• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

C. Dinamika Hubungan Antara Komitmen Organisasi Dengan Kualitas

C. Dinamika Hubungan Antara Komitmen Organisasi dengan Kualitas Pelayanan

Pencapaian pelayanan kesehatan yang berkualitas merupakan prinsip utama dalam sistem pelayanan kesehatan. Dalam visi dan misi Indonesia sehat 2010 disebutkan bahwa gambaran masyarakat Indonesia yang ingin dicapai ke depan adalah masyarakat yang memiliki kemampuan untuk menjangkau

pelayanan kesehatan bermutu secara adil dan merata. Azwar (1994), menjelaskan bahwa, pelayanan yang berkualitas merupakan tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang disatu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan kepuasan rata-rata penduduk dan dilain pihak merupakan kesesuaian antara tata cara penyelenggaraan pelayanan kesehatan dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.

Peran serta organisasi penyelenggara pelayanan kesehatan dalam mewujudkan visi dan misi maupun pelayanan yang berkualitas dapat dilihat dari tingkat kinerja komponen pendukung organisasi. Pada dasarnya kinerja tersebut didukung oleh berbagai faktor. Wolper (2001), menjabarkan bahwa organisasi yang berupaya menciptakan produk yang berkualitas secara konsisten akan tergantung pada komitmen dan kesungguhan elemen organisasi, rancangan dan arah organisasi, serta proses-proses dalam organisasi. Sedangkan Steers (1985), berpendapat bahwa kualitas pelayanan suatu organisasi dipengaruhi oleh karakteristik organisasi, karakteristik lingkungan, karakteristik pekerja, serta kebijakan dan praktek manajemen. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan, salah satu faktor yang dikaji adalah komitmen. Komitmen yang berhubungan langsung dengan kualitas kinerja seseorang hanya ditemukan pada komitmen terhadap pekerjaan, karir, dan organisasi (Aryee & Tan, 1992; Allen & Meyer, 1991).

Penelitian ini membatasi diri pada komitmen terhadap organisasi. Bentuk komitmen ini menjadi penting karena perubahan lingkungan yang radikal menuntut perubahan paradigma pelaku organisasi dalam mengelola organisasinya,

khususnya sumber daya manusianya. Pengelolaan aspek manusia dalam organisasi diyakini mempunyai keyakinan alamiah dalam merespon perubahan yang cepat dan strategi bersaing yang tinggi (Setiadi, 2001). Menurut Allen & Meyer komitmen terhadap organisasi ini terdiri atas tiga komponen yaitu komitmen afektif, komitmen kontinuitas, dan komitmen normatif. Ketiga komitmen tersebut memiliki konseptualisasi yang berbeda satu dengan yang lainnya serta berdiri sendiri. Komitmen afektif mengacu pada ikatan emosional terhadap organisasi, internalisasi nilai-nilai organisasi dan menikmati keanggotaannya dalam organisasi. Komitmen kontinuitas mengarah pada pertimbangan untung rugi atas apa yang harus dikorbankan bila menetap di organisasi. Sedangkan komitmen normatif mengacu pada perasaan wajib yang ada pada diri individu untuk tetap tinggal di organisasi atas dasar norma yang ada pada diri karyawan.

Pada dasarnya komitmen terhadap organisasi merupakan sikap anggota terhadap organisasi yang ditandai dengan loyalitas dan identifikasi diri terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi. Loyalitas dan identifikasi nilai ditunjukkan dengan dukungan terhadap perusahaan berupa sikap kerja yang efisien. Sikap kerja ini hanya akan terwujud jika karyawan bisa memahami dan mengikuti standar perusahaan yang berupa kebijakan, peraturan dan sebagainya (Davis & Newstrom, dalam Hapsari 2001). Dalam bidang pelayanan jasa, sikap kerja yang efisien akan mempengaruhi hasil pelayanan kesehatan. Menurut Wijono (1997), pelayanan yang dilandasi oleh sikap kerja yang efisien akan memberikan perhatian yang optimal kepada pasien dan masyarakat melalui optimalisasi

sumber daya, biaya maupun waktu pelayanan. Dampak positif dari kondisi tersebut yaitu masyarakat pengguna jasa pelayanan dapat menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu seperti yang tertuang dalam visi misi Indonesia sehat 2010.

Sejumlah penelitian tentang komitmen organisasi menunjukkan hubungan dengan hasil kinerja maupun mutu pelayanan dalam bidang jasa. Hasil kajian Yudhawati (2005), tentang hubungan antara persepsi gaya kepemimpinan transformasional, transaksional, dan komitmen organisasional dengan mutu pelayanan pramuniaga di Matahari Departemen Store Magelang memaparkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara persepsi dan gaya kepemimpinan transformasional dengan mutu pelayanan, dan komitmen organisasional dengan mutu pelayanan. Menurut Morgan dalam Kotler, (1994) untuk mendapatkan pelayanan yang bermutu menuntut komitmen karyawan yang menyeluruh.

Mathiew & Zajac (1990), mengatakan jika mayoritas karyawan memiliki komitmen yang tinggi maka efektivitas organisasi akan meningkat seperti meningkatnya produktivitas, kualitas kerja, kepuasan kerja, menurunnya tingkat keterlambatan, absensi dan pindah kerja. Sedangkan Steers (1983), menambahkan bahwa komitmen terhadap organisasi juga berhubungan dengan tingkat kehadiran kerja para karyawan, menurutnya karyawan yang berkomitmen akan lebih termotivasi untuk memfasilitasi pencapaian tujuan organisasi meskipun karyawan tersebut tidak terlalu menikmati pekerjaannya. Di samping itu komitmen terhadap organisasi turut berpengaruh pada tingkat pindah kerja karyawan. Asumsinya,

karyawan yang memiliki komitmen tinggi terhadap organisasi memiliki tingkat kecenderungan yang rendah untuk meninggalkan organisasi tempatnya bekerja, mematuhi segala norma dan peraturan serta akan berusaha keras menampilkan kinerja sesuai visi misi organisasi. Kondisi tersebut jika diterapkan dalam dunia pelayanan kesehatan akan didapat penampilan pelayanan kesehatan yang prima dari segi kualitas maupun kuantitas. Sebaliknya, karyawan dengan komitmen terhadap organisasi yang rendah cenderung memberikan perhatian yang rendah pada tujuan organisasi dan cenderung berusaha untuk memenuhi kebutuhan pribadi (Meiyanto & Santoso, 1999).

Berdasarkan pemaparan-pemaparan diatas, komitmen terhadap organisasi akan mempengaruhi sejumlah usaha karyawan selama bekerja, terutama dalam hal performansi kerja karyawan. Komitmen terhadap organisasi yang tinggi akan membuat karyawan menggunakan upaya terbaiknya dalam bekerja, memiliki kecenderungan untuk menampilkan tingkat performansi kerja yang tinggi, memiliki masa jabatan lama, serta kualitas kerja yang berkualitas dan efisien. Jika dikaitkan dalam bidang pelayanan kesehatan, karyawan atau petugas pelayanan kesehatan yang memiliki komitmen tinggi memiliki identifikasi nilai-nilai pribadinya dengan perusahaan dan berupaya menampilkan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan. Sedangkan komitmen terhadap organisasi yang rendah akan memunculkan kondisi yang sebaliknya.

Dokumen terkait