• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

Setelah mempelajari hasil penelitian, 32,35% mahsiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Semester II angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma, tahun ajaran 2013/2014 berada dalam kategori tingkat kecerdasan emosi rendah. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa 67,65% mahsiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Semester II angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma, tahun ajaran 2013/2014 berada dalam kategori tingkat kecerdasan emosi tinggi. Mengarah pada pendapat Goleman (2009) tingginya tingkat kecerdasan emosi disebabkan oleh beberapa beberapa faktor yaitu:

1. Mengenali Emosi Diri

Kemampuan mahasiswa dalam mengenali emosi merupakan kemampuan yang paling mendasar dalam hidupnya. Mayer dalam Goleman (2009: 62-64) berpendapat bahwa kemampuan mengenali emosi merupakan kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Kesadaran ini berupa

waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati.

Mahasiswa yang dapat mengenali emosinya, dapat berpikir jernih dan dapat mengambil keputusan yang tepat dan baik bagi dirinya. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer (Goleman, 2002 : 64) kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosi.

Mahasiswa yang memiliki kesadaran diri dapat mengetahui perasaannya, mengetahui hubungan antara pikiran dan perasaan, serta mengetahui reaksi yang timbul akibat perasaannya. Salah satu cara agar seseorang dapat mengenali perasaannya ialah dengan memberi nama setiap perasaan yang timbul dari dalam diri dan dapat menyebutnya. Apabila kurang, maka individu menjadi larut dalam aliran dan dikuasai oleh emosi. Berbagai macam emosi dapat di

alami sewaktu-waktu, khususnya ketika mahasiswa berada di tingkat awal (semester II), baik yang negatif ataupun positif. 2. Mengelola Emosi

Kemampuan mahasiswa dalam mengelola emosi kemungkinan dikarenakan mahasiswa yang bersangkutan memahami dan mengarahkan dengan baik emosi yang sedang dirasakan. Seperti yang diungkapkan oleh goleman Goleman (2009: 58) kemampuan mengelola emosi adalah; suatu kemampuan dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Goleman (2009: 77-79) juga berpendapat bahwa kemampuan mengelola emosi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kesejahteraan emosi. Kemapuan mahasiswa dalam mengelola emosi dapat memeberikan jaminan dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

Seni mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita (Goleman,

2009 : 77-78). Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan.

Mahasiswa yang mampu mengelola emosiya adalah mahasiswa yang pandai mengenali setiap perasaan yang muncul dari dalam dirinya dan mengarahkannya dengan baik. Mahasiswa tahu bagaimana caranya melepaskan diri dari berbagai masalah yang menimbulkan kecemasan, ketakutan, kemurungan, kesepian, ketersinggungan dan berbagai macam perasaan yang bersifat menekan.

3. Memotivasi Diri sendiri

Goleman (2009: 110) menyatakan kemampuan memotivasi diri sendiri merupakan kemampuan menumbuhkan semangat dengan baik dalam menjalankan suatu aktifitas yang berguna dan memberikan manfaat. Mahasiswa yag memiliki motivasi yang baik adalah mahasiswa yang memiliki keyakinan, tidak mudah menyerah pada suatu keadaan, serta memiliki pikiran-pikiran dan perasaan yang positif. Seperti yang diungkapkan oleh Goleman, individu yang baik dalam memotivasi diri adalah individu yang memiliki ketekunan, rajin, ulet, dan dapat

menahan diri terhadap kepuasan, mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusias, gairah, optimis, dan keyakinan diri.

Mahasiswa yang mampu memotivasi dirinya kearah yang positif akan lebih berhasil menjalani kehidupan dibandingkan dengan orang yang menunggu orang lain untuk meperhatikan dirinya. Kemampuan memotivasi diri adalah kemampuan memberikan semangat pada diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat.

4. Mengenali Emosi Orang Lain.

Kemampuan mahasiswa dalam mengenali emosi yang baik dirasakan oleh orang lain kemungkinan dipengaruhi karena sifat naluriah yaitu peka terhadap apa yang sedang dialami oleh temannya. Menurut Goleman (2009: 136) kemampuan mengenali emosi orang lain disebut juga Empati, yaitu kemampuan seseorang untuk mengenali dan mengetahui apa yang sedang dirasakan oleh orang lain atau peduli. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa saja yang dibutuhkan orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan mampu untuk mendengarkan orang lain.

Kemampuan berempati juga merupakan kemampuan memahami perasaan dan masalah orang lain, dan berpikir dengan sudut pandang mereka; Lebih baik dalam mendengarkan orang lain. Mahasiswa yang memiliki kemampuan empati akan lebih mampu menangkap sinyal- sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain. Mahasiswa yang memiliki kemampuan mengenali emosi oarang lain dengan baik adalah mahasiswa yang dengan sungguh-sungguh belajar memahami dan merasakan apa yang sedang dirasakan oleh orang lain.

5. Membina Hubungan

Kemampuan mahasiswa Prodi BK Angkatan 2013 Semester II dalam membina hubungan menunjukkan mahasiswa tersebut terampil dalam berkomunikasi. Menurut Goleman (2009: 158-169), keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan. Kemapauan mahasiswa dalam membina hubungan memberikan keuntungan bagi mahasiswa itu sendiri. banyaknya relasi yang di bangun oleh

mahasiswa membuktikan bahwa mahasiswa berhasil dalam mengembanngkan kemampuan intrapersonalnya.

Alat utama yang digunakan oleh mahaiswa dalam membina hubungan dengan orang lain salah satunya adalah komunikasi. Komunikasi merupakan kemapuan dalam berbicara secara efektif, dapat menjadi pendengar dan penanya yang baik, membedakan antara apa yang dilakukan dan apa yang dikatakan seseorang dengan reaksi atau penilaian kita sendiri. Membuka diri dapat ditunjukkan dengan menghargai keterbukaan dan membina kepercayaan dalam suatu hubungan, mengetahui situasi yang aman untuk mengambil suatu resiko dalam membicarakan perasaan.

Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang sifatnya membangun dan terbuka tanpa adanya tindakkan yang saling menyakiti antara satu dengan yang lainnya. Dalam komunikasi dituntut sebuah kepercayaan antara satu mahasiswa dengan mahasiswa yang lainnya. Adanya keterbukaan antara satu dengan yang lainnya dapat menigkatkan intensitas hubungan yang lebih baik. Mahasiswa yang hebat dalam keterampilan membina hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang-orang ini populer

dalam lingkungannya dan menjadi teman yang menyenangkan karena kemampuannya berkomunikasi. Ramah tamah, baik hati, hormat dan disukai orang lain dapat dijadikan petunjuk positif bagaimana siswa mampu membina hubungan dengan orang lain.

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat juga mahasiswa yang berada dalam kategori tingkat kecerdasan emosi tinggi sebanyak 61%. Angka tersebut sangat besar dibandingkan dengan mahasiswa yang berada pada kategori tingkat kecerdasan emosi rendah. Mahasiswa-mahasiswa yang berada dalam kategori tinggi memiliki kebiasaan-kebiasaan yang baik ketika mengisi kuesioner kecerdasan emosi yang telah dibagikan oleh peneliti.

Mahasiswa yang termaksuk dalam kategori tinggi memiliki kemampuan yang sangat baik dalam mengenali emosi, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan. Mahasiswa yang dalam kemampuan kecerdasan emosi tinggi sungguh-sungguh menyadari pentingnya kecerdasan emosi dalam kehidupan mereka. Mahasiswa meyakini dengan kecerdasan emosi yang baik akan menjamin kualitas hidup mereka. Hal ini dibuktikan ketika mahasiswa mengisi kuesioner kecerdasan emosi. Sebagian besar mahasiswa memiliki kecerdasan emosi yang baik.

Mahasiswa yang berada dalam tingkat kecerdasan emosi rendah sesungguhnya belum menyadari akan pentingnya

kecerdasan emosi dalam hidupnya. Pada dasarnya sebagian besar orang mempercayai bahwa hal utama yang menjadi penentu kualitas hisupnya adalah IQ bukan EQ. kemungkinan yang terjadi pada mahasiswa Prodi Bimbingan dan konseling adalah besarnya patokan terhadap IQ. Kurangnya pemahaman terhadap EQ menjadi penyabab alasan dan penyebab utama rendahnya kecerdasan emosi mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling.

Melihat latar belakang mahasiswa baru yang rata-rata berada dalam tahap remaja akhir, secara umum memiliki karakteristik di mana mahasiswa tidak lagi memandang dirinya sebagai remaja tetapi mampu menunjukkan pemikiran, sikap, prilaku sebagai orang dewasa. Perubahan karateristik inipun erat hubungannya dengan tugas perkembangan pada masa remaja akhir. Dalam setiap tahap perkembangan, mahasiswa diharapkan mampu menerima diri dan memahami peran seks pria dan wanita, mampu membina hubungan yang baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis.

Selain dari pada itu, mahasiswa juga diharapkan mampu mencapai kemandirian secara emosional, mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat, memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua, mengembangkan prilaku tanggung jawab sosial yang diperukan

untuk memasuki masa usia dewasa, mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan, dan memahami serat mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.

C.Usulan Program-program Bimbingan Berdasarkan Item-item

Dokumen terkait