• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dimensi Konsep Diri a. Diri identitas (identity sett)

Dalam dokumen KONSEP DIRI PEREMPUAN PENARI STRIPTIS (Halaman 40-45)

2.2. Kajian Pustaka

2.2.5. Konsep Diri (Self Concept) 1. Pengertian Konsep Diri

2.2.5.3. Dimensi Konsep Diri a. Diri identitas (identity sett)

Bagian diri ini merupakan aspek yang paling mendasar pada konsep diri dan mengacu pada pertanyaan, "Siapakah saya?" Dalam pertanyaan tersebut tercakup label-label dan simbol-simbol yang diberikan pada diri (self) oleh individu-individu yang bersangkutan untuk menggambarkan dirinya dan membangun identitasnya,misalnya "Saya x". Kemudian dengan bertambahnya usia dan interaksi dengan lingkungannya,pengetahuan individu tentang dirinya juga bertambah, sehingga ia dapat melengkapi keterangan tentang dirinya dengan halhal yang lebih kompleks,seperti "Saya pintar tetapi terlalu gemuk " dan sebagainya. (Rakhmat,2008:115)

b. Diri Pelaku (behavioral self)

Diri pelaku merupakan persepsi individu tentang tingkah lakunya, yang berisikan segala kesadaran mengenai apa yang dilakukan oleh diri. Selain itu bagian ini berkaitan erat dengan diri identitas. Diri yang adekuat akan

Menunjukan adanya keserasian antara diri identitas dengan diri pelakunya, sehingga ia dapat mengenali dan menerima, baik diri sebagai identitas maupun diri sebagai pelaku. Kaitan dari keduanya dapat dilihat pada diri sebagai penilai.

c. Diri Penerimaan/penilai (judging self)

Diri penilai berfungsi sebagai pengamat, penentu standar dan evaluator.

Kedudukannya adalah sebagai perantara mediator antara diri identitas dan diri pelaku. Manusia cenderung memberikan penilaian terhadap apa yang dipersepsikannya. Oleh karena itu, label-label yang dikenal pada dirinya bukanlah semata-mata menggambarkan dirinya tetapi juga sarat dengan nilai-nilai.

Selanjutnya, penilaian ini lebih berperan dalam menentukan tindakan yang akan ditampilkannya. Diri penilai menentukan kepuasan seseorang akan dirinya atau seberapa jauh seseorang menerima dirinya. Kepuasan diri yang rendah akan menimbulkan harga diri (self esteem) yang rendah pula dan akan mengembangkan ketidakpercayaan yang mendasar pada dirinya. (Rahmat,2008.117)

Sebaliknya, bagi individu yang memiliki kepuasan diri yang tinggi, kesadaran dirinya lebih realistis, sehingga lebih memungkinkan individu yang bersangkutan untuk merupakan keadaan dirinya dan memfokuskan energi serta perhatiannya ke luar diri dan pada akhirnya dapat berfungsi lebih konstruktif.

Ketiga bagian internal ini mempunyai peranan yang berbeda-beda, namun saling melengkapi dan berinteraksi membentuk suatu diri yang utuh dan menyeluruh.

Terdapat dua demensi konsep diri 1. Dimensi Internal

Dimensi internal adalah keseluruhan penghayatan pribadi sebagai kesatuan yang unik. Penilaian diri berdasarkan dimensi internal ini meliputi penilaian seseorang terhadap identitas dirinya, kepuasan diri dan tingkah lakunya (Fitz,1971:70). Dimensi ini terdiri dari 3 bentuk:

a. Diri identitas ( identity self)

Diri sebagai identitas merupakan aspek dasar dari konsep diri. Dalam diri identitas, terkumpullah seluruh label dan symbol yang dipergunakan seseorang untuk menggambarkan dirinya yang didasarkan pada pertanyaan : “Siapakah saya?”. Label yang melekat pada diri seseorang dapat berasal dari orang lain atau

orang itu sendiri. Semakin banyak label yang dimiliki seseorang, maka semakin terbentuklah orang itu untuk mencari jawaban tentang identitas dirinya.Diri identitas dapat mempengaruhi cara seseorang berinteraksi dengan lingkungan dan juga dengan dirinya sendiri. Dengan demikian, diri identitas mempunyai hubungan dengan diri pelaku dan hubungan ini umumnya berlaku timbal balik.

b. Diri perilaku (behaviour self)

Diri pelaku merupakan persepsi seseorang terhadap tingkah lakunya atau caranya bertindak, yang terbentuk dari suatu tingkah laku biasanya diikuti oleh konsekuensi-konsekuensi dari luar diri, dari dalam diri sendiri atau dari keduanya.

Konsekuensi menentukan apakah suatu tingkah laku cenderung dipertahankan atau tidak. Disamping itu juga menetukan apakah tingkah laku tersebut akan diabstraksikan, disimbolisasikan dan dimasukkan kedalam diri identitas seseorang. Contohnya, seorang anak kecil mempunyai dorongan untuk berjalan.

Ketika ia bisa berjalan ia merasa puas, dan lama kelamaan kemampuan berjalan serta kesadaran bahwa ia bisa berjalan merupakan label baru yang ada dalam diri identitasnya. Tindakkan berjalan itu sendiri merupakan bagian dari diri pelakunya.

c. Diri penerimaan atau penilaian ( judging self )

Penilaian diberikan terhadap label-label yang ada dalam identitas diri pelaku secara terpisah, contohnya, seseorang menggambarkan dirinya tinggi dan kuat (identitas diri); selain itu gambaran diri juga disertai perasaan suka atau tidak suka terhadap bentuk tubuhnya. Seseorang merasa tegang dan letih (diri pelaku);

ia juga memikirkan apakah perasaannya baik atau tidak. Selain itu, penilaian juga dapat diberikan kepada kedua macam bagian diri sekaligus. Misalnya, seseorang berkata, saya melakukan ini dan saya nakal”. Hal ini berarti orang tersebut memberikan label secara keseluruhan dirinya, bukan terhadap tingkah laku tertentu. Atau orang itu bisa juga mengatakan, “saya melakukan ini, tetapi saya bukan orang yang biasa berbuat demikian”. Hal ini berarti bahwa orang itu tidak setuju dengan tingkah lakunya.

2. Dimensi Eksternal

Pada dimensi eksternal, individu menilai dirinya melalui hubungan dan aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta halhal lain di luar dirinya.

Dimensi ini merupakan suatu hal yang luas, misalnya diri yang berkaitan dengan sekolah, organisasi, agama dan sebagainya (Fitz,1971:73). Dimensi eksternal yang bersifat umum bagi semua orang, dan dibedakan atas lima bentuk, yaitu:

a. Diri Fisik (physical self)

Diri fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan dirinya secara fisik. Dalam hal ini terlihat persepsi seseorang mengenai kesehatan dirinya, penampilan dirinya (cantik, jelek, menarik, tidak menarik) dan keadaan tubuhnya (tinggi, pendek, gemuk, kurus).

b. Diri etik-moral (moral-ethical self)

Bagian ini merupakan perspsi seseorang terhadap dirinya dilihat Dari standar pertimbangan nilai moral dan etika. Maka ini menyangkut persepsi seseorang mengenai hubungan dengan Tuhan, kepuasan seseorang akan kehidupan keagamaannya dan nilai-nilai moral yang dipegangnya,yang muliputi batasan baik dan buruk.

c. Diri Pribadi (personal self)

Diri pribadi merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau hubungan dengan orang lain, tetapi dipengaruhi oleh sejauh mana individu merasa puas terhadap pribadinya atau sejauh mana ia merasa dirinya sebagai pribadi yang tepat.

d. Diri Keluarga (family self)

Diri keluarga menunjukkan perasaan dan harga diri seseorang dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga. Bagian ini menunjukkan seberapa jauh seseorang merasa adekuat terhadap dirinya sebagai anggota keluarga, serta terhadap peran maupun fungsi yang dijalankannya sebagai anggota dari suatu keluarga.

e. Diri Sosial (social self)

Bagian ini merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya dengan orang lain maupun lingkungan di sekitarnya. Pembentukan penilaian individu terhadap bagian-bagian dirinya dalam dimensi eksternal ini dapat dipengaruhi oleh penilaian dan interaksinya dengan orang lain. Seseorang tidak dapat begitu saja menilai bahwa ia memiliki fisik yang baik tanpa adanya reaksi dari orang lain yang memperlihatkan bahwa secara fisik ia memang menarik. Demikian Pula seseorang tidak dapat mengatakan bahwa dirinya memiliki diri pribadi yang baik tanpa adanya tanggapan atau reaksi orang lain di sekitarnya yang menunjukkan bahwa dirinya memang memiliki pribadi yang baik.

2.2.5.4 Sumber Informasi untuk Konsep Diri 1. Orang tua

Orang tua tentunya menjadi sumber informasi yang paling utama bagi setiap orang. Karena sejak kecil pastinya orang tua selalu memberikan berbagai informasi yang berguna untuk kehidupan anak. Dan semua itu akan terus berpengaruh untuk seterusnya selama hidup. Orang tua juga membantu setiap anaknya dalam pembentukan kepribadian, membantu memenuhi kebutuhan anak,sampai membantu menemukan potensi dalam diri anak yang berguna untuk masa depan.

2. Teman sebaya

Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain. Oleh karena itu teman sebaya cukup berpengaruh dalam pembentukan konsep diri.

Karena selama kita berinteraksi dengan teman kita,banyak hal yang masuk ke dalam diri kita yang membuat persepsi lain terhadap diri kita sendiri. Hal ini dapat terus berlangsung dalam interaksi sosial kita.

3. Masyarakat

Lingkungan masyarakat memiliki peranan tersendiri dalam pribadi seseorang. Seseorang harus mampu beradaptasi dengan lingkungan masyarakatnya. Karena proses adaptasi inilah yang membuat konsep diri seseorang dapat berubah. Dan biasanya pembentukan karakter seseorang tumbuh sesuai keadaan lingkungannya seperti apa. Tapi jika seseorang dapat menolak

penilaian yang terlontar dari masyarakat maka konsep diri masih terjaga karena kita tidak mengikuti apa yang di nilai masyarakat terhadap kita.

4. Belajar

Belajar adalah proses masuknya ilmu pengetahuan dan segala informasi yang nantinya akan diolah sendiri oleh masing-masing pribadi. Tentunya informasi yang masuk akan menjadi faktor penentu berubah atau tidaknya konsep diri. (Rini, 2002:http:/www.e-psikologi.com/dewa/160502.htm).

Dalam dokumen KONSEP DIRI PEREMPUAN PENARI STRIPTIS (Halaman 40-45)

Dokumen terkait