• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV TEMUAN PENELITIAN

IV. 7. Dinas Bina Marga

IV. 7. 1. Visi dan Misi

Visi Dinas Bina Marga Kota Medan adalah ”Terwujudnya Prasarana Kota Medan Metropolitan yang Nyaman”.

Adapun misi dari Dinas Bina Marga Kota Medan adalah sebagai berikut. a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana jalan, jembatan, drainase

b. Meningkatkan profesionalisme sumber daya aparatur.

c. Meningkatkan keterpaduan dan kerjasama lintas wilayah dalam pengembangan prasarana jalan, jembatan , drainase dan sumber daya air. d. Mendorong partisipasi masyarakat masyarakat, pemerintah dan swasta

dalam pemeliharaan fungsi prasarana jalan, jembatan, drainase dan sumber daya air.

IV. 7. 2. Struktur Organisasi

Gambar IV. 6.

Struktur Organisasi Dinas Bina Marga Kota Medan

Sumber: Dinas Bina Marga Kota Medan

KEPALA SEKRETARIAT KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SUBBAG UMUM SUBBAG KEUANGAN SUBBAG PENY. PROGRANM BIDANG PERENCANAAN BIDANG JALAN & JEMBATAN BIDANG DRAINASE

BIDANG ALAT BERAT & KENDARAAN

BIDANG ENERGI & SUMBER DAYA MINERAL SEKSI PERENCANAAN

JALAN & JEMBATAN SEKSI PERENCANAAN DRAINASE SEKSI PENGUKURAN SEKSI PEMBANGUNAN JALAN & JEMBATAN SEKSI PEMELIHARAAN JALAN & JEMBATAN SEKSI PEMBANGUNAN DRAINASE SEKSI PEMELIHARAAN DRAINASE SEKSI OPERASIONAL ALAT BERAT SEKSI OPERASIONAL KENDARAAN SEKSI PERBENGKELAN SEKSI PEMANFAATAN SUMBER ENERGI SEKSI PEMANFAATAN SUMBER DAYA MINERAL

IV. 7. 3. Tugas Pokok dan Fungsi

Adapaun tugas pokok dari Dinas Bina Marga adalah melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah dalam bidang pekerjaan umum yang meliputi jalan, jembatan drainase dan sumber daya air termasuk perawatan, pengawasan dan pengamanan bangunan fisik untuk menunjang tercapainya usaha kesejahteraan masyarakat dan melaksanakan tugas pembangunan sesuai dengan bidang tugasnya.

Selanjutnya, yang merupakan fungsi Dinas Bina Marga Kota Medan adalah sebagai berikut.

1. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis dibidang pekerjaan umum.

2. Menyusun program pelaksanaan pembangunan fisik meliputi jalan, jembatan , drainase dan sumber daya air.

3. Mengendalikan pelaksanaan pembangunan fisik jalan-jalan, jembatan , drainase dan sumber daya air serta sarana-sarana milik pemerintah.

4. Melaksanakan pengawasan pembuat jalan, jembatan , drainase dan sumber daya air yang dilaksanakan pihak ketiga.

5. Memberikan izin dalam membantu, mengawasi pelaksanaan pemasangan/penggalian saluran bawah tanah dan izin pembuatan jalan, jembatan dan saluran pembuangan air.

6. Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya.

8. Mengurus Penyewaan alat-alat yang disewa pihak lain.

Dilihat dari tugas pokok dan fungsinya, Dinas Bina Marga berperan dalam pembangunan dan perawatan drainase yang merupakan saluran pembuangan air, baik air hujan maupun air dari rumah-rumah masyarakat. Melalui Dinas Bina Marga, kita dapat mengetahui apa yang menjadi penyebab banjir di Kota Medan terkait dengan drainase yang ada di Kota Medan.

BAB V

ANALISA TEMUAN

V. 1. Penyebab Bencana Banjir

Sebelum membahas mengenai tahap-tahap upaya penanggulangan bencana saat bencana dan pasca bencana, ada baiknya peneliti menjelaskan apa yang menjadi penyebab banjir di kota Medan.

a. Awal Mula Banjir di Kota Medan

Sekali dalam 40 tahun, Kota Medan selalu mengalami banjir akibat penggundulan hutan di daerah Bukitlawang. Namun, akhir-akhir ini hampir tiap bulan Kota Medan dilanda bencana banjir. Ini disebabkan oleh penebangan kayu di hutan. Kayu yang ditebang tersebut tidak dibersihkan sehingga setiap kali hujan datang, sisa-sisa kayu tersebut terbuang ke sungai. Sisa penebangan tersebut menumpuk di sungai dan menahan aliran air sungai selama bertahun-tahun hingga suatu saat ketika hujan deras turun, tumpukan kayu tersebut tidak dapat menahan aliran air sungai. Hingga pada akhirnya, air sungai tersebut mendorong tumpukan kayu. Kuantitas air sungai ditambah dengan air hujan yang turun pun sudah melebihi dari biasanya sehingga merusak kanal (saluran air yang dibuat oleh manusia untuk berbagai keperluan. Umumnya kanal merupakan bagian dari aliran sungai dengan pelebaran atau pendalaman pada bagian tertentu). Maka, setiap kali hujan datang, kanal tidak mampu lagi menampung sehingga terjadilah banjir.

(Wawancara dengan warga Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun, tanggal 19 September 2012)

b. Banjir yang Disebabkan oleh Pembangunan

Pendapat mengenai awal mula banjir di Kota Medan di atas dibenarkan oleh mantan Staf Asisten Ekonomi dan Pembangunan Daerah Kota Medan yang diwawancarai oleh peneliti pada tanggal 19 September 2012. Beliau mengatakan bahwa penyebab banjir yang terjadi di Kota Medan adalah karena pembangunan kanal yang kurang baik (kesalahan teknik pembangunan) sehingga kanal pun tidak berfungsi dengan baik pula. Beliau menjelaskan bahwa Kota Medan dahulu memiliki Jalur Hijau, namun saat ini Jalur Hijau banyak dibangun rumah dan gedung-gedung besar sehingga tempat peyerapan air hujan pun semakin sempit. Sering sekali pembangunan gedung saat ini akhirnya mempersempit aliran sungai dengan mengambil sebagian lahan sungai dengan tujuan agar gedung tersebut tidak mudah rubuh.

Penyebab lainnya juga berasal dari pemerintah Kota Medan dimana dana yang diberikan untuk melaksanakan program di Dinas Bina Marga terbatas sehingga program kerja yang dilaksanakan pun tidak maksimal seperti halnya dalam memperbaiki saluran drainase yang tidak efektif lagi untuk digunakan. (Wawancara dengan Bpk. Sitompul, Kepala Seksi Pembangunan Drainase Dinas Bina Marga Kota Medan, tanggal 9 Agustus 2012)

c. Banjir yang Disebabkan oleh Masyarakat

Gambar V. 1.

Kondisi Banjir di Kecamatan Medan Maimun

Sumber: Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan

Gambar di atas menggambarkan mengenai kondisi banjir yang dialami oleh masyarakat Kecamatan Medan Maimun. Di sekitar air terdapat beberapa potong kayu pohon dan sampah. Ini merupakan salah satu penyebab banjir do Kota Medan.

Penyebab banjir di Kota Medan lainnya adalah sebagian besar berasal dari masyarakat Kota Medan sendiri. Masyarakat Kota Medan sampai saat ini masih sering membuang sampah ke parit. Tumpukan sampah tersebut menyebabkan air tersumbat dan tidak mengalir dengan lancar sehingga mengakibatkan genangan- genangan air. (Wawancara dengan Bpk. Sitompul, Kepala Seksi Pembangunan Drainase Dinas Bina Marga Kota Medan, tanggal 9 Agustus 2012)

V. 2. Koordinasi dalam Upaya Penanggulangan Bencana pada Saat Bencana

Dalam kasus pengkoordinasian upaya penanggulangan bencana banjir di Kota Medan, peneliti memilih untuk fokus ke jenis-jenis koordinasi menurut Sugandha, yaitu menurut lingkupnya, yaitu koordinasi intern (BPBD Kota Medan itu sendiri) dan koordinasi ekstern (BPBD Kota Medan dengan dinas-dinas pemerintah Kota Medan dan kecamatan yang menjadi korban banjir).

V. 2. 1. Koordinasi Intern

Bila dilihat dari salah satu fungsi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Medan yang ada di Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 2 Tahun 2011 Pasal 187 H bagian (b), yaitu pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu dan menyeluruh, maka dapat dipahami bahwa BPBD Kota Medan berperan sebagai koordinator dalam kegiatan penanggulangan bencana di Kota Medan.

Namun dalam pelaksanaannya, seringkali bukan BPBD Kota Medan yang memberi koordinasi ke dinas-dinas pemerintahan Kota Medan yang terkait dalam penanggulangan bencana tetapi dinas-dinas pemerintahan Kota Medan tersebut yang memberi informasi ke BPBD Kota Medan. (Wawancara dengan Bpk. Zailun, Kepala Bidang Pelayanan Sosial Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan, tanggal 7 Agustus 2012)

BPBD Kota Medan dalam hal koordinasi lebih banyak berkoordinasi dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau yayasan yang ruang

kingkupnya berada di dalam negeri (Indonesia) yang tugas dan fungsinya memberi bantuan kepada korban bencana alam banjir. (Wawancara dengan Ibu Yeta, Kepala Seksi Pembinaan Daerah Kumuh dan Penanggulangan Bencana Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan, tanggal 7 Agustus 2012)

BPBD Kota Medan juga tidak ada melakukan pertemuan dengan dinas- dinas atau lembaga yang terkait dengan penanggulangan bencana sebelum dan sesudah bencana alam banjir tersebut terjadi. (Wawancara dengan Bpk. Edi Yusuf, Kepala Seksi Wabah dan Bencana Dinas Kesehatan Kota Medan, tanggal 26 September 2012)

Dari penjelasan kedua dinas di atas dapat ditemukan bahwa kedua dinas pemerintah Kota Medan tersebut bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan tanggung jawab masing-masing dinas tersebut, contohnya Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan dalam hal pemberian bantuan Logistik dan Dinas Kesehatan Kota Medan dalam hal pemberian pelayanan kesehatan dan pemberian obat-obatan tanpa adanya koordinasi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Medan.

Peneliti mengetahui bahwa mekanisme dan proses koordinasi yang baik yang diutarakan dalam kerangka teori (Siagian) adalah dengan melakukan

briefing staf, lalu dengan mengadakan rapat staf serta kunjungan mengenai pelaksanaan keputursan pimpinan organisasi. Dari hasil wawancara dengan kedua dinas pemerintah Kota Medan di atas, peneliti tidak mendapatai adanyta proses koordinasi seperti pendapat Siagian dalam bukunya Administrasi Pembangunan.

Ketika peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Nirwan, selaku Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Medan pada tanggal 19 November 2012, BPBD Kota Medan juga menyetujui pendapat yang diutarakan oleh peneliti melalui pendapat dari dinas-dinas pemerintah Kota Medan tersebut. Memang BPBD Kota Medan belum melakukan program upaya penanggulangan bencana sesuai dengan tugas dan fungsinya karena BPBD Kota Medan baru dibentuk tanggal 7 Juli 2011 dan anggaran akan turun pada tahun 2013. Oleh karena itu, BPBD Kota Medan tidak dapat beroperasi secara maksimal pada tahun 2011 sampai 2012. Namun, BPBD Kota Medan membantah kalau mereka tidak melakukan koordinasi. Walaupun anggaran belum turun, mereka sudah melakukan sebagian hal yang menjadi tugas pokok dan fungsi mereka. Misalnya, dalam hal pemeberitahuan akan adanya bencana alam di Kota Medan. BPBD Kota Medan terlebih dahulu dihubungi oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota Medan. Contohnya pemberitahuan bahwa tiga bulan ke depan akan terjadi hujan lebat dan angin kencang. Mendengar kabar tersebut, maka BPBD Kota Medan menghimbau beberapa dinas agar bertindak dengan cepat agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diharapkan. Seperti contoh, BPBD Kota Medan dengan segera menghimbau Dinas Bina Marga Kota Medan agar segera melakukan pengerukan parit-parit yang sudah tinggi timbunan tanahnya. Lalu BPBD Kota Medan menghimbau juga kepada Dinas Pertamanan Kota Medan agar segera memotong dahan-dahan pohon di tepi jalan yang sudah lebat untuk menghindari dahan tersebut patah ketika angin kecan bertiup. Selanjutnya, kepada Dinas Kebersihan Kota Medan, agar segera membersihkan daun-daun yang

menutup lubang pembuangan air di jalan tersebut. Himbauan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya pohon tumbang dan banjir. Apabila digambarkan maka siklus koordinasi BPBD Kota Medan dalam hal ini adalah sebagai berikut.

Gambar V. 2.

Tahap Koordinasi Pencegahan Bencana BPBD Kota Medan

Koordinasi yang dimaksud di sini adalah bersifat pemberitahuan dan mengarahkan. Dalam melakukan pengarahan tersebut, BPBD Kota Medan tidak melakukan pertemuan dengan dinas-dinas pemerintah Kota Medan atau badan lainnya, tetapi BPBD Kota Medan menghimbau instansi pemerintah tersebut dengan menggunakan surat yang telah ditandatangai oleh Bapak Walikota Medan agar mereka melakukan tugas yang seharusnya mereka kerjakan dalam upaya pencegahan terjadinya bencana banjir di Kota Medan.

Tidak maksimalnya koordinasi BPBD Kota Medan dalam pemberian bantuan juga didukung oleh situasi kantor BPBD Kota Medan yang masih menumpang di Sekretariat Dewan Pengurus Daerah KORPRI Kota Medan sehingga BPBD Kota Medan sulit untuk mengumpulkan bahan bantuan karena tidak memiliki gudang dan kantor sendiri.

Mengenai peralatan untuk melakukan tanggap darurat, BPBD Kota Medan sudah memiliki peralatan, tetapi masih dipegang oleh instansi pemerintah yang

BMKG Kota Medan BPBD Kota Medan Dinas-Dinas Pemerintah Kota Medan

tugas pokok dan fungsinya sampai saat ini masih menangani masalah bencana. Contoh peralatan tersebut adalah perahu karet BPBD Kota Medan yang masih dipegang oleh Dinas Sosial Kota Medan dan tenda pengungsian yang masih dipegang oleh KESBANGLINMAS Kota Medan. Peralatan tersebut belum diserahkan kapada BPBD Kota Medan karena BPBD Kota Medan belum memiliki kantor sendiri (masih menumpang). Koordinasi juga tidak maksimal karena BPBD Kota Medan belum mempunyai mobil untuk pengangkutan bantuan logistik. BPBD Kota Medan masih meminjam dan meminta bantuan dari pusat untuk pangangkutan bantuan logistik. Sejauh ini, peralatan tanggap darurat yang dimiliki BPBD Kota Medan masih perahu karet dan tenda seturut dengan bencana yang ada di Kota Medan, yaitu banjir bandang dan kebakaran.

Tidak salah apabila Dinas Sosial Kota Medan dan KESBANGLINMAS Kota Medan masih mengerjakan upaya penanggulangan bencana karena hal tersbut masih menjadi tugas dan fungsi mereka. Tugas dan fungsi itu akan dilaksanakan oleh BPBD Kota Medan apabila di antara BPBD Kota Medan dan dinas-dinas pemerintah Kota Medan yang sampai saat ini masih mengerjakan tupoksi mengenai upaya penanggulangan bencana melakukan serah terima, baik mengenai tugas pokok dan fungsi maupun mengenai peralatan penanggulangan bencana.

Dalam hal kerja sama, setiap tahap upaya penanggulangan bencana BPBD Kota Medan bekerja sama dengan beberapa dinas pemerintah Kota Medan. Dalam tahap Pra Bencana (pencegahan dan kesiapsiagaan) BPBD Kota Medan bekerja sama dengan Kesatuan Bangsa dan Lingkungan Masyarakat (KESBANGLIMAS)

Kota Medan. Selanjutnya, dalam tahap Saat Bencana (kedaruratan dan logistic) BPBD Kota Medan bekerja sama dengan Dinas Sosial Kota Medan dan Dinas Kesehatan Kota Medan. Lalu, dalam tahap Pasca Bencana (rehabilitasi dan rekonstruksi) BPBD Kota Medan bekerja sama dengan Dinas Bina Marga Kota Medan dan Dinas Perumahan dan Pemukiman Kota Medan. BPBD Kota Medan juga bekerja sama dengan PMI, LSM TNI/POLRI dan beberapa yayasan dalam hal memberikan bantuan, baik bantuan tenaga dan logistik.

Perlu diketahui yang menjadi perbedaan pemberian bantuan logistik yang dilakukan oleh BPBD Kota Medan dengan Dinas Sosial Kota Medan adalah bantuan BPBD Kota Medan bersumber dari APBD dan APBN sedangkan sumber bantuan Dinas Sosial Kota Medan berupa stok dari Kementrian Sosial Republik Indonesia lalu diturunkan ke Pemerintah Provinsi Sumatera Utara lalu diturunkan lagi ke Pemerintah Kota Medan.

V. 2. 2. Koordinasi Ekstern

Koordinasi ekstern yang dimaksud di sini adalah koordinasi antara BPBD Kota Medan dengan dinas-dinas pemerintah Kota Medan yang tugas dan fungsinya terkait dengan upaya penanggulangan banjir, khususnya pada tahap upaya penanggulangan banjir saat bencana serta koordinasi BPBD Kota Medan dan dinas-dinas pemerintah Kota Medan tersebut ke Kecamatan Medan Maimun yang menjadi salah satu korban bencana alam banjir di Kota Medan.

a. Bantuan Logistik

Dalam upaya penanggulangan bencana pada tahap saat bencana dalam hal bantuan logistik, peneliti memcari informasi dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan dan diketahuilah bahwa dalam memberikan bantuan, khususnya bencana alam banjir, Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan memiliki ketentuan yang diterapkan. Pertama, apabila semuanya hanyut dan tidak ada barang yang dapat diselamatkan/rusak total. Kedua, apabila hujan yang melanda wilayah tersebut menyebabkan banjir yang tidak surut lebih dari satu hari. Ketiga, terdaftar sebagai warga yang kurang mampu. Apabila ketiga ketentuan tersebut terpenuhi maka bantuan akan segera diberikan yang diturunkan oleh Kementrian Sosial melalui Dinas Sosial Propinsi lalu ke Dinas Sosial Kota Medan.

Gambar V. 3.

Pemberian Bantuan Logistik Kepada Korban Banjir Melalui Kecamatan

Ada tiga jenis bantuan yang diberikan yaitu sebagai berikut.

1. Bantuan logistik, seperti makanan yaitu beras, sambal saos, kecap manis, mi goreng, sardencis, mi instan, telur, roti dan gula.

2. Bantuan sandang, seperti kain sarung, daster, seragam SD, handuk, selimut, kain panjang, kemeja laki-laki dan pembalut wanita.

3. Bantuan peralatan dapur, seperti teko aluminium, panci serba guna, tempat nasi, piring melamin, kidsware, family kid (perlengkapan bayi), rantang stainless steel, mug stainless steel, gelas melamin, matras, tikar lipat, wajan dan centong nasi.

Gambar V. 4.

Pengumpulan Bantuan Logistik

Sumber: Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan

Ini adalah bantuan yang paling umum diberikan oleh Dinas Sosial Kota Medan dan bantuan ini diberikan kepada setiap kepala keluarga (KK) korban

bencana banjir. Bila dilihat dari Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Nomor 18 Tahun 2009 tentang Standarisasi Sumber Daya Logistik, pemberian bantuan yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan sesuai dengan standar yang dijelaskan dalam peraturan tersebut. Namun, dalam hal korban banjir yang diberikan bantuan, Peraturan Kepala BNPB tidak mencatumkan ketentuan seperti apa kondisi korban tersebut. Peneliti tidak mengetahui apa yang menjadi dasar hukum dinas tersebut dalam membuat ketentuan tersebut. Yang peneliti ketahui, ketentuan tersebut sudah dari dahulu diterapkan oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan sampai saat ini.

.

Dinas Sosial Kota Medan juga memberikan bantuan pada saat pengungsian, yaitu tenda, apabila dibuthkan pada saat tanggap darurat bencana yang mencakup sekitar tiga, lima, atau tujuh hari. Tenda ini berfungsi untuk tempat pengungsian dan untuk pembuatan dapur umum dimana tempat memasak kebutuhan makan.

Bukan hanya itu, Dinas Sosial Kota Medan juga menyediakan perahu karet yang berfungsi untuk evakuasi apabila ada korban bencana banjir yang tenggelam. Namun, apabila barang atau harta benda korban bencana banjir tidak hanyut semua, maka bantuan diberikan oleh Dinas Sosial Kota Medan adalah bantuan yang mereka butuhkan saja. Seperti mereka hanya membutuhkan bantuan logistik saja, maka hanya bantuan logistik yang diberikan kepada korban banjir tersebut. (Wawancara dengan Ibu Yeta, Kepala Seksi Pembinaan Daerah Kumuh

dan Penanggulangan Bencana Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan, tanggal 7 Agustus 2012)

Sejauh ini, Kota Medan belum memiliki kampung siaga bencana. Kampung Siaga Bencana (KSB) adalah suatu wilayah komunitas yang disiapkan untuk mengelola seluruh aspek dan proses penanggulangan bencana berbasis komunitas (masyarakat) mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan pengendalian, agar masyarakat memiliki kemampuan melakukan berbagai hal berkaitan dengan pengurangan ancaman, risiko dan dampak bencana secara mandiri pada skala terbatas, terutama saat pertama kali terjadi bencana. KSB dibuat untuk dapat meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana melalui peran aktif masyarakat. Melalui KSB dapat terkondisikan masyarakat yang berdaya dan lebih siap berpartisipasi dalam pembangunan.

Dalam mendata korban banjir, Dinas Sosial Kota Medan bekerja sama dengan kelurahan dan kecamatan yang menjadi wilayah tempat lokasi kejadian banjir terjadi. (Wawancara dengan Ibu Yeta, Kepala Seksi Pembinaan Daerah Kumuh dan Penanggulangan Bencana Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan, tanggal 7 Agustus 2012)

b. Bantuan Pelayanan Kesehatan

Dalam upaya penanggulangan bencana pada tahap saat bencana dalam hal pelayanan kesehatan, peneliti memcari informasi dari Dinas Kesehatan Kota Medan dan diketauhi bahwa bukan hanya pelayanan kesehatan yang dilakukan

oleh Dinas Kesehatan Kota Medan tetapi dalam hal pemberian bantuan obat- obatan juga ditangani oleh Dinas Kesehatan Kota Medan.

Masalah kesehatan yang paling sering dialami oleh korban banjir adalah demam, batuk, ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut), luka dan penyakit kulit. Obat-obatan yang dberikan juga sesuai dengan kadar penyakitnya dan usia. Dinas Kesehatan Kota Medan bekerja sama dengan Puskesmas di lingkungan setempat dalam memberi bantuan obat dan dibantu oleh TAGANA (Taruna Siaga Bencana) dan PMI (Palang Merah Indonesia). Dalam pemberian pelayanan kesehatan, Dinas Kesehatan Kota Medan bekerja sama dengan TAGANA dan PMI untuk mendirikan posko kesehatan bagi korban yang rumahnya tidak bisa ditempati lagi karena terendam banjir. Apabila dalam kejadian banjir tersebut ada korban yang mengalami luka parah dan tidak bisa ditangani ditenpat, maka Dinas Kesehatan Kota Medan segera membawa korba ke Rumah Sakit terdekat dan diberikan pengobatan gratis secara otomatis melalui kartu Medan Sehat dan Jamkesmas. (Wawancara dengan Bpk. Edi Yusuf, Kepala Seksi Wabah dan Bencana Dinas Kesehatan Kota Medan, tanggal 26 September 2012)

Tabel V. 1.

Data Obat-Obatan yang Diberikan Dinas Kesehatan Kota Medan

Nama Obat Jumlah

Amoksiline Kapsul 500 mg Antalgin Tablet 500 mg

Antasida Doem Tablet Kombinasi Deksa Metsoa Injeksi 5 mg/ml -1 ml

1000 3000 5000 2000

Dekstrometorfan HBr Sirup 10 mg.5ml Didenhidramin HCl Injeksi 10 mg/ml -1 ml Etakridia (Rivanol) Larutan 0,1 %

Gliserol Guayakolat Tablet 100 mg Kapas Pembalut Absorben 200 mg Kasa Kompres 40/40 steril

Kasa Pembalut Hidofil 4 m x 15 cm

Klorfeniramina Maleat (CTM) Tablet 4 mg Kotrimorazol Tablet Pediatrik, Kombinasi Metronidazol Tablet 500 mg

Oksitetrasiklina HCl Salep Mata 1 % Oksitetrasiklina HCl Salep Mata 3 % Paracetamol Sirop 120 mg/5 ml Paracetamol Sirop 500 mg Plester 5 yards x 2 inch Sianokobalamina (Vit. B12) Tiamin HCl/Monomitrat (Vit. B1) Vit B Komplek

Yodium Povidon Lenta 10 % 10 ml Asam Metamanat

Serum Bisa Ular NaCl Natrium Bikarbonat 2000 30 100 3000 3 100 10 3000 2000 500 3 3 5000 500 5 100 5000 1000 1000 1000 10 1000 1

Spait 3 ml 200

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Medan

c. Tanggapan Korban Bencana Banjir

Sebagian masyarakat yang menjadi korban bencana alam banjir pada bulan Januari tahun lalu (2011) juga berpendapat bahwa bantuan yang diberikan ke mereka tidak disalurkan. Mereka sudah menjerit-jerit di kantor kelurahan, tapi tidak ada bantuan makanan yang datang. Bahkan banyak warga pada saat itu berunjuk rasa ke kantor kelurahan sertempat karena sudah dua hari pasca bencana banjir mereka belum mendapat bantuan. (Wawancara dengan warga Kelurahan

Dokumen terkait