• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Skema 2. Dinamika Memaafkan Subjek 1 (ES)

c.

d.

Permasalahan yang muncul:

- Pengurusan kebutuhan rumah tangga - Perubahan sikap istri: istri menjadi

lebih cepat marah dan tidak menghormati subjek

- Istri tidak dapat mempunyai keturunan

AWAL SITUASI PERKAWINAN

PERSELINGKUHAN

Cara mengatasi permasalahan dalam perkawinan:

- Melihat permasalahan dengan perasaan positif yang tampak dalam perilaku memahami dan memaklumi perubahan sikap istri

- Sebagai kepala rumah tangga mentukan keputusan penyelesaian masalah

Kegiatan keseharian subjek bersama istri:

- Mengurus kebutuhan rumah tangga - Pada hari minggu: pergi ke Gereja dan

setelah itu membersihkan rumah dan menonton TV

- Menunjukkan perasaan cinta langsung ke tindakan nyata.

Perubahan penilaian:

- Istri menyepelekan subjek sebagai suami Perubahan perasaan:

- Kecewa - Sedih - Bingung - Marah

- Merasa disepelekan oleh istri Respon subjek yang muncul:

- Tidak menunjukkan tindakan kekerasan - Sulit melupakan perselingkuhan - Tidak mempercayai istrinya lagi

Tindakan yang dilakukan:

- Menemukan cara penyelesaian masalah - Komunikasi dengan istri pasangan selingkuhan

istrinya

- Bertanya kepada istri mengenai kebenaran perselingkuhan

- Mengajak istrinya untuk bertemu dengan laki- laki selingkuhan

- Mengajak istrinya berdoa untuk menenangkan diri

- Menasihati dan mengingatkan istrinya bahwa perbuatannya itu salah

Faktor yang mempengaruhi tindakan subjek: - Perasaan cinta

- Kekuatan doa - Permintaan maaf istri

- Kesadaran subjek akan kekurangan diri sebagai suami kurang memberi perhatian pada istri

Perubahan penilaian:

- melihat istri sebagai seseorang yang membutuhkan perhatian, bimbingan dan kasih sayang Perubahan perasaan:

- merasa lebih lega dan bersyukur karena dapat mempertahankan perkawinan

Penilaian subjek terhadap istri:

- Istri yang baik - Setia

- Mau diajak hidup susah

Perubahan aktivitas:

- Subjek dan istri saat ini lebih banyak mempunyai waktu untuk bersama

- Ada waktu di malam hari untuk doa bersama dan sharing mengenai perasaan masing- masing

TENGAH Dinamika Subjek Saat Terjadi Perselingkuhan

AKHIR Proses Subjek dalam

Memaafkan

2. Subjek 2 (DN)

a. Kategorisasi data

1. Penilaian subjek terhadap istri sebelum terjadi perselingkuhan (A1.1).

No Baris Kata Kunci

1-8

18-19

Subjek menilai istrinya sebagai orang yang baik, penyayang,

perhatian dan dapat mengurus keperluan subjek serta anak-

anak.

2. Kegiatan keseharian yang dilakukan subjek bersama dengan istri

sebelum terjadi perselingkuhan (A1.2).

No Baris Kata Kunci

32-36 Kegiatan keseharian subjek dan istri berupa pembagian tugas

dalam mengurus rumah tangga: istri bangun pagi

mempersiapkan sarapan sedangkan suami membantu

membersihkan rumah.

462-467 Kegiatan yang dilakukan oleh subjek dan istri setelah selesai

bekerja yaitu menonton TV dan mengobrol.

50-54 Kegiatan di hari libur yang dilakukan subjek dan istri lebih

banyak menghabiskan waktu di rumah, seperti: membersihkan

rumah, memasak,dan mendengarkan radio.

451-460 Subjek menunjukkan perasaan sayang terhadap istri dengan

3. Permasalahan yang muncul dalam perkawinan subjek sebelum peritiwa

perselingkuhan (A1.3).

No Baris Kata Kunci

65-72

430-436

Permasalahan yang dihadapi oleh subjek dan istri adalah

mengurus kebutuhan rumah tangga dan anak-anak.

4. Cara subjek dalam mengatasi permasalahan yang terjadi dalam

perkawinan (A1.4).

No Baris Kata Kunci

81-83 Cara yang dilakukan subjek dan istri untuk menyelesaikan

tugas-tugas rumah tangga adalah dengan saling pengertian satu

dengan yang lain.

442-445 Subjek yang selalu mengambil keputusan dan tindakan dalam

menyelesaikan permasalahan dalam rumah tangga.

5. Hal yang membuat subjek mengetahui istri telah berselingkuh (T1.1).

No Baris Kata Kunci

104-107 Subjek mengetahui perselingkuhan yang dilakukan oleh istrinya

dari tetangga sekitar rumah.

113-123 Subjek mencoba membuktikan perselingkuhan istrinya dengan

mengikuti istrinya saat pergi. Subjek kemudian melihat dengan

6. Pikiran subjek yang muncul setelah mengetahui istri telah berselingkuh

(T2.2; T3.2).

No Baris Kata Kunci

174-175 Subjek berpikir untuk menceraikan istrinya.

257-259 Subjek berpikiran bahwa istrinya telah menyakiti dan

mengecewakan dirinya.

7. Perasaan yang dialami subjek setelah mengetahui istri telah

berselingkuh (T2.3; T3.3).

No Baris Kata Kunci

121-123 Subjek merasa campur aduk setelah melihat dengan mata

kepala sendiri istrinya berselingkuh.

134-136 143-151 158-171 222-226 231-236 244-246 255-259 477-481 520-521

Subjek merasa benci, marah, bingung, sedih, sakit hati, kecewa,

kesal, diremehkan, ditipu, harga dirinya diinjak-injak oleh

istrinya dan merasa gagal sebagai imam dalam mendampingi

8. Tindakan yang dilakukan subjek setelah mengetahui istri telah

berselingkuh (T2.4; T3.4).

9. Hal yang membuat subjek tetap mempertahankan perkawinan (AK1.1).

No Baris Kata Kunci

239-241 Subjek melihat anak-anak yang masih kecil.

210-216 Dukungan dan nasihat dari ibu subjek.

264-309 Nasihat ulama

292-309

489-491

Subjek menyadari bahwa dirinya belum menjadi kepala rumah

tangga yang baik.

577-585 Subjek mencintai istrinya.

No Baris Kata Kunci

153-155

158-160

Subjek menanyakan kepada istrinya mengenai perselingkuhan

yang telah dilakukan.

187-189 Subjek mengungsikan anak-anak ke rumah nenek mereka.

201-203 Subjek bercerita kepada ibunya mengenai perselingkuhan yang

dilakukan oleh istrinya.

263-269

321-325

Subjek berpikir untuk menyelesaikan masalah dengan menemui

ulama.

330-337

532-537

Subjek mengajak istrinya berbicara untuk menyelesaikan

permasalahan.

338-348 Subjek meminta istrinya untuk mengakhiri hubungan dengan

330-337 Permintaan maaf dari istri subjek.

540-547 Janji yang dibuat oleh subjek dan istrinya untuk saling

memperbaiki sikap.

10. Penilaian subjek terhadap istri setelah memutuskan tetap

mempertahankan perkawinan (AK1.2).

No Baris Kata Kunci

529-532 Subjek melihat istrinya sebagai seseorang yang butuh

didengarkan dan diperhatikan.

547-549 Subjek melihat istrinya sebagai seseorang yang memerlukan

suami yang bisa melindungi dan menjaga kehormatannya.

11. Perasaan subjek setelah membuat keputusan untuk tetap

mempertahankan perkawinan (AK1.3).

No Baris Kata Kunci

361-363 Subjek merasa lebih ringan dalam menghadapi permasalahan.

12. Kesulitan yang dialami subjek ketika memutuskan untuk tetap

mempertahankan perkawinan (AK1.4).

No Baris Kata Kunci

350-353

370-373

514-516

Subjek sulit untuk membangun kepercayaan lagi terhadap

354-355 Subjek masih terbayang-bayang istrinya jalan dengan laki-laki

lain.

13. Pelajaran yang subjek pahami setelah peristiwa perselingkuhan berlalu

(AK1.5).

No Baris Kata Kunci

376-394 Subjek menyadari belum menjadi seorang imam yang baik bagi

istri dan anak-anak.

394-399 Subjek ingin menjaga dan melindungi kehormatan istri.

553-561 Subjek mengubah komunikasi dalam keluarga menjadi dua

arah.

567-573

577-581

Subjek menyadari istrinya bukan orang yang sempurna.

14. Perasaan subjek saat ini menjalani perkawinan setelah peristiwa

perselingkuhan tersebut berlalu (AK2.6).

No Baris Kata Kunci

403-408 Subjek bersyukur karena telah berhasil menghadapi

15. Penilaian subjek setelah peristiwa perselingkuhan tersebut berlalu

(AK2.7).

No Baris Kata Kunci

415-418 Subjek melihat istrinya telah berubah setelah peristiwa tersebut

berlalu. Istri subjek juga mulai mengenakan jilbab.

16. Kegiatan keseharian yang dilakukan subjek bersama dengan istri saat

ini setelah peristiwa perselingkuhan berlalu (AK2.8).

No Baris Kata Kunci

410-412

418-423

599-602

Subjek dan istri menjadi lebih banyak meluangkan waktu untuk

bersama.

606-610 Ada waktu untuk nonton film berdua.

611-614 Kalau hari libur sering keluar untuk makan malam berdua.

b. Analisis deskriptif

1. Awal

Subjek DN mengisahkan bahwa sebelum terjadi peristiwa

perselingkuhan, subjek melihat istrinya sebagai seseorang yang baik,

penyayang dan dapat mengurus keperluan subjek serta anak-anak

(DN, pp 1-8). Sikap istri subjek DN yang baik dan perhatian tersebut

yang membuat subjek tertarik dan memutuskan untuk menikahi

Setelah subjek DN dan istrinya menikah, mereka menjalani

keseharian dengan melakukan pembagian tugas dalam mengurus

rumah tangga. Setiap hari subjek DN dan istrinya saling bekerjasama

dalam mempersiapkan segala kebutuhan mereka. Istri subjek DN

setiap harinya bertugas mempersiapkan sarapan sebelum mereka

berangkat bekerja sementara itu subjek DN membantu membersihkan

rumah (DN, pp 32-36). Aktivitas yang dilakukan oleh subjek DN

bersama dengan istrinya kembali berlanjut setelah mereka berdua

pulang dari bekerja. Setelah pulang dari bekerja subjek DN dan

istrinya biasanya akan menghabiskan waktu dengan menonton TV dan

mengobrol mengenai permasalahan di kantor masing-masing (DN, pp

462-467). Sedangkan aktivitas di hari libur yang subjek DN lakukan

bersama dengan istri sebelum mempunyai anak, lebih banyak

dilakukan di rumah. Pada hari libur biasanya sembari mendengarkan

musik subjek DN akan membersihkan rumah sedangkan istrinya

memasak (DN, pp 50-54). Kegiatan di hari libur subjek DN dan

istrinya sedikit berbeda setelah mereka mempunyai anak pertama.

Setelah mempunyai anak pertama, setiap pagi subjek DN dan istrinya

meluangkan waktu untuk jalan-jalan bersama dengan anak mereka

keliling kampung (DN, pp 56-59).

Dalam hal mengungkapkan rasa sayang kepada istri, subjek DN

menyampaikan bahwa dia bukan merupakan orang yang romantis.

menunjukkan perasaan sayang kepada istri melalui perkataan seperti

“papa sayang mama” (DN, pp 454-455). Selebihnya subjek DN

menunjukkan perasaan sayang kepada istrinya dengan tindakan seperti

mengajak istrinya makan bersama ketika hari ulang tahun pernikahan

(DN, pp 456-460).

Subjek DN merasa bahwa selama menjalani kehidupan

perkawinan sebelum peristiwa perselingkuhan, subjek dan istrinya

tidak pernah mengalami permasalahan. Permasalahan yang terjadi

seperti mengurus kebutuhan rumah tangga dan anak-anak menurut

subjek DN merupakan hal yang biasa terjadi dalam menjalani

kehidupan perkawinan (DN, pp 65-72; DN, pp 430-436). Dalam

menghadapi permasalahan mengurus keperluan rumah tangga seperti

menjaga kerapian dan kebersihan rumah, subjek DN dan istrinya akan

menyelesaikan masalah tersebut dengan saling pengertian satu dengan

yang lain (DN, pp 81-83). Di sisi lain, ketika permasalahan yang

dihadapi menuntut pengambilan keputusan, subjek DN yang selalu

berperan sebagai pengambil keputusan dan tindakan penyelesaian

masalah. Dalam menghadapi permasalahan demikian, subjek DN

jarang mengajak istrinya berdiskusi mengenai cara penyelesaian

2. Tengah

Memasuki usia 11 tahun perkawinan, kehidupan rumah tangga

subjek DN terusik oleh perselingkuhan yang dilakukan oleh istrinya.

Subjek DN tidak pernah menyangka bahwa dia akan menghadapi

permasalahan yang mengacam keutuhan rumah tangganya. Selama

menjalani kehidupan perkawinan, subjek DN mengganggap bahwa

rumah tangganya dalam kondisi yang baik tanpa ada permasalahan

yang mengganggu. Hingga pada suatu ketika, seorang tetangga

meyampaikan kepada subjek DN bahwa istri subjek telah

berselingkuh (DN, pp 104-107). Informasi yang disampaikan oleh

tetangga subjek DN tersebut, tidak begitu saja dipercayai oleh subjek

(DN, pp 107-108). Namun, semakin hari banyak tetangga subjek DN

yang membicarakan permasalahan tersebut (DN, pp 109-110). Situasi

tersebut, membuat subjek DN pada akhirnya ingin membuktikan

kebenaran perselingkuhan yang dilakukan oleh istrinya (DN, pp 113-

114). Subjek DN kemudian memutuskan untuk mengikuti istrinya

pergi. Pada hari itu, subjek DN akhirnya mengetahui bahwa istrinya

telah berselingkuh. Pada waktu itu, subjek DN melihat sendiri bahwa

istrinya telah pergi dengan laki-laki lain (DN, pp 113-123).

Pada saat subjek DN melihat sendiri perselingkuhan istrinya

tersebut, subjek berusaha menahan diri untuk tidak menunjukkan

kemarahannya di depan umum (DN, pp 124-129). Subjek DN

permasalahan tersebut di rumah (DN, pp 140-142). Selama subjek DN

menunggu istrinya pulang ke rumah, banyak perasaan yang

berkecamuk dalam diri subjek. Perselingkuhan yang dilakukan oleh

istri subjek DN membuat subjek memiliki perasaan yang campur aduk

(DN, pp 121-123). Subjek DN merasa marah (DN, pp 134-136; DN,

pp 144; DN, pp 150), sedih (DN, pp 144), kecewa (DN, pp 144; DN,

pp 477-481), dan bingung bagaimana harus betindak (DN, pp 148-

150). Melihat secara langsung perselingkuhan istri, subjek DN juga

timbul perasaan benci kepada istrinya (DN, pp 520-521).

Setelah subjek DN menunggu, akhirnya istrinya pulang. Subjek

DN kemudian segera menanyakan kepada istrinya apa yang dilakukan

hari itu (DN, pp 153-155). Istri subjek DN menjawab kalau dia hari itu

pergi bersama teman-temannya. Mendengar kebohongan istri, subjek

DN bertambah marah (DN, pp 158), kemudian menyampaikan bahwa

hari itu subjek mengikuti istrinya pergi. Subjek DN semakin

bertambah marah (DN, pp 162; DN, pp 166; DN, pp 168) ketika

istrinya malah menyalahkan subjek sebagai suami yang tidak

perhatian. Subjek DN merasa sakit hati (DN, pp 167) mendengar

perkataan istrinya tersebut. Perasaan marah subjek DN terhadap

istrinya membuat subjek berpikir untuk menceraikan istrinya (DN, pp

174-175; DN, pp 234-235). Dalam kondisi yang sangat marah, subjek

Namun, setelah mengucapkan kata perceraian kepada istri,

subjek DN teringat akan anak-anak yang masih kecil (DN, pp 177-

179). Subjek DN menyadari bahwa dengan meceraikan istrinya tidak

akan menyelesaikan masalah. Perceraian yang terjadi justru akan

melukai anak-anak. Subjek DN kemudian memutuskan untuk

mencoba berbicara satu sama lain dengan istrinya. Sebelum subjek

DN memulai pembicaraan dengan istrinya, subjek mengungsikan

anak-anak ke rumah ibunya terlebih dahulu (DN, pp 187-189). Subjek

DN tidak ingin anak-anaknya mengetahui permasalahan yang terjadi

dalam keluarga mereka (DN, pp 191-192). Setibanya subjek DN dan

anak-anak di rumah ibu subjek, subjek DN kemudian menceritakan

mengenai permasalahan yang terjadi dalam rumah tangganya (DN, pp

201-203). Setelah subjek DN mendapatkan nasihat dari ibunya, subjek

memutuskan untuk segera pulang ke rumah dan menyelesaikan

masalah tersebut dengan istrinya. Dalam perjalanan pulang, perasaan

subjek DN masih berkecamuk. Subjek DN merasa kecewa kepada

istrinya (DN, pp 224-226) dan gagal dalam mendampingi keluarganya

(DN, pp 222-224). Selain itu, subjek DN sebagai imam dalam

keluarga juga merasa telah diremehkan dan ditipu oleh istrinya (DN,

pp 231-233). Setelah tiba di rumah, subjek DN mencoba menanyakan

kepada istrinya mengenai perselingkuhan yang telah dilakukan. Istri

subjek DN beralasan bahwa dia melakukan perselingkuhan itu karena

mengganggap bahwa subjek bukan suami yang dapat mengerti

dirinya. Subjek DN merasa kesal dan kecewa (DN, pp 255-259)

mendengar alasan dari istrinya tersebut. Pada waktu itu, subjek DN

membuat keputusan bahwa subjek dan istrinya memerlukan waktu

untuk saling introspeksi (DN, pp 261-263).

Pada saat itu, subjek DN merasa memerlukan bantuan dari

orang lain untuk membimbingnya dalam menyelesaikan permasalahan

tersebut. Keesokan hari, subjek DN memutuskan untuk menemui

seorang ulama (DN, pp 263-269; DN, pp 321-325). Ulama tersebut

kemudian memberikan beberapa nasihat yang membuat subjek DN

menyadari kekurangnya sebagai kepala rumah tangga. Setelah

mendapatkan nasihat dari ulama, subjek DN kembali ke rumah dan

mengajak istrinya untuk berbicara mengenai penyelesaian masalah

tersebut (DN, pp 330-337; DN, pp 532-537). Setelah subjek DN

berbicara dengan istrinya, subjek meminta istrinya untuk segera

mengakhiri hubungan dengan teman selingkuh (DN, pp 338-348).

3. Akhir

Dalam mengambil keputusan untuk tetap mempertahankan

perkawinan, subjek mengalami banyak kesulitan. Pada awalnya,

subjek DN merasa sulit untuk menerima istrinya kembali. Walaupun,

subjek DN sudah mendapatkan nasihat dari seorang ulama, subjek

dialami. Pada waktu itu, subjek DN juga sempat berpisah ranjang

dengan istrinya (DN, pp 504-508). Subjek DN merasa masih belum

dapat melupakan kejadian saat melihat istrinya dengan laki-laki lain

(DN, pp 345-355). Kejadian yang dilihat sendiri oleh subjek DN,

membuat subjek kesulitan untuk membangun kepercayaan kepada

istrinya (DN, pp 350-353; DN, pp 370-373; DN, pp 514-516).

Pada akhirnya kesulitan-kesulitan tersebut dapat dihadapi oleh

subjek DN melalui masa-masa merefleksikan diri. Banyak hal yang

membuat subjek DN memutuskan untuk mempertahankan

perkawinan. Pada waktu itu, yang membuat subjek DN bertahan

adalah melihat anak-anak yang masih kecil (DN, pp 239-241). Subjek

DN sendiri juga menyadari bahwa dia masih mencintai istrinya (DN,

pp 577-585) sehingga dia ingin memberi kesempatan istrinya untuk

berubah. Selain itu, permintaan maaf (DN, pp 330-337) dari istri

subjek DN membuat subjek merasa tenang dan yakin kalau istrinya

dapat berubah. Dukungan dan nasihat dari ibu subjek DN (DN, pp

210-216) juga membuat subjek kuat dalam menghadapi permasalahan

tersebut. Subjek DN menyadari bahwa dia belum dapat menjadi

kepala rumah tangga yang baik (DN, pp 292-309; DN, pp 489-491).

Kesadaran subjek DN ini, membuat subjek ingin memperbaiki

kekurangan dan tetap mempertahankan perkawinan dengan istri.

memperbaiki diri masing-masing dan saling mengingatkan satu sama

lain ketika terjadi suatu permsalahan (DN, pp 540-547).

Setelah memutuskan untuk tetap mempertahankan perkawinan,

pandangan subjek DN terhadap istrinya berubah. Pada awalnya, ketika

subjek DN mengetahui perselingkuhan istrinya, subjek sempat

membenci istrinya dan berkeinginan untuk menceraikan istrinya.

Namun, setelah subjek DN mencoba merefleksikan diri, subjek

melihat istrinya sebagai seseorang yang membutuhkan perhatian (DN,

pp 529-532). Subjek DN juga merasa bahwa istrinya adalah orang

yang butuh dilindungi dan dijaga kehormatan sebagai istri (DN, pp

547-549). Setelah subjek DN memutuskan untuk kembali menerima

istrinya, subjek merasa lebih ringan dan berpikiran postif dalam

menghadapi permasalahan tersebut (DN, pp 361-363).

Setelah merefleksikan diri, subjek DN menjadi dapat memaknai

dengan positif peristiwa yang hampir mengancam keutuhan rumah

tangga. Subjek DN mengambil pelajaran setelah peristiwa itu berlalu.

Subjek DN menjadi belajar bahwa dia harus dapat menjadi imam yang

baik bagi keluarganya (DN, pp 376-394). Mengalami peristiwa

tersebut, subjek DN menyadari bahwa tidak ada orang yang sempurna

di dunia ini, termasuk istrinya (DN, pp 567-573; DN, pp 577-581).

Siapa saja bisa melakukan kesalahan, oleh karena itu subjek DN

menyadari bahwa dia juga memiliki tanggung jawab dalam menjaga

subjek DN menjadi sadar bahwa selama ini dia telah bersikap otoriter

dalam keluarga. Setelah mengalami peristiwa tersebut, subjek DN

belajar untuk mengubah komunikasinya menjadi lebih terbuka. Subjek

DN menjadi memberikan kesempatan pada istrinya untuk ambil

bagian dalam pengambilan keputusan (DN, pp 553-561).

Saat ini, subjek DN dalam menjalani kehidupan perkawinan

merasa bersyukur (DN, pp 403-408) karena telah berhasil

mempertahankan perkawinannya. Setelah menghadapi permasalahan

yang mengancam keutuhan rumah tangga, subjek DN merasa lega

karena dapat menghadapi permasalahan tersebut. Subjek DN juga

merasa senang karena setelah peristiwa itu berlalu banyak perubahan

dalam dirinya dan istrinya. Subjek DN melihat istrinya saat ini

menjadi lebih santun dengan mengenakan jilbab (DN, pp 415-418).

Selain itu, saat ini subjek dan istrinya juga lebih banyak meluangkan

waktu untuk berdua untuk bercerita dan bercanda (DN, pp 410-412;

DN, pp 418-423; DN, pp 599-602). Setelah peristiwa tersebut, subjek

DN dan istrinya juga menjadi mempunyai waktu untuk menonton film

berdua (DN, pp 606-610) dan makan malam berdua di luar (DN, pp

611-614).

Berdasarkan cerita subjek DN mengenai pengalamannya dalam

berproses menghadapi persitiwa perselingkuhan yang dilakukan oleh

istrinya, subjek DN menunjukkan narasi dengan struktur atau alur

narasi yang regresif yaitu subjek DN menemui kesulitan ketika

memutuskan untuk tetap mempertahankan perkawinannya. Subjek DN

merasa belum dapat melupakan rasa sakit yang dialami akibat

perbuatan istrinya. Subjek DN juga mengalami pertentangan batin

antara menceraikan atau tetap mempertahankan perkawinan dengan

istri. Subjek DN yang sudah terlanjur mmebenci istrinya menjadi sulit

untuk mempercayai kembali istrinya. Namun, narasi yang

disampaikan oleh subjek DN berubah menjadi progresif dengan

melihat perjuangan subjek dalam usaha untuk melupakan rasa sakit

akibat perbuatan istri dan melihat istri dengan cara pandang yang

Dokumen terkait