• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. LANDASAN TEORI

F. DINAMIKA HUBUNGAN ANTARA PEMISAHAN PSIKOLOGIS

DAN PENYESUAIAN DIRI DI PERGURUAN TINGGI

Pemisahan psikologis adalah kemampuan seseorang untuk memiliki rasa diri sebagai individu yang berbeda dan terlepas dari orangtua, dengan tetap menjalin hubungan baik dengan orangtua. Dalam penelitian ini, pemisahan psikologis terdiri dari lima aspek yaitu kebebasan konfliktual, kebebasan emosional, kebebasan fungsional, kebebasan sikap, dan keterhubungan. Mahasiswa perantau tahun pertama dengan pemisahan psikologis yang baik menunjukkan bahwa mereka memiliki kelima aspek tersebut.

Kebebasan konfliktual mengindikasikan bahwa mahasiswa bebas dari perasaan bersalah, cemas, terkekang, marah, tanggung jawab, dan tidak suka yang berlebihan terhadap orangtua. Kebebasan mahasiswa bebas dari perasaan negatif yang berlebihan terhadap orangtua berkaitan dengan kemampuan mahasiswa untuk mengontrol emosi dengan baik.

Kebebasan mahasiswa dari perasaan terkekang yang berlebihan oleh orangtua berhubungan dengan kemampuan mahasiswa untuk mengaplikasikan motivasi akademik, terlibat dalam kegiatan di perguruan tinggi, dan menjalin hubungan dengan orang lain di lingkungan perguruan tinggi. Mahasiswa tidak merasa dibatasi oleh orangtua dalam melakukan suatu hal yang berkaitan dengan kehidupan di perguruan tinggi. Perasaan tersebut berkaitan dengan kepuasan mahasiswa terhadap status mereka sebagai mahasiswa.

Kebebasan emosional menunjukkan bahwa mahasiswa bebas dari kebutuhan akan persetujuan, kedekatan, dan dukungan emosional yang berlebihan dari orangtua. Kebebasan dari kebutuhan akan persetujuan yang berlebihan dari orangtua berkaitan dengan kemampuan mahasiswa untuk mengaplikasikan motivasi akademik, terlibat dalam kegiatan di perguruan tinggi, dan menjalin hubungan dengan orang lain di lingkungan perguruan tinggi. Mahasiswa mampu mempertanggungjawabkan tindakan mereka, sehingga mereka tidak lagi memerlukan persetujuan yang berlebihan dari orangtua.

Kebebasan dari kebutuhan akan kedekatan yang berlebihan dengan orangtua berhubungan dengan kemampuan mahasiswa untuk menjalin hubungan dengan orang lain di lingkungan perguruan tinggi. Mahasiswa menyadari bahwa mereka mampu menjalin kedekatan dengan orang lain, bukan hanya dengan orangtua. Kebebasan dari kebutuhan akan dukungan emosional yang berlebihan dari orangtua berkaitan dengan kemampuan mahasiswa untuk mengatasi tuntutan akademik dan mengatasi perubahan lingkungan sosial di lingkungan perguruan tinggi. Mahasiswa mampu mengatasi permasalahan tanpa memerlukan keterlibatan orangtua secara emosional.

Kebebasan fungsional mengindikasikan bahwa mahasiswa mampu mengatasi masalah, mengambil keputusan, serta memenuhi kebutuhan tanpa bantuan dari orangtua. Kemampuan untuk mengatasi permasalahan tanpa bantuan orangtua berhubungan dengan kemampuan mahasiswa untuk

mengatasi tuntutan akademik dan mengatasi perubahan lingkungan sosial. Mahasiswa mampu mencari solusi permasalahan tanpa melibatkan orangtua.

Kemampuan untuk mengambil keputusan tanpa bantuan orangtua berkaitan dengan kemampuan mahasiswa untuk mengaplikasikan motivasi akademik, terlibat dalam kegiatan di perguruan tinggi, dan menjalin hubungan dengan orang lain di lingkungan perguruan tinggi. Mahasiswa mampu menentukan cara mengaplikasikan motivasi akademik yang dimiliki, mampu memutuskan kegiatan apa yang ingin diikuti, serta memutuskan dengan siapa mereka berteman atau berhubungan tanpa perlu melibatkan orangtua. Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan tanpa bantuan orangtua berhubungan dengan kemampuan mahasiswa untuk memiliki kondisi fisik yang baik. Mahasiswa mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa bantuan orangtua.

Kebebasan sikap menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki sikap, nilai, dan keyakinan yang berbeda dari orangtua. Sikap, nilai, dan keyakinan yang berbeda dari orangtua berkaitan dengan kemampuan mahasiswa untuk mengaplikasikan motivasi akademik dan mengatasi tuntutan akademik. Sikap, nilai, dan keyakinan yang berbeda dari orangtua juga berhubungan dengan kemampuan mahasiswa untuk terlibat dalam kegiatan di perguruan tinggi, menjalin hubungan dengan orang lain di perguruan tinggi, mengatasi perubahan lingkungan sosial, serta memiliki persepsi yang positif terhadap tuntutan di perguruan tinggi. Mahasiswa memiliki sikap, nilai, dan keyakinan

yang lebih sesuai untuk menghadapi tuntutan di perguruan tinggi yang dijalani saat ini.

Keterhubungan mengindikasikan penilaian mahasiswa bahwa orangtua memahami, menghormati, mempercayai, dan bersedia berkomunikasi secara terbuka dengan mereka. Penilaian mahasiswa bahwa orangtua memahami, menghormati, dan mempercayai mereka berhubungan dengan kemampuan mahasiswa untuk mengaplikasikan motivasi akademik dan mengatasi tuntutan akademik. Penilaian tersebut juga berkaitan dengan kemampuan mahasiswa untuk terlibat dalam kegiatan di perguruan tinggi, menjalin hubungan dengan orang lain di lingkungan perguruan tinggi, dan mengatasi perubahan lingkungan sosial. Mahasiswa menilai bahwa orangtua memahami dan menerima motivasi akademik yang mereka miliki, memahami dan menerima kegiatan yang mereka ikuti, memahami hubungan sosial yang mereka inginkan, dan mempercayai tindakan yang mereka lakukan.

Keterhubungan juga menunjukkan bahwa mahasiswa memahami, menghormati, mempercayai, dan bersedia berkomunikasi secara terbuka dengan orangtua. Kemampuan mahasiswa untuk memahami, menghormati, mempercayai, dan berkomunikasi secara terbuka dengan orangtua berkaitan dengan kemampuan mahasiswa untuk mengontrol emosi dengan baik. Mahasiswa mampu menerima orang lain sebagaimana adanya dan mampu menjalin hubungan sosial dengan baik. Kemampuan tersebut berkaitan dengan kemampuan mahasiswa untuk terlibat dalam kegiatan di perguruan tinggi dan menjalin hubungan dengan orang lain di perguruan tinggi. Dengan

demikian, mahasiswa juga mampu memiliki kepuasan terhadap status mahasiswa.

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa pemisahan psikologis yang baik berkaitan dengan kemampuan mahasiswa tahun pertama yang merantau untuk mengatasi tuntutan akademik dan interpesonal di perguruan tinggi, memberikan respon fisik dan psikologis yang baik terhadap berbagai tuntutan di perguruan tinggi, serta memiliki perasaan positif terhadap institusi dan keberadaan mereka di perguruan tinggi. Dengan demikian, mahasiswa yang berhasil melakukan pemisahan psikologis mampu memiliki penyesuaian diri di perguruan tinggi yang baik. Ringkasan dinamika hubungan antara pemisahan psikologis dan penyesuaian diri di perguruan tinggi dapat dilihat pada Bagan 1.

Dinamika hubungan antara pemisahan psikologis dan penyesuaian diri di perguruan tinggi Kebebasan Konfliktual (bebas dari

perasaaan bersalah, cemas, terkekang, marah, tanggung jawab, dan tidak suka

yang berlebihan terhadap orangtua)

Kebebasan Emosional (bebas dari kebutuhan akan persetujuan, kedekatan, dan dukungan emosional yang berlebihan

dari orangtua)

Kebebasan Fungsional (mampu mengatasi permasalahan, mengambil keputusan, dan memenuhi kebutuhan

tanpa bantuan orangtua)

Kebebasan Sikap (memiliki sikap, nilai, dan keyakinan yang berbeda dari

orangtua) Pemisahan Psikologis yang Baik Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi yang Baik

Penyesuaian Diri Akademik (mampu mengaplikasikan motivasi akademik, memiliki prestasi akademik yang baik, mampu mengatasi tuntutan akademik)

Penyesuaian Diri Sosial (terlibat dalam kegiatan di perguruan tinggi, mampu menjalin hubungan dengan orang lain di

lingkungan perguruan tinggi, mampu mengatasi perubahan ligkungan sosial

Penyesuaian Diri Personal-Emosional (mampu mengontrol emosi dengan baik,

memiliki persepsi positif terhadap tuntutan di perguruan tinggi, memiliki

kondisi fisik yang baik)

Kelekatan pada Institusi (kepuasan terhadap fakultas atau program studi, kepuasan terhadap universitas, kepuasan

terhadap status mahasiswa)

Kemandirian Kemampuan

menjalin hubungan sosial

Keterhubungan (menilai bahwa orangtua memahami, menghormati, mempercayai,

dan bersedia berkomunikasi secara terbuka; mampu memahami, menghormati, mempercayai, dan bersedia berkomunikasi secara terbuka

Dokumen terkait