• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tidak dapat dipungkiri bahwa teori value chain yang diperkenalkan Michael Porter pada pertengahan tahun 80-an merupakan awal dar

Dalam dokumen Manajemen Informasi dan Teknologi Informasi. (Halaman 116-121)

sebuah era yang cukup monumental, dimana sejumlah perusahaan-

perusahaan besar di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan

negara-negara industri di benua Eropa berlomba-lomba untuk merubah

pendekatan bisnisnya agar memperoleh keunggulan kompetitif.

Pengembangan kerangka value chain yang di kemudian hari menjadi

supply chain ini secara prinsip membagi aktivitas-aktivitas yang ada di

dalam perusahaan menjadi proses utama dan proses pendukung. Proses

utama dianggap sebagai urutan aktivitas-aktivitas yang memiliki nilai

tambah (value added) sementara proses pendukung diperlukan untuk

membantu proses-proses utama yang ada. Keberadaan teknologi secara

alami dapat berada di kedua domain tersebut, tergantung dari tingkat

kebutuhan dan utilisasinya.

Tidak ada teori yang sepopuler “value chain”-nya Michael Porter (Porter, 1985) di era organisasi modern saat ini, terutama yang berkaitan dengan process reengineering (pendekatan Business Process Reengineering sendiri diperkenalkan oleh Michael Hammer, namun Michael Porter memberikan kerangka metodologi untuk mengadakan process reengineering). Porter menyarankan bahwa langkah awal yang harus dilakukan baik dalam menganalisa maupun mendesain proses bisnis yang ada di perusahaan adalah dengan membuat “value chain” (rantai nilai) dari proses-proses utama (core processes) dan aktivitas penunjangnya (supporting activities). Proses utama tidak lain adalah urutan global proses yang terjadi di perusahaan, mulai dari bahan mentah yang diperoleh dari supplier, diolah oleh perusahaan, sampai ke tangan customer atau pembeli produk maupun jasa. Gambar di bawah ini merupakan “generic value chain” yang diperkenalkan Michael Porter dalam buku klasiknya “Competitive Advantage”.

Namun ada satu kritik yang diberikan oleh beberapa praktisi sehubungan dengan “generic value chain” di atas. Pada saat Porter mengajukan teorinya ini, teknologi informasi belum semaju saat ini, sehingga di dalam supporting activities, yang bersangkutan meletakkannya sebagai salah satu bagian dari teknologi umum, yang notabene berfungsi sebagai aktivitas penunjang proses-proses utama perusahaan (ingat teori lama yang mengatakan bahwa “information technology has to support the business” dibandingkan dengan teori baru seperti “business has to follow the information technology to gain competitive advantage” atau “business should align with information technology development”).

Sumber: Michael Porter et.al., 1985. FIRM INFRASTRUCTURE HUMAN RESOURCE MANAGEMENT

TECHNOLOGY DEVELOPMENT PROCUREMENT INBOUND LOGISTICS OPERATIONS OUTBOUND LOGISTICS MARKETING

AND SALES SERVICE

FIRM INFRASTRUCTURE HUMAN RESOURCE MANAGEMENT

TECHNOLOGY DEVELOPMENT PROCUREMENT INBOUND LOGISTICS OPERATIONS OUTBOUND LOGISTICS MARKETING

AND SALES SERVICE INBOUND

LOGISTICS OPERATIONS

OUTBOUND LOGISTICS

MARKETING

Masalah utama dengan pendekatan ini adalah, bahwa dengan mengklasifikasikan teknologi informasi sebagai fasilitas penunjang, pelaku bisnis akan melihatnya lebih sebagai “non-value added activity” (aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah) sehingga investasi yang diberikan akan dibatasi seminimum mungkin (karena sifatnya sebagai salah satu “cost center”. Memang hal ini cukup tepat jika ingin diterapkan pada perusahaan-perusahaan manufaktur, namun kalau metode yang sama ingin diterapkan pada perusahaan yang bergerak di bidang jasa, akan berdampak cukup fatal. Mengapa? Karena dalam perusahaan jasa, yang menjadi kunci adalah kepuasan pelanggan penerima jasa yang ditawarkan perusahaan. Kepuasan pelanggan dalam hal ini tidak hanya berdasarkan kualitas pelayanan saja, namun lebih kepada fleksibilitas menerima pelayanan tersebut. Contohnya adalah seorang nasabah yang ingin dapat mentransfer uangnya ke mana saja, kapan saja, di mana saja, dan melalui cara apa saja. Tentu saja teknologi informasi di sini merupakan komponen utama dalam “core processes”.

Melihat kelemahan tersebut, Porter dalam bukunya yang lain memasukkan unsur teknologi informasi ke dalam kerangka “value chain”-nya. Sesuai dengan teori “competitive advantage” yang ditawarkan, ada dua cara untuk melakukan persaingan dalam bisnis (Remenyi et.al., 1995):

 Product Differentiation – dengan menawarkan produk yang sama sekali

baru dan sulit ditiru oleh para pesaing lain; atau

 Lower Price – dengan cara menjual produk sejenis dengan harga yang

lebih murah.

Berikut ini adalah contoh-contoh aplikasi yang dapat dimanfaatkan organisasi atau perusahaan untuk dapat menghasilkan suatu produk yang lebih murah daripada kompetitor (lower price) dan bagaimana aplikasi-aplikasi teknologi informasi dapat dilibatkan dalam kerangka “value chain" untuk membantu strategi “product differentiation”.

Hal pokok yang harus diperhatikan sehubungan dengan hal ini adalah manajemen harus dapat membedakan, aplikasi teknologi informasi mana saja yang termasuk “core processes” dan yang merupakan “support activities”. Sebuah konsultan internasional memberikan definisi khusus mengenai kriteria proses “value added” (yang pada dasarnya dapat digolongkan sebagai “core processes”) sebagai berikut:

o Sesuatu hal yang sangat kritikal bagi bisnis perusahaan (“critical to the business”), tanpa proses yang bersangkutan, perusahaan tidak dapat berlangsung (terpaksa gulung tikar);

o Sesuatu yang secara langsung terlibat dalam proses penciptaan produk atau pelayanan yang ditawarkan perusahaan; dan

o Pelanggan bersedia “membayar” untuk keperluan proses tersebut (“customer is willing to pay for the activities”); misalnya seorang nasabah yang mau membayar ekstra Rp 50,000 per bulan untuk mendapatkan kartu ATM khusus yang dapat dipergunakan di seluruh dunia.

Sumber: Michael Porter et.al., 1985.

Investasi teknologi informasi yang layak dilakukan, adalah yang secara jelas berfungsi dalam mendukung proses “value added” di atas. Sementara untuk hal-hal yang bersifat “non-value added”, sedapat mungkin investasi teknologi informasi harus ditekan secara minimal, karena secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi biaya pembuatan produk atau pelayanan yang ditawarkan kepada pelanggan (karena biaya ini akan dikompensasikan ke dalam harga produk atau pelayanan), yang kalau tidak dikontrol dengan baik, akan mengakibatkan sulitnya perusahaan berkompetisi dengan para pesaing yang menawarkan produk dan pelayanan sama dengan harga yang lebih murah…..

Flatter structure organization cuts corporate overhead

Simplified Information system reduces costs of

accounting department Employee policies minimize

production costs

Training production employees reduces waste and scrap. Process breakthrough

lowers production costs

Product reformulation allows use of cheaper ingredients Global purchasing delivers low

cost components from offshore

Real estate purchases in rural areas significantly lower cost of building new plant.

Long term “ win win “ relationship result in supplier’s passing through cost savings Economy of scale in plant reduces manufacturing costs Experience effects raise efficiency over time Computerized Routing lowers transportation expenses Shipping in bulk lowers transportation

cost per ton

National advertising campaign creates economies of scale in buying media space and time Expert service technicians repair product right the first time, avoiding

the expense of follow-up calls COST LEADERSHIP

Flatter structure organization cuts corporate overhead

Simplified Information system reduces costs of

accounting department Employee policies minimize

production costs

Training production employees reduces waste and scrap. Process breakthrough

lowers production costs

Product reformulation allows use of cheaper ingredients Global purchasing delivers low

cost components from offshore

Real estate purchases in rural areas significantly lower cost of building new plant.

Long term “ win win “ relationship result in supplier’s passing through cost savings Economy of scale in plant reduces manufacturing costs Experience effects raise efficiency over time Computerized Routing lowers transportation expenses Shipping in bulk lowers transportation

cost per ton

National advertising campaign creates economies of scale in buying media space and time Expert service technicians repair product right the first time, avoiding

the expense of follow-up calls Expert service technicians repair product right the first time, avoiding

the expense of follow-up calls COST LEADERSHIP

Sumber : Michael Porter et.al., 1985.

Extensive database on consumers suggest more effective advertising

“Celebrity” CEO reinforces company image

Incentive programs encourage high-quality production

Training programs produce better service

representatives Patented production technology produces superior quality product

Purchase of components of finished product raises brand image name

Most effective media space is purchased for advertising

Superior incoming materials raise quality of finished products Low defect rages improve customer satisfaction Conformance specification improve product performance Just-in-time delivery to suppliers Better shipping procedures minimize damages Effective advertising builds Image

Courteous repair and service technicians build rapport with customers Replacing with high-quality parts assures product’s ability to perform Superior technical product sales customer data aid in selection. DIFFERENTIATION Extensive database on consumers suggest more effective advertising

“Celebrity” CEO reinforces company image

Incentive programs encourage high-quality production

Training programs produce better service

representatives Patented production technology produces superior quality product

Purchase of components of finished product raises brand image name

Most effective media space is purchased for advertising

Superior incoming materials raise quality of finished products Low defect rages improve customer satisfaction Conformance specification improve product performance Just-in-time delivery to suppliers Better shipping procedures minimize damages Effective advertising builds Image

Courteous repair and service technicians build rapport with customers Replacing with high-quality parts assures product’s ability to perform Replacing with high-quality parts assures product’s ability to perform Superior technical product sales customer data aid in selection. Superior technical product sales customer data aid in selection. DIFFERENTIATION

S T R A T E G I C O P T I O N

G E N E R A T O R

T E K N I K M E N G E M B A N G K A N P O T E N S I S I S T E M I N F O R M A S I

Seperti layaknya sebuah senjata, teknologi informasi harus dapat

Dalam dokumen Manajemen Informasi dan Teknologi Informasi. (Halaman 116-121)

Garis besar

Dokumen terkait