk menyelesaikan masalah-masalah personal atau sosial e. Kemampuan interpersonal, interpersonal, kemampuan

untuk menyelesaikan, mampu mengelola stress.

Solvey dan Mayor secara terpisah (Goleman 2009: 58- 59) memaparkan lima wilayah kecerdasan emosi yang dapat

digunakan untuk melihat bagaimana kecenderungan emosi. Kelima wilayah tersebut adalah sebagai berikut:

a. Mengenali Emosi Diri

Kemampuan seorang mengenali emosi merupakan kemampuan yang paling mendasar dalam hidupnya. Mayer dalam Goleman (2009: 62-64) berpendapat bahwa kemampuan mengenali emosi merupakan kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Kesadaran ini berupa waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati.

Orang yang dapat mengenali emosinya, dapat berpikir jernih dan dapat mengambil keputusan yang tepat dan baik bagi dirinya. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosi, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer (Goleman, 2002 : 64) kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk

mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosi.

Orang yang memiliki kesadaran diri dapat mengetahui perasaannya, mengetahui hubungan antara pikiran dan perasaan, serta mengetahui reaksi yang timbul akibat perasaannya. Salah satu cara agar seseorang dapat mengenali perasaannya ialah dengan memberi nama setiap perasaan yang timbul dari dalam diri dan dapat menyebutnya. Apabila kurang, maka individu menjadi larut dalam aliran dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran ini belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi.

Menurut Goleman (2009: 403 – 404), ciri – ciri orang yang mampu mengenali emosi diri, sebagai berikut: 1. Perbaikan dalam mengenali dan merasaka emosi dirinya 2. Lebih mampu memahami penyebab perasaan yang

timbul

3. Mengenali perbedaan perasaan dan tindakan b. Mengelola Emosi

Goleman (2009: 58) menyatakan bahwa kemampuan mengelola emosi adalah; suatu kemampuan dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras sehingga tercapai keseimbangan dalam

diri individu. Goleman (2009: 77-79) juga berpendapat bahwa kemampuan mengelola emosi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kesejahteraan emosi.

Emosi berlebihan yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita. Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, menemukan cara-cara untuk menangani perasaan takut dan melepaskan kecemasan, rasa takut, kemurungan, ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan.

Menurut Goleman (2009: 404) orang yang memiliki kemapuan mengelola emosi memiliki ciri-ciri sebagai berikut

1. Toleransi yang tinggi terhadap frustasi dan pengelolaan amarah

2. Berkurangnya ejekan verbal, perkelahian, dan gangguan di ruang kelas

3. Mampua dalam mengungkapkan amarah tanpa berkelahi

4. Berkurangnya prilaku agresif dan merusak diri sendiri 5. Memiliki perasaan yang positif terhadap diri sendiri,

6. Lebih baik dalam menangani ketegangan jiwa

7. Berkurangnya kesepian dan kecemasan dalam pergaulan

c. Memotivasi Diri sendiri

Goleman (2009: 110) menyatakan kemampuan memotivasi diri sendiri merupakan kemampuan menumbuhkan semangat denagn baik dalam menjalankan suatu aktifitas yang berguna dan memberikan manfaat. Individu yang baik dalam memotivasi diri adalah individu yang memiliki ketekunan, rajin, ulet, dan dapat menahan diri terhadap kepuasan, mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusias, gairah, optimis, dan keyakinan diri.

Goleman (2009: 126–134) mengatakan bahwa orang yang mampu memotivasi dirinya sendiri adalah orang yang mencapai keadaan Flow. Flow merupakan puncak dari kecerdasaan emosional. Flow merupakan keadaan seseorang yang memiliki perasaan bahagia sehingga dapat fokus pada apa yang sedang dikerjakannnya.

Menurut Goleman (2009:404) ciri – ciri orang yang memiliki kemampuan dalam memotivasi diri sendiri sebagai berikut

1. Lebih bertanggung jawab

2. Lebih mampu memusatkan perhatian pada tugas yang dikerjakan dan dapat menaruh perhatian

3. Menguasai diri

4. Meningkatnya prestasi belajar d. Mengenali Emosi Orang Lain.

Menurut Goleman (2009: 136) kemampuan mengenali emosi orang lain disebut juga empati, yaitu kemampuan seseorang untuk mengenali dan mengetahui apa yang sedang dirasakan oleh orang lain atau peduli. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa saja yang dibutuhkan orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan mampu untuk mendengarkan orang lain.

Kemampuan berempati juga merupakan kemampuan memahami perasaan dan masalah orang lain, dan berpikir dengan sudut pandang mereka; mengharga perasaan orang mengenai berbagai hal.

Goleman (2009: 404), ciri – ciri orang yang memiliki kemampuan empati dengan baik sebagai berikut 1. Lebih mampu dalam menerima sudut pandang orang

2. Memeprbaiki empati dan kepekaan terhadap perasaan orang lain

3. Lebih baik dalam mendengarkan orang lain e. Membina Hubungan

Menurut Goleman (2009: 158-169), keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang seperti ini populer dalam lingkunganya dan menjadi teman yang menyenangakan karena kemampuannya berkomunikasi. Sejauh mana kepribadian individu berkembang dapat dilihat dari banyaknya hubungan interpersonal yang dilakukannya.

Kemampuan membina hubungan dengan orang lain salah satunya adalah komunikasi. Komunikasi merupakan keampuan dalam berbicara secara efektif, dapat menjadi pendengar dan penanya yang baik, membedakan antara apa yang dilakukan dan apa yang dikatakan seseorang dengan reaksi atau penilaian kita sendiri. Membuka diri dapat ditunjukkan dengan menghargai keterbukaan dan membina kepercayaan dalam suatu hubungan, mengetahui situasi

yang aman untuk mengambil suatu resikodalam membicarakan perasaan.

Menurut Goleman (2009: 404 – 405), ciri – ciri orang yang mampu membina hubungan dengan baik, sebagai berikut:

1. Meningkatkan kemampuan menganalisis dan memahami hubungan

2. Lebih baik dalam menyelesaikan pertikayan

3. Lebih baik dalam menyelesaikan persoalan yang imbul dalam hubungan

4. Lebih tegas dan terampil dalam berkomunikasi

5. Lebih populer dan mudah bergaul; bersahabat dan terlibat dengan teman sebaya

6. Lebih dibutuhkan oleh teman sebaya

7. Lebih menaruh perhatian dan bertenggang rasa

8. Lebih memikirkan kepentingan sosial dan selaras dalam berkelompok

9. Lebih suka berbagi rasa, bekerja sama, dan suka menolong

Dokumen terkait