BAB II KEDUDUKAN PENGURUS PERSEROAN MENURUT
B. Direksi Sebagai Pengurus Perseroan Terbatas
1. Direksi sebagai pengurus perseroan terbatas Direksi adalah :31
a. Organ perseroan,
Organ perseroan terdiri dari RUPS, direksi dan komisaris.32
b. Bertanggungjawab penuh atas pengurusan perseroan
Tiap-tiap organ perseroan tersebut memiliki fungsi masing-masing,mempunyai kedudukan paralel dan satu tidak berada di bawah yang lainnya. Apabila anggota direksi terdiri lebih dari satu orang maka mereka merupakan dewan pengurus atau dewan pimpinan perusahaan yang disebut the Board of Directors, yang apabila diterjemahkan berarti dewan direksi. Namun perlu diketahui bahwa ini hanya penamaan saja dan bukan dalam arti tanggung jawab menurut sistem Anglo Saxon atau Amerika karena dalam sistem ini anggota direksi dipilih dan diangkat oleh para pemegang saham.
30
Kurniawan , Op.Cit., hlm. 64.
31
Gatot Supramono, Hukum Perseroan Terbatas yang Baru (Jakarta: Djambatan, 1996) hlm. 73-77.
32
Direksi menjalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroa. 33
Terdapat confidential relation antara perseroan sebagai badan hukum dengan pengurus sebagai natural person, yang dibebankan tugas dan kewajiban berdasarkan fiduciary, yang dilaksanakan untuk kepentingan dan tujuan perseroan. Oleh karena itu, direksi melakukan tugas dan kewajiban atau tindakan hukum berdasarkan kemampuan serta kehati-hatian (duty of skill dan care) yang diperlukan untuk mewujudkan kepentingan dan tujuan perseoan. Dalam hal ini, pada akhirnya fiduciary juga bermanfaat bagi pemegang saham secara keseluruhan karena kepentingan perseroan adalah identik dengan kepentingan pemegang saham dan juga termasuk di dalamnya kepentingan pihak kreditur perseroan. Kewenangan pengurusan perseroan diberikan oleh undang-undang kepada direksi untuk melakukan tindakan-tindakan hukum yang diperlukan atau kewenangan pengurus dipercayakan kepada direksi agar Direksi bertanggungjawab penuh atas pengurusan perseroan yang diatur dalam Pasal 97 ayat (2) UUPT yang menyatakan, setiap pengurus wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan.Tanggung jawab penuh tersebut menurut Pasal 98 UUPT berupa tanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan.
33
direksi dengan itikad baik senantiasa bertindak semata-mata demi kepentingan dan tujuan perseroan (duty of loyalty).
Ada kalanya dalam pengurusan terdapat pertentangan/benturan kepentingan antara direksi secara pribadi dengan perseroan, antara lain sebagai berikut :
1) Direksi tidak boleh menggunakan kekayaan atau uang perseroan untuk membuat keuntungan bagi dirinya.
Apabila terjadi demikian, dia tidak hanya melanggar tugasnya (breach of his duty), tetapi keuntungan yang diperoleh akan menjadi milik perseroan. Direksi yang menyalahgunakan kekayaan perseroan untuk keuntungan sendiri bisa dituntut secara pribadi karena harat perseroan hanya boleh digunakan utnuk tujuan yang telah ditentukan.
2) Direksi tidak boleh menggunakan informasi yang diperoleh atas dasar jabatan untuk membuat keuntungan bagi dirinya.
Maksudnya adalah menggunakan informasi tersebut guna memperoleh keuntungan bagi dirinya sendiri atau untuk orang lain yangn mengakibatkan kerugian pada perseroan. Direksi mengetahui bahwa perusahaannya mendapat risiko likuidasi dan menggunakan informasi tersebut untuk melindungi dirinya dan perusahaan lain yang dia juga sebagai direksi dari konsekuensi likuidasi tersebut, terhadap kerugian para kreditur yang bertindak secara tidak wajar.
3) Direksi tidak boleh menggunakan jabatannya untuk mendapatlan keuntungan pribadi.
Apabila direksi menggunakan jabatannya untuk memperoleh keuntungan pribadi, dia bertanggungjawab kepada perusahaan. Jadi apabila direksi menerima suap karena jabatan, dan secara jelas melanggar fiduciary duty.
4) Direksi tidak boleh menahan keuntungan yang dibuat dengan alasan dan didalam fiduciary relationship-nya dengan perusahaan.
Peraturan terhadap direksi making a secret profit sangat keras. Keuntungan atau manfaat tersebut harus dilaporkan kepada perusahaan dan disetujui. Bila tidak direksi harus bertanggung jawab.
Selain itu ada yang disebut dengan corporate opportunity doctrine yaitu suatu doktrin yang mencegah adanya pengalihan atau penyelewengan oleh direksi atas business opportunities yang seharusnya dimiliki oleh perusahaan. Direksi terikat untuk tidak mengambil keuntungan pribadi (no secret profit rule) atas opportunity yang seharusnya menjadi milik perseroan.
c. Melakukan tindakan berdasarkan kepentingan dan tujuan perseroan, serta d. Mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan, sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.
2. Kewajiban direksi/anggota dalam pengelolaan perseroan terbatas a. Direksi wajib :34
1) Membuat dan memelihara daftar pemegang saham, risalah RUPS dan risalah rapat direksi; dan
34
2) Menyelenggarakan pembukuan perseroan yang semuanya disimpan di tempat kedudukan perseroan.
Atas permohonan tertulis dari pemegang saham. Direksi memberi izin kepada pemegang saham untuk memeriksa dan mendapatkan salinan daftar pemegang saham, risalah dan pembukuan seperti tersebut pada huruf a dan b di atas.
3) Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk mengalihkan atau menjadikan utang seluruh atau sebagian besar kekayaan perseroan dan tidak boleh merugikan pihak ketiga yang beritikad baik serta mengumumkan dalam surat kabar paling lambat tiga puluh hari sejak perbuatan hukum tersebut dilakukan. Dan keputusan RUPS sah apabila dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili paling sedikit ¾ (tiga perempat) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dan disetujui oleh paling sedikit ¾ (tiga perempat) bagian dari jumlah suara tersebut.
4) Direksi wajib mendaftarkan dalam daftar perusahaan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan:
a) Akta pendirian beserta surat pengesahan menteri (yaitu setelah perseroan memperoleh status badan hukum);
b) Akta perubahan anggaran dasar beserta surat persetujuan menteri atas perubahan tertentu yang sifatnya mendasar seperti dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) UUPT;
c) Akta perubahan anggaran dasar beserta laporan kepada menteri atas perubahan selain dimaksud Pasal 15 ayat (2) UUPT.
Jangka waktu yang dimiliki direksi untuk melakukan permohonan adalah paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak pendaftaran, direksi melakukan permohonan pengumuman perseroan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia. Selama pendaftaran dan pengumuman tersebut belum dilakukan, maka anggota direksi secara tanggung renteng bertanggungjawab atas segala perbuatan hukum yang dilakukan perseroan. Selain itu, anggota direksi juga bertanggungjawab secara tanggung renteng atas semua kerugian yang diderita pemegang saham yang beritikad baik, yang timbul akibat batal demi hukum karena perolehan saham oleh perseroan baik secara langsung maupun tidak langsung bertentangan dengan ketentuan Pasal 30 ayat (1) UUPT.
b. Anggota direksi wajib melaporkan kepemilikan sahamnya, dan atau keluarganya (istri/suami dan anak-anaknya) kepada perseroan tersebut dan perseroan lain.
c. Direksi wajib mencatat pemindahan hak atas saham atas nama, tanggal, dan hari pemindahan hak tersebut dalam daftar pemegang saham atau daftar khusus.
d. Direksi wajib memberitahukan secara tertulis keputusan RUPS tentang pengurangan modal perseroan kepada semua kreditur dan
mengumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia serta dua surat kabar harian paling lambat tujuh hari terhitung sejak tanggal keputusan.
e. Direksi wajib menyerahkan perhitungan tahunan perseroan kepada akuntan untuk diperiksa apabila :
1) Bidang usaha perseroan berkaitan dengan pengarahan dana masyarakat (bank, asuransi, dan reksa dana);
2) Perseroan mengeluarkan surat pengakuan utang (obligasi); atau 3) Perseroan merupakan perseroan terbuka.
f. Direksi menyelenggarakan RUPS tahunan dan untuk kepentingan perseroan berwenang menyelenggarakan RUPS lainnya. Panggilan RUPS adalah kewajiban direksi.
3. Tugas direksi dalam mengurus perseroan terbatas
Tugas direksi secara umum dilaksanakan dengan prinsip fiduciary duty adalah untuk mengurus dan menjalankan perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan serta usaha perseroan. Oleh karena itu, implementasi prinsip tersebut dalam UUPT yang dikemukakan di atas masih bersifat umum.
Direksi dalam menjalankan tugasnya sebagai pengurus kepadanya dibebankan kewajiban fiduciary duty. Dikatakan oleh Gower, dalam common law principles, fiduciary duty direksi terdiri atas dua jenis duty berikut:35
a. Fiduciary duties of loyalty and good faith
35
Freddy Harris dan Terry Anggoro, Hukum Perseroan Terbatas Kewajiban Pemberitahuan Oleh Direksi (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 54.
Direksi yang dibebankan oleh kewajiban harus mempunyai itikad baik dan dianggap setia sampai dibuktikan sebaliknya. Direksi harus selalu dianggap tidak akan menyalahgunakan kesempatan dan kewenanagn, melakukan perbuatan hukum atau transaksi yang merugikan kepentingan atau usaha perseroan demi kepentingan pribadi. Dalam hal ini kesetiaan dan itikad baik seorang direksi dikelompokkan menjadi hal-hal sebagai berikut:
1) Direksi diwajibkan untuk melakukan pengurusan perseroan hanya untuk kepentingan perseroan semata. Untuk membuktikan sampai seberapa jauh suatu tindakan yang diambil oleh direksi untuk kepentingan perseroan, maka hal tersebut harus dipulangkan kembali pada direksi. Direksi harus mengetahui dan memiliki penilaian sendiri tentang tindakan yang menurut pertimbangannya adalah sesuatu yang harus atau tidak dilakukan untuk kepentingan perseroan.
2) Direksi diharapkan dapat bertindak adil dalam memberikan manfaat yang optimum bagi perseroan dengan menjalankan tujuan dari perseroan. Direksi tidak dapat melakukan tindakan di luar dari tujuan perseroan, walaupun menurut pertimbangannya tindakan tersebut baik bagi perseroan.
3) Direksi tidak boleh melakukan pembatasan dini untuk bertindak sesuai dengan tujuan dan kepentingan perseroan. Direksi dalam menjalankan tugasnya harus tetap bebas dalam mengambil keputusan atau membuat kebijaksanaan sesuai pertimbangan bisnis. Direksi harus melakukan
kegiatan sesuai dengan jalan pikiranny sendiri. Keputusan diambil dengan itikad baik dan tujuan yang benar dan melaksanakannya berdasarkan pertimbangan praktis yang terbaik bagi perseroan.
Direksi memiliki kewajiban untuk menghindari terjadinya suatu keadaan yang tidak memungkinkan direksi untuk bertindak secara wajar demi tujuan dan kepentingan perseroan. Kewajiban ini melarang direksi menempatkan diri pada suatu keadaan yang memungkinkan direksi bertindak untuk kepentingan direksi sendiri. Sedangkan pada saat yang bersamaan direksi harus bertindak mewakili untuk dan atas nama perseroan.
b. Duty to exercise care and diligence ( duty of skill and care)
Direksi dituntut untuk melaksanakan tugasnya dengan rajin (diligently), penuh kehati-hatian (carefull) dan pintar serta terampil (skillfully), hal ini biasanya disebut dengan standart of conduct. Secara hukum, direksi tidak diharapkan memiliki tingkat keahlian lebih, kecuali hanya setingkat dapat diharapkan secara wajar dari orang yang sama pengetahuan dan sama pengalamannya. Namun apabila direksi tidak meminta pendapat ahli dalam suatu pengambilan keputusan yang komples, maka direksi tersebut telah melanggar duties of care. Pelanggaran duty of care oleh satu orang direksi dapat mengakibatkan bertanggungjawabnya seluruh anggota direksi. Hal ini didasari pada pemikiran bahwa semua anggota direksi sudah seharusnya memiliki pemahaman yang sama mengenai perseroan harus dijalankan , sekalipun dalam kondisi yang sulit.
Direksi berkewajiban dalam menjalankan pengurusan perseroan harus sangat berhati-hati. Namun di sisi lain, direksi juga dituntut untuk mengambil keputusan secara tepat dan cepat dengan tujuan mendatangkan keuntungan bagi perseroan. Keputusan yang diambil direksi tersebut bukan tanpa ada resiko bisnis yang mengikuti. Karena itu, keberadaan prinsip duty of care biasanya diimbangi dengan prinsip business judgement rule untuk melindungi direksi dari pertanggungjawaban atas setiap keputusan yang diambil direksi yang mengakibatkan kerugian bagi perseroan. Namun, perlindungan tersebut berlaku sepanjang keputusan yang diambil direksi tersebut dilakukan dalam batas-batas kewenangan direksi dengan dasar kehati-hatian dan itikad baik (duty of loyalty).36
Tugas direksi sebagai pengurus perseroan yang terdapat dalam UUPT, antara lain sebagai berikut:37
a. Tugas untuk melakukan pemenuhan persyaratan perseroan menjadi badan hukum, meminta pengesahan, persetujuan, pelaporan, dan pengumuman, baik pada akta pendirian maupun dalam akta perubahan diatur dalam Pasal 8 UUPT.
b. Tugas untuk melakukan pembelian kembali saham yang telah dikeluarkan sesuai prosedur dan tata cara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1),(2), (3) dan (4) UUPT.
36
Freddy Harris dan Teddy Anggoro, Op.Cit., hlm. 57.
37
Try Widiyono, Direksi Perseroan Terbatas (Bank & Perseroan) (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hlm.12.
c. Tugas untuk membuat dan memelihara daftar pemegang saham, risalah RUPS, risalah rapat direksi, dan menyelenggarakan pembukuan perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 ayat (1) huruf a dan c UUPT. d. Tugas untuk menyerahkan perhitungan tahunan perseroan yang benar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 ayat (1) huruf b UUPT.
e. Tugas untuk melaporkan kepada perseroan mengenai kepemilikan sahamnya dan atau keluarganya pada perseroan tersebut dan perseroan lain Pasal 101 UUPT.
f. Tugas untuk meminta persetujuan RUPS untuk mengalihkan atau menjadikan jaminan utang seluruh atau sebagian besar kekayaan perseroan dengan prosedur dan tata cara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102 UUPT.
g. Tugas yang secara khusus harus dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
h. Tugas-tugas lain yang secara rinci terdapat dalam anggaran dasar perseroan.
Tugas dan kewenangan yang terdapat dalam anggaran dasar harus diletakkan pada prinsip bahwa anggaran dasar mempunyai kedudukan yang sangat tinggi. Sebab, dalam UUPT tidak secara formal disebutkan bahwa direksi harus menjalankan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Disamping itu, secara formal juga tidak disebutkan bahwa pembuatan anggaran dasar harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Namun, tidak berarti bahwa direksi dalam menjalankan tugas kepengurusan tersebut dapat melanggar
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Terdapat banyak alasan mengenai hal ini, antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut:38
a. Pasal 2 UUPT menyatakan :
“Perseroan harus mempunyai maksud dan tujuan serta kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, ketertiban umum, dan/atau kesusilaan”.
b. Pasal 4 UUPT menyatakan :
“Terhadap perseroan berlaku Undang-Undang ini, anggaran dasar perseroan, dan peraturan perundang-undangan lainnya”.
c. Peraturan perundang-undangan lain yang harus diikuti adalah hukum publik yang bersifat memaksa siapa saja, baik disebutkan atau tidak baik mengetahui atau tidak berdasarkan adagium bahwa semua orang mengetahui tentang hukum.
d. Pengangkatan direksi perseroan oleh RUPS adalah timbul dan mengikat berdasarkan perikatan yang timbul oleh karena perundang-undangan, yakni UUPT. Oleh karena sebagai perikatan, maka tindakan direksi dalam mengurus perseroan harus dilakukan secara “halal”, yaitu tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, tidak boleh bertentangan dengan kesusilaan dan tidak boleh bertentangan dengan ketertiban umum.
e. Semua anggaran dasar perseroan yang mengatur tugas dan kewenanangan direksi, selalu terdapat klausula bahwa tindakan dan kewenangan direksi
38
tersebut harus memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kewenangan direksi yang tercantum dalam anggaran dasar tidak dapat dijalankan secara mutlak oleh karena adanya ketentuan perundang-undangan yang mengatur dan membatasi kewenangan tersebut. Hal yang penting untuk diperhatikan adalah sanksi yang diberikan jika peraturan perundang-undangan tersebut dilanggar. Sebab, tidak sedikit peraturan perundang-undangan yang tidak memberikan sanksi yang tegas terhadap pelanggaranya dan dengan demikian, norma itu menjadi kehilangan makna.39