• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEOR

3. Dinasti Al Ayyubiyah

a. Berdirinya Dinasti Ayyubiyah

Bani Ayyubiyah merupakan keturunan Ayyub suku Kurdi.

Pendiri dinasti ini adalah Salahuddin Yusuf al-Ayyubi putra dari

Najamuddin bin Ayyub. Pada masa Nuruddin Zanki (Gubernur

Suriah dari bani Abbasiyah), Salahuddin diangkat sebagai kepala

garnisum di Balbek.

Kehidupan Salahuddin Yusuf al-Ayyubi penuh dengan

perjuangan dan peperangan. Semua itu dilakukan dalam rangka

menunaikan tugas negara untuk memadamkan sebuah

pemberontakan dan juga dalam menghadapi tentara salib (Lapidus,

1999:118).

Perang yang dilakukannya dalam rangka untuk mempertahankan

dan membela agama. Selain itu Salahuddin Yusuf al-Ayyubi juga

seorang yang memiliki toleransi yang tinggi terhadap umat agama

lain, hal ini terbukti:

1) Ketika beliau menguasai Iskandariyah ia tetap mengunjungi

orang-orang Kristen

2) Ketika perdamaian tercapai dengan tentara salib, ia

mengijinkan orang-orang kristen berziarah ke Baitul Makdis.

(Lapidus dkk, 1999:221)

Keberhasilan beliau sebagai tentara mulai terlihat ketika ia

27

dari Nuruddin Zanki untuk membantu Bani Fatimiyah di Mesir yang

perdana menterinya diserang oleh Dirgam. Salahuddin Yusuf al-

Ayyubi berhasil mengalahkan Dirgam, sehingga beliau dan

pamannya mendapat hadiah dari Perdana Menteri berupa sepertiga

pajak tanah Mesir, akhirnya Perdana Menteri Syawar berhasil

menduduki kembali jabatannya pada tahun 1164 M. (Mukti,

2008:98).

Tiga tahun kemudian, Salahuddin Yusuf al-Ayyubi kembali

menyertai pamannya ke Mesir. Hal ini dilakukan karena Perdana

Menteri Syawar bersekutu/ bekerjasama dengan Amauri yaitu

seorang panglima perang tentara salib yang dulu pernah membantu

Dirgam. (Mukti, 2008:112). Maka terjadilah peperangan yang

sangat sengit antara pasukan Salahuddin dan pasukan Syawar yang

dibantu oleh Amauri. Dalam peperangan tersebut pasukan

Salahuddin berhasil menduduki Iskandariyah, tetapi ia dikepung

dari darat dan laut oleh tentara salib yang dipimpin oleh Amauri.

Akhirnya peperangan ini berakhir dengan perjanjian damai pada

bulah Agustus 1167 M, yang isinya adalah sebagai berikut:

1) Pertukaran tawanan perang

2) Salahuddin Yusuf al-Ayyubi harus kembali ke Suriah

3) Amauri harus kembali ke Yerusalem

28

Sebagai mana dijelaskan dalam Textbook Sejarah dan

Kebudayaan Islam, Pada tahun 1169 tentara salib yang dipimpin

oleh Amauri melanggar perjanjian damai yang disepakati dahulu

yaitu Dia menyerang Mesir dan bermaksud untuk menguasainya.

(1981:183). Hal itu tentu saja sangat membahayakan keadaan umat

Islam di Mesir, karena:

1) Mereka banyak membunuh rakyat di Mesir

2) Mereka berusaha menurunkan Khalifah al-Adid dari

jabatannya

Khalifah al-Addid mengangkat Asaduddin Syirkuh sebagai

Perdana Menteri Mesir pada tahun 1169 M. ini merupakan pertama

kalinya keluarga al-Ayyubi menjadi Perdana Menteri, tetapi sayang

beliau menjadi Perdana Menteri hanya dua bulan karena meninggal

dunia. Khalifal al-Adid akhirnya mengangkat Salahuddin Yusuf al-

Ayyubi menjadi Perdana Menteri menggantikan pamannya

Asaduddin Syirkuh dalam usia 32 tahun. Sebagai Perdana Menteri

beliau mendapati gelah al-Malik an-Nasir artinya penguasa yang

bijaksana sejalan dengan yang digambarkan Bosworth, (1980:199) .

Setelah Khalifah al-Adid (Khalifah Dinasti Fatimah) yang

terakhir wafat pada tahun 1171 M, Salahuddin Yusuf al-Ayyubi

berkuasa penuh untuk menjalankan peran keagamaan dan politik.

Maka sejak saat itulah Dinasti Ayyubiyah mulai berkuasa hingga

29 b. Penguasa Dinasti Ayyubiyah

Bosworth menjelakan selama lebih kurang 75 tahun dinasti Al-

Ayyubiyah berkuasa, terdapat 9 orang penguasa yakni sebagai

berikut :

1) Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi (1171-1193 M)

2) Malik Al-Aziz Imaduddin (1193-1198 M)

3) Malik Al-Mansur Nasiruddin (1198-1200 M)

4) Malik Al-Adil Saifuddin, pemerintahan I (1200-1218 M)

5) Malik Al-Kamil Muhammad (1218-1238 M)

6) Malik Al-Adil Sifuddin, pemerintahan II (1238-1240 M)

7) Malik As-Saleh Najmuddin (1240-1249 M)

8) Malik Al-Mu’azzam Turansyah (1249-1250 M)

9) Malik Al-Asyraf Muzaffaruddin (1250-1252 M). (1980:143)

Dalam uraian berikut akan dibahas mengenai penguasa-

penguasa yang menonjol, yaitu:

1) Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi (1171-1193 M)

2) Malik Al-Adil Saifuddin, pemerintahan I (1200-1218 M)

3) Malik Al-Kamil Muhammad (1218-1238 M)

Penguasa tersebut masing-masing memiliki kisah sejarah

panjang dalam meletakkan kekuasaan dan membangun perubahan

30

1) Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi (1171-1193 M)

Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi tidak hanya dikenal

sebagai seorang panglima perang yang gagah berani dan

ditakuti, akan tetapi lebih dari itu, beliau adalah seorang

yang sangat memperhatikan kemajuan pendidikan. Salah

satu karya monumental yang disumbangkannya selama

beliau menjabat sebagai sultan adalah bangunan sebuah

benteng pertahanan yang diberi nama Qal’atul Jabal yang

dibangun di Kairo pada tahun 1183 M. (Boswort, 1980:156)

Selain itu beliau juga merupakan salah seorang Sultan

dari dinasti Ayyubiyah yang memiliki kemampuan

memimpin. Hal ini diketahui dari cara Salahuddin Yusuf Al-

Ayyubi dalam mengangkat para pembantunya (Wazir) yang

terdiri dari orang-orang cerdas dan terdidik. Mereka antara

lain seperti Al-Qadhi Al-Fadhil dan Al-Katib Al-Isfahani.

Sementara itu sekretaris pribadinya bernama Bahruddin bin

Syadad, yang kemudian dikenal sebagai penulis Biografinya.

Mubarok menerangkan Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi

tidak membuat suatu kekuasaan yang terpusat di Mesir.

Beliau justru membagi wilayak kekuasaannya kepada

saudara-saudara dan keturunannya. (Mubarok, 2004:102).

Hal ini mengakibatkan munculnya beberapa cabang dinasti

31

a) Kesultanan Ayyubiyah di Mesir

b) Kesultanan Ayyubiyah di Damaskus

c) Keamiran Ayyubiyah di Aleppo

d) Kesultanan Ayyubiyah di Hamah

e) Kesultanan Ayyubiyah di Homs

f) Kesultanan Ayyubiyah di Mayyafaiqin

g) Kesultanan Ayyubiyah di Sinjar

h) Kesultanan Ayyubiyah di Hisn Kayfa

i) Kesultanan Ayyubiyah di Yaman

j) Keamiran Ayyubiyah di Kerak

Salahuddin Yusuf al-Ayyubi dianggap sebagai

pembaharu di Mesir karena dapat mengembalikan mazhab

sunni. Melihat keberhasilannya itu Khlaifah al-Mustadi dari

Bani Abbasiyah memberi gelar kepadanya al-Mu’izz li Amiiril mu’miniin (penguasa yang mulia). Khalifah al- Mustadi juga memberikan Mesir, an-Naubah, Yaman,

Tripoli, Suriah dan Maghrib sebagai wilayah kekuasaan

Salahuddin Yusuf al-Ayyubi pada tahun 1175 M. sejak saat

itulah Salahuddin dianggap sebagai Sultanul Islam Wal

Muslimiin (Pemimpin umat ilam dan kaum muslimin).

Mubarok menjelaskan Di antara orang-orang yang iri

dan melakukan pemberontakan terhadap Salahuddi Yusuf al-

32

a) Pemberontakan yang dilakukan Nuruddin Zanki, ia

memberontak karena kebesaran namanya tersaingi oleh

Salahuddin Yusuf al-Ayyubi

b) Pemberontakan yang dilakukan Hijab (Kepala rumah

tangga Khalifah al-Adid), ia memberontak karena

merasa hak-haknya banyak dikurangi.

c) Pemberontakan yang dilakukan oleh kaum Asassin

yang dipimpin oleh Syakh Sinan karena merasa

tersaingi.

d) Pemberontakan yang dilakukan Zanki, kelompok ini

merupakan permbela Al-Malik as-Salih yang

bersekongkol dengan al-Gazi (penguasa Mosul dan

paman Malik as-Salih Ismail) yang beusaha

menjatuhkan Salahuddin Yusuf al-Ayyubi karena

merasa tersaingi. (Mubarok, 2004:182)

Sejalan dengan gambaran dalam buku Sayyid Al-Wakil,

Perang melawan tentara salib yang pertama adalah melawan

Amalric 1, taja Yerusalem, yang kedua melawan Baldwin IV

(putra Amalric 1), yang ketiga melawan Raynald de

Chatillon (penguasa benteng Karak di sebelah tidur laut

mati), yang keempat melawan Raja Baldwin V sehingga

kota-kota seperti Teberias, Nasirah, Samaria, Suweida,

33

Maqdis berhasil dikuasai oleh Salahuddin Yusuf al-Ayyubi.

(Sayyid, 1998:321)

Selanjutnya Sayyid menerangkan Selain Clement III,

para penguasa Eropa yang membantu dalam perang

melawan Salahuddin Yusuf al-Ayyubi adalah:

a) Philip II, Raja Prancis

b) Rivhard I, The Lion Heart (Hati Singa), Raja Inggris

c) William, raja Sisilia

d) Frederick Barbafossa, Kaisar Jerman. (Sayyid,

1998:314)

Setelah perang melawan tentara salib selesai, Salahuddin

Yusuf al-Ayyubi memindahkan pusat pemerintahannya dari

Mesir ke Damaskus, dan dia meninggal di sana pada tahun

1193 M dalam usia 57 tahun.

2) Malik Al-Adil Saifuddin, pemerintahan I (1200-1218 M)

Dalam karangan Muhammad Syahyim, Malik Al-Adil

Saifuddin sering dipanggil Al-Adil nama lengkapnya adalah

al-Malik al-Adil saifuddin Abu Bakar bin Ayyub. Dari nama

Sifuddin inilah tentara salib memberi julukan Saphadin.

Beliau putra Najmuddin Ayyub yang merupakan saudara

muda Salahuddin Yusuf al-Ayyubi. (Syahyim, 2003:186)

Setelah kematian Salahuddin, Ia menghadapi

34

siapa yang berhak menjadi penguasa ketika terjadi

perselisihan diantara anak-anak Salahuddin Yusuf al-Ayyubi

yaitu al-Aziz dan al-Afdal. Setelah kematian al-Aziz. al-

Afdal berusaha meduduki jabatan Sultan, akan tetapi al-Adil

beranggapan al-Afdal tidak pantas menjadi Sulatan.

Akhirnya terjadilah peperangan antara keduanya, al-Adil

nberhasil mengalahkan al-Afdal dan beliau menjadi Sultan

di Damaskus Al-Adil merupakan seorang pemimpin

pemerintahan danpengatur strategi yang berbakat dan

efektif.

3) Malik Al-Kamil Muhammad (1218-1238 M)

Nama lengkap al-Kamil adalah al-Malik al-Kamil

Nasruddin Abu al-Maali Muhammad. Selain dipuja karena

mengalahkan dua kali pasukan salib ia juga dicaci maki karena

menyerahkan kembali kota Yerusalem kepada orang Kristen.

(Syahyim, 2003:114)

Al-Kamil adalah putra dari al-Adil. Pada tahun 1218 al-

Kamil memimpin pertahanan menghdapi pasukan salib yang

mengepung kota Dimyat (Damietta) dan kemudian menjadi

Sulatan sepeninggal ayahnya. Pada tahun 1219, Ia hampir

kehilangan takhtanya karena konserpasi kaum kristen koptik.

Al-Kamil kemudian pergi ke Yaman untuk menghindari

35

oleh saudaranya bernama al-Mu’azzam yang menjabat sebagai gubernur Suriah. (Syahyim, 2003:121)

Pada bulan Februari tahun 1229 M, al-Kamil menyepakati

perdamaian selama 10 tahun denga Federick II, yang berisi

antara lain:

a) Ia mngembalikan Yerusalem dan kota-kota suci lainnya

kepada pasukan Sali

b) Kaum muslimin dan yahudi dilarang memalsuki kota itu

kecuali disekitar Masjidil Aqsa dan Majid Umar.

Al-Kamil meninggal dunia pada tahun 1238 M.

Kedudukannya sebagai Sultan digantikan oleh Salih al-Ayyubi.

(Yatim, 2003:79).

Dokumen terkait