• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika kehidupan kelompok KUBE mempunyai hubungan / pengaruh nyata terhadap tingkat keberhasilan KUBE.

Hipotesis H 1 , yaitu:

4. Dinamika kehidupan kelompok KUBE mempunyai hubungan / pengaruh nyata terhadap tingkat keberhasilan KUBE.

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka populasi dalam penelitian adalah KUBE yang dikategorikan berhasil. Diharapakan dari KUBE-KUBE seperti ini akan ditemukan berbagai hal atau komponen penting yang dapat dijadikan sebagai dasar atau acuan dalam pengembangan KUBE di masa mendatang. Dari hasil penjajagan yang dilakukan di lapangan, ukuran keberhasilan KUBE antara satu daerah dengan daerah lainnya belum seragam seragam, tergantung daerah masing- masing. Ada yang melihat keberhasilan KUBE dari keberadaan KUBE, struktur dan organisasi KUBE, jaringan atau kemitraan yang dikembangkan, pendapatan yang diperoleh anggota, kegiatan usaha ekonomis produktif yang dikembangkan. KUBE pada dasarnya memiliki dua kegiatan: (a) kegiatan yang berkaitan dengan usaha ekonomis produktif (UEP) dan (b) kegiatan yang berkaitan dengan usaha kesejahteraan sosial (UKS).

Didasarkan pada kenyataan dan pertimbangan di atas, maka ada 4 kriteria KUBE yang dianggap berhasil dan dijadikan acuan dalam penelitian ini, yaitu: (a) dilihat dari aktivitas, ada kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan, seperti: arisan, pengajian, tolong menolong dalam kesulitan keuangan, dan lain sebagainya ; (b) dilihat dari segi waktu, KUBE sudah berdiri se belum tahun 2001; (c) dilihat dari jenis usaha, ada jenis usaha ekonomis produktif yang dikembangkan, seperti: usaha dagang, usaha pembuatan kue, usaha jahit menjahit, dan lain sebagainya; (d) dilihat dari segi pendapatan, ada pendapatan yang diperoleh anggota dari usaha yang dikembangkan. Mengacu pada kriteria yang sudah dipaparkan di atas, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah KUBE yang memenuhi 4 kriteria di atas.

Teknik penarikan sampel

Didasarkan pada ketersediaan populasi penelitian, heterogenitas penelitian dan kemampuan peneliti baik dana, waktu maupun tenaga maka untuk keperluan penelitian dilakukan penarikan sampel. Beberapa hal perlu dipertimbangkan

dalam teknik penarikan sampel ini. Menurut Win van Zanten (1994 : 81) “pengelompokan dapat dibuat berdasarkan kriterium pokok yang relevan untuk tujuan analisis atau untuk meningkatkan keefisienan (efficiency) pendugaan, misalnya (1) jenis kelamin, (2) kelompok umur; (3) propinsi atau kota; (4) kelas pendapatan; (5) jenis pekerjaan, (6) perusahaan, dikelompokkan menurut besar perusahaan, (7) suku bangsa”.

Atas pertimbangan di atas dan tingkat keberhasilan KUBE sekarang (hasil penjajagan di lapangan) , maka dilakukan penarikan sampel dengan beberapa teknik. Lokasi penelitian propinsi dan kabupaten / kota dipilih secara purposive. Ada beberapa alasan kenapa memilih lokasi ini, yaitu: (a) wilayah ini merupakan provinsi di mana tingkat keberhasilan KUBE relatif bagus dibandingkan dengan propinsi lainnya, dan (2) tingkat persentase penduduk fakir miskin relatif tinggi dibandingkan dengan jumlah penduduk masing-masing wilayah. Sedangkan pemilihan wilayah kabupaten / kota didasarkan atas keberadaan KUBE dengan kategori berhasil menurut daftar yang ada pada Dinas Sosial Provinsi masing- masing.

Didasarkan pada data yang ada dan hasil penjajagan awal di lapangan, keberhasilan KUBE masih belum menggembirakan. Masih relatif sulit menemukan KUBE di satu wilayah dengan kriteria berhasil seperti kriteria yang sudah diajukan di atas , sekalipun sudah te rdaftar sebagai kriteria KUBE berhasil. Berdasarkan hasil identifikasi, jumlah KUBE dengan kriteria berhasil hanya terbatas, maka peneliti menggunakan sensus di dalam penentuan KUBE yang menjadi sampel penelitian.

Sedangkan pemilihan anggota KUBE dilakukan dengan teknik cluster

ramdom sampling dengan kelompok pengurus dan bukan pengurus. Kemudian di

antara pengurus dan anggota dipilih masing-masing dua orang secara acak, sehingga satu KUBE terpilih sebanyak 4 orang. Pemilihan pengurus dan bukan pengurus dilakukan secara acak dengan menunjuk masing-masing dua orang pengurus dan anggota menurut daftar anggota yang masih aktif , baik sebagai pengurus maupun sebagai anggota KUBE. Penentuan dua orang pengurus dan dua orang anggota dilakukan untuk tujuan objektivitas jawaban responden.

Sampel penelitian

Didasarkan pada teknik sampel yang sudah dipaparkan sebelumnya, diperoleh sampel penelitian seperti Tabel 6. Responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengurus dan anggota KUBE yang sebelumnya dikategoikan sebagai fakir miskin. Jumlah responden yang dijadikan sampel dalam penelitian adalah sebanyak 224 orang yang terdiri dari; dua orang pegurus KUBE, dan dua orang anggota dari setiap kelompok KUBE. Namun dalam proses wawancara ada responden yang tidak dapat diwawancarai karena berhalangan, sehingga untuk beberapa KUBE hanya dapat diwawacarai 1 atau 2 orang anggota atau pengurus. Sehingga tidak secara lengkap 1 KUBE terwakili 2 orang pengurus dan 2 orang anggota. Untuk selengkapnya komposisi sampel pe nelitian disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6: Jumlah Sampel KUBE dan Wilayah Penelitian

Jlh KUBE Pengurus Anggota

Propinsi Kab/ Kota Jlh % Jlh % Jlh % Sumatera Utara 4 13 21,31 22 50 22 50 Jawa Timur 5 22 36,07 44 51,8 41 48,2 Kalimantan Timur 2 26 42,62 49 51,6 46 48,4 Jumlah 61 100 115 51,3 109 48,7

Untuk objektivitas informasi yang diperoleh dari sumber sekunder , maka beberapa sumber yang dianggap dapat mewakili, yaitu: (a) tokoh kunci informal dan formal masyarakat setempat, kepala desa dan jajarannya, (b) pendamping, (c) Departemen Sosial, dan Dinas Instansi Propinsi dan Kabupaten / Kota yang secara fungsional menangani KUBE; dan (d) LSM/ Organisasi Sosial yang melakukan pemberdayaan. Penentuan responden ini dilakukan dengan melihat keterkaitan kelompok dengan eksistensi KUBE.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Loka si penelitian

Lokasi penelitian meliputi 3 wilayah propinsi, yaitu: (1) Propinsi Sumatera Utara , yang meliputi: Kota Binjai, Kabupaten Deliserdang, Kabupaten Langkat dan Kota Medan ; (2) Propinsi Jawa Timur, yang meliputi: Kabupaten Blitar,

Kabupaten Lamongan, Kabupaten Nganjuk, Kotapasuruan, dan Kota Surabaya; dan (3) Propinsi Kalimantan Timur, yang meliputi: Kota Balikpapan dan Kota Samarindah. Pemilihan wilayah Kabupaten / Kota didasarka n pada keberadaan KUBE dengan kriteria berhasil yang sudah dipaparkan.

Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu penyusunan dan bimbingan proposal penelitian selama 12 bulan hingga pertengahan tahun 2004, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian yang dimulai dari pertengahan tahun 2004 hingga 2005 awal. Pembuatan laporan atau penulisan hasil dilakukan sejak pertengahan tahun 2005 hingga sekarang.

Disain Penelitian

Untuk menjawab permasalahan penelitian yang sudah dirumuskan, maka disain penelitian yang digunakan, adalah:

1. Analisis deskrip tif eksploratif, yaitu metode yang bertujuan untuk menggali, mengungkapkan, dan menggambarkan secara analitis, faktual dan akurat berbagai hal atau aspek yang berkaitan dengan peubah-peubah yang ada dalam penelitian

2. Korelasional, yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk mencari, menggali

dan mengungkapkan secara faktual dan akurat berbagai pengaruh dan hubungan yang terjadi di antara peubah-peubah penelitian.

Data dan Instrumen

Sumber data penelitian

Ada beberapa sumber data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Data Primer, yang meliputi:

a. Data atau informasi yang diperoleh dari responden yang meliputi pengurus KUBE dan anggota kelompok KUBE.

b. Data dan informasi yang diperoleh dari keluarga anggota KUBE c. Hasil observasi di lapangan.

2. Data Sekunder, yaitu data atau informasi yang diperoleh:

a. Data atau informasi yang diperoleh dari petugas lapangan Kantor Pemerintah yang menangani pemberdayaan KUBE.

b. Data atau informasi yang diperoleh dari Kantor Kelurahan / Desa masing- masing KUBE.

c. Data atau informasi yang diperoleh dari pendamping KUBE

d. Data atau informasi yang diperoleh dari petugas lapangan LSM/ Organisasi Sosial yang terlibat dalam pemberdayaan KUBE.

Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian adalah:

1. Studi dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data melalui studi dokumentasi

terhadap laporan-laporan yang berkaitan dengan sumber data sekunder.

2. Wawancara berstruktur (setengah terbuka), yaitu teknik pengumpulan data

dengan mengajukan berbagai pertanyaan-pertanyaan secara mendalam kepada responden secara tatap muka dengan pedoman wawancara yang sebelumnya telah disediakan.

3. Survey dan observasi berstruktur, yaitu bentuk pengumpulan data melalui

pengamatan langsung di lapangan dan tinggal bersama masyarakat selama beberapa waktu untuk melihat secara langsung kenyataan yang ada di masyarakat.

Peubah dan Pengukuran

Peubah-peubah p enelitian

Gambar 5 memperlihatkan hubungan antar peubah, di mana terdapat 3 peubah bebas X, yaitu: karakteristik individu anggota KUBE (X1), pola

pemberdayaan yang diberikan (X2`) dan lingkungan sosial KUBE (X2`). Terdapat

2 pubah tidak bebas Y (respon), yaitu: dinamika kehidupan kelompok (Y1) dan

tingkat keberhasilan KUBE (Y2). Peubah-peubah ini saling berhubungan dengan

Peubah yang berkaitan dengan karakteristik individu anggota KUBE (X1)

adalah:

1. Jenis kelamin (X1.1)

2. Umur (X1.2)

3. Pendidikan formal yang dicapai (X1.3)

4. Pelatihan yang diikuti (X1.4).

5. Modal awal yang dimiliki (X1.5)

6. Pola penghasilan (X1.6)

7. Sumber penghasilan utama (X1.7)

8. Kebutuhan / harapan anggota (X1.8)

9. Persepsi tentang hidup berkelompok (X1.9)

10. Motivasi anggota (X1.10)

Peubah yang berkaitan pola pemberdayaan kelompok yang diberikan selama ini (X2) adalah:

1. Proses pembentukan KUBE (X2.1)

2. Pendekatan atau metode yang diterapkan (X2.2)

3. Jumlah anggota (X2.3)

4. Bantuan (uang dan peralatan) yang diberikan (X2.4)

5. Pendampingan (X2.5)

6. Kebebasan yang diberikan (X2.6)

7. Perlidungan / Proteksi (X2.7)

Peubah yang berkaitan dengan lingkungan sosial KUBE adalah (X3)

adalah:

1. Norma / nilai budaya yang berlaku dalam masyarakat (X3..1)

2. Keterkaitan kelompok dengan tokoh informal dan formal masyarakat (X3.2)

3. Akses terhadap keuangan (pemanfaatan, kesulitan, dll.) (X3.3). 4. Peluang pasar (X3.4)

5. Ketersediaan sumber daya (X3.5)

6. Ancaman yang mungkin muncul (X3.6)

Peubah yang berkaitan dengan dina mika kehidupan kelompok adalah (Y1)

adalah:

1. Tujuan kelompok (Y1.1)

2. Struktur kelompok (Y1.2)

4. Pembinaan kelompok (Y1.4) 5. Kekompakan kelompok (Y1.5) 6. Ketegangan Kelompok (Y1.6) 7. Keefektifan kelompok (Y1.7) 8. Kepemimpinan (Y1.8) 9. Kepuasan anggota (Y1.9)

Peubah-peubah yang berkaitan dengan tingkat keberhasilan KUBE adalah (Y2) adalah:

Aspek Sosial (Y21):

1. Kerjasama sesama anggota (Y21.1)

2. Kesediaan memberikan pertolongan (Y21.2)

3. Kemampuan mengatasi masalah (Y21.3)

4. Tingkat partisipasi anggota (Y21.4)

5. Keberanian menghadapi risiko (Y21.5)

6. Perencanaan usaha (Y21.6)

7. Pemanfaatan sumber (Y21.7)

8. Inovasi Usaha (Y21.8) Aspek Ekonomi (Y22):

1. Perkembangan Modal (Y22.1)

2. Pengguliran (revolving fund) (Y22.2)

3. Pendapatan (Y22.3)

4. Tabungan (Y22.4)

5. Banyaknya jenis usaha (Y22.5)

6. Pengelolaan hasil keuntungan (Y22.6)

7. Pengelolaan IKS (Y22.7) Pengukuran p eubah

Menurut Black dan Champion dalam Renzo (1966) definisi pengukuran dalam suatu penelitian merujuk pada sejumlah prosedur yang memungkinkan dilakukannya observasi emperis untuk menunjukkan gejala secara simbolik dan mengkonseptualisasikan apa yang akan dijelaskan. Mengacu pada konsep Steven, Cohen dan Negerl dalam Black dan Champion (1976) serta Miller (1991) definsi pengukuran dalam penelitian ini adalah pemberian angka-angka secara nominal

terhadap perangkat sosial atau perangkat psikologis individu yang sesuai dengan aturan dan menetapkan hubungan di antara keduanya secara simbolik.

Berdasarkan pada pengertian pengukuran di atas, dalam rangka pengolahan dan pengujian data-data statistik, maka di bawah ini akan dijelaskan kriteria pengukuran variabel atau peubah-peubah yang ada.

1. Untuk kategori jawaban yang bersifat nominal, jawaban akan menggunakan skala pengukuran “nominal”. Kategori pengukuran ini merupakan kategori yang hanya dapat mengungkapkan satu kondisi atau keadaan, seperti jenis kelamin laki-laki atau perempuan, desa atau kota, pekerjaan, dan lain -lain. 2. Untuk kategori jawaban yang bersifat ordinal, dilakukan pengukuran menurut

skala Likert (Mueller dalam Kartawidjaja , 1992) yang terdiri dari 4 tingkatan sebagai berikut:

a. Kategori “sangat sesuai”, bilamana responden merasakan bahwa pernyataan atau pertanyaan yang diajukan sangat sesuai semuanya dengan yang diharapkan atau diinginkan, diberi skor 4

b. Kategori “sesuai” atau “sedang ”, bilamana responden merasakan bahwa pernyataan atau pertanyaan yang diajukan sebagian besar lebih sesuai dengan yang diharapkan atau diinginkan, diberi skor 3.

c. Kategori “kurang sesuai” bilamana responden merasakan bahwa pernyataan atau pertanyaan yang diajukan hanya sebagian kecil sesuai dengan yang diharapkan atau diinginkan, diberi skor 2.

d. Kategori “tidak sesuai” bilamana responden merasakan bahwa pernyataan atau pertanyaan yang diajukan sama sekali tidak sesuai dengan yang diharapkan atau diinginkan, diberi skor 1.

Untuk kategori jawaban yang bersifat interval dan rasio, akan menggunakan jawaban responden sesuai dengan kategori, jenjang, rangking dan tingkatan pengelompokannya.

Validitas dan Reliabilitas

Sebelum kuestioner yang final digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Vailiditas atau kesahihan suatu alat ukur adalah

bahwa akat ukur tersebut dapat digunakan secara tepat untuk mengukur hal yang sesungguhnya diinginkan (Ancok, 1978) . Jadi dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan variabel yang diteliti secara tepat. Sedangkan reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan instrumen. Reliabel artinya dapat dipercaya dan diandalkan (Arikunto, 1982: 136). Artinya berapakali pun instrumen itu digunakan untuk hal yang sama hasil tetap sama. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah alat atau instrument (kuestioner) yang digunakan sudah sahih, atau sesuai dan cocok dipergunakan untuk mengumpulkan dan mengukur data dan infomasi yang dimaksudkan.

Mengacu pada pendapat Downie dan Health dalam Black dan Cahampion (1976) mengatakan bahwa tingkat kesahihan penelitian dapat dilihat dari 3 hal, yaitu (a) kesahihan konstruk (constru ct validity), (b) kesahihan isi (content validity) dan (c) kesahihan konkuren (predictive validity).

1. Kesahihan konstruk berkaitan dengan validitas struktur peubah-peubah yang

dimasukkan dalam penelitian. Artinya bahwa peubah-pubah independen yang ada secara logis dapat mempenga ruhi peubah-peubah yang dependen. Dalam kosep ini bahwa karakteristik individu anggota KUBE, pola pemberdayaan, lingkungan sosial KUBE akan mempengaruhi dinamika kehidupan KUBE. Selanjuntya dinamika kehidupan KUBE akan mempengaruhi tingkat keberhasilan KUBE. Uji validitas konstrak dilakukan melalui penetapan kerangka konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Ancok dalam Sigarimbun dan Effendi (1978) yang mengatakan bahwa konstrak adalah kerangka suatu konsep. Dengan kerangka konsep ini disusun tolok ukur operasional penelitian dan pertanyaan-pertanyaan yang harus didasarkan pada definisi operasional peubah penelitian.

2. Kesahihan isi berkaitan dengan relevansi peubah-peubah yang dituangkan

dalam intrumen dengan kerangka teori yang dijadikan acuan penelitian. Pengujian validitas eksternal (konstruk validity) dilakukan dengan cara membandingkan teori-teori tentang berbagai peubah sebagai suatu konsep yang sudah dipaparkan pada kerangka terori dengan peubah-peubah yang sesungguhnya terjadi di lapangan. Dalam kontek ini, variabel-variabel yang

dijadikan peubah dalam penelitian ini terlebih dahulu dikaji dengan sumber teori yang dijadikan kerangka acuan dalam penelitian ini. Pengkajian ini dilakukan beberapa kali hingga menemukan suatu kesahihan antara peubah- peubah penelitian dengan kerangka konsep teori yang digunakan. Selain kesesuaian antara konsep yang ditua ngkan dengan kenyataan di lapangan, validitas eskternal ini juga diuji melalui pendapat para ahli (jury opinion), yakni petunjuk para ahli yang relevan dengan bidangnya, dalam hal ini diajukan ke komisi pembimbing. Melalui pengujian ini pertanyaan-pertanyaan yang disusun dalam kuestioner dapat mencakup secara tepat semua aspek, fakta, gejala yang terjadi di lapangan. Melalui proses ini, maka dapat dikatakan bahwa validitas eksternal penelitian cukup valid karena adanya kesesuaian antara kenyataan di lapangan yang dituangkan dalam instrumen dengan kerangka konsep / teori penelitian yang digunakan.

3. Kesahihan konkuren berkaitan dengan kesahihan hubungan di antara peubah-

peubah yang ada. Kesahihan ini dituangkan dalam skor yang diperoleh dari hubungan di antara berbagai variabel yaitu: karaktersitik individu anggota KUBE, pola pemberdayaan, lingkungan sosial, dinamika kehidupn kelompok, dan tingkat keberhasilan KUBE. Pengujian kesahihan kongkuren ini dilakukan terhadap hasil uji instrumen terhadap 20 responden yang dilakukan di Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten dengan menggunakan teknik Product

Moment Coeficient Correlation dari Pearson atau dikenal dengan teknik

Korelasi Pearson (Siegel, 1990). Hasil pengujian kesahihan yang dilakukan

diperoleh seperti Tabel 7.

Tabel 7: Pengujian Kesahihan Hubungan Antara Variabel Utama

Variabel Utama (Y1) (Y2)

Karakteristik Individu Anggt KUBR (X1) 0,872 0,798

Pola Pemberdayaan (X2) 0,765 0,778

Lingkungan Sosial (X3) 0,821 0,798

Dinamika Kehidupan Kelompok (Y1) - 0,821

Nilai hubungan terendah sebesar 0,765 yaitu hubungan antara peubah pola pemberdayaan dengan dinamika kehidupan KUBE dan tertinggi sebesar 0,872 yaitu hubungan antara karakteristik individu anggota KUBE dengan dinamika kehidupan KUBE. Ini menunjukkan bahwa hubungan di antara peubah penelitian sangat baik.

Menurut Arikunto (1982) reliabilitas menunjukkan keterpercayaan suatu alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Lebih lanjut dikatakan suatu instrume n dikatakan baik bila instrumen tersebut tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Hal yang senada dikatakan oleh Sellfiz dalam Black dan Champion (1976) keterandalan suatu instrumen berkaitan dengan kemampuan alat ukur untuk mengukur gejala secara konsisten, teliti dan sebagai alat ukur yang tepat dalam mengukur gejala yang sama. Untuk mencapai reliabilitas alat ukur yang maksimal telah dilakukan penyempurnaan instrumen melalui pengujian terhadap 20 responden dengan menggunakan rumus Alpha (Arikunto, 1982) sebagai berikut:

di mana: r11 = Reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan setiap kelompok variabel

? s b2 = Jumlah varian butir s t

2

= varian totoal

Untuk melihat apakah instrumen yang digunakan reliabel atau tidak, maka nilai r11 yang diperoleh dikonfirmasikan dengan nilai t tabel pada taraf

signigikansi 0. 05 persen. Jika nilai rxy tehitung lebih besar dari t tabel, maka

instrumen yang digunakan dinyatakan reliabel, jika sebaliknya maka instrumen dinyatakan tidak reliabel. Dari hasil pengujian yang dilakukan pada taraf signifikansi 0,05 untuk pengujian dua sisi diperoleh hasil seperti Tabel 8 berikut, sedangkan t tabel untuk db = 18 diperoleh sebesar 1.328. Terbukti bahwa t hitung lebih besar dari t tabel yang berarti bahwa alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini cukup reliabel.

k ? s b2 r 11 = [ ---][1- ---]

Tabel 8: Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen

No Variabel Koefisien r11

1. Karakteristik Individu Anggt KUBR (X1) 0,723

2. Pola Pemberdayaan (X2) 0,765

4. Lingkungan Sosial (X3) 0.762

6. Dinamika Kehidupan Kelompok (Y1) 0,812

7. Tingkat Keberhasilan KUBE (Y2) 0,798

Analisis Data

Atas dasar tujuan penelitian, model teoritis yang dikembangkan dan hipotesis yang diajukan, maka metode analisis yang digunakan adalah analisis

deskriptif eksploratif dan analisis hubungan kausal untuk melihat hubungan-

hubungan yang terjadi antara varibael. Untuk menggali dan mendalami serta menggambarkan secara faktual dan akurat berbagai kondisi dan keadaan yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat miskin melalui pendekatan KUBE digunakan tabel-tabel frekwensi, analisis tabel dan grafik-grafik.

Sedangkan untuk melihat pengaruh dan hubungan yang terjadi di antara peubah yang ada digunakan analisis lintasan (path analysis model). Menurut Dilton dan Goldstein (1984) analisis lintas bertujuan untuk (1) melihat dan menjelaskan mekanisme hubungan kausal yang terjadi antar peubah dengan cara menguraikan korelasi menjadi pengaruh langsung dan tidak langsung; (2) dapat menggabungkan keterangan kuantitatif yang diperoleh dari koefisien korelasi dengan keterangan kualitatif melalui hubungan kausal yang telah diformulasikan, dengan demikian dapat menghasilkan suatu interpretasi yang kuantitif; (3) menentukan ukuran pentingnya secara relatif pengaruh langsung dan tidak langsung.

Dalam menerapkan model analisis lintas (path analysis model) dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Menentukan terlebih dahulu model hubungan-hubungan (model analisis path) yang terjadi di antara peubah-peubah yang ada. Didasarkan pada kerangka

teori dan kerangka pemikiran yang sudah dipaparkan sebelumnya, maka model hubungan antara variabel dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti Gambar 5.

Gambar 5: Model Hubungan Antara Variabel

Dalam pemodelan ini, tingkat keberhasilan KUBE ditentukan oleh bagaimana dinamika kehidupan KUBE yang terjadi dan secara tidak langsung dipengar uhi oleh karakteristik individu anggota KUBE, pola pemberdayaan dan lingkungan sosial KUBE. Kemudian dinamika kehidupan KUBE dipengaruhi oleh karakteristik individu anggota KUBE, pola pemberdayaan dan lingkungan sosial KUBE. Dalam hubungan variavel-variabe l ini terlihat bahwa dengan adanya pemberdayaan yang diberikan kepada KUBE terjadi perubahan yang berarti terhadap tingkat keberhasilan KUBE. Hanya saja perubahan tingkat keberhasilan ini ada yang cepat dan ada yang lambat, ada yang disadari betul dan ada yang kurang disadari oleh anggota. Dalam

Tingkat Keberhasilan KUBE (Y2) Karakt Individu Anggota (X1) Lingkungan Sosial (X3) Dinamika Kehidupan Kelompok (Y1) Pola Pemberdayaan (X2)

pemodelan ini, hubungan dan pengaruh sebab akibat yang terjadi di antara variabel dapat terjadi baik secara individual maupun secara bersama-sama di antara peubah-peubah penelitian, tetapi yang diamati melalui model ini adalah perubahan yang terjadi secara kelompok. Ada peubah yang mempunyai pengaruh sangat kuat dan ada yang pengaruhnya kecil.

(2) Menguji keterkaitan hubungan-hubungan di antara satu peubah terhadap peubah lainnya dilakukan melalui pengujian statistik korelasi rank Spearman, dengan rumus sebagai berikut:

N 6 ? di2 i=1 rs = 1 - (N3 – N) di mana : N

?di2 = total jumlah perbedaan ranking di

i=1

rs = koefisien korelasi rank Spearman

N = jumlah pasangan pengamatan antara satu variabel terhadap variabel lainnya

di = perbedaan ranking dari tiap pasangan dari variabel pengamatan

Menurut Siegel (1990) salah satu syarat di dalam penggunaan korelasi rank Spearmen adalah bahwa kedua variabel yang diukur sekurang-kurangnya dalam skala ordinal sehingga objek-objek atau individu-individu yang dipelajari dapat diranking dalam dua rangking berurutan. Dengan demikian penggunaan korelasi rank Spearmen dapat diterapkan dalam pengujian ini.

Untuk pengujian data ordinal melalui uji statistik parametrik, terlebih dahulu dilakukan transformasi data dengan menggunakan rumus transformasi umum seperti berikut:

Jumlah skor yang diperoleh per indikator dikurangi Jumlah skor terkecil

= x 100

Jumlah skor maksimum dikurangi jumlah skor terkecil Indeks

(3) Penentukan komponen utama (principal component analysis) yang bertujuan untuk: (1) menentukan komponen utama yang dapat menerangkan sebanyak mungkin keragaan total data; (2) untuk menentukan peubah yang saling bebas atau tidak berkorelasi; (3) pereduksian dimensi atau peubah yang saling tumpang tindih. Komponen utama ini dapat dihitung dengan persamaan:

KUi = a1 iX1 + a2 iX2 + ……… + apiXn

di mana :

KUi = Komponen utama ke i, di mana i = 1, 2, …n

a1.i = vektor ciri ke i, di mana i = 1, 2, …n

Xn = variabel bebas hingga ke n

(4) Untuk mencari koefisien lintasan, dapat ditelusuri dari model regresi linear berganda (setelah dibakukan) yang terdiri dari n varibel bebas (Dillon dan Golstein, 1994), dengan rumus:

Z0 = p01 Z1 + p02Z2 + ……… + pokZk + pou U

di mana :

Z0 = peubah tak bebas yang dibakukan

Zi = peubah bebas yang dibakukan

poi = koefisien lintas

pou = koefisien lintas peubah sisa

U = peubah sisa

Sedangkan untuk menghitung nilai koefisien lintas peubah sisa dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

P01 = 1 - R12

di mana :

R12 = koefisien determinasi

Dalam analisis penelitian ini dilakukan analisis secara individu dan agregat kelompok. Analisis dengan menggunakan agregat kelompok menunjukkan hasil yang tidak terlalu berbeda dengan analisis unik kelompok dengan menggunakan informasi individu.

Komponen utama merupakan unsur penting dalam keberhasilan KUBE. Komponen utama meliputi 2 hal, yaitu: komponen eksistensi KUBE dan

komponen kedinamisan KUBE. Kedua komponen ini dihasilkan dari peubah- peubah yang ada yang dilakukan melalui uji hubungan antara peubah dan analisis

Dokumen terkait