• Tidak ada hasil yang ditemukan

DASAR PERSEROAN BERKENANAAN DENGAN PENGELOLAAN PERUSAHAAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007

Bab ini diuraikan mengenai penyebab perubahan anggaran dasar menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, akibat perubahan anggaran dasar menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, perubahan pengurus pada anggaran

dasar perseroan berkenanaan dengan pengelolaan perusahaan menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007.

BAB IV TANGGUNG JAWAB PENGURUS BARU YANG

BELUM DIBERITAHUKAN KEPADA MENTERI DALAM PENGELOLAAN PERUSAHAAN

Bab ini di dalamnya diuraikan mengenai efektifitas pengurus perusahaan dalampengelolaan perusahaan yang belum diberitahukan kepada menteri, tanggung jawab pengurus baru yang belum diberitahukan kepadamenteri dalam pengelolaan perusahaan, pembebasan tanggung jawab pengurus baru yang belum diberitahukan kepada menteri dalam pengelolaan perusahaan.

BAB V PENUTUP

Merupakan kesimpulan dari bab-bab yang telah dibahas sebelumnya dan saran-saran yang mungkin berguna bagi pihak-pihak dalam mengelola perusahaan dan juga bagi orang-orang yang membacanya.

BAB II

KEDUDUKAN PENGURUS PERSEROAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007

A. Ketentuan Umum tentang Perseroan Terbatas

1. Istilah dan pengertian perseroan terbatas

Istilah PT berasal dari istilah Hukum Dagang Belanda Wetbook van Koophandel (Wvk) yaitu Naamloze Vennootschap dengan singkatan NV. 18 Hukum perusahaan Inggris, PT dikenal dengan istilah Limited Company. Company memberikan makna bahwa lembaga usaha yang dilaksanakan atau diselenggarakan itu tidak seorang diri, tetapi terdiri atas beberapa orang yang tergabung dalam suatu badan. Limited menunjukkan terbatasnya tanggung jawab pemegang saham, dalam arti bertanggung jawab tidak lebih dan semata-mata dengan harta kekayaanyang terhimpun dalam badan hukum tersebut. Dengan kata lain, hukum Inggris lebih menampilkan segi tanggung jawabnya.19

Adapun pada hukum perusahaan Jerman. PT dikenal dengan istilah aktein gesellschaft. Aktein adalah saham, sedangkan gesellschaft adalah himpunan. Hukum Jerman lebih menampilkan segi saham yang merupakan ciri bentuk usaha ini.20

Isitilah perseroan terbatas terdiri dari dua kata, yaitu perseroan dan terbatas. Perseroan merujuk pada modal PT yang terdiri atas sero-sero atau

18

Kurniawan, Op.Cit., hlm. 57.

19

Rudi Prasetya, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas (Bandung: Citra Aditya Bakti,1996), hlm. 43.

20

saham-saham. Adapun kata terbatas merujuk pada tanggung jawab pemegang saham yang luasnya hanya terbatas pada nilai nominal semua saham yang dimilikinya.21

Perseroan terbatas merupakan persekutuan untuk menjalankan perusahaan tertentu dengan menggunakan suatu modal dasar yang dibagi dalam sejumlah saham atau sero tertentu, masing-masing berisikan jumlah uang tertentu pula ilah jumlah nominal, sebagai ditetapkan dalam akta notaris pendirian perseroan terbatas, akta mana wajib dimintakan pengesahannya oleh menteri, sedangkan untuk jadi sekutu diwajibkan menempatkan penuh dan menyetor jumlah nominal dari sehelai saham atau lebih.22

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (selanjutnya disingkat KUHD) tidak mengatur rumusan defenisi atau pengertian tentang perseroan terbatas secara lengkap, tetapi hanya memberikan sedikit gambaran tentang perseroan terbatas, terutama dari segi penamaan, dan bila ditafsirkan lebih jauh, akan menyentuh persoalan tanggung jawab terbatas dari perseroanya (pemegang saham).23

“Perseroan Terbatas tak mempunyai sesuatu firma, dan tak memakai nama salah seorang atau lebih dari para perseronya, namun diambil nama perseroan itu dari tujuan perusahaannya semata-mata”.

Hal itu diatur dalam ketentuan Pasal 36 KUHD yang berbunyi :

Rasio dari ketentuan Pasal 36 KUHD adalah bahwa persero dalam perseroan terbatas masing-masing memiliki tanggung jawab terbatas sesuai 21 Ibid. 22 Ibid., hlm. 58. 23

Mulhadi, Hukum Perusahaan Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 81.

dengan nilai saham yang dimilikinya. Bila nama persero yang ditonjolkan atau dipakai sebagai nama perseroan terbatas, maka tidak ada bedanya dengan firma, dimana masing-masing sekutu (perseronya) memiliki tanggung jawab yang tidak terbatas (tanggung renteng). Karena firma (nama bersama) mencerminkan tanggung jawab di antara sekutu (perseronya) adalah sama. Tindakan hukum yang dilakukan oleh salah seorang sekutu firma akan mengikat sekutu lainnya terhadap pihak ketiga.24

Pengertian tentang perseroan terbatas secara tegas dapat ditemukan dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas maupun dalam ketentuan UUPT. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Perseroan Terbatas 1995 tentang Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa :

“Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum yang didirkan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang ini serta peraturan pelaksanaanya”.

Defenisi perseroan terbatas di atas kemudian mengalami sedikit penyempurnaan dalam UUPT dengan adanya penambahan frase baru, yakni “persekutuan modal”, sehingga defenisinya secara lengkap dalam Pasal 1 angka 1 UUPT berbunyi:

“Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirkan berdasarkan

24

perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaanya”. 2. Peraturan hukum mengenai perseroan terbatas

Sebelum Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 dan UUPT lahir, peraturan yang berlaku terhadap suatu PT adalah peraturan yang berasal dari jaman kolonial. Peraturan tersebut sebagaimana diatur dalam KUHD (Wetboek van Koophandel Staatsblad Tahun 1847 Nomor 23) dalam Buku Kesatu Titel Ketiga Bagian Pasal 36 sampai dengan Pasal 56, yang perubahannya dilakukan dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1971 tentang Perubahan dan Penambahan Atas Ketentuan Pasal 54 KUHD.

Kedua peraturan ini dalam perkembangannya dirasakan sudah tidak sesuai dengan tuntutan jaman dan untuk memenuhi kebutuhan hukum batu yang dapat lebih memacu pembangunan nasional, terutama menghadapi era globalisasi. Kemudian lahirlah undang-undang perseroan terbatas yang merupakan produk negara Indonesia sendiri, yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas yang kemudian digantikan dengan UUPT.

Untuk lebih jelasnya berikut ini dikemukakan perkembangan hukum yang mengatur tentang hukum perusahaan di Indonesia, yaitu:25

a. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (Wetboek van Koophandel Staatsblad Tahun 1847 Nomor 23), Pasal 36 KUHD sampai dengan Pasal

25

56 KUHD, yang perubahannya dilakukan dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1971 tentang Perubahan dan Penambahan Atas Ketentuan Pasal 54 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, dan juga berhubungan dengan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau Burgerlijk Wetboek (yang selanjutnya disebut KUH Perdata). Buku Ketiga tentang Perikatan, khususnya mulai Bab Kedelapan Tentang Persekutuan, dikatakan:

“Persekutuan adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasuk kan sesuatu dalam persekutuan dengan maksud untuk membagi keuntungan yang terjadi karenanya.”

b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, yang diundangkan pada tanggal 7 Maret 1995, dengan mencabut peraturan perundangan yang ada di dalam KUH Perdata, dan inilah undang-undang tentang PT yang merupakan produk pemerintah bangsa Indonesia untuk pertama kalinya.

c. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang diundangkan pada tanggal 16 Agustus 2007, dengan mencabut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.

3. Pendirian perseroan terbatas

Pasal 7 ayat (1) UUPT, menjelaskan bahwa perseroan terbatas didirikan oleh 2 (dua) orang atau “lebih” dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa

Indonesia. Terdapat penegasan kata “sekurang-kurangnya harus 2 (dua) orang”. Hal ini disebabkan karena dalam mendirikan perseroan harus didasarkan pada perjanjian, atau yang disebut asas kontraktual sesuai dengan Pasal 1313 KUH Perdata, yang menyebutkan pengertian perjanjian adalah suatu perbuatan dengan satu orang atau lebih mengakibatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih, sehingga tidak mungkin dalam pendirian perseroan terbatas hanya dibuat oleh satu orang saja.

Kata “orang” di sini harus dapat dibedakan antara “orang” atau “manusia” yang dapat mendirikan perseroan terbatas. Ternyata dalam undang-undang perseroan terbatas, kata “orang” harus dipandang sebagai subyek hukum dalam arti luas. “Orang” adalah orang perorangan atau badan hukum. Jadi dimungkinkan dalam mendirikan perseroan terbatas, badan hukum dapat melakukan perjanjian sehingga tampil sebagai pendiri perseroan.26

Perjanjian pendirian perseroan terbatas diperlukan akta notaris karena akta yang demikian merupakan akta otentik. Dalam hukum pembuktian, akta otentik dipandang sebagai suatu alat bukti yang mengikat dan sempurna.27

Setelah membuat akta pendirian di depan notaris, yang menjadi keharusan selanjutnya adalah akta pendirian PT tersebut dimintakan pengesahan pada

Hal ini berarti bahwa yang tertulis di dalam akta tersebut harus dipercaya kebenarannya dan tidak memerlukan tambahan alat bukti lain. Jika yang diajukan bukan akta notaris maka permohonan pengesahan akta pendirian PT dapat ditolak oleh menteri, sehingga akan berakibat perseroan terbatas tidak berbadan hukum.

26

Ibid., hlm. 60.

27

menteri guna suatu PT memperoleh status badan hukum. Untuk memperoleh pengesahan tersebut, Pasal 9 ayat (1) UUPT menjelaskan prosedur yang harus ditempuh oleh para pendiri perseroan terbatas tersebut. Pendiri secara bersama-sama atau melalui kuasanya mengajukan permohonan melalui jasa teknologi informasi Sistematika Administrasi Badan Hukum secara elektronik kepada menteri dengan mengisi format isian yang memuat sekurang-kurangnya:

a. Nama dan tempat kedudukan perseroan; b. Jangka waktu berdirinya perseroan;

c. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan;

d. Jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor; e. Alamat lengkap perseroan.

Setelah diperolehnya pengesahan oleh menteri, ini berarti berlakunya anggaran dasar perseroan secara menyeluruh terhadap semua pihak, baik pihak pendiri maupun pihak ketiga lainnya yang berkepentingan dengan perseroan, sehingga praktis anggaran dasar perseroan telah menjadi “undang-undang” bagi semua pihak.28

Status badan hukum perseroan akan mempengaruhi tanggung jawab PT dalam tindakannya terhadap kerugian yang diderita PT. Akibatnya para pemegang saham bertanggung jawab terbatas sebesar saham yang dimasukkan. Seperti halnya ketentuan dalam KUHD, UUPT juga mewajibkan dilaksanakannya pendaftaran dan pengumuman perseroan. Kewajiban pendaftaran dan pengumuman tersebut diselenggarakan oleh meteri, hal ini sesuai yang diatur

28

Ahmad Yani & Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas (Jakarta: PT RajaGrafindo, 1999), hlm. 30.

dalam Pasal 29 dan Pasal 30 UUPT. Adapun yang wajib diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia adalah :

a. Akta pendirian perseroan beserta keputusan menteri;

b. Akta perubahan anggaran dasar perseroan beserta keputusan menteri; c. Akta perubahan anggaran dasar yang telah diterima pemberitahuannya

oleh menteri.

Pengumuman oleh menteri dilakukan dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal diterbitkannya keputusan menteri atau sejak diterimanya pemberitahuan.Setelah mendapatkan pengesahan, selanjutnya akta pendirian dan surat pengesahan dari menteri tersebut wajib didaftarkan dalam daftar perusahaan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah pengesahan. Daftar perusahaan yang dimaksud di atas adalah daftar catatan resmi sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan.29

4. Status badan hukum perseroan terbatas

Perseroan terbatas setelah mendapatkan pengesahan dari menteri, maka PT telah sah sebagai badan hukum dan menjadi dirinya sendiri serta dapat melakukan perjanjian-perjanjian dan kekayaan perseroan terpisah dari kekayaan pemiliknya. Sejak PT berstatus sebagai badan hukum, maka sejak saat itu hukum memperlakukan pemegang saham dan pengurus (direksi) terpisah dari PT itu sendiri dikenal dengan isitilah : “separate legal personality” yaitu sebagai individu yang berdiri sendiri. Dengan demikian pemegang saham yang tidak

29

Berdasarkan asas hukum, maka peraturan yang didahulukan adalah UUPT. Hal ini disebabkan karena UUPT lahir setelah Undang-Undang Wajib Daftar Perusahaan. Lex posterior legi imperior, artinya aturan yang baru akan mengenyampingkan aturan yang lama.

mempunyai kepentingan dalam kekayaan PT, juga tidak bertanggung jawab atas utang-utang PT.30 Perseroan terbatas sebagai badan hukum, pada prinsipnya PT dapat memiliki segala hak dan kewajiban yang dapat dimiliki oleh setiap orang-perorangan dengan pengecualian hal-hal yang bersifat pribadi, yang hanya mungkin dilaksanakan oleh orang-perorangan yang dalam hubungan tertentu dengan PT.

B. Direksi Sebagai Pengurus Perseroan Terbatas

1. Direksi sebagai pengurus perseroan terbatas Direksi adalah :31

a. Organ perseroan,

Organ perseroan terdiri dari RUPS, direksi dan komisaris.32

b. Bertanggungjawab penuh atas pengurusan perseroan

Tiap-tiap organ perseroan tersebut memiliki fungsi masing-masing,mempunyai kedudukan paralel dan satu tidak berada di bawah yang lainnya. Apabila anggota direksi terdiri lebih dari satu orang maka mereka merupakan dewan pengurus atau dewan pimpinan perusahaan yang disebut the Board of Directors, yang apabila diterjemahkan berarti dewan direksi. Namun perlu diketahui bahwa ini hanya penamaan saja dan bukan dalam arti tanggung jawab menurut sistem Anglo Saxon atau Amerika karena dalam sistem ini anggota direksi dipilih dan diangkat oleh para pemegang saham.

30

Kurniawan , Op.Cit., hlm. 64.

31

Gatot Supramono, Hukum Perseroan Terbatas yang Baru (Jakarta: Djambatan, 1996) hlm. 73-77.

32

Direksi menjalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroa. 33

Terdapat confidential relation antara perseroan sebagai badan hukum dengan pengurus sebagai natural person, yang dibebankan tugas dan kewajiban berdasarkan fiduciary, yang dilaksanakan untuk kepentingan dan tujuan perseroan. Oleh karena itu, direksi melakukan tugas dan kewajiban atau tindakan hukum berdasarkan kemampuan serta kehati-hatian (duty of skill dan care) yang diperlukan untuk mewujudkan kepentingan dan tujuan perseoan. Dalam hal ini, pada akhirnya fiduciary juga bermanfaat bagi pemegang saham secara keseluruhan karena kepentingan perseroan adalah identik dengan kepentingan pemegang saham dan juga termasuk di dalamnya kepentingan pihak kreditur perseroan. Kewenangan pengurusan perseroan diberikan oleh undang-undang kepada direksi untuk melakukan tindakan-tindakan hukum yang diperlukan atau kewenangan pengurus dipercayakan kepada direksi agar Direksi bertanggungjawab penuh atas pengurusan perseroan yang diatur dalam Pasal 97 ayat (2) UUPT yang menyatakan, setiap pengurus wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan.Tanggung jawab penuh tersebut menurut Pasal 98 UUPT berupa tanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan.

33

direksi dengan itikad baik senantiasa bertindak semata-mata demi kepentingan dan tujuan perseroan (duty of loyalty).

Ada kalanya dalam pengurusan terdapat pertentangan/benturan kepentingan antara direksi secara pribadi dengan perseroan, antara lain sebagai berikut :

1) Direksi tidak boleh menggunakan kekayaan atau uang perseroan untuk membuat keuntungan bagi dirinya.

Apabila terjadi demikian, dia tidak hanya melanggar tugasnya (breach of his duty), tetapi keuntungan yang diperoleh akan menjadi milik perseroan. Direksi yang menyalahgunakan kekayaan perseroan untuk keuntungan sendiri bisa dituntut secara pribadi karena harat perseroan hanya boleh digunakan utnuk tujuan yang telah ditentukan.

2) Direksi tidak boleh menggunakan informasi yang diperoleh atas dasar jabatan untuk membuat keuntungan bagi dirinya.

Maksudnya adalah menggunakan informasi tersebut guna memperoleh keuntungan bagi dirinya sendiri atau untuk orang lain yangn mengakibatkan kerugian pada perseroan. Direksi mengetahui bahwa perusahaannya mendapat risiko likuidasi dan menggunakan informasi tersebut untuk melindungi dirinya dan perusahaan lain yang dia juga sebagai direksi dari konsekuensi likuidasi tersebut, terhadap kerugian para kreditur yang bertindak secara tidak wajar.

3) Direksi tidak boleh menggunakan jabatannya untuk mendapatlan keuntungan pribadi.

Apabila direksi menggunakan jabatannya untuk memperoleh keuntungan pribadi, dia bertanggungjawab kepada perusahaan. Jadi apabila direksi menerima suap karena jabatan, dan secara jelas melanggar fiduciary duty.

4) Direksi tidak boleh menahan keuntungan yang dibuat dengan alasan dan didalam fiduciary relationship-nya dengan perusahaan.

Peraturan terhadap direksi making a secret profit sangat keras. Keuntungan atau manfaat tersebut harus dilaporkan kepada perusahaan dan disetujui. Bila tidak direksi harus bertanggung jawab.

Selain itu ada yang disebut dengan corporate opportunity doctrine yaitu suatu doktrin yang mencegah adanya pengalihan atau penyelewengan oleh direksi atas business opportunities yang seharusnya dimiliki oleh perusahaan. Direksi terikat untuk tidak mengambil keuntungan pribadi (no secret profit rule) atas opportunity yang seharusnya menjadi milik perseroan.

c. Melakukan tindakan berdasarkan kepentingan dan tujuan perseroan, serta d. Mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan, sesuai

dengan ketentuan perundang-undangan.

2. Kewajiban direksi/anggota dalam pengelolaan perseroan terbatas a. Direksi wajib :34

1) Membuat dan memelihara daftar pemegang saham, risalah RUPS dan risalah rapat direksi; dan

34

2) Menyelenggarakan pembukuan perseroan yang semuanya disimpan di tempat kedudukan perseroan.

Atas permohonan tertulis dari pemegang saham. Direksi memberi izin kepada pemegang saham untuk memeriksa dan mendapatkan salinan daftar pemegang saham, risalah dan pembukuan seperti tersebut pada huruf a dan b di atas.

3) Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk mengalihkan atau menjadikan utang seluruh atau sebagian besar kekayaan perseroan dan tidak boleh merugikan pihak ketiga yang beritikad baik serta mengumumkan dalam surat kabar paling lambat tiga puluh hari sejak perbuatan hukum tersebut dilakukan. Dan keputusan RUPS sah apabila dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili paling sedikit ¾ (tiga perempat) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dan disetujui oleh paling sedikit ¾ (tiga perempat) bagian dari jumlah suara tersebut.

4) Direksi wajib mendaftarkan dalam daftar perusahaan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan:

a) Akta pendirian beserta surat pengesahan menteri (yaitu setelah perseroan memperoleh status badan hukum);

b) Akta perubahan anggaran dasar beserta surat persetujuan menteri atas perubahan tertentu yang sifatnya mendasar seperti dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) UUPT;

c) Akta perubahan anggaran dasar beserta laporan kepada menteri atas perubahan selain dimaksud Pasal 15 ayat (2) UUPT.

Jangka waktu yang dimiliki direksi untuk melakukan permohonan adalah paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak pendaftaran, direksi melakukan permohonan pengumuman perseroan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia. Selama pendaftaran dan pengumuman tersebut belum dilakukan, maka anggota direksi secara tanggung renteng bertanggungjawab atas segala perbuatan hukum yang dilakukan perseroan. Selain itu, anggota direksi juga bertanggungjawab secara tanggung renteng atas semua kerugian yang diderita pemegang saham yang beritikad baik, yang timbul akibat batal demi hukum karena perolehan saham oleh perseroan baik secara langsung maupun tidak langsung bertentangan dengan ketentuan Pasal 30 ayat (1) UUPT.

b. Anggota direksi wajib melaporkan kepemilikan sahamnya, dan atau keluarganya (istri/suami dan anak-anaknya) kepada perseroan tersebut dan perseroan lain.

c. Direksi wajib mencatat pemindahan hak atas saham atas nama, tanggal, dan hari pemindahan hak tersebut dalam daftar pemegang saham atau daftar khusus.

d. Direksi wajib memberitahukan secara tertulis keputusan RUPS tentang pengurangan modal perseroan kepada semua kreditur dan

mengumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia serta dua surat kabar harian paling lambat tujuh hari terhitung sejak tanggal keputusan.

e. Direksi wajib menyerahkan perhitungan tahunan perseroan kepada akuntan untuk diperiksa apabila :

1) Bidang usaha perseroan berkaitan dengan pengarahan dana masyarakat (bank, asuransi, dan reksa dana);

2) Perseroan mengeluarkan surat pengakuan utang (obligasi); atau 3) Perseroan merupakan perseroan terbuka.

f. Direksi menyelenggarakan RUPS tahunan dan untuk kepentingan perseroan berwenang menyelenggarakan RUPS lainnya. Panggilan RUPS adalah kewajiban direksi.

3. Tugas direksi dalam mengurus perseroan terbatas

Tugas direksi secara umum dilaksanakan dengan prinsip fiduciary duty adalah untuk mengurus dan menjalankan perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan serta usaha perseroan. Oleh karena itu, implementasi prinsip tersebut dalam UUPT yang dikemukakan di atas masih bersifat umum.

Direksi dalam menjalankan tugasnya sebagai pengurus kepadanya dibebankan kewajiban fiduciary duty. Dikatakan oleh Gower, dalam common law principles, fiduciary duty direksi terdiri atas dua jenis duty berikut:35

a. Fiduciary duties of loyalty and good faith

35

Freddy Harris dan Terry Anggoro, Hukum Perseroan Terbatas Kewajiban Pemberitahuan Oleh Direksi (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 54.

Direksi yang dibebankan oleh kewajiban harus mempunyai itikad baik dan dianggap setia sampai dibuktikan sebaliknya. Direksi harus selalu dianggap tidak akan menyalahgunakan kesempatan dan kewenanagn, melakukan perbuatan hukum atau transaksi yang merugikan kepentingan atau usaha perseroan demi kepentingan pribadi. Dalam hal ini kesetiaan dan itikad baik seorang direksi dikelompokkan menjadi hal-hal sebagai berikut:

1) Direksi diwajibkan untuk melakukan pengurusan perseroan hanya untuk kepentingan perseroan semata. Untuk membuktikan sampai seberapa jauh suatu tindakan yang diambil oleh direksi untuk kepentingan perseroan, maka hal tersebut harus dipulangkan kembali pada direksi. Direksi harus mengetahui dan memiliki penilaian sendiri tentang tindakan yang menurut pertimbangannya adalah sesuatu yang harus atau tidak dilakukan untuk kepentingan perseroan.

2) Direksi diharapkan dapat bertindak adil dalam memberikan manfaat yang optimum bagi perseroan dengan menjalankan tujuan dari perseroan. Direksi tidak dapat melakukan tindakan di luar dari tujuan perseroan, walaupun menurut pertimbangannya tindakan tersebut baik bagi perseroan.

3) Direksi tidak boleh melakukan pembatasan dini untuk bertindak sesuai dengan tujuan dan kepentingan perseroan. Direksi dalam menjalankan tugasnya harus tetap bebas dalam mengambil keputusan atau membuat kebijaksanaan sesuai pertimbangan bisnis. Direksi harus melakukan

kegiatan sesuai dengan jalan pikiranny sendiri. Keputusan diambil dengan itikad baik dan tujuan yang benar dan melaksanakannya berdasarkan pertimbangan praktis yang terbaik bagi perseroan.

Direksi memiliki kewajiban untuk menghindari terjadinya suatu keadaan yang tidak memungkinkan direksi untuk bertindak secara

Dokumen terkait