• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika Kepribadian

Dalam dokumen Kepala Sekolah 27 Pengembangan Kepribadian (Halaman 61-67)

BAB III PSIKOLOGI KEPRIBADIAN: PSIKOANALITIK

E. Dinamika Kepribadian

1. Interaksi antar Struktur Kepribadian

Prinsip Oposisi

Berbagai sistem, sikap dan fungsi kepribadian saling berinteraksi dengan tiga cara, saling bertentangan (oppose), saling mendukung (compensate), dan bergabung menjadi kesatuan (synthese). Prinsip oposisi paling sering tejadi, karena kepribadian berbagai kecenderungan konflik. Menurut Jung, tegangan (akibat konflik) adalah esensi hidup; tanpa itu tidak ada energi dan tidak ada kepribadian. Oposisi muncul dimana- mana–ego versus shadow, introversi versus ekstraversi, berfikir versus berperasaan, dan anima atau animus versus ego (juga saling kompensasi). Oposisi juga terjadi antar tipe kepribadian, ekstraversi versus introversi, pikiran versus perasaan dan pengideraan versus intuisi.

Prinsip Kompensasi

Dipakai untuk menjaga agar kepribadian tidak menjadi neurotik. Umumnya terjadi antara sadar dan tak sadar; fungsi yang dominan pada kesadaran dikompensasi oleh hal lain yang direpres. Misalnya kalau sikap sadar mengalami frustasi, sikap tak sadar akan mengambil alih. Ketika orang tidak mencapai apa yang dipilihnya, dalam tidur sikap tak sadar mengambil alih dan muncul ekspresi mimpi. Arsetip berkompensasi dengan pikiran sadar, anima atau animus berkompensasi dengan karakter feminin atau maskulin.

Prinsip Penggabungan

Menurut Jung, kepribadian terus menerus berusaha untuk menyatukan pertentangan-pertentangan yang ada. Berusaha untuk mensintesakan pertentangan untuk mencapai kepribadian yang seimbang dan integral. Integrasi ini hanya sukses dicapai melalui fungsi transenden.

Fungsi Energi

Interaksi antar struktur kepribadian membutuhkan energi. Jung berpendapat bahwa personaliti adalah sistem yang relatif tertutup, bersifat kesatuan yang saling mengisi, terpisah dari sistem energi lainnya. Kepribadian dapat mengambil energi baru dari proses biologis dan dari sumber eksternal, yakni pengalaman individu, untuk memperkuat energi psikis. Berfungsinya kepribadian tergantung kepada bagaimana energi dipakai. Energi yang dipakai oleh kepribadian di sebut energi psikis, atau energi hidup (life energy). Energi itu tampak dari kekuatan semangat, kemauan dan keinginan, serta berbagai proses seperti mengamati, berpikir, dan memperhatikan. Jung berpendapat ada hubungan saling mempengaruhi antara kekuatan energi fisik dengan kekuatan energi psikis, nemun tidak dijelaskan bagaimana hubungan itu terjadi. Energi psikis berasal dari pengalaman; melalui pengalaman hidup terjadi perubahan energi fisik menjadi energi psikis. Energi psikis kemudian dikonsumsi oleh kepribadiam untuk melakukan semua aktivitas psikis. Namun Jung menyatakan energi psikis sebagai konstruk hipotesis, tidak dapat diukur secara langsung. Energi psikis itu hanya bisa dipahami dari besarnya usaha yang dilakukan pada suatu kegiatan.

Nilai Psikis (Psychic Value)

Ukuran banyaknya energi psikis yang tertanam dalam salah satu unsur kepribadian di sebut nilai psikis (psychic value) dari unsur itu. Suatu ide atau perasaan tertentu dikatakan memiliki value psikis yang tinggi kalau ide atau perasaan itu memainkan peran penting dalam mencetuskan dan mengarahkan tingkah laku. Ide tentang keindahan dikatakan mempunyai nilai psikis yang tinggi pada diri seseorang kalau orang itu mencurahkan energinya (fisik ke psikis) agar dirinya dikelilingi oleh obyek- obyek yang indah, berwisata ke tempat-tempat yang indah, dan seterusnya. Pegawai kebersihan di sekolah yang bekerja sekedar untuk mendapat gaji, bekerja memakai energi fisik yang besar tetapi hanya

memakai energi psikis sedikit. Sebaliknya pegawai yang bekerja penuh perasaan dan perhatian (karena senang dengan jenis pekerjaannya) dan dengan penuh semangat dan pengabdian (karena senang dengan perlakuan pimpinannya), memakai energi fisik yang besar dibarengi dengan energi psikis yang juga besar.

Nilai psikis suatu ide atau perasaan tidak dapat ditentukan secara absolut, tetapi nilai relatifnya (mana yang lebih kuat dari yang lain) dapat dianalisis, misalnya dengan menanyakan dan mengobservasi mana yang lebih dipilih atau lebih disukai seseorang di antara beberapa ide yang diperbandingkan, berapa lama waktu yang disediakan untuk berusaha mencapainya, dan besarnya usaha untuk menembus halangan dalam usaha mencapainya.

Tabel 3.2 Menaksir Value Unconscious

METODE DESKRIPSI

Observasi dan deduksi

Mengamati tingkah laku dan mengamati lingkungan, misalnya, diamati—seorang wanita yang membicarakan ibunya hampir semua percakapan, meniru minat ibunya, meluangkan waktu teman-teman ibunya, memilih membaca buku tentang ibu dan anak, semua pertanda mengacu adanya kompleks ibu.

Jika komplek hanya tampak dalam bentuk tersembunyi, bisa dianalisis elemen tingkah laku yang terpisah dan disimpulkan secara deduktif penyebab yang melatar belakanginya. Misalnya, diamati seorang pria yang patuh tetapi juga semaunya sendiri. Orang tsb mungkin ingin mengontrol orang lain memakai manipulasi yang lembut, suatu kompleks kekuasaan

Indikator Kompleks

Mencatat dan meneliti berbagai gangguan tingkah laku seperti salah ucap atau hambatan ingatan. Memanggil istrinya memakai nama ibunya mungkin ungkapan kompleks ibu. Lupa nama temannya (bernama Siti) ketika ingin mengenalkan kepada orang lain

Reaksi emosional

mencatat reaksinya, antara lain waktu reaksinya dan pola respon fisiologiknya. Respon lambat mungkin menandai bahwa kata itu berasosiasi dan menyentuh komplek yang disembunyikan. Respon fisiologi yang tidak umum (misalnya denyut jantung meningkat) mungkin menunjukkan emosi yang meningkat.

Cara di atas hanya bermanfaat untuk energi psikis yang dipakai dalam kegiatan di tingkat sadar dan tidak banyak menjelaskan energi psikis di tingkat tak sadar. Nilai psikis tak sadar harus ditentukan dengan menganalisis “daya konstelasi unsur inti suatu kompleks”. Kekuatan kompleks adalah jumlah kelompok item atau pengalaman yang dapat disimpulkan berhubungan oleh inti kompleks. Inti kompleks seks misalnya mempengaruhi banyak tingkah laku di sekitarnya, seperti pilihan judul buku yang dibaca, kegiatan olah raga, minat bergaul, koleksi barang, jenis pekerjaan, dan lain-lain. Menaksir kekuatan kompleks itu dapat dilakukan dengan metoda observasi & deduksi, indikator kompleks, dan reaksi emosional sebagaimana diringkas dalam Tabel 3.2.

3. Kesamaan (Equivalence) dan Keseimbangan (Entropy)

Energi psikis bekerja mengikuti hukum termodinamika, yakni prinsip ekuivalen dan prinsip entropy. Prinsip ekuivalen menyatakan, jumlah energi psikik selalu tetap hanya distribusinya yang berubah. Jika energi pada suatu elemen menurun, energi pada elemen lain akan menaik. Misalnya, jika perhatian anak kepada orang tuanya menurun, maka perhatiannya kepada teman sebayanya akan naik. Orang yang energi sadarnya bertambah, energi tak sadarnya akan berkurang.

Prinsip entropy mengemukakan tentang kecenderungan energi menuju ke keseimbangan. Dua benda yang panasnya berbeda, manakala bersentuhan maka benda yang lebih panas akan mengalirkan panasnya ke benda yang lebih dingin, sampai temperatur keduanya sama. Jadi

apabila dua nilai psikis kekuatannya tidak sama, maka energi yang lebih tinggi akan mengalir ke energi yang lebih rendah, sampai terjadi keseimbangan. Misalnya, ekstraversi yang tinggi akan mengalirkan energinya sehingga dalam tak sadar introversinya juga semakin tinggi. Tujuan entropy adalah keseimbangan homostatik. Keseimbangan yang sempurna tidak pernah dapat dicapai, karena sistem kepribadian hanya relatif tertutup, masih dimungkinkan adanya perubahan energi akibat dari adanya konflik di dalam maupun pengaruh dari luar. Naik turunnya energi itu disamping disebabkan oleh perpindahan energi dari bagian satu ke bagian yang lain (ekuivalen) dan mengalirnya energi dari yang kuat ke yang lemah (entropy), bisa juga karena penambahan atau pengurangan energi dari luar, baik dari sistem fisik maupun dari lingkungan.

Hukum umum dari Jung menyatakan bahwa perkembangan hanya satu sisi dari kepribadian akan menimbulkan konflik, sedang tegangan dan perkembangan simultan semua aspek akan menghasilkan harmoni dan kepuasan. Karena bagian atau sistem yang lemah akan selalu berusaha untuk menjadi kuat, bagian dari kepribadian yang sangat kuat terus menerus ditekan oleh bagian lain yang lemah.

4. Tujuan Penggunaan Energi

Energi psikis dipakai untuk dua tujuan utama, memelihara kehidupan (preservation of life) dan pengembangan aktivitas kultural dan spiritual (development of cultural and spiritual activity). Ketika manusia menjadi lebih efisien dalam memuaskan kebutuhan dasar dan kebutuhan biologisnya, mereka mempunyai energi lebih banyak untuk mengembangkan minat kultural. Tujuan-tujuan itu diraih melalui gerak progresi (progression) dan/atau gerak regresi (regression):

a. Progresi adalah gerak maju, berkat keberhasilan ego sadar menyesuaikan tuntutan lingkungan dan kebutuhan tak sadar secara memuaskan, energi akan mendukung gerak progresif

dimana kekuatan-kekuatan yang saling bertentangan disatukan dalam arus yang harmonis.

b. Regresi adalah gerak mundur dari energi psikis akibat adanya frustrasi, sehingga energi psikis itu banyak dikuasai atau dipakai di dalam proses tak sadar. Regresi tidak selalu buruk, karena gerak mundur itu dapat membantu ego menemukan cara mengatasi hambatan, misalnya regresi itu mungkin dapat mengungkap pengetahuan atau kebijaksanaan yang ada dalam ketidaksadaran sebagai arsetip. Regresi semacam itu biasa muncul dalam bentuk mimpi.

Gerakan yang didukung energi bukan hanya maju atau mundur. Ketika lingkungan menentang pemuasan kebutuhan instingtif, ego mempunyai dua macam pilihan pemakaian energi, yakni sublimasi atau represi.

a. Sublimasi adalah mengubah tujuan instingtif yang tidak dapat diterima dengan tujuan yang dapat diterima lingkungan. Ini berarti memindahkan energi dari proses instingtif yang kabur menjadi lebih tegas dan mementingkan tujuan kultural dan spiritual.

b. Represi adalah menekan instingtif yang tidak mendapat penyaluran rasional di lingkungan, tanpa mengganggu ego. Insting itu ditekan ke tak sadar, energi dipakai untuk melakukan berbagai kegiatan yang dapat membuat insting yang ditekan tidak muncul ke kesadaran.

Dalam dokumen Kepala Sekolah 27 Pengembangan Kepribadian (Halaman 61-67)

Dokumen terkait