PENINGKATAN HASIL BELAJAR
SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI)
MATERI DINASTI AL AYYUBIYAH
DENGAN METODE
INDEX CARD MATCH
PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER 2
MTs YASPIA NGROTO KEC GUBUG
KAB GROBOGAN
TAHUN PELAJARAN 2016/2017.
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh:
Syahril Ghani
NIM: 111-12-240
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
iii
vi
MOTTO
.
“Wahai Orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepada kalian “
Luaskanlah tempat duduk “ di dalam Majlis-majlis maka luaskanlah(untuk orang lain), Maka Allah SWT akan meluaskan Untuk kalian, dan apabila dikatakan
vii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat serta karuniaNya, skripsi
ini penulis persembahkan untuk :
1. Ayahku dan ibundaku tersayang, Ali Imron dan Roidhotul Nikmah yang
selalu membimbingku, memberikan doa, nasihat, kasih sayang, dan motivasi
dalam kehidupanku.
2. Kedua saudara kandungku kakak Fatimatuz Zahra, dan adik Abdullah Al
Azhar atas motivasi yang tak ada hentinya kepadaku sehingga proses
penempuhan gelar sarjana ini bisa tercapai.
3. Kekasihku, Hilda Tiara yang selalu mendukungku, menemaniku, serta
mendo’akanku sehingga proses pembuatan skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Dosen Pembimbing Akademik, Dr. Mukti Ali, M.Hum.
5. Dosen Pembimbing Skripsi, bapak Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag.
6. Ketua Jurusan PAI, Hj. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag.
7. Sahabat dan teman dekatku yang selalu memberikan motivasi kepadaku dan
membantu menyelesaikan skripsi ini.
8. Keluarga besar MTs YASPIA Ngroto.
9. Keluarga besar SMP N 1 Gubug.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohim
Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin, penulis panjatkan kepada Allah Swt yang selalu memberikan nikmat, kaunia, taufik, serta hidayah-Nya
kepada penulis sehinggap penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
Peningkatan Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Materi Dinasti Al
Ayyubiyyah Dengan Metode Index Card Match Pada Siswa Kelas VIII MTs
YASPIA Ngroto Kecamatan Gubug Kab Grobogan Tahun Pelajaran
2016/2017.
Tidak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
nabi agung Muhammad Saw, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya
yang selalu setia dan menjadikannya suri tauladan yang mana beliaulah
satu-satunya umat manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari zaman
kegelapan menuju zaman terang benerang yakni dengan ajarannya agama
Islam.
Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari
berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi
ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Rektor IAIN Salatiga, Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd.
2. Bapak Dekan IAIN Salatiga, Suwardi, M.Pd.
3. Ibu Ketua jurusan PAI IAIN Salatiga, Hj. Siti Rukhayati, M.Ag.
x
ABSTRAK
Ghani, Syahril, 2017. Peningkatan Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Materi Dinasti Al Ayyubiyyah Dengan Metode Index Card Match (Studi kasus di Kelas VIII Semester 2 MTs YASPIA Ngroto Kecamatan Gubug Kab Grobogan) Tahun 2017. Skripsi, Salatiga: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negri Salatiga.
Kata Kunci: peningkatan hasil belajar SKI dan metode index card match.
Penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatkan hasil belajar SKI melalui metode index card match pada siswa kelas VIII MTs YASPIA Ngroto Kec. Gubug Kab. Grobogan tahun 2017. Permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah (1) apakah penerapan metode index card match
pada mata pelajaran sejarah kebudayaan islam materi dinasti All Ayyubiyah dapat meningkatkan hasil belajar siswa? Untuk menjawab pertanyaan tersebut
maka peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul ” Peningkatan Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Materi Dinasti Al Ayyubiyyah Dengan Metode Index Card Match Pada Siswa Kelas VIII Semester 2 MTs YASPIA Ngroto Kecamatan Gubug Kab Grobogan Tahun Pelajaran 2016/2017”.
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, observasi dan tes tertulis. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VIII B dengan jumlah siswa sebanyak 34 orang.
xii
1. Hasil Belajar……….16
a. Pengertian hasil belajar………..16
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar…………17
2. Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaaan Islam………19
a. Pemahaman Tentang Sejarah Kebudayaan Islam………..19
b. Objek Sejarah Kebudayaan Islam………..22
c. Tujuan dan Manfaat Mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam………...23
3. Dinasti Al Ayyubiyah………...26
a. Berdirinya Dinasti Ayyubiyah………26
b. Penguasa Dinasti Ayyubiyah………..29
4. Metode Pembelajaran Index Card Match……….35
a. Pengertian Metode Index Card Match………...35
b. Kelebihan dan kekurangan Metode Index Card Match…..37
B. Kajian Pustaka………39
1. Penelitian Yang Relevan………..39
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum MTs YASPIA Ngroto…………...42
1. Identitas Madrasah………...42
2. Data Fisik (Sarana-Prasarana)………..43
3. Data Siswa dan Guru………...45
4. Visi dan Misi………47
xiii
1. Pra Siklus………..59
2. Siklus I………..65
3. Siklus II………72
B. Pembahasan Hasil Penelitian………..79
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……….83
B. Saran………...83
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel.3.1 Data Ruang MTs YASPIA Ngroto……… 44
Tabel 3.2 Jumlah Siswa Tahun 2016/2017……….... 46
Tabel 3.3 Data Guru MTs YASPIA Ngroto………..…… 46
Tabel 4.1 Nilai Siswa Pra Siklus……… 59
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Terhadap Keaktifan Bertanya Siswa Pra Siklus……… 61
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Terhadap Keaktifan Siswa Menjawab Pertanyaan pada Pra Siklus………..……….. 61
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Terhadap Keaktifan Siswa Mengerjakan Tugas pada Pra Siklus………..………... 62
Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Terhadap Perhatian Siswa pada Pra Siklu..…. 63
Tabel 4.6 Daftar nama siswa kelas VIII MTs YASPIA Ngroto….……….. 64
Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Terhadap Keaktifan Bertanya Siswa Siklus I.. 65
Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Terhadap Keaktifan Siswa Menjawab Pertanyaan Siklus I ……….……….. 66
Tabel 4.9 Hasil Pengamatan Terhadap Keaktifan Mengerjakan Tugas Siklus I.. ………..……….. 67
Tabel 4.10 Hasil Pengamatan Terhadap Perhatian Siswa……….………… 68
Tabel 4.11 Hasil Nilai Siswa Siklus I…..………. 69
Tabel 4.12 Hasil Pengamatan Terhadap Guru Praktik……….. 70
Tabel 4.13 Hasil Pengamatan Terhadap Keaktifan Bertanya Siswa Siklus II……….. 73
Tabel 4.14 Hasil Pengamatan Terhadap Keaktifan Menjawab Siswa Siklus II …………..……….. 74
xv
Tabel 4.16 Hasil Pengamatan Terhadap Perhatian Siswa Siklus II……….. 75
Tabel 4.17 Hasil Nilai Siswa Siklus II……….. 76
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Ketuntasan Belajar Siswa dari Pra Siklus-Siklus II……….. 80
Gambar 4.2 Diagram Keaktifan Bertanya dari Pra Siklus –Siklus II……….. 80
Gambar 4.3 Diagram Keaktifan Menjawab Pertanyaan dari
Pra Siklus – Siklus II………. 81
Gambar 4.4 Diagram Keaktifan Siswa Mengerjakan Tugas dari
Pra Siklus - Siklus II……….... 82
Gambar 4.5 Diagram Perhatian Siswa Terhadap Pembelajaran dari
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat
digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar
individu. (Slameto, 1991:56) Faktor intern antara lain: kemampuan yang dimilikinya, minat dan perhatian, kebiasaan, usaha dan motivasi serta yang
lainnya. Sedangkan faktor ekstern adalah lingkungan dalam proses pendidikan dan pengajaran dapat dibedakan menjadi: lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Dalam kegiatan pembelajaran terdapat dua kegiatan yang sinergik,
yakni guru mengajar dan siswa belajar. Guru mengajarkan bagaimana
siswa harus belajar. Sementara siswa belajar bagaimana seharusnya belajar
melalui berbagai pengalaman belajar sehingga terjadi perubahan dalam
dirinya dari aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif. Guru yang kompeten
akan lebih mampu menciptakan lingkungan yang efektif dan akan lebih
mampu mengelola proses belajar mengajar, sehingga hasil belajar siswa
berada pada tingkat yang optimal. Seluruh lembaga pendidikan
mempunyai fungsi dan tanggung jawab yang sama dalam melaksanakan
proses pendidikan yang di dalamnya terdapat perencanaan, pelaksanaan
2
yang matang dalam segala bidang, baik sains, agama dan pengetahuan
lainnya. Sehingga diharapkan anak didik sebagai pusat pembelajaran
mampu menjadi manusia bermoral dan berpengetahuan.
Akan tetapi berdassarkan observasi terhadap proses pembelajaran SKI
di MTs YASPIA Ngroto menunjukkan bahwa peserta didik kurang
termotivasi untuk mempelajari pelajaran SKI. Begitu pula guru belum
dapat mengkondisikan kelas dengan baik sehingga penyampaian materi
pelajaran kurang efektif. (Hasil observasi pada tanggal 15 februari 2017, di
kelas VIII MTs YASPIA Ngroto, Gubug) Berbeda dengan mata pelajaran
lainnya, mata pelajaran SKI kurang diminati oleh peserta didik. Banyak
peserta didik yang beranggapan bahwa pelajaran tarikh/Sejarah
Kebudayaan Islam bukanlah pelajaran yang begitu penting untuk
dipelajari. Selain itu pembelajaran yang selama ini dilakukan sangat
membosankan dan kurang menarik bagi peserta didik.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah metode
yang digunakan cenderung masih bersifat tradisional, misalnya ceramah.
Metode ceramah sering digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi
SKI. Meskipun materi SKI adalah sekumpulan fakta-fakta dari peristiwa di
masa lalu, penyajiannya tidak harus selalu dengan metode ceramah. Akan
tetapi perlu adanya metode yang lebih bervariasi dalam penyampaian
materi SKI. Agar lebih menarik dan siswa termotivasi untuk lebih aktif
3
Hal utama yang harus dilakukan dalam pembelajaran adalah dengan
membangkitkan minat, karena dengan adanya minat siswa akan merasa
senang kepada materi pelajaran sehingga akan membangkitkan motivasi
belajar siswa. Anak didik atau siswa yang telah berminat, akan meraasa
senang terhadap mata pelajaran dan tentunya akan meningkatkan motivasi
belajar, karena mereka telah dapat mengambil manfaat dengan
menganggap penting pelajaran tersebut bagi kehidupannya. (Darajat,
2005:19)
Sejarah Kebudayaan Islam adalah mata pelajaran yang membahas
tentang peristiwa-peristiwa sejarah dan bentuk-bentuk Kebudayaan Islam.
Dari sejarah siswa maupun guru dapat mengambil pelajaran yang
terkandung dalam sejarah tersebut. Belajar sejarah juga bisa bermanfaat
tentang dampak dari suatu aktifitas sejarah sebagai pijakan untuk
melangkah ke masa depan. Zuhairini, dkk., berpendapat: Sejarah
menyimpan atau mengandung kekuatan yang dapat menimbulkan
dinamisme dan melahirkan nilai-nilai baru bagi pertumbuhan serta
perkembangan kehidupan umat manusia. Sumber utama ajaran Islam
(Al-Qur’an) mengandung cukup banyak nilai-nilai kesejarahan, yang langsung
atau tidak langsungmengandung makna yang besar, pelajaran yang sangat
tinggi dan pimpinan utama, khususnya bagi umat Islam. Maka tarikh dan
ilmu tarikh (sejarah) dalam Islam menduduki arti penting dan mempunyai
4
Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan
kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan
untuk berlangsungnya proses belajar (Sardiman, 2009:49). Pendapat yang
sama juga dikemukakan oleh Nasution (1999:43), ia mengatakan bahwa
mengajar pada umumnya adalah usaha guru untuk menciptakan
kondisi-kondisi atau mengatur lingkungan sedemikian rupa, sehingga terjadi
interaksi antar murid dengan lingkungan, termasuk guru, alat pelajaran,
dan sebagiannya yang disebut proses belajar, sehingga tercapai tujuan
pelajaran yang telah ditentukan. Oleh karena itu, apabila guru bidang studi
SKI dalam proses mengajar tersebut tidak dapat menciptakan suatu kondisi
yang mendukung proses belajar siswa, maka tujuan pelajaran yang telah
ditentukan sulit tercapai.
Dalam penelitian tindakan kelas ini, salah satu alternative yang dapat
dilakukan oleh seorang guru guna lebih mengaktifkan dan meningkatkan
hasil belajar siswa dikelas yaitu dengan menggunakan metode Index Card Match. Metode Index Card Match ini melibatkan keaktifan siswa dalam berfikir, bertindak, dan juga membangkitkan motivasi peserta didik dalam
belajar. Dalam pelajaran SKI ini termasuk pelajaran yang penting dalam
konteks sejarah, kenyataan dalam proses belajar mengajar mata pelajaran
SKI yang selama ini diketahui dikelas VIII MTs YASPIA banyak
permasalahan yang timbul, diantaranya siswa sulit mengingat cerita serta
nama-nama tokoh yang ada di dalam materi tersebut, guru pun merasa
5
Metode Index Card Match ini dapat diterapkan pada pembelajaran SKI kelas VIII MTs YASPIA Ngroto untuk mencapai kompetensi yang sudah
ditetapkan. Di mana dalam pembelajaran ini merupakan metode
pembelajaran yang menuntut siswa untuk bekerja sama dan dapat
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa atas apa yang dipelajari dengan
cara yang menyenangkan. Siswa saling bekerja sama dan saling membantu
untuk menyelessaikan pertanyaan dan melemparkan pertanyaan kepada
pasangan lain. Kegiatan belajar bersama ini dapat membantu memacu
belajar aktif dan kemampuan untuk mengajar melalui kegiatan kerja sama
kelompok kecil yang memungkingkan untuk memperoleh pemahaman dan
penguasaan materi. Siswa diharapkan lebih aktif dalam proses
pembelajaran yang menggunakan metode pembelajaran yang
menyenangkan sehingga dapat meningkatkan hasil siswa.
Oleh karena itu perlu adanya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di kelas
VIII MTs YASPIA Ngroto dengan judul Peningkatan Hasil Belajar
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Materi Dinasti Al Ayyubiyyah
Dengan Metode Index Card Match Pada Siswa Kelas VIII MTs
YASPIA Ngroto Kecamatan Gubug Kab Grobogan Tahun Pelajaran
6
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti dapat
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah penerapan metode Index card Match pada mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam materi Dinasti Al Ayyubiyyah dapat
meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas VIII Semester 2 MTs
YASPIA Ngroto?
C. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui apakah penerapan metode Index card Match pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam materi Dinasti Al
Ayyubiyyah dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas VIII
Semester 2 MTs YASPIA Ngroto.
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini yakni dengan menggunakan
metode Index Card Match dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam materi Dinasti Al Ayyubiyah akan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas VIII MTs YASPIA Ngroto. Dan jika metode Index Card Match diterapkan dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
pada siswa kelas VIII di MTs YASPIA Ngroto, maka upaya untuk
meningkatkan hasil belajar siswa akan tercapai.
E. Manfaat penelitian
7
dan dapat memberikan beberapa manfaat, antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan dan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam penyempurnaan proses pembelajaran menuju
terciptanya suasana belajar mengajar yang lebih inovativ, kreatif dan
menyenangkan. Sehingga dapat meningkatkan minat belajar dan
prestasi belajarpun meningkat.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
1) Bermanfaat bagi siswa untuk lebih aktif dalam proses belajar
mengajar Sejarah Kebudayaan Islam dan berfikir kritis dan
kreatif.
2) Siswa dapat belajar sambil bermain melalui metode Index Card
Match.
3) Melatih peserta didik untuk menyimak sekaligus langsung
mengemukakan kembali apa yang telah dipelajari dalam proses
belajar mengajar.
b. Bagi Guru
Guru mendapatkan tambahan wawasan dan pengetahuan dalam
penerapan model pembelajaran metode Index Card Match untuk
8
MTs YASPIA Ngroto, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengalaman bermakna bagi guru.
c. Bagi sekolah
1) Sebagai landasan bagi sekolah dalam menentukan kebijakan
untuk meningkatkan mutu pendidikan.
2) Memberik kontribusi bagi sekolah dalam pelaksanaan dan
pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan.
F. Definisi operasional
Agar tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran penggunaan kata pada
judul penelitian
1. Peningkatan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata peningkatan berasal dari
kata “tingkat” yang mendapat awalan pe- dan akhiran-an yang berarti
proses, cara, perbuatan, dan meningkatkan (Poerwadarminta,
2006:1281). Adapun arti kata meningkatkan adalah beralih pada
keadaan (Poerwadarminta, 2006:910). Maksudnya adalah beralihnya
dari suatu keadaan yang semula belum diterapkan metode index card
match ke keadaan sesudah diterapkannya metode index card match.
2. Hasil Belajar
Adapun arti belajar adalah suatu tindakan atau perilaku siswa yang
9
menambah ilmu salah satu contohnya adalah belajar bahasa arab maka
hasil belajarnya bisa berbahasa arab.
3. Sejarah Kebudayaan Islam
Sejarah adalah hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa dan
kejadian yang terjadi pada masa lalu, baik menyangkut dimensi sosial,
politik, pemerintah, ekonomi, seni budaya maupun agama (Mansur,
2004:1). Kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat
mendalam suatu masyarakat (Yatim, 1997:1). Adapun kebudayaan
Islam adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh kekuatan akal manusia
muslim (Sunanto, 2003:3). Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa
yang dimaksud dengan sejarah kebudayaan Islam adalah segala sesuatu
yang berkaitan dengan hasil karya akal manusia/masyarakat muslim di
masa lalu.
4. Dinasti
Dinasti adalah keturunan raja-raja yang memerintah yang semuanya
berasal dari satu keluarga.
5. Al-Ayyubiyah
Al-Ayyubiyah adalah sebuah dinasti Sunni yang berkuasa di Mesir,
Suriah, sebagian Yaman, Irak, Mekah, Hejaz dan Dyar Bakir. Dinasti
Ayubiyyah didirikan oleh Salahuddin Al-Ayubbi.
6. Index Card Match
Metode merupakan cara yang digunakan untuk mencapai suatu
10
proses belajar-mengajar, salah satunya adalah metode index card macth.
Dalam terjemahan buku active learning, yang dimaksud dengan metode
index card match adalah pencocokan kartu indeks (Silberman, 2004:269). lebih lanjut dikatakan bahwa metode ini merupakan suatu
cara aktif dan menyenangkan untuk meninjau ulang materi pelajaran
(Silbermen, 2004:269).
Berdasarkan pandangan diatas dapat dipahami bahwa metode
merupakan cara-cara menyajikan bahan pelajaran kepada peserta didik
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jadi metode ini
mengajarkan siswa tentang keaktifan dalam belajar, dan belajar dengan
cara yang menyenangkan, serta siwa dapat mengkaji ulang materi
pelajaran yang telah disampaikan.
G. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian (action research) yangdilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus pada kelas atau proses belajar
mengajar yang terjadi dikelas, bukan pada input kelas (silabus,materi,dan lain-lain) ataupun input (hasil belajar). PTK harus
tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam
kelas.(Arikunto,2007:58)
11
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs YASPIA
Ngroto Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan
3. Siklus Penelitian
4. Instrumen Penelitian
a. Silabus
b. RPP
c. Lembar Observasi siswa selama KBM
d. Lembar Kegiatan Siswa
12 5. Pengumpulan Data
a. Metode Dokumentasi
Metode Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.
(Arikunto,2010:174). Metode ini digunakan untuk mendapatkan
data yang bersifat dokumenter, yaitu tentang keadaan guru dan
siswa, dan sarana prasarana pendidikan yang dimiliki.
b. Metode Observasi
Metode Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan
terhadap keadaan atau perilaku obyek sasaran. Orang yang
melakukan observasi disebut pengobservasi (observer) dan yang
diobservasi (observe).(Fathoni,2005:104). Metode ini digunakan
untuk mengamati secara langsung proses pembelajaran SKI yang
sedang berlangsung.
6. Analisis Data
Data yang diperoleh melalui kegiatan pengumpulan data pada
dasarnya adalah untuk menguji hipotesis atau sekurang-kurangnya
menjawab pertanyaan penelitian (Hadeli, 2006:89). Untuk membuktikan
benar tidaknya hipotesis, data yang terkumpul perlu dianalisis.
Menurut Aqib, dkk. (2009:39-40), untuk mengetahui keefektifan
13
adalah analisis deskripsi kualitatif,yaitu suatu metode penelitian yang
bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang
diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai
siswa juga untuk mengetahui respon siswa terhadap kegiatan
pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran
berlangsung.
Untuk analisis tingkat keberhasilan atau persentase ketuntasan
belajar siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung pada tiap
siklusnya, dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes
tertulis pada setiap akhir siklus. Analisis ini dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut (Aqib,dkk., 2009:40-41) :
a. Penilaian tugas dan tes
Peniliti menjumlahkan nilai yang diperoleh
siswa,selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa kelas tersebut.
Sehingga diperoleh nilai rata-rata. Nilai rata-rata didapat dengan
menggunakan rumus:
X=∑𝑁∑𝑋
Keterangan:
X : nilai rata-rata
ΣX : jumlah semua nilai siswa
14
b. Penilaian untuk ketuntasan belajar
Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar,
digunakan rumus sebagai berikut:
P= ∑ Siswa tuntas belajar
∑ Siswa
x 100%
Sedangkan perhatian dan motivasi siswa dalam kegiatan
pembelajaran SKI dianalisis dengan diklasifikasikan berdasarkan
aspek-aspek yang dijadikan fokus analisis.
c. Indikator Keberhasilan
Setiap siswa dikatakantuntas belajarnya jika mencapai nilai
KKM mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yaitu sebesar 75
dan suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya jika dalam kelas
terdapat >85% siswa yang telah mencapai KKM mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam yaitu sebesar 75.
7. Sistematika Penulisan
1. Bagian muka, pada bagian ini memuat antara judul skripsi abstrak,
surat pernyataan peneliti, nota pembimbing, pengesahan, motto
persembahan, kata pengantar, daftar table, daftar gambar, dan daftar
lampiran.
2. Bagian isi skripsi, yang merupakan materi skripsi secara keseluruhan
terdiri dari lima bab dengan uraian sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan memuat latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, hipotesis penelitian, definisi
15
BAB II : Membahas kajian pustaka tentang hasil belajar pada mata
pelajaran sejarah kebudayaan Islam materi dinasti Al-Ayyubiyah
dengan metode Index Card Match, pembahasannya mencakup : Teori belajar beserta teori hasil belajar, kajian tentang Sejarah Kebudayaan
islam, metode Index Card Match yang menjelaskan langkah-langkah metode Index Card Match serta pengertian strategi secara umum.
BAB III : Membahas laporan pelaksanaan penelitian. Pada bab ini
membahas waktu dan tempat penelitian juga dijelaskan diskripsi
pelaksanaan.
BAB IV : Membahas tentang analisis peningkatan hasil belajar
pada mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam materi dinasti
al-Ayyubiyyah melalui metode Index Card Match pada siswa kelas VIII
MTs YASPIA Ngroto.
BAB V : Penutup yang meliputi kesimpulan, saran-saran dan
terakhir kata penutup.
3. Bagian akhir skripsi yang berisi antara lain daftar kepustakaan sebagai
rujukan penulis membuat kajian pustaka pada penelitian ini, dan
16
dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan
seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar
merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru
sebagai pengajar. Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh
siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduanya itu
terjadi interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari
proses belajar mengajar saja harus bisa mendapatkan hasil, bisa juga
melalui kreatifitas seseorang itu sendiri tanpa adanya intervensi
orang lain sebagai pengajar. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh
Fathurrohman dan Sutikno (2007:6) bahwa “Dalam belajar yang
terpenting adalah proses bukan hasil yang diperolehnya. Artinya
belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun orang lain itu
hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar agar
belajar itu dapat berhasil dengan baik”.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:22).
17
membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan
kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan , (3) Sikap dan cita-cita
(Sudjana, 2004:22).
Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan ketrampilan, sikap dan ketrampilan yang diperoleh
siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru
sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor
yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa
(Sudjana, 1989:39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah
faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya
seperti yang dikemukakan oleh Clark menyatakan bahwa hasil
belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa
dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan (Clark, 1981:21). Demikian
juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling
dominan berupa kualitas pembelajaran (Sudjana, 2002:39).
Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perolahan dalam
diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku
yang baru berkat pengalaman dan latihan. (Hamalik, 1983:21).
18
dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perunbahan dalam pengolahan pemahaman.
Menurut Ernest R. Hilgard yang dikutip Sumardi Suryabrata,
belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja,
yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda
dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. (Sumardi Suryabrata,
1984:252). Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku
pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan
individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih
mampu berinteraksi dengan lingkungannya (Usman & Setiawati,
1993:4). Pendapat hampir serupa juga dikemukakan oleh Sardiman,
menurutnya belajar merupakan perubahan tingkah laku atau
penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan
membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.
(Sardiman, 2009:9).
Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk
memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan,
memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Maka
pengetahuan pada hakikatnya juga tergabung dari sekumpulan
fakta-fakta, a bundle of facts.(Suyono, 2014:9). Belajar adalah proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan.
Perubahan perilaku sebagai hasil belajar itu meliputi faktor
19
(psikomotorik). (Munir, 2009:245). Belajar adalah suatu bentuk
pertumbuhan atau perolahan diri seseorang yang dinyatakan dalam
cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.
(Hamalik, 1983:21).
Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa
kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni
lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang
dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang
mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan,
pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai
aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu penggunaan
penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang
terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga Nampak pada
diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.
2. Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
a. Pemahaman Tentang Sejarah Kebudayaan Islam
Sejarah adalah pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan
kejadian yang benar-benar terjadi pada masa lampau (Darsono &
Ibrahim, 2008:4). Sejarah pada dasarnya tidak hanya sekedar
memberikan romantisme, tapi lebih dari itu merupakan refleksi
20
semangat untuk membuka lembaran dan mengukir kejayaan
peradaban baru.
Darsono & Ibrahim berpendapat bahwa kebudayaan adalah hasil
kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti
kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat (Darsono & Ibrahim,
2008:3). Dengan demikian Sejarah Kebudayaan Islam adalah
serangkaian peristiwa tentang hasil karya cipta manusia muslim.
Mengenai Sejarah Kebudayaan Islam, para ahli membagi
menjadi beberapa periode, yakni antara lain sebagai berikut:
1) Zaman ideal, yang meletakkan dasar-dasar pertama
Kebudayaan Islam, berjalan selama 40 tahun terdiri dari:
a) Masa Nabi Muhammad saw, semenjak hijrah ke
Madinah samapai wafatnya, selama 10 tahun.
b) Masa Khulafau ar-Rasyidin dari Abu Bakar, Umar bin
Khattab, Ustman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib,
selama 30 tahun.
2) Zaman perkembangan, yaitu masa berkembangya
kebudayaan islam. meliputi tiga benua Asia, Afrika, dan
Eropa. Ini terjadi pada masa Dinasti Umayyah yang berpusat
di Damaskus selama 90 tahun.
3) Zaman keemasan Islam, yaitu zaman kebudayaan Islam
mencapai puncaknya, baik di bidang ekonomi, kekuasaan,
21
a) Masa Abbasiyah I yang berpusat di Baghdad, berjalan
selama 100 tahun dengan para khalifahnya yang
mempunyai kekuasaan penuh, berpikir maju dan
pecinta ilmu.
b) Masa Abbasiyah II, di mana politik pusat Abbasiyah
berangsur-angsur melemah, tetapi dalam bidang
kebudayaan , terutama dalam bidang ilmu pengetahuan,
ibukota-ibukota provinsi berlomba menyaingi Baghdad
dalam hal kemajuan.
4) Zaman penyerbuan, yaitu zaman ketika umat Islam
mengalami penyerbuan dari segala penjuru.
5) Zaman kemunduran, yang dimulai oleh zaman gemilang
dalam bidang politik di zaman Ustmaniyah, Shafawi, dan
Mughal, diakhiri dengan penjajahan hampir seluruh Dunia
Islam oleh Eropa Barat. (Sunanto, 2003:4)
Perkembangan Kebudayaan Islam memang tidak lepas dari
politik dan kekuasaan. Sebagaimana diketahui bahwa Sejarah
Kebudayaan Islam di Jazirah Arab mulai muncul setelah Nabi
Muhammad saw diangkat menjadi rasul. Sebelum Islam lahir,
masyarakat Arab sudah memiliki kebudayaan. Contohnya adalah
kebudayaan nomaden atau hidup secara berpindah-pindah dari satu
22
Kebudayaan orang Arab baru mendapat pengakuan dan
memegang peranan sangat penting dalam kebudayaan dunia setelah
Islam lahir. Dari sini dapat dipahami bahwa agama Islam menjadi
faktor utama yang membuat kebudayaan Arab diakui dunia. Dengan
agama Islam, orang-orang Arab berubah menjadi penakluk di
seluruh Jazirah Arab (Darsono & Ibrahim, 2008:3).
b. Objek Sejarah Kebudayaan Islam
Menurut Sunanto, objek/bentuk kebudayaan Islam adalah
soal-soal muamalah. (2003:4). Muamalah adalah hubungan antara
sesama manusia, dan ini selalu berubah sesuai dengan
perkembangan manusia. Dengan demikian kebudayaan Islam
meliputi segala aspek kehidupan manusia. Secara rinci unsur-unsur
yang menjadi bentuk kebudayaan adalah :
1) Sistem Politik
Bentuk kebudayaan dapat dilihat melalui sistem politik
yang berlaku di dalam Kebudayaan Islam, seperti: hukum
Islam sangat menghargai hak-hak asasi manusia, tidak ada
perbedaan status di dalamnya; berkembangnya sistem
khalifah setelah wafatnya Rasullulah saw; pembentukan
lembaga Administrasi dan Kementrian pada masa khalifah
23
2) Sistem Kemasyarakatan/sosial
Dalam perkembangan Kebudayaan Islam, masyarakat
terbagi ke dalam beberapa kelompok. Di antaranya:
kelompok penguasa, kelompok tokoh agama, kelompok
militer, kelompok cendekiawan, kelompok pekerja dan
budak, serta kelompok petani.
3) Ilmu Pengetahuan
Kebudayaan Islam mencapai puncak kejayaannya pada
masa Dinasti Abbasiyah, terutama di bidang ilmu
pengetahuan. Pada masa ini, banyak karya/buku dari
berbagai disiplin ilmu diterjemahkan dalam bahasa Arab.
Selain itu, pemerintahan Dinasti Umayyah mengirim
beberapa pemuda Islam untuk menuntut ilmu di negara
Barat. Pada masa selanjutnya kota-kota seperti Baghdad dan
Iskandariah menjadi pusat ilmu pengetahuan dunia.
(Darsono & Ibrahim, 2008:7-9)
c. Tujuan dan Manfaat Mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam
Pada dasarnya, mempelajari sejarah kebudayaan dalam hal ini
kebudayaan Islam adalah bertujuan untuk mempelajari berbagai
masalah kehidupan umat Islam yang telah terjadi di masa lalu
(Darsono & Ibrahim, 2008:5). Kebudayaan Islam mencapai puncak
perkembangannya pada suatu masa dan sekaligus mulai memasuki
24
Islam tidak akan berlangsung selamanya, melainkan juga akan
mengalami kemunduran yang disebabkan oleh berberapa faktor.
Faktor-faktor tersebut menurut, adalah sebagai berikut:
1) Faktor politik
Terpecah belahnya kesatuan umat muslimin
mengakibatkan kelemahan politik. Di saat yang sama,
orang-orang Eropa yang beragama Kristen mulai menguat
kedudukannya hingga akhirnya terjadi perang salib yang
mengakibatkan kekalahan di pihak Islam.
2) Faktor ekonomi
Kemunculan kota-kota dagang di Eropa menimbulkan
persaingan ekonomi antara Islam dan Eropa. Dalam
persaingan ini, bangsa Eropalah yang memenangkan
persaingan ekonomi tersebut. Hal ini diperparah lagi dengan
adanya kemerosotan perekonomian di dalam pemerintahan
Islam itu sendiri yang disebabkan oleh gaya hidup mewah
para anggota kerajaan.
3) Serbuan Orang dari Luar Islam
Serbuan dari luar Islam yang menghancurkan
kebudayaan Islam antara lain datang dari bangsa Mongol
dan lahirnya kekuasaan Turki. Meskipun mereka pada
akhirnya memeluk agama Islam, akan tetapi bangsa Turki
25
kebudayaan Romawi lebih berpengaruh bagi rakyat Turki
daripada kebudayaan Islam. Suatu pemerintahan yang
sedang berada dalam puncak kejayaan biasanya cenderung
bermewah-mewahan. Saat itulah masa kemundurannya
mulai berjalan. Sebagaimana dijelaskan dalam surah
at-Takaatsur ayat 1-3 berikut ini:
( ُرُثاَكَّتلا ُمُكاَهْلَأ
Artinya; Bermegah-megahan telah melalaikan kamu,)1) Sampai kamu masuk ke dalam kubur.(2) Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu)(3). (Q.S.at-Takaatsur:1-3)
Adapun manfaat dengan mempelajari sejarah tentang
maju mundurnya suatu kebudayaan Islam, yakni
memberikan pelajaran kepada umat Islam bahwa kebaikan
dan kejahatan merupakan bagian dari kehidupan. Kebaikan
membawa ke arah kemajuan kebudayaan Islam, sedangkan
kejahatan membawa ke arah kemunduran kebudayaan Islam.
Darsono & Ibrahim (2008:5-6). Dengan demikian,
mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam dapat memberikan
semangat baru bagi umat Islam untuk menata kehidupan
26
3. Dinasti Al Ayyubiyah
a. Berdirinya Dinasti Ayyubiyah
Bani Ayyubiyah merupakan keturunan Ayyub suku Kurdi.
Pendiri dinasti ini adalah Salahuddin Yusuf al-Ayyubi putra dari
Najamuddin bin Ayyub. Pada masa Nuruddin Zanki (Gubernur
Suriah dari bani Abbasiyah), Salahuddin diangkat sebagai kepala
garnisum di Balbek.
Kehidupan Salahuddin Yusuf al-Ayyubi penuh dengan
perjuangan dan peperangan. Semua itu dilakukan dalam rangka
menunaikan tugas negara untuk memadamkan sebuah
pemberontakan dan juga dalam menghadapi tentara salib (Lapidus,
1999:118).
Perang yang dilakukannya dalam rangka untuk mempertahankan
dan membela agama. Selain itu Salahuddin Yusuf al-Ayyubi juga
seorang yang memiliki toleransi yang tinggi terhadap umat agama
lain, hal ini terbukti:
1) Ketika beliau menguasai Iskandariyah ia tetap mengunjungi
orang-orang Kristen
2) Ketika perdamaian tercapai dengan tentara salib, ia
mengijinkan orang-orang kristen berziarah ke Baitul Makdis.
(Lapidus dkk, 1999:221)
Keberhasilan beliau sebagai tentara mulai terlihat ketika ia
27
dari Nuruddin Zanki untuk membantu Bani Fatimiyah di Mesir yang
perdana menterinya diserang oleh Dirgam. Salahuddin Yusuf
al-Ayyubi berhasil mengalahkan Dirgam, sehingga beliau dan
pamannya mendapat hadiah dari Perdana Menteri berupa sepertiga
pajak tanah Mesir, akhirnya Perdana Menteri Syawar berhasil
menduduki kembali jabatannya pada tahun 1164 M. (Mukti,
2008:98).
Tiga tahun kemudian, Salahuddin Yusuf al-Ayyubi kembali
menyertai pamannya ke Mesir. Hal ini dilakukan karena Perdana
Menteri Syawar bersekutu/ bekerjasama dengan Amauri yaitu
seorang panglima perang tentara salib yang dulu pernah membantu
Dirgam. (Mukti, 2008:112). Maka terjadilah peperangan yang
sangat sengit antara pasukan Salahuddin dan pasukan Syawar yang
dibantu oleh Amauri. Dalam peperangan tersebut pasukan
Salahuddin berhasil menduduki Iskandariyah, tetapi ia dikepung
dari darat dan laut oleh tentara salib yang dipimpin oleh Amauri.
Akhirnya peperangan ini berakhir dengan perjanjian damai pada
bulah Agustus 1167 M, yang isinya adalah sebagai berikut:
1) Pertukaran tawanan perang
2) Salahuddin Yusuf al-Ayyubi harus kembali ke Suriah
3) Amauri harus kembali ke Yerusalem
28
Sebagai mana dijelaskan dalam Textbook Sejarah dan
Kebudayaan Islam, Pada tahun 1169 tentara salib yang dipimpin
oleh Amauri melanggar perjanjian damai yang disepakati dahulu
yaitu Dia menyerang Mesir dan bermaksud untuk menguasainya.
(1981:183). Hal itu tentu saja sangat membahayakan keadaan umat
Islam di Mesir, karena:
1) Mereka banyak membunuh rakyat di Mesir
2) Mereka berusaha menurunkan Khalifah al-Adid dari
jabatannya
Khalifah al-Addid mengangkat Asaduddin Syirkuh sebagai
Perdana Menteri Mesir pada tahun 1169 M. ini merupakan pertama
kalinya keluarga al-Ayyubi menjadi Perdana Menteri, tetapi sayang
beliau menjadi Perdana Menteri hanya dua bulan karena meninggal
dunia. Khalifal Adid akhirnya mengangkat Salahuddin Yusuf
al-Ayyubi menjadi Perdana Menteri menggantikan pamannya
Asaduddin Syirkuh dalam usia 32 tahun. Sebagai Perdana Menteri
beliau mendapati gelah al-Malik an-Nasir artinya penguasa yang
bijaksana sejalan dengan yang digambarkan Bosworth, (1980:199) .
Setelah Khalifah al-Adid (Khalifah Dinasti Fatimah) yang
terakhir wafat pada tahun 1171 M, Salahuddin Yusuf al-Ayyubi
berkuasa penuh untuk menjalankan peran keagamaan dan politik.
Maka sejak saat itulah Dinasti Ayyubiyah mulai berkuasa hingga
29 b. Penguasa Dinasti Ayyubiyah
Bosworth menjelakan selama lebih kurang 75 tahun dinasti
Al-Ayyubiyah berkuasa, terdapat 9 orang penguasa yakni sebagai
berikut :
1) Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi (1171-1193 M)
2) Malik Al-Aziz Imaduddin (1193-1198 M)
3) Malik Al-Mansur Nasiruddin (1198-1200 M)
4) Malik Al-Adil Saifuddin, pemerintahan I (1200-1218 M)
5) Malik Al-Kamil Muhammad (1218-1238 M)
6) Malik Al-Adil Sifuddin, pemerintahan II (1238-1240 M)
7) Malik As-Saleh Najmuddin (1240-1249 M)
8) Malik Al-Mu’azzam Turansyah (1249-1250 M)
9) Malik Al-Asyraf Muzaffaruddin (1250-1252 M). (1980:143)
Dalam uraian berikut akan dibahas mengenai
penguasa-penguasa yang menonjol, yaitu:
1) Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi (1171-1193 M)
2) Malik Al-Adil Saifuddin, pemerintahan I (1200-1218 M)
3) Malik Al-Kamil Muhammad (1218-1238 M)
Penguasa tersebut masing-masing memiliki kisah sejarah
panjang dalam meletakkan kekuasaan dan membangun perubahan
30
1) Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi (1171-1193 M)
Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi tidak hanya dikenal
sebagai seorang panglima perang yang gagah berani dan
ditakuti, akan tetapi lebih dari itu, beliau adalah seorang
yang sangat memperhatikan kemajuan pendidikan. Salah
satu karya monumental yang disumbangkannya selama
beliau menjabat sebagai sultan adalah bangunan sebuah
benteng pertahanan yang diberi nama Qal’atul Jabal yang
dibangun di Kairo pada tahun 1183 M. (Boswort, 1980:156)
Selain itu beliau juga merupakan salah seorang Sultan
dari dinasti Ayyubiyah yang memiliki kemampuan
memimpin. Hal ini diketahui dari cara Salahuddin Yusuf
Al-Ayyubi dalam mengangkat para pembantunya (Wazir) yang
terdiri dari orang-orang cerdas dan terdidik. Mereka antara
lain seperti Al-Qadhi Al-Fadhil dan Al-Katib Al-Isfahani.
Sementara itu sekretaris pribadinya bernama Bahruddin bin
Syadad, yang kemudian dikenal sebagai penulis Biografinya.
Mubarok menerangkan Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi
tidak membuat suatu kekuasaan yang terpusat di Mesir.
Beliau justru membagi wilayak kekuasaannya kepada
saudara-saudara dan keturunannya. (Mubarok, 2004:102).
Hal ini mengakibatkan munculnya beberapa cabang dinasti
31
a) Kesultanan Ayyubiyah di Mesir
b) Kesultanan Ayyubiyah di Damaskus
c) Keamiran Ayyubiyah di Aleppo
d) Kesultanan Ayyubiyah di Hamah
e) Kesultanan Ayyubiyah di Homs
f) Kesultanan Ayyubiyah di Mayyafaiqin
g) Kesultanan Ayyubiyah di Sinjar
h) Kesultanan Ayyubiyah di Hisn Kayfa
i) Kesultanan Ayyubiyah di Yaman
j) Keamiran Ayyubiyah di Kerak
Salahuddin Yusuf al-Ayyubi dianggap sebagai
pembaharu di Mesir karena dapat mengembalikan mazhab
sunni. Melihat keberhasilannya itu Khlaifah al-Mustadi dari
Bani Abbasiyah memberi gelar kepadanya al-Mu’izz li
Amiiril mu’miniin (penguasa yang mulia). Khalifah al
-Mustadi juga memberikan Mesir, an-Naubah, Yaman,
Tripoli, Suriah dan Maghrib sebagai wilayah kekuasaan
Salahuddin Yusuf al-Ayyubi pada tahun 1175 M. sejak saat
itulah Salahuddin dianggap sebagai Sultanul Islam Wal
Muslimiin (Pemimpin umat ilam dan kaum muslimin).
Mubarok menjelaskan Di antara orang-orang yang iri
dan melakukan pemberontakan terhadap Salahuddi Yusuf
32
a) Pemberontakan yang dilakukan Nuruddin Zanki, ia
memberontak karena kebesaran namanya tersaingi oleh
Salahuddin Yusuf al-Ayyubi
b) Pemberontakan yang dilakukan Hijab (Kepala rumah
tangga Khalifah al-Adid), ia memberontak karena
merasa hak-haknya banyak dikurangi.
c) Pemberontakan yang dilakukan oleh kaum Asassin
yang dipimpin oleh Syakh Sinan karena merasa
tersaingi.
d) Pemberontakan yang dilakukan Zanki, kelompok ini
merupakan permbela Al-Malik as-Salih yang
bersekongkol dengan al-Gazi (penguasa Mosul dan
paman Malik as-Salih Ismail) yang beusaha
menjatuhkan Salahuddin Yusuf al-Ayyubi karena
merasa tersaingi. (Mubarok, 2004:182)
Sejalan dengan gambaran dalam buku Sayyid Al-Wakil,
Perang melawan tentara salib yang pertama adalah melawan
Amalric 1, taja Yerusalem, yang kedua melawan Baldwin IV
(putra Amalric 1), yang ketiga melawan Raynald de
Chatillon (penguasa benteng Karak di sebelah tidur laut
mati), yang keempat melawan Raja Baldwin V sehingga
kota-kota seperti Teberias, Nasirah, Samaria, Suweida,
33
Maqdis berhasil dikuasai oleh Salahuddin Yusuf al-Ayyubi.
(Sayyid, 1998:321)
Selanjutnya Sayyid menerangkan Selain Clement III,
para penguasa Eropa yang membantu dalam perang
melawan Salahuddin Yusuf al-Ayyubi adalah:
a) Philip II, Raja Prancis
b) Rivhard I, The Lion Heart (Hati Singa), Raja Inggris
c) William, raja Sisilia
d) Frederick Barbafossa, Kaisar Jerman. (Sayyid,
1998:314)
Setelah perang melawan tentara salib selesai, Salahuddin
Yusuf al-Ayyubi memindahkan pusat pemerintahannya dari
Mesir ke Damaskus, dan dia meninggal di sana pada tahun
1193 M dalam usia 57 tahun.
2) Malik Al-Adil Saifuddin, pemerintahan I (1200-1218 M)
Dalam karangan Muhammad Syahyim, Malik Al-Adil
Saifuddin sering dipanggil Al-Adil nama lengkapnya adalah
al-Malik al-Adil saifuddin Abu Bakar bin Ayyub. Dari nama
Sifuddin inilah tentara salib memberi julukan Saphadin.
Beliau putra Najmuddin Ayyub yang merupakan saudara
muda Salahuddin Yusuf al-Ayyubi. (Syahyim, 2003:186)
Setelah kematian Salahuddin, Ia menghadapi
34
siapa yang berhak menjadi penguasa ketika terjadi
perselisihan diantara anak-anak Salahuddin Yusuf al-Ayyubi
yaitu Aziz dan Afdal. Setelah kematian Aziz.
al-Afdal berusaha meduduki jabatan Sultan, akan tetapi al-Adil
beranggapan al-Afdal tidak pantas menjadi Sulatan.
Akhirnya terjadilah peperangan antara keduanya, al-Adil
nberhasil mengalahkan al-Afdal dan beliau menjadi Sultan
di Damaskus Al-Adil merupakan seorang pemimpin
pemerintahan danpengatur strategi yang berbakat dan
efektif.
3) Malik Al-Kamil Muhammad (1218-1238 M)
Nama lengkap al-Kamil adalah al-Malik al-Kamil
Nasruddin Abu al-Maali Muhammad. Selain dipuja karena
mengalahkan dua kali pasukan salib ia juga dicaci maki karena
menyerahkan kembali kota Yerusalem kepada orang Kristen.
(Syahyim, 2003:114)
Al-Kamil adalah putra dari Adil. Pada tahun 1218
al-Kamil memimpin pertahanan menghdapi pasukan salib yang
mengepung kota Dimyat (Damietta) dan kemudian menjadi
Sulatan sepeninggal ayahnya. Pada tahun 1219, Ia hampir
kehilangan takhtanya karena konserpasi kaum kristen koptik.
Al-Kamil kemudian pergi ke Yaman untuk menghindari
35
oleh saudaranya bernama al-Mu’azzam yang menjabat sebagai
gubernur Suriah. (Syahyim, 2003:121)
Pada bulan Februari tahun 1229 M, al-Kamil menyepakati
perdamaian selama 10 tahun denga Federick II, yang berisi
antara lain:
a) Ia mngembalikan Yerusalem dan kota-kota suci lainnya
kepada pasukan Sali
b) Kaum muslimin dan yahudi dilarang memalsuki kota itu
kecuali disekitar Masjidil Aqsa dan Majid Umar.
Al-Kamil meninggal dunia pada tahun 1238 M.
Kedudukannya sebagai Sultan digantikan oleh Salih al-Ayyubi.
(Yatim, 2003:79).
4. Metode Pembelajaran Index Card Match
a. Pengertian Metode Index Card Match
Dalam interaksi belajar–mengajar, metode mengajar dipandang
sebagai salah satu faktor yang penting untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai (Soetomo, 1993:144). Semakin
baik dan tepat metode yang digunakan, maka semakin berhasil
pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Ada
beberapa metode/strategi pembelajaran yang dapat dipakai oleh guru
dalam menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik. Salah
36
Metode merupakan cara yang digunakan untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Adapun yang dimaksud dengan metode index card
match dalam terjemahan buku active learning adalah suatu cara pembelajaran yang dilakukan dengan cara mencocokkan kartu
indeks (Silberman, 2004:269). Melalui metode/strategi ini materi
yang telah disampaikan, dapat ditinjau ulang kembali dengan cara
yang menyenangkan. Menurut Zaini, dkk., materi barupun tetap bisa
diajarkan dengan strategi ini dengan catatan, siswa diberi tugas
mempelajari topik yang akan diajrkan terlebih dahulu, sehingga
ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan
(Zaini, dkk, 2007:69).
Metode index card match dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1) Buatlah potongan-potongan kertas sejumlah siswa yang ada
di dalam kelas,
2) Bagi jumlah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian
sama,
3) Tulis pertanyaan tentang materi yang telah diberikan
sebelumnya pada setengah bagian kertas yang telah
disiapkan. Setiap kertas berisi satu pertanyaan,
4) Pada separoh kertas yang lain, tulis jawaban dari
37
5) Kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antara soal
dan jawaban,
6) Beri setiap siswa satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah
aktivitas yang dilakukan berpasangan. Separoh siswa akan
mendapatkan soal dan separoh yang lain akan mendapatkan
jawaban,
7) Minta siswa untuk menemukan pasangan mereka. jika ada
yang sudah menemukan pasangan, minta mereka untuk
duduk berdekatan. Terangkan juga agar mereka tidak
memberitahu materi yang mereka dapatkan kepada teman
yang lain,
8) Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk
berdekatan, minta setiap pasangan secara bergantian untuk
membacakan soal yang diperoleh dengan keras kepada
teman-teman yang lain. selanjutnya soal tersebut dijawab
oleh pasangan-pasangan yang lain,
9) Akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan
kesimpulan. (Zaini, dkk., 2007:69-90)
b. Kelebihan dan kekurangan Metode Index Card Math
Setiap metode memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-
masing. Begitu juga dengan metode index card match. Selain memiliki kelebihan, metode ini juga memiliki kelemahan. Di antara
38 1) Kelebihan
a) Siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.
b) Siswa dapat belajar secara menyenangkan.
c) Siswa lebih termotivasi dalam belajar.
d) Materi pelajaran yang telah disampaikan akan lebih
merekat dalam pikiran siswa.
e) Meningkatkan kerjasama siswa dalam belajar.
f) Siswa dapat belajar sambil bermain.
g) Materi pelajaran dapat dengan mudah dikuasai siswa
tanpa harus dihafal.
2) Kelemahan
a) Butuh waktu lama bila diterapkan dalam kelas yang
jumlah muridnya banyak.
b) Suasana kelas dapat menjadi ramai.
c) Membutuhkan persiapan yang matang untuk membuat
soal dan jawaban dalam potongan-potongan kertas.
d) Sulit diterapkan dalam kelas yang jumlah muridnya
ganjil.
Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa metode index card
match adalah metode pembelajaran yang menyenangkan untuk kegiatan belajar mengajar, yang bertujuan untuk melatih peserta
didik agar lebih cermat dan lebih kuat pemahamannya terhadap
39
cukup lama sehingga butuh kematangan untuk membuat media yang
berupa potongan-potongan kertas untuk soal dan jawaban.
I. Kajian Pustaka
1. Penelitian Yang Relevan
Pembelajaran yang aktif selalu menjadi pembelajaran yang
sangat menarik bagi siswa. Alhasil, target atau capaian dari proses
pembelajaran menjadi mudah dipenuhi atau dicapai. Adapun hasil
penelitian lain yang menjadi acuan penulis anatara lain:
Skripsi Slamet Fachruri (2014), mahasiwa jurusan PAI Fakultas
Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga dengan judul “Penerapan Strategi
Metode Index Card Match Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas IV SD Negri
Wonosido Peturuh Purwokerto Tahun Pelajaran 2012/2013”. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Skripsi ini
membahas tentang strategi Index Card Match yang bertujuan untuk meningkat proses pembelajaran yang menyenangkan, membuat siswa
aktif dan dapat bekerja sama dalam proses pembelajaran untuk
mendapatkan hasil yang positif dari proses pembelajaran akhlak pada
siswa kelas IV, serta faktor-faktor yang mempengaruhi dalam
penerapan strategi Index Card Match.
Skripsi Yuni Umaryati (2009), mahasiswa jurusan Sejarah
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negri Semarang dengan judul
40
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII E SMP Negeri 1 Subah Kabupaten Batang”. Penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memperbaiki praksis
pendidikan. Metode yang digunakan salah satunya adalah model
pembelajaran aktif yaitu model index card match (mencari pasangan). Model pembelajaran ini melibatkan lebih banyak siswa dalam
menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut di mana siswa yang
lebih aktif dari pada gurunya.
Skripsi Anggita Nungky Pratiwi (2007), mahasiswa jurusan PAI
Fakultas Tarbiyah IAIN Sukarta dengan judul “Pengaruh Strategi Index Card Match terhadap Motivasi Belajar Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam Pada Siswa Kelas VIII SMP Sultan Agung I
Tirtomoyo Tahun Ajaran 2011/2012”. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif eksperimen. Tujuan dari penelitian ini adalah (1)
Untuk mengetahui motivasi belajar siswa sebelum menggunakan
strategi Index Card Match pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam Siswa Kelas VIII SMP Sultan Agung I Tirtomoyo Tahun Ajaran
2011/2012, (2) Untuk mengetahui motivasi belajar siswa setelah
menggunakan strategi index card match pada mata pelajaran
Pendidikan Agama (3) Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
motivasi belajar sebelum dan setelah menggunakan strategi Index Card
41
Ketiga penelitian di atas mempunyai persamaan dengan skripsi
ini yaitu sama-sama menggunakan metode Index Card Match.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan dengan siklus berulang, di mana setiap
siklus memiliki empat kegiatan yaitu, perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), refleksi (reflection).
Perbedaan ketiga skripsi di atas dengan skripsi yang diangkat
yaitu dalam tujuan penelitian, di mana pada ketiga skripsi di atas
metode Index Card Match hanya digunakan untuk menambah motivasi
siswa dalam pembelajaran dan juga menambah minat belajar siswa.
Sedangkan pada penelitian ini penulis menekankan penggunakan Index Card Match sebagai metode untuk menambah motivasi siswa,
42
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
J. Gambaran Umum MTs YASPIA Ngroto
1. Identitas Madrasah
Nama Sekolah : MTs YASPIA Ngroto
Alamat : Jl. Kauman No. 2B Ngroto Gubug Grobogan
Kecamatan : Gubug
Kabupaten : Grobogan
Propinsi : Jawa Tengah
Kode Pos : 58164
Telepon : (0292) 5135577
Email : mts.yaspia@gmail.com
Nama Yayasan : YASPIA
NSS : 121233150067
Jenjang Akreditasi : TERAKREDITASI A
Status Madrasah : Swasta
Tahun Beroperasi : 1985
Status Tanah : a. Luas Tanah : 3.600 M2
b. Luas Bangunan : 192 M2
(Hasil dokumentasi pada tanggal 28 Februari 2017, di MTs YASPIA
43
2. Data Fisik (Sarana-Prasarana)
Madrasah Tsanawiyah YASPIA Ngroto memiliki beberapa fasilitas
sarana prasarana di antaranya adalah :
a. Tanah dan gedung dengan ukuran luas tanah 3.600 M2 dan luas
bangunan 192 M2
b. Lokasi strategis dengan akses yang mudah dijangkau masyarakat
c. Ruang kelas yang kondusif untuk kegiatan belajar mengajar (KBM)
d. Ruang perpustakaan yang memadai
e. Laboratorium bahasa, komputer dan IPA yang representatif
f. Mushola yang cukup luas (Hasil dokumentasi pada tanggal 28
Februari 2017, di MTs YASPIA Ngroto)
Tabel.3.1 Data Ruang MTs YASPIA Ngroto
44
2,5 4 10
10. Ruang BK 2,5 8 20
11. Gudang 1 2,5 8 20
12. Kelas 9A 8 9 72
13. UKS 4 4 16
14. Mushola 15 8 120
15. Toilet depan 4 2 8
16. Tempat Upacara 15 10 150
17. Tempat Olahraga 25 20 500
18. Ruang Sirkulisasi 1 2 13 26
Ruang Sirkulisasi 2 2 8 16
Ruang Sirkulisasi 3 2 8 16
Ruang Sirkulisasi 4 5 2 10
LUAS TOTAL 1284
(Hasil dokumentasi pada tanggal 28 Februari 2017, di MTs YASPIA
45
3. Data Siswa dan Guru
Tabel 3.2 Jumlah Siswa Tahun 2016/2017
KELAS Jumlah Siswa
VII 141
VIII 177
IX 156
Jumlah 474
(Hasil dokumentasi pada tanggal 28 Februari 2017, di MTs YASPIA
Ngroto)
Tabel 3.3 Data Guru MTs YASPIA Ngroto
No. Nama Gelar Akademik
1. Mamiek Durroh N -
2. Shodiq S.Pd
3. Hanif Asro S.Ag
4. Muhammad Ainun Najib S.Pd.I
5. Wiyono S.Pd
6. Rahmatul Bari S.Pd
7. Musafakhah S.Pd
8. Nurul Aini S.Pd
9. Musafak S.Pd
46
11. Khoirun Nukman S.Pd.I
12. Nur Haini Anggraini S.Pd.I
13. Umiyatun S.Pd
14. Nurul Khulwiyah S.Pd
15. Muh Hani S.Pd
16. Qosim Muhajir -
17. Yudo Sulistyo S.Pd
18. Sunardi S.Pd
19. Muhamad Fajrul Hasan -
20. Suprihadi S.Pd.I
21. Ghufron -
22. Ahmad Yusril -
23. Miftahul Huda -
24. Muslih S.Pd.I
25. Hidayah S.Pd
26. Misbah -
27. Jupri AF -
28. Sugeng S.Pd
29. Munsyakiroh S.Pd
(Hasil dokumentasi pada tanggal 28 Februari 2017, di MTs YASPIA
47
4. Visi dan Misi
Visi : Terwujudnya Generasi Islam Yang Maju Berilmu dan Mulia
Bertaqwa
Misi :
a. Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dalam pencapaian
prestasi akademik dan non akademik.
b. Mewujudkan pembelajaran dan pembiasaan dalam mencintai dan
membangun bangsa, agama dan negaranya.
c. Mewujudkan pembentukan karakter Islami yang mampu
mengaktualisasikan dan membiasakan diri dalam masyarakat
dengan bertutur-sapa yang santun dan berperilaku terpuji-mulia.
d. Menanamkan dalam sanubari peserta didik nilai-nilai kepatuhan dan
ketaqwaan terhadap Allah SWT. (Hasil dokumentasi pada tanggal
28 Februari 2017, di MTs YASPIA Ngroto)
K. Lokasi dan Waktu penelitian
1. Lokasi Penelitian
Tempat Penelitian : MTs YASPIA Ngroto
Alamat Penelitian : Jl. Kauman No. 2B RT 03 RW 04, Desa Ngroto,
Kec. Gubug, Kab. Grobogan, Telepon (0292)
5135577.
48
Materi Pokok : Memahami kebudayaan Islam pada masa
Dinasti Al Ayyubiyyah
Kelas/ Semester : VIII B/II
2. Jadwal Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini akan dilaksanakan pada bulan
Mei 2017, di kelas VIII B MTs YASPIA Ngroto kecamatan Gubug
Kabupaten Grobogan. (Hasil Observasi pada tanggal 10 April 2017, di
MTs YASPIA Ngroto)
L. Deskripsi Per Siklus
1. Deskripsi Pra Siklus
Mata pelajaran SKI merupakan salah satu mata pelajaran yang ada
dalam kurikulum Madrasah. Melalui pelajaran SKI, siswa diajarkan
tentang hal-hal yang berkaitan dengan sejarah perkembangan
kebudayaan Islam. Hal ini sangat besar manfaatnya bagi para siswa.
Selain menambah wawasan mereka tentang Islam, juga dapat
menumbuhkan semangat siswa sebagai generasi muda Islam untuk terus
berprestasi demi masa depan yang lebih baik.
Namun dalam praktiknya, pelajaran SKI kurang diminati oleh
sebagian besar siswa. Khususnya di kelas VIII B MTs YASPIA Ngroto
ini, kurang mendapatkan tempat di hati para siswa. Ketika
proses pembelajaran SKI berlangsung, sebagian besar siswa kurang
49
Salah satu penyebabnya adalah metode yang digunakan guru
kurang bervariatif. Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah
dalam menyampaikan materi SKI. Penempatan jam mata pelajaran SKI
juga menyebabkan menurunnya semangat siswa untuk mengikuti
pembelajaran SKI.
Oleh karena itu, dibutuhkan suatu metode pembelajaran yang dapat
menarik minat belajar siswa di tengah-tengah rendahnya semangat
belajar mereka pada jam terakhir. Maka, peneliti dalam hal ini akan
mencoba menerapkan metode index card match. Melalui metode ini
materi SKI dapat diajarkan dengan cara yang menyenangkan. Sehingga
siswa tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran SKI.
Untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum dilaksanakannya
siklus, peneliti berpedoman pada nilai hasil pre test. Diperoleh data
bahwa sebanyak 24 siswa mendapat nilai di bawah standar nilai KKM
75.
2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus 1
Siklus I dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 9 Mei 2017 pada
pukul 10.50-12.10 sesuai jadwal pelajaran kelas VIII B MTs YASPIA
Ngroto, Kec. Gubug, Kab. Grobogan. Tiap pembelajaran siklus terdiri
dari 4 tahap yang terdiri planning (perencanaan), acting (pelaksanaan),
observasing and evaluating (pengamatan dan evaluasi), dan reflecting