• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendahuluan

Parameter dinamika populasi atau yang lazim disebut dengan parameter populasi meliputi parameter pertumbuhan, rekrutmen dan kematian. Jika salah satu parameter tersebut berubah, maka akan mempengaruhi perubahan struktur dan keberadaan populasi rajungan pada suatu perairan, sehingga keberadaan data struktur dan parameter populasi rajungan merupakan informasi yang dibutuhkan dalam menyusun kebijakan pengelolaan rajungan (Potter et al. 2001; Dineshbabu et al. 2008; Kamrani et al. 2010; Kunsook 2011; Kunsook et al. 2014). Nilai parameter populasi rajungan diantaranya dipengaruhi oleh intensitas penangkapan yang terjadi pada suatu perairan.

Penelitian pendugaan parameter populasi rajungan di Indonesia sebelum tahun 2010 masih jarang dilakukan (Kembaren et al. 2012). Data parameter populasi rajungan sangat dibutuhkan dalam pengelolaan yang rasional untuk mendukung kelestarian populasi rajungan dan keberlanjutan penangkapannya. Penelitian parameter populasi rajungan di Indonesia, diantaranya telah dilakukan di Perairan Bangkalan (Muhsoni dan Abida 2009), Perairan Brebes (Sunarto 2012), Teluk Bone (Kembaren et al. 2012), Perairan Pati (Ernawati 2013), dan Perairan Pangkep (Ihsan et al. 2014). Hasil dari beberapa penelitian tersebut menunjukkan bahwa parameter populasi rajungan juga bervariasi antar lokasi perairan.

Teluk Lasongko terletak di Pulau Muna dan secara administratif termasuk wilayah Kabupaten Buton Tengah Provinsi Sulawesi Tenggara. Perairan ini merupakan daerah penangkapan rajungan di Kabupaten Buton Tengah dan telah lama dilakukan penangkapan oleh nelayan di kawasan Teluk Lasongko. Penangkapan rajungan secara intensif di perairan ini telah terjadi sejak awal tahun 2000-an, akibat permintaan pasar rajungan semakin tinggi (Hamid 2011). Sejak kurun waktu tersebut telah terjadi perubahan penggunaan alat tangkap rajungan dari bubu yang terbuat dari anyaman bambu ke gillnet dasar. Jenis alat tangkap rajungan yang dominan digunakan di Teluk Lasongko pada saat ini adalah bubu lipat. Dampak dari penangkapan intensif dan perubahan jenis alat tangkap yang digunakan tersebut dapat berpengaruh terhadap struktur populasi dan parameter populasi serta keberlanjutan populasi rajungan di Teluk Lasongko.

Parameter populasi dan tingkat eksploitasi rajungan di Teluk Lasongko sampai saat ini belum diketahui. Keadaan ini merupakan salah satu hambatan untuk melakukan upaya pengelolaan rajungan yang rasional di perairan ini. Oleh karena itu, penelitian tentang parameter-parameter populasi dan tingkat eksploitasi rajungan di Teluk Lasongko perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aspek (1) struktur kelompok ukuran, (2) pertumbuhan, rekrutmen dan kematian, serta (3) tingkat eksploitasi populasi rajungan.

Metode Penelitian Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di perairan Teluk Lasongko Kabupaten Buton Tengah. Perairan ini secara administratif terdiri dari dua kecamatan, yaitu Kecamatan Lakudo dan Mawasangka Timur, dan teluk ini terletak pada posisi 05o15’-05o27’ LS dan 122o27’-122o33’ BT (Gambar 2). Penelitian berlangsung mulai dari bulan April 2013 sampai Maret 2014.

Penentuan Stasiun

Lokasi stasiun pengambilan contoh rajungan dilakukan mulai pada bagian kepala teluk sampai bagian mulut teluk, lokasi ini merupakan daerah penangkapan rajungan di Teluk Lasongko. Jumlah stasiun pengambilan contoh rajungan pada penelitian ini sebanyak tujuh stasiun. Stasiun ditentukan berdasarkan kondisi padang lamun, tipe substrat dan kedalaman perairan. Rincian kondisi setiap stasiun telah dijelaskan pada Bab 2.

Pengukuran Parameter Dinamika Populasi Rajungan

Populasi rajungan yang tersebar di Teluk Lasongko dianggap berasal dari satu populasi, karena tidak terpisah oleh hambatan geografis (mulai dari bagian mulut sampai kepala teluk) sehingga saling berinteraksi untuk melakukan aktivitas reproduksi, khususnya untuk melangsungkan perkawinan dan pemijahan secara acak. Rajungan di perairan ini mempunyai pola reproduksi (pemijahan), pertumbuhan dan kematian yang sama pada seluruh perairan Teluk Lasongko. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam analisis parameter dinamika populasi rajungan tidak dipisahkan menurut stasiun dan tipe habitat.

Data yang digunakan untuk analisis parameter dinamika populasi rajungan menggunakan data lebar karapas rajungan yang diperoleh pada setiap periode penangkapan. Data ini telah ditabulasi dalam bentuk distribusi frekuensi ukuran lebar karapas pada setiap kelas ukuran seperti dijelaskan pada Bab 3 bagian distribusi frekuensi kelas ukuran. Parameter populasi rajungan yang dianalisis berdasarkan data tersebut meliputi kelompok ukuran, parameter pertumbuhan (lebar karapas infinitif, koefisien pertumbuhan dan umur teoritis), parameter kematian (kematian total, alami, dan penangkapan), rekrutmen dan tingkat eksploitasi.

Penentuan Kelompok Ukuran

Pemisahan kelompok ukuran rajungan berdasarkan ukuran lebar karapas kedua jenis kelamin rajungan dan dianalisis dengan metode Bhattacharya. Metode ini merupakan salah satu metode grafis untuk memisahkan data sebaran frekuensi lebar karapas rajungan ke dalam beberapa distribusi normal dengan menggunakan FISAT II pada sub program modal progression analysis (Gayanilo et al. 2005).

Pendugaan Parameter Pertumbuhan

Parameter pertumbuhan rajungan jantan dan betina ditentukan dengan persamaan pertumbuhan panjang von Bertalanffy (Sparre dan Venema 1999) dan

dalam menganalisis parameter pertumbuhan rajungan jantan dan betina dilakukan secara terpisah. Parameter pertumbuhan rajungan diduga dengan ELEFAN I sebagai sub program FISAT II (Gayanilo et al. 2005). Persamaan pertumbuhan von Bertalanffy didasarkan pada lebar karapas rajungan sebagai berikut :

LKt = LK∞ [1-e-K(t-to)] ...……….…... (18) LKt lebar karapas rajungan pada saat t (mm), LK∞ lebar karapas infinitif rajungan (mm), K koefisien pertumbuhan von Bertalanffy (tahun-1), t umur dugaan rajungan (tahun), dan to umur teoritis rajungan (tahun). Umur teoritis rajungan diduga dengan menggunakan persamaan empiris (Pauly 1984), yaitu sebagai berikut :

Log-to = -0.3952 - 0.2752 log LK∞ - 1.038 log K ... (19) Indeks performa pertumbuhan berdasarkan Pauly (1984) digunakan untuk membedakan performa pertumbuhan antara rajungan jantan dan betina dengan persamaan seperti berikut :

Ø = log K+2 log LK∞ ... (20) Ø adalah indeks performa pertumbuhan rajungan, LK∞ lebar karapas infinitif rajungan (mm), dan K koefisien pertumbuhan (tahun-1).

Pendugaan Rekrutmen Rajungan

Data yang digunakan untuk menduga nilai rekrutmen terdiri dari data frekuensi ukuran panjang karapas gabungan jantan dan betina, nilai LK∞, nilai K, dan nilai to. Rekrutmen dihitung secara teoritis dengan menggunakan sub program recruitment patterns dari FISAT II (Gayanilo et al. 2005), yaitu dengan memasukkan nilai parameter pertumbuhan von Bertalanffy (LK∞, K dan to), dan akan dihasilkan grafik puncak-puncak rekrutmen rajungan setiap bulan.

Pendugaan Tingkat Kematian dan Eksploitasi

Tingkat kematian total (Z) rajungan juga ditentukan dengan menggunakan program FISAT II (Gayanilo et al. 2005). Data yang digunakan untuk menduga nilai kematian total (Z) rajungan adalah berdasarkan data distribusi frekuensi ukuran lebar karapas rajungan jantan dan betina dengan kurva hasil tangkapan yang dikonversi ke panjang linear dengan interval waktu yang sama (Pauly 1984; Sparre dan Venema 1999; Gayanilo et al. 2005) dan persamaannya sebagai berikut :

ln (N/Δt) = a + bt ... (21)

N jumlah rajungan dalam kelas ukuran tertentu (ekor), Δt waktu yang dibutuhkan

rajungan untuk tumbuh dalam kelas ukuran (tahun), t umur relatif (tahun), a intersep dan b koefisien regresi. Nilai Z sama dengan nilai b yang diperoleh dari persamaan regresi antara logaritma natural dari kurva hasil tangkapan dikonversi ke dalam lebar karapas rajungan yang dihasilkan dengan program FISAT II.

Tingkat kematian alami rajungan (M) diduga dengan menggunakan rumus empiris Pauly (1984) dengan persamaan berikut :

LK∞ lebar karapas infinitif rajungan (mm), K koefisien pertumbuhan rajungan (tahun-1), dan T suhu rataan tahunan perairan Teluk Lasongko (oC). Kematian penangkapan (F) ditentukan berdasarkan pengurangan kematian total (Z) dengan kematian alami (M), dan dihitung dengan persamaan berikut :

F = Z - M ... (23) Tingkat eksploitasi (E) merupakan rasio antara kematian penangkapan (F) dengan kematian total (Z) (Pauly 1984; Sparre dan Venema 1999; Sawusdee dan Songrak 2009; Kamrani et al. 2010 ), sehingga nilai E diduga dengan persamaan berikut :

E = ... (24) Jika nilai E> 0.5 menunjukkan tingkat eksploitasi rajungan tergolong tangkap lebih (overfishing), E=0.5 menandakan tingkat eksploitasi rajungan optimum, dan E<0.5 berarti tingkat eksploitasinya masih rendah (Pauly 1984).

Analisis Hasil Per Rekrutmen Relatif Rajungan

Hasil per rekrutmen relatif (Y’/R) rajungan dianalisis dengan model Beverton dan Holt 966 dalam Gayanilo et al. 2005 yang terdapat dalam program FISAT II dengan pendekatan rekrutmen mata pisau (knife-edge recruitment fishery) (Sparre dan

Venema 1999). Data yang digunakan dalam analisis Y’/R rajungan adalah data

distribusi frekuensi lebar karapas gabungan rajungan jantan dan betina berdasarkan

periode penangkapan. Persamaan yang digunakan dalam analisis Y’/R tersebut adalah sebagai berikut :

Y’/R = E.UM/K

(

... (25)

Nilai U dan m dimasukan dalam persamaan (19) masing-masing diperoleh dari persamaan (26) dan (27) sebagai berikut :

U =

(

)

... (26)

m =

(

) =

)

... (27)

U adalah bagian dari pertumbuhan yang harus dicapai setelah masuk ke dalam fase eksploitasi tertentu, E tingkat eksploitasi, K koefisien pertumbuhan von Bertalanffy

(tahun-1), m koefisien pertumbuhan terhadap kematian total, Lk∞ lebar karapas rajungan

infinitif (mm), LKc lebar karapas rajungan pertama kali tertangkap dengan gill net, F kematian penangkapan, M kematian alami, dan Z kematian total (M+F).

Hasil

Kelompok Ukuran dan Peluang Ukuran Tertangkap

Berdasarkan modal progress analysis dengan metode Bhattacharya diperoleh kelompok ukuran populasi rajungan jantan dan betina yang tertangkap pada setiap periode penangkapan seperti tertera pada Tabel 40. Rajungan jantan yang tertangkap

pada bulan April, Mei, Juli, Agustus, Oktober, November, Februari dan Maret hanya satu kelompok ukuran dengan nilai tengah lebar karapas berkisar antara 99.50 mm hingga 119.10 mm. Nilai tengah lebar karapas jantan terbesar tertangkap pada bulan Oktober, dan terkecil tertangkap pada bulan Februari. Sebaliknya, rajungan jantan yang tertangkap pada bulan Juni, September, Desember dan Januari terdiri dari dua kelompok ukuran. Nilai tengah lebar karapas rajungan jantan kelompok pertama berkisar antara 89.00 mm hingga 97.30 mm, dan kelompok kedua berkisar antara 116.49 mm hingga 124.48 mm. Ukuran rajungan jantan terbesar kelompok pertama tertangkap pada bulan September, dan kelompok kedua tertangkap pada bulan Desember, sedangkan ukuran terkecil tertangkap pada bulan Januari. Jumlah populasi kelompok kedua umumnya lebih banyak dari pada kelompok pertama, kecuali rajungan jantan tertangkap pada bulan September.

Tabel 40. Distribusi frekuensi lebar karapas rajungan jantan dan betina pada setiap periode penangkapan di Teluk Lasongko

Bulan ∑ Kelompok Nilai tengah (mm) Sd (mm) ∑ Populasi Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina April-13 1 1 107.09 104.80 11.11 12.47 61 52 2 139.80 12.35 7 Mei-13 1 1 104.80 107.39 12.80 13.40 100 81 Juni-13 1 1 96.00 104.80 5.88 14.76 28 58 2 120.72 9.09 31 Juli-13 1 1 104.80 107.00 13.04 16.81 43 52 Agus-13 1 1 106.02 106.41 8.77 12.42 28 40 Sept-13 1 1 97.30 114.80 6.01 13.89 14 36 2 123.54 6.72 7 Okto-13 1 1 119.10 123.82 8.52 8.66 38 46 Nov-13 1 1 114.80 118.45 11.92 10.26 25 35 2 139.80 8.10 10 Des-13 1 1 97.00 89.80 8.86 10.45 23 12 2 2 124.48 125.49 8.94 8.25 30 31 Jan-14 1 1 89.00 97.54 8.74 12.01 25 30 2 2 116.49 124.29 8.89 8.52 57 45 Feb-14 1 1 99.50 111.77 13.09 14.36 39 46 Mar-14 1 1 104.80 97.24 12.59 10.71 45 21 2 123.10 14.73 33

Struktur ukuran populasi rajungan betina yang tertangkap pada bulan April, November, Desember, Januari dan Maret ditemukan dua kelompok ukuran dengan nilai tengah lebar karapas rajungan betina kelompok pertama berkisar antara 89.80 mm hingga 118.45 mm, serta kelompok kedua antara 123.10 mm hingga 139.80 mm. Rajungan betina terbesar pada kelompok pertama tertangkap pada bulan November dan terkecil tertangkap pada bulan Desember. Sebaliknya, ukuran terbesar pada kelompok kedua tertangkap pada bulan November dan bulan April, serta ukuran terkecil tertangkap pada bulan Maret. Jumlah populasi rajungan betina kelompok kedua tertangkap pada bulan Desember, Januari dan Maret lebih banyak dari pada kelompok pertama, sebaliknya jumlah populasi rajungan betina kelompok pertama tertangkap pada bulan April dan November lebih banyak dari pada kelompok kedua. Populasi rajungan betina yang tertangkap pada bulan Mei, Juni, Juli, Agustus,

September, Oktober dan Februari satu kelompok ukuran dengan nilai tengah lebar

karapas berkisar antara 104.80 mm hingga 123.82 mm. Rajungan betina terbesar

tertangkap pada bulan Oktober dan terkecil tertangkap pada bulan Juni.

Distribusi frekuensi kelompok ukuran populasi rajungan jantan dan betina di Teluk Lasongko cenderung berbeda. Populasi rajungan jantan yang terdiri dari dua kelompok ukuran ditemukan selama empat bulan dan tidak berada pada periode waktu yang berurutan. Sebaliknya, populasi rajungan betina yang terdiri dari dua kelompok ukuran ditemukan selama lima bulan dan umumnya terjadi pada periode waktu yang berurutan, yaitu mulai dari bulan November hingga Maret (Tabel 40).

Secara umum, struktur populasi rajungan jantan dan betina di Teluk Lasongko bervariasi antar periode penangkapan. Rajungan jantan dan betina tertangkap di perairan ini terdiri dari satu sampai dua kelompok ukuran, namun lehih didominasi oleh satu kelompok ukuran. Rajungan jantan dan betina yang tertangkap di Teluk Lasongko selama penelitian terdiri atas kelompok juvenil, dewasa dan tua, namun didominasi oleh kelompok ukuran dewasa atau matang kelamin. Ukuran rajungan jantan tertangkap di Teluk Lasongko relatif lebih kecil dari pada rajungan betina.

Hasil analisis FISAT II diperoleh peluang ukuran populasi rajungan yang tertangkap dengan gillnet di Teluk Lasongko seperti tertera pada Gambar 35. Lebar karapas populasi rajungan yang tertangkap dengan peluang 25 % , 50 % dan 75 % masing-masing sebesar 97.20 mm, 105.11 mm dan 113.95 mm.

Gambar 35. Peluang ukuran lebar karapas rajungan tertangkap dengan gillnet di Teluk Lasongko

Parameter dan Pola Pertumbuhan Populasi Rajungan

Nilai parameter pertumbuhan von Bertalanffy populasi rajungan jantan dan betina yang tertangkap di Teluk Lasongko tertera pada Tabel 41. Nilai K dan to rajungan jantan lebih besar dibandingkan dengan rajungan betina, sebaliknya lebar

karapas infinitif (LK∞) rajungan jantan lebih kecil dari pada rajungan betina.

Berdasarkan nilai-nilai parameter pertumbuhan tersebut menunjukkan bahwa laju pertumbuhan populasi rajungan jantan lebih cepat dari pada rajungan betina, dan lebih cepat mencapai lebar karapas infinitif dibandingkan dengan rajungan betina.

Tabel 41. Parameter pertumbuhan, indeks performa dan persamaan pertumbuhan von Bertalanffy populasi rajungan di Teluk Lasongko

Jenis Kelamin

Parameter pertumbuhan Indeks performa pertumbuhan

LK∞ (mm) K (tahun-1) to (tahun)

Jantan 152.04 0.93 -0.963 4.309

Betina 173.04 0.68 -0.837 4.332

Persamaan pertumbuhan von Bertalanffy Umur maksimum Jantan Lkt = 152.04 [1-e-0.93(t+0.963)] 3.21 tahun

Betina Lkt = 173.04 [1-e-0.68(t+0.837)] 4.40 tahun

Performa pertumbuhan populasi rajungan jantan dan betina di Teluk Lasongko tertera pada Gambar 36. Indeks performa pertumbuhan rajungan jantan dan betina yang ditemukan pada penelitian ini relatif sama, yaitu sekitar 4.3 (Tabel 41). Lebar

karapas maksimum (0.95 LK∞) rajungan jantan dan betina masing-masing 144.44 mm dan 164.39 mm, serta dicapai pada umur 3.21 tahun untuk jantan dan betina pada umur 4.40 tahun.

Gambar 36. Performa pertumbuhan populasi rajungan jantan dan betina di Teluk Lasongko

Persamaan pertumbuhan von Bertalanffy populasi rajungan jantan dan betina tertera pada Tabel 41, dan kurva pertumbuhan populasi rajungan jantan dan betina tertera pada Gambar 37. Nilai to rajungan menunjukkan bahwa lebar karapas rajungan sama dengan nol. Nilai to rajungan jantan dan betina pada penelitian ini diperoleh masing-masing sebesar -0.963 tahun dan -0.837 tahun. Pada Gambar 37 terlihat pada umur 0.01 tahun sampai 0.41 tahun kecepatan pertumbuhan rajungan jantan dan betina relatif sama, dan pada umur >0.41 tahun sampai 1.61 tahun kecepatan pertumbuhan rajungan jantan relatif lebih cepat dari pada rajungan betina, sebaliknya pada umur >2.01 tahun kecepatan pertumbuhan rajungan betina lebih cepat

dibandingkan dengan pertumbuhan rajungan jantan. Proses pertumbuhan rajungan jantan berlangsung lebih cepat ketika berumur 0.01 tahun sampai 1.65 tahun, dan rajungan betina terjadi pada kisaran umur 0.01 tahun hingga 1.51 tahun.

Gambar 37. Kurva pertumbuhan von Bertalanffy populasi rajungan jantan dan betina di Teluk Lasongko berdasarkan data frekuensi lebar karapas

Berdasarkan lebar karapas rajungan jantan yang tertangkap di Teluk Lasongko selama penelitian, maka umur rajungan jantan berkisar antara 0.4221 tahun hingga 3.819 tahun, serta umur rajungan betina berkisar antara 0.5205 tahun hingga 4.067 tahun. Rajungan jantan dan betina mencapai lebar karapas infinitif masing-masing pada umur sekitar 13.69 tahun dan rajungan betina 17.68 tahun. Namun demikian, pertumbuhan kedua jenis kelamin rajungan ditemukan pada penelitin ini setelah berumur > 3.61 tahun sudah bersifat stasioner (Gambar 37).

Rekrutmen Rajungan

Pola rekrutmen rajungan di Teluk Lasongko yang didasarkan kepada data frekuensi lebar karapas gabungan jantan dan betina hanya terdiri dari satu puncak (Gambar 38). Pada Tabel 42 dan Gambar 38 terlihat bahwa rekrutmen rajungan di perairan ini berlangsung hampir sepanjang tahun dengan proporsi berkisar antara 1.00 % hingga 19.17 %. Proporsi rekrutmen rajungan yang tinggi terjadi mulai dari bulan Juni sampai Oktober, dan tertinggi terjadi pada bulan Juli (19.17 %), sedangkan terendah terjadi pada bulan Desember (1.00 %).

Tingkat Kematian dan Eksploitasi Rajungan

Tingkat kematian rajungan jantan dan betina dengan analisis FISAT II di Teluk Lasongko seperti tertera pada Tabel 43 dan Gambar 39. Tingkat kematian total, alami dan penangkapan rajungan jantan masing-masing sebesar 2.80 tahun-1, 1.09 tahun-1 dan 1.71 tahun-1, serta rajungan betina sebesar 2.95 tahun-1, 0.86 tahun-1 dan 2.09 tahun-1. Hal ini menandakan bahwa tingkat kematian rajungan jantan lebih

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 0. 01 0. 37 0. 73 1. 09 1. 45 1. 81 2. 17 2. 53 2. 89 3. 25 3. 61 3. 97 4. 33 4. 69 5. 05 5. 41 5. 77 6. 13 6. 49 6. 85 7. 21 7. 57 7. 93 Lebar kapar as (m m ) Umur (tahun) Jantan Betina

rendah dari pada rajungan betina, sebaliknya kematian alami dan penangkapan rajungan jantan lebih tinggi dari pada rajungan betina

Tabel 42. Proporsi rekrutmen rajungan setiap bulan di Teluk Lasongko sejak April 2013 sampai Maret 2014

Bulan Rekrutmen (%) Bulan Rekrutmen (%)

April 2013 4.17 Oktober 2013 12.69 Mei 2013 5.12 November 2013 4.72 Juni 2013 13.75 Desember 2013 1.00 Juli 2013 19.17 Januari 2014 4.01 Agustus 2013 14.61 Februari 2014 2.17 September 2013 18.58 Maret 2014 0

Gambar 38. Pola rekrutmen rajungan di Teluk Lasongko

Gambar 39. Grafik kematian total rajungan jantan dan betina berdasarkan kurva konversi hasil tangkapan di Teluk Lasongko

Tingkat eksploitasi populasi rajungan jantan diperoleh di Teluk Lasongko lebih rendah dari pada rajungan betina, yaitu dengan nilai masing-masing 0.61 tahun-1 untuk jantan dan betina 0.71 tahun-1. Hal menunjukkan bahwa populasi rajungan betina yang tertangkap di perairan ini lebih banyak dibandingkan dengan populasi rajungan jantan.

Tabel 43. Nilai kematian total, alami dan penangkapan serta eksploitasi populasi rajungan jantan dan betina di Teluk Lasongko

Jenis Kelamin Parameter kemtian (tahun -1

) Eksploitasi

(tahun-1) Total Alami Penangkapan

Jantan 2.80 1.09 1.71 0.61

Betina 2.95 0.86 2.09 0.71

Analisis Hasil Per Rekrutmen Relatif Rajungan

Analisis hasil per rekrutmen relatif (Y’/R) dan biomasa per rekrutmen relatif

(B’/R) merupakan salah satu model yang digunakan dalam penentuan stok ikan,

termasuk rajungan. Ukuran rajungan pertama tertangkap (LKc) merupakan salah satu parameter yang digunakan dalam analisis hasil per rekrutmen relatif dengan model Berverton dan Holt. Dalam analisis hasil per rekrutmen relatif rajungan digunakan tiga nilai ukuran rajungan pertama kali tertangkap gillnet dengan peluang 25 % (LKc 25 %), 50 % (LKc 50 %), dan 75 % (LKc 75 %) masing-masing sebesar 97.20 mm, 105.11 mm dan 113.95 mm. Parameter populasi rajungan lainnya yang digunakan dalam analisis hasil per rekrutmen relatif model Berverton dan Holt semuanyatertera pada Tabel 44. Dengan memasukkan nilai parameter populasi tertentu, khususnya LKc, M dan K (Tabel 44) dalam model, maka diperoleh tingkat eksploitasi maksimun dalam model, yaitu nilai yang menunjukkan besaran dari tingkat eksploitasi yang aman (tingkatan maksimum lestari).

Tabel 44. Parameter populasi rajungan yang digunakan dalam analisis hasil per

rekrutmen relatif (Y’/R) dengan model Beverton dan Holt

Parameter populasi Satuan Nilai

Lebar karapas infinitif (LK∞) mm 173.04

Koefisien pertumbuhan von Bertalanffy (K ) tahun-1 0.69

Tingkat kematian total (Z) tahun-1 3.42

Tingkat kematian alami (M) tahun-1 0.87

Tingkat kematian penangkapan (F) tahun-1 2.55

Tingkat eksploitasi (E) tahun-1 0.75*)

Ukuran pertama tertangkap (LKc) mm 105.11

Umur teoritis (to) tahun -0.844

*)

tingkateksploitasi gabungan jantan dan betina

Hasil analisis hasil per rekrutmen relatif dan biomasa per rekrutmen relatif model Berverton dan Holt tertera pada Tabel 45 dan Gambar 37. Pada LKc sebesar

97.20 mm (Gambar 40A) tingkat eksploitasi maksimum (E max) sebesar 0.76 tahun-1 dan Y’/R (MSY relatif) sebesar 0.056, tingkat eksploitasi pada E 0.1 sebesar 0.67 tahun-1 dan tingkat eksploitasi pada E0.50 sebesar 0.38 tahun-1. Biomasa per rekrutmen pada saat E max sebesar 0.130 atau sebesar 13 % dari biomasa virgin atau biomasa awal (biomasa tidak ada penangkapan).

E 0.1 ... E 0.5 ... E max ...

Gambar 40. Hubungan tingkat eksploitasi dengan hasil per rekrutmen relatif (Y’/R)

dan biomasa per rekrutmen relatif (B’/R) pada LKc 97.20 mm (A), 105.11 mm (B) dan 113.95 mm (C)

Apabila LKc rajungan berubah menjadi 105.11 mm (Gambar 40B) terjadi perubahan kecepatan tumbuh, maka MSY relatif bertambah sebesar 12.5 % menjadi 0.063 dan E max bertambah 0.83 tahun-1, serta E 0.1 dan E 0.5 masing-masing menjadi 0.71 tahun-1dan 0.39 tahun-1. Sebaliknya, biomasa per rekrutmen relatif mengalami penurunan menjadi 0.091 atau 9.1 % dari biomasa awal. Ketika ukuran rajungan pertama tertangkap (LKc) meningkat menjadi 113.95 mm (Gambar 40C), maka diperoleh E 0.1, E 0.5 dan Emax meningkat masing-masing menjadi 0.81 tahun-1, 0.41 tahun-1 dan 0.91 tahun-1, sebaliknya MSY relatif turun menjadi 0.059, demikian juga biomasa per rekrutmen relatif turun menjadi 0.038 (3.8 % dari biomasa awal).

Tabel 45. Tingkat eksploitasi, hasil per rekrutmen relatif (Y’/R) dan biomasa per

rekrutmen relatif (B’/R) pada tiga ukuran lebar karapas rajungan pertama tertangkap

Parameter populasi Ukuran rajungan tertangkap (mm)

97.20 105.11 113.95 LKc/ LK∞ 0.56 0.61 0.66 M/K 1.261 1.261 1.261 E 0.10 = saat ini 0.67 0.71 0.81 E.0.50 = optimum 0.38 0.39 0.41 E max 0.76 0.83 0.91 Y’/R 0.056 0.063 0.059 B’/R 0.130 0.091 0.038 Pembahasan Struktur Kelompok Ukuran

Struktur kelompok ukuran populasi rajungan jantan dan betina yang tertangkap di Teluk Lasongko berdasarkan analisis gerak maju modus dengan metode Battacharya terdiri dari satu sampai dua kelompok ukuran atau kelompok umur (kohor). Namun demikian, ukuran rajungan betina cenderung lebih besar dibandingkan dengan rajungan jantan. Nilai tengah lebar karapas rajungan jantan berkisar antara 89.00 mm hingga 124.48 mm, sedangkan rajungan betina berkisar antara 89.80 mm hingga 139.80 mm. Struktur kelompok ukuran rajungan yang tertangkap di Teluk Bone terdiri dari satu sampai tiga kelompok ukuran dengan nilai tengah berkisar antara 32,5 mm hingga 147.5 mm (Kembaren et al. 2012), dan di Perairan Brebes terdiri dari dua kelompok ukuran (Sunarto 2012).

Kelompok ukuran dan ukuran modus populasi rajungan jantan dan betina yang ditemukan pada beberapa perairan di Indonesia juga ditemukan bervariasi antar lokasi perairan (Tabel 46). Adanya variasi kelompok ukuran dan modus tersebut berkaitan dengan perbedaan pertumbuhan, kondisi habitat dan lingkungan perairan pada antar lokasi perairan. Struktur ukuran rajungan jantan dan betina di Perairan Pati yang tertangkap setiap bulan ditemukan lebih dari empat modus (Ernawati 2013). Struktur ukuran rajungan jantan di Perairan Lampung Timur terdiri dari dua modus sedangkan rajungan betina hanya satu modus, masing-masing dengan lebar karapas 53.5 mm dan 63.5 mm untuk jantan, dan betina 53.5 mm dan 63.5 mm (Kurnia et al. 2014).

Struktur kelompok ukuran populasi rajungan jantan dan betina di Teluk Lasongko bervariasi atau terjadi pergerakan modus antar periode penangkapan. Populasi rajungan jantan yang tertangkap pada bulan April, Mei, Juli, Agustus, Oktober, November, Februari dan Maret hanya terdiri dari satu kelompok ukuran, sedangkan yang tertangkap pada bulan Juni, September, Desember dan Januari ditemukan dua kelompok ukuran. Sebaliknya, populasi rajungan betina yang tertangkap pada bulan April, November, Desember, Januari dan Maret ditemukan dua kelompok ukuran, sedangkan yang tertangkap pada bulan Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober dan Februari hanya satu kelompok ukuran. Lebar karapas

rajungan jantan yang tertangkap di Teluk Lasongko pada setiap stasiun berkisar antara 49.80 mm hingga 147.70 mm sedangkan lebar karapas rajungan betina berkisar antara 52.10 mm hingga 166.20 mm. Hal ini menunjukkan bahwa rajungan jantan dan betina yang tertangkap di perairan ini selama penelitian terdiri atas kelompok juvenil, dewasa dan tua, namun didominasi oleh kelompok ukuran dewasa. Nilai tengah lebar karapas rajungan jantan kelompok ukuran pertama berkisar antara

Dokumen terkait