• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 6 Hama dan penyakit kedelai pada fase generatif, SVM (Soybean mosaic virus) (A), SVM (Soybean mosaic virus) (B), belalang (C), ulat penggulung daun (D), ulat grayak (E)

Dalam penelitian ini, hama dan penyakit menyerang kedelai pada fase vegetatif dan fase generatif. Pada fase vegetatif hama yang menyerang terdiri dari ulat penggulung daun (Lamprosema indica), ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites), belalang, semut, kepik (Phiezodorus hybneri), ulat grayak (Gambar 5). Hama ulat penggulung daun dan belalang merupakan hama dominan yang menyerang pada fase vegetatif, hampir di semua plot terutama pada plot monokultur, sedangkan pada plot agroforestri hanya beberapa petak saja yang terserang. Hama semut menyerang benih kedelai yang telah ditanam sehingga benih tidak dapat tumbuh, serangan tertinggi berada pada plot monokultur dibandingkan dengan plot agroforestri.

Hama pada fase generatif yang paling dominan adalah ulat penggulung daun, belalang dan ulat grayak (Gambar 6). Serangan dari hama ini menyebabkan kehilangan daun sehingga dapat menurunkan hasil dari kedelai.

HASIL Dimensi Sentang

Berdasarkan analisis ragam terlihat bahwa perlakuan pola tanam memberikan pengaruh yang nyata terhadap rata-rata pertambahan tinggi pohon, diameter pohon

B a A a E a D a C a

dan kedalaman akar, namun tidak berbeda nyata pada rata-rata pertambahan diameter tajuk, panjang dan diameter akar sentang (Tabel 2).

Respon Fisiologi Kedelai

Berdasarkan Tabel 3, kandungan klorofil tertinggi terdapat pada perlakuan monokultur dibandingkan dengan perlakuan agroforestri, begitu juga dengan rasio klorofil a/b terlihat bahwa rasio klorofil a/b pada perlakuan agroforestri lebih rendah dengan perlakuan monokultur, namun perbedaanya tidak terlalu besar dikarenakan penutupan tajuk pada tanaman sentang belum terlalu rapat. Berdasarkan Gambar 7 Varietas Wilis memiliki kandungan klorofil tertinggi dibandingkan dengan varietas lainnya.

Tabel 2 Pertambahan dimensi sentang pada plot agroforestri dan monokultur

Peubah Uji F Pola tanam

Agroforestri Monokultur Pertambahan tinggi pohon (cm)

Bulan 1 * 24.09a 20.22b

Bulan 2 * 24.03a 19.91b

Bulan 3 tn 17.47a 18.41a

Pertambahan diameter pohon (mm)

Bulan 1 ** 3.40a 2.36b

Bulan 2 tn 2.14a 2.26a

Bulan 3 tn 3.83a 4.05a

Pertambahan diameter Tajuk (cm)

Bulan 1 tn 10.48a 8.92a

Bulan 2 tn 28.13a 24.10a

Bulan 3 tn 10.18a 8.88a

Pertambahan panjang akar (cm) tn 34.66a 48.75a Pertambahan kedalaman akar (cm) * 6.07b 9.56a Pertambahan diameter akar (mm) tn 0.52a 0.66a

(tn) : tidak berbeda nyata; (*) : berbeda nyata pada taraf uji 5%; (**) : berbeda sangat nyata pada taraf uji 1%.

Tabel 3 Perbandingan kandungan klorofil tanaman kedelai pada pola tanam agroforestri dan monokultur

Parameter Agroforestri Monokultur

Klorofil a (mg/g) 3.05 3.19 Klorofil b (mg/g) 0.99 0.93 Antosianin (mg/100g) 0.07 0.10 Karoten (mg/g) 0.82 0.93 Total Klorofil (mg/g) 4.04 4.12 Rasio a/b 3.09 3.43

Gambar 7 Kandungan klorofil daun kedelai pada berbagai varietas kedelai Tabel 4 menunjukkan bahwa serapan hara N, P dan K pada pola tanam monokultur lebih tinggi dibandingkan dengan pola tanam agroforestri.

Gambar 8 Serapan hara berbagai varietas kedelai pada pola tanam agroforestri dan monokultur

Tabel 4 Perbandingan serapan hara tanaman kedelai pada pola tanam agroforestri dan monokultur

Parameter Agroforestri Monokultur

N Total (g/tanaman) 15.90 17.36

P Total (g/tanaman) 0.84 1.00

Varietas Tanggamus memiliki serapan hara tertinggi dibandingkan dengan varietas yang lainnya, sedangkan serapan hara N, P dan K terendah terdapat pada Varietas Grobogan (Gambar 8).

Pertumbuhan Kedelai

Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan pola tanam dan varietas memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman kedelai.

Berdasarkan hasil analisis ragam perlakuan pola tanam memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap tinggi tanaman (2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST, 6 MST, 7 MST), umur berbunga, bobot kering akar dan jumlah bintil akar dan memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot basah akar, namun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase tumbuh benih, bobot basah pucuk, bobot kering pucuk (Tabel 5).

Tabel 5 Rekapitulasi hasil analisis ragam data pertumbuhan kedelai yang diberikan perlakuan pola tanam dan varietas

Peubah Pola Tanam Varietas Interaksi KK R2

(S) (V) (SxV) 1. % Hidup tumbuh Benih tn ** tn 9.85 0.81 2. Tinggi tanaman (cm) 2 MST ** ** tn 7.47 0.89 3 MST ** ** tn 7.63 0.91 4 MST ** ** tn 9.24 0.86 5 MST ** tn tn 11.65 0.75 6 MST ** tn tn 9.77 0.80 7 MST ** * tn 11.11 0.81 4. Umur berbunga kedelai (HST) ** ** tn 0.81 0.99 5. Bobot basah (g) Akar * ** tn 19.41 0.79 Pucuk tn ** tn 14.88t 0.79t 6. Bobot Kering (g) Akar ** * tn 16.50 0.82 Pucuk tn * tn 22.43 0.75

7. Jumlah bintil akar ** tn tn 20.81t 0.61t

(tn) : tidak berbeda nyata, (*) : berbeda nyata pada taraf uji 5%, (**) : berbeda sangat nyata pada taraf uji 1% ; KK : koefisien keragaman ; R2 : R kuadrat ; (t) : hasil trasformasi akar (x+0.5); MST: minggu setelah tanam.

Tabel 6 Pengaruh pola tanam terhadap pertumbuhan kedelai

Peubah Pola tanam

Agroforestri Monokultur

Pertumbuhan

1. Persen tumbuh benih (%) 83.47a 87.64a

2. Tinggi tanaman (cm) 2 MST 15.46a 12.73b 3 MST 21.33a 16.30b 4 MST 30.47a 23.69b 5 MST 49.52a 38.67b 6 MST 62.80a 50.32b 7 MST 73.72a 57.83b Panen 74.30a 58.86b

4. Umur berbunga kedelai (HST) 35.92a 35.33b

5. Bobot basah (g)

Akar 2.93b 3.71a

Pucuk 4.23a 4.41a

6. Bobot Kering (g)

Akar 1.09b 1.56a

Pucuk 6.73a 7.21a

7. Jumlah bintil akar 3.53b 4.66a

Angka-angka pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).

Pengaruh yang diberikan oleh perlakuan pola tanam tertentu dapat dilihat pada Tabel 6. Uji Duncan (Tabel 6) menunjukkan bahwa pola tanam memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman kedelai. Pola tanam agroforestri menyebabkan meningkatnya tinggi tanaman, bobot pucuk dan memperlambat umur berbunga. Hal tersebut terjadi karena terdapat perbedaan penerimaan cahaya matahari pada pola tanam agroforestri dan monokultur. Pola tanam agroforestri memiliki penerimaan cahaya yang lebih sedikit dibandingkan pada pola tanam monokultur kedelai. Hal ini menyebabkan tanaman menjadi lebih lama berbunga dan menyebabkan tanaman kedelai tumbuh lebih tinggi agar tanaman dapat menangkap cahaya matahari lebih banyak.

Varietas memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap persentase tumbuh benih tinggi tanaman (2 MST, 3 MST, 4 MST), umur berbunga, bobot basah akar, bobot basah pucuk dan memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman 7 MST bobot kering akar dan bobot kering pucuk, namun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman (5 MST, 6 MST) dan jumlah bintil akar (Tabel 7). Interaksi antara perlakuan pola tanam dan varietas tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap semua parameter pertumbuhan tanaman kedelai.

Tabel 7 Pengaruh varietas terhadap pertumbuhan kedelai

Peubah Varietas

Grobogan Anjasmoro Tanggamus Wilis

Pertumbuhan

1. Persen tumbuh benih (%) 95.83a 69.17c 84.16b 93.06ab 2. Tinggi tanaman (cm)

2 MST 16.22a 14.84b 12.91c 12.42c

3 MST 21.85a 19.61b 17.14c 16.67c

4 MST 30.98a 27.85ab 25.07bc 24.41c

5 MST 47.17a 46.33a 42.50a 40.37a

6 MST 52.43b 61.88a 57.57ab 54.37b

7 MST 55.00b 69.91a 69.92a 68.26a

Panen 55.32b 70.46a 70.24a 70.31a

4. Umur berbunga kedelai (HST) 30.00b 37.33a 37.50a 37.67a 5. Bobot basah (g)

Akar 2.31b 3.51a 4.09a 3.36a

Pucuk 3.19b 4.51a 4.70a 4.88a

6. Bobot Kering (g)

Akar 1.07b 1.49a 1.44a 1.29ab

Pucuk 4.89b 7.76a 7.78a 7.45a

7. Jumlah bintil akar 3.78a 4.39a 4.32a 3.87a

Angka-angka pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).

Produksi Kedelai

Berdasarkan hasil analisis ragam perlakuan pola tanam memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap umur panen kedelai dan memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot 100 biji, namun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah buku produktif, jumlah cabang produktif, jumlah polong/tanaman, jumlah polong isi/tanaman, jumlah polong hampa/tanaman, bobot biji/tanaman, bobot biji/petak, hasil/ha (Tabel 8).

Varietas memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap jumlah buku produktif, jumlah cabang produktif, jumlah polong/tanaman, jumlah polong isi/tanaman, bobot biji/tanaman, bobot 100 biji, bobot biji/petak, umur panen kedelai, hasil/ha namun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah polong hampa/tanaman (Tabel 10).

Interaksi antara perlakuan pola tanam dan varietas memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap jumlah cabang produktif dan umur panen dan memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah polong/tanaman dan jumlah polong isi/tanaman, namun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah buku produktif, jumlah polong hampa/tanaman, bobot biji/tanaman, bobot 100 biji, bobot biji/petak dan hasil/ha. Berdasarkan rataan tersebut terlihat bahwa Varietas Tanggamus memiliki pertumbuhan dan produksi tertinggi dibandingkan dengan varietas lainnya (Tabel 11).

Pengaruh yang diberikan oleh perlakuan pola tanam terhadap produksi kedelai dapat dilihat pada Tabel 9. Pada tabel tersebut terlihat bahwa pola tanam tidak memberikan pengaruh pada produksi tanaman kedelai. Hal tersebut terjadi karena pohon sentang umur 1 tahun belum memberikan pengaruh terhadap produksi tanaman kedelai.

Tabel 8 Rekapitulasi hasil analisis ragam data produksi kedelai yang diberikan perlakuan pola tanam dan varietas

Peubah Pola Tanam Varietas Interaksi KK R2

(S) (V) (SxV) 1. Jumlah buku produktif/tanaman tn ** tn 6.13 0.97 2. Jumlah cabang produktif tn ** ** 10.43 0.91 3. Jumlah polong/tanaman tn ** * 14 0.94 4. Jumlah polong isi/tanaman tn ** * 14.01 0.94 5. Jumlah polong hampa/tanaman tn tn tn 22.11t 0.54t 6. Bobot biji/tanaman (g) tn ** tn 16.47 0.85 7. Bobot 100 biji (g) * ** tn 5.53 0.98 8. Bobot biji/petak (g) tn ** tn 20.32 0.79

9. Umur panen kedelai

(HST) ** ** ** 0 1

10. Hasil (ton/ha) tn ** tn 19.77 0.79

(tn) : tidak berbeda nyata, (*) : berbeda nyata pada taraf uji 5%, (**) : berbeda sangat nyata pada taraf uji 1% ; KK : koefisien keragaman; R2 : R kuadrat ; (t) : hasil trasformasi akar (x+0.5); HST: hari setelah tanam.

Tabel 9 Pengaruh pola tanam terhadap produksi kedelai

Peubah Pola tanam

Agroforestri Monokultur

1. Jumlah buku produktif/tanaman 9.15a 9.06a

2. Jumlah cabang produktif 3.36a 3.54a

3. Jumlah polong/tanaman 78.77a 82.49a 4. Jumlah polong isi/tanaman 75.95a 78.30a

5. Jumlah polong hampa/tanaman 1.72a 2.08a

6. Bobot biji/tanaman (g) 17.47a 17.99a

7. Bobot 100 biji (g) 13.26b 14.05a

8. Bobot biji/petak (g) 757.18a 755.53a 9. Umur panen kedelai (HST) 89.50a 87.00b

10. Hasil (ton/ha) 1.65a 1.64a

Angka-angka pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).

Pengaruh yang diberikan oleh perlakuan varietas terhadap produksi kedelai dapat dilihat pada Tabel 10. Varietas memberikan pengaruh yang nyata terhadap produksi tanaman kedelai. Produksi Varietas Anjasmoro, Tanggamus dan Wilis tidak berbeda nyata terhadap. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga varietas tersebut memiliki daya adaptasi yang baik pada perlakuan yang diberikan pada lokasi penelitian tersebut.

Tabel 11 menunjukkan interaksi antara perlakuan pola tanam dan varietas terhadap produksi kedelai. Pada variabel umur panen, masing-masing varietas di pola tanam monokultur maupun agroforestri memiliki hasil yang berbeda. Varietas yang tercepat umur panennya adalah Varietas Grobogan pada pola tanam monokultur, sedangkan yang terlama adalah Varietas Tanggamus yang terdapat pada pola tanam agroforestri. Pada variabel lainnya Varietas Grobogan memiliki nilai terendah dibandingkan dengan varietas lainnya pada lahan monokultur maupun agroforestri. Tabel 10 Pengaruh varietas terhadap produksi kedelai

Peubah Varietas

Grobogan Anjasmoro Tanggamus Wilis 1. Jumlah buku produktif/tanaman 5.78c 8.85b 11.12a 10.67a 2. Jumlah cabang produktif 2.33c 3.47b 3.97a 4.03a 3. Jumlah polong/tanaman 33.22c 80.43b 99.77a 109.10a 4. Jumlah polong isi/tanaman 28.75c 76.98b 97.02a 105.75a 5. Jumlah polong hampa/tanaman 2.02a 2.05a 1.69a 1.85a 6. Bobot biji/tanaman (g) 10.40b 21.98a 19.35a 19.20a 7. Bobot 100 biji (g) 20.32a 14.10b 10.36c 9.82c 8. Bobot biji/petak (g) 495.09b 845.00a 742.83a 942.50a 9. Umur panen kedelai (HST) 77.50d 90.50c 93.50a 91.50b 10. Hasil (ton/ha) 1.07b 1.85a 1.63a 2.04a

Angka-angka pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).

Tabel 11 Interaksi antara pola tanam dan varietas terhadap produksi kedelai

Peubah Pola tanam Varietas

Grobogan Anjasmoro Tanggamus Wilis 1. Umur panen Agroforestri 78.00e 93.00b 94.00a 93.00b kedelai (HST) Monokultur 77.00f 88.00d 93.00b 90.00c 2. Jumlah cabang Agroforestri 1.97e 3.67bc 3.47c 4.33ab produktif Monokultur 2.70d 3.27cd 4.47a 3.73bc 3. Jumlah polong Agroforestri 29.50d 84.17bc 85.43bc 115.97a per tanaman Monokultur 36.93d 76.70c 114.10a 102.23ab 4. Jumlah polong Agroforestri 27.37d 80.67bc 83.43bc 112.33a isi per tanaman Monokultur 30.13d 73.30c 110.60a 99.33ab

Angka-angka pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).

Pada Tabel 12 terlihat bahwa Varietas Tanggamus dan Wilis memilki hasil/ha yang melebihi dari hasil deskripsi dari Balitkabi (2012), sedangkan Varietas Grobogan dan Anjasmoro memiliki hasil/ha yang lebih rendah.

PEMBAHASAN

Dokumen terkait