• Tidak ada hasil yang ditemukan

Disagregasi Inflasi

Dalam dokumen Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah (Halaman 40-44)

Bab 2 Perkembangan Inflasi

2.2. Disagregasi Inflasi

Sesuai dengan pola historis triwulanan, dibanding triwulan sebelumnya ketiga kelompok disagregasi inflasi mengalami penurunan inflasi pada triwulan ini. Kondisi tersebut terutama terlihat dari penurunan inflasi yang cukup dalam pada kelompok VF dan inflasi inti, demikian juga dengan inflasi Administered Price yang juga mengalami penurunan meski tidak sedalam kedua kelompok lainnya. Pada triwulan IV 2012, inflasi VF mengalami penurunan dari 1,77% (qtq) pada triwulan III 2012 menjadi 0,63% (qtq), sedangkan inflasi inti turun menjadi 0,45% dari 1,66% (qtq) di triwulan sebelumnya. Sementara itu, inflasi kelompok

Administered Prices sebesar 0,48%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai

1,23% (qtq).

Terjaganya pasokan menjadi kunci penting penurunan inflasi triwulanan tersebut. Relatif terjaganya pasokan bahan pangan, khususnya beras, dapat merespon kenaikan permintaan terkait faktor musiman akhir tahun sehingga mendorong penurunan inflasi triwulanan pada kelompok volatile foods. Kondisi tersebut serta tidak adanya kebijakan

administered prices yang bersifat strategis menyebabkan terjaganya ekspektasi inflasi. Dengan

perkembangan tersebut serta minimalnya imported inflation mendorong rendahnya inflasi inti. Secara tahunan, penurunan inflasi terjadi pada kelompok VF, sementara inflasi inti relatif stabil. Pada kelompok VF, inflasi tahunan menunjukkan penurunan dari triwulan III 2012 meski masih lebih tinggi jika dibandingkan triwulan IV 2011. Inflasi kelompok VF pada triwulan IV 2012 menurun dari 7,15% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 5,35% (yoy). Perkembangan inflasi VF tersebut juga tercermin pada perkembangan inflasi komoditas Pangan (foods), dimana secara triwulanan mengalami penurunan dari 1,99% (qtq) menjadi

0,50% (qtq) pada triwulan ini sehingga secara tahunan inflasi kelompok komoditas pangan mencapai 6,78% (yoy)13 (Grafik 2.4 dan 2.5.).

Sumber : BPS, diolah

Grafik 2. 4 Disagregasi Inflasi Jawa Tengah

Sumber : BPS, diolah

Grafik 2.5 Inflasi Komoditas Pangan & Non Pangan Jawa Tengah

Secara fundamental, inflasi inti pada triwulan ini mengalami penurunan dibanding triwulan III 2012. Inflasi inti pada triwulan IV 2012 tercatat mencapai 0,45% (qtq), turun dari triwulan sebelumnya yang sebesar 1,66% (qtq). Rendahnya inflasi inti antara lain didukung oleh minimalnya tekanan imported inflation. Selain itu, ekspektasi yang relatif terjaga dan nilai tukar yang cukup stabil juga memberikan pengaruh positif terhadap stabilitas inflasi inti, meskipun masih terdapat beberapa komoditas dalam kelompok ini yang mengalami kenaikan yang cukup signifikan.

Dari sisi komoditas, inflasi triwulanan pada kelompok ini dipicu oleh kenaikan harga pada kelompok Makanan Jadi, Perumahan dan Sandang. Inflasi yang terjadi pada kelompok tersebut di triwulan ini masing-masing mencapai 0,32%, 0,72% dan 0,49% (qtq). Secara lebih mendalam, subkelompok Makanan Jadi mengalami inflasi yang cukup tinggi, mencapai 0,32% (qtq). Inflasi triwulanan pada subkelompok Makanan Jadi tersebut disebabkan oleh kenaikan harga beberapa komoditas makanan, seperti Gado-gado (2,74%), Sate (1,91%) dan Soto (1,94%) seiring dengan kenaikan harga bahan baku pembuatnya. Sementara, inflasi

13 Lebih rendah dari tekanan inflasi tahunan pada triwulan II 2012 yang mencapai 6,89% (yoy). Hal tersebut dikarenakan adanya pengaruh base effect deflasi pada triwulan II 2011 yang membuat inflasi tahunan pada -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 I II III IV I II III IV 2011 2012 % (qtq) Core VF Adm Price 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 I II III IV I II III IV 2011 2012 % (yoy) Core VF Adm Price -3 -2 -1 0 1 2 3 4 I II III IV I II III IV 2011 2012 % (qtq) Food Non Food 2 3 4 5 6 7 8 9 10 I II III IV I II III IV 2011 2012 % (yoy) Food Non Food

pada kelompok Perumahan terutama dipicu oleh kenaikan inflasi subkelompok Biaya Tempat Tinggal yang mencapai 1,10% (qtq). Berdasarkan komoditasnya, terjadi kenaikan harga pasir di akhir 2012 yang mencapai 3,80% (qtq). Informasi dari dinas terkait dalam rapat TPPH menyatakan bahwa kenaikan harga pasir tersebut disebabkan oleh percepatan proyek pembangunan seiring masuknya musim penghujan. Selain itu, pengaruh curah hujan juga berdampak pada sulitnya proses pengambilan karena harus menggunakan alat keruk manual. Sedangkan untuk kelompok Sandang, inflasi yang terjadi dipicu oleh inflasi subkelompok Baju Anak yang mencapai 0,87% (qtq).

Dengan perkembangan tersebut, inflasi inti pada triwulan ini relatif stabil, yaitu tercatat sebesar 4,03% (yoy), dibanding 3,96% (yoy) pada triwulan III 2012. Level inflasi inti tersebut relatif masih rendah dan masih berada dalam kisaran sasaran inflasi nasional sebesar 4,5% ± 1%. Stabilitas inflasi inti tersebut dipengaruhi oleh ekspektasi inflasi yang terjaga dan minimalnya tekanan dari faktor eksternal. Tekanan inflasi dari depresiasi nilai tukar diperkirakan dapat diredam oleh penurunan harga komoditas internasional.

Selama tahun 2012, nilai tukar rupiah mengalami depresiasi walaupun volatilitasnya dapat dijaga pada tingkat yang relatif rendah. Tekanan depresiasi rupiah selama tahun 2012 tersebut terutama disebabkan oleh ketidakpastian ekonomi global dan melebarnya defisit transaksi berjalan. Secara rata-rata, rupiah terdepresiasi sebesar 6,3% (yoy) ke Rp9.358 per dolar AS dari Rp8.768 per dolar AS pada tahun sebelumnya. Namun demikian, pada triwulan IV 2012, nilai tukar rupiah kembali bergerak stabil seiring peningkatan arus masuk modal asing, baik dalam bentuk arus masuk modal portofolio maupun investasi langsung (Grafik 2.6).

Sumber: BI, diolah

Grafik 2. 6 Perkembangan Nilai Tukar

Sementara itu, harga komoditas internasional pada triwulan ini berada cenderung mengalami penurunan meskipun untuk beberapa komoditas masih berada di level yang cukup tinggi sehingga dapat mengurangi tekanan inflasi terkait melemahnya nilai tukar Rupiah. Selain kondisi pasokan bahan pangan yang cukup terjaga, tren penurunan harga bahan pangan dan relatif stabilnya harga energi di pasar global membuat dampak imported inflation pada triwulan ini relatif minimal. (Grafik 2.7 dan 2.8).

Khusus untuk komoditas emas perhiasan menjadi penyumbang utama inflasi inti pada triwulan IV 2012. Meski menunjukkan perkembangan yang relatif stabil selama triwulan IV 2012, secara rata-rata, harga emas perhiasan lebih tinggi dibanding triwulan III 2012. Berbeda dengan perkembangan harga emas di dalam negeri, harga emas di pasar internasional cenderung turun.

Sumber: worldbank

Grafik 2. 7 Perkembangan Indeks Harga Komoditas Dunia

Sumber: worldbank

Grafik 2. 8 Perkembangan Indeks Harga Energi Dunia

Sementara itu, ekspektasi masyarakat terhadap inflasi relatif terjaga, sehingga memberikan dampak yang relatif kecil terhadap inflasi. Meskipun demikian, ekspektasi inflasi masih berada pada level yang tinggi, yang merupakan respon atas rencana penerapan beberapa kebijakan pemerintah, seperti kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dan upah minimum kabupaten/kota (UMK). Hal tersebut terlihat dari hasil hasil Survei Konsumen (SK) dan Survei Pedagang Eceran (SPE) yang dilakukan oleh Bank Indonesia, dimana terlihat terjadi kenaikan ekspektasi di awal tahun yang cukup signifikan seiring rencana kenaikan harga BBM, namun paska penundaan, ekspektasi inflasi selama triwulan IV 2012 baik dari sisi konsumen maupun dari sisi pedagang relatif terkendali. (Grafik 2.9).

180 190 200 210 220 230 240 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2011 2012

Indeks Pertanian Indeks Bahan Pangan

0 30 60 90 120 150 180 210 240 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2011 2012 Gula (cents/kg) $/mt

Indeks Bahan Pangan Harga Beras

Harga Kedelai Harga Gandum

Harga Gula (cents/kg-Axis Kanan)

0 50 100 150 200 250 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2011 2012

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 2. 9 Ekspektasi Inflasi Survei Konsumen dan Survei Penjualan Eceran

Sementara itu, sejalan dengan perkembangan kedua kelompok inflasi tersebut, inflasi kelompok administered prices juga cenderung mengalami penurunan. Secara triwulanan, laju inflasi kelompok administered price tercatat mencapai 0,48% (qtq) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 1,23% (qtq). Salah satu faktor yang memicu kenaikan inflasi kelompok administered price pada triwulan ini adalah inflasi di subkelompok Transportasi yang mencapai 0,61% (qtq). Inflasi tersebut terjadi akibat kenaikan tarif angkutan udara seiring peningkatan permintaan dalam menghadapi liburan akhir tahun yang lebih panjang dibanding tahun sebelumnya. Tercatat, kenaikan tarif angkutan udara mencapai 14,62% (qtq). Kondisi tersebut menyebabkan tekanan inflasi tahunan pada kelompok

administered price pada triwulan ini mencapai 3,50% (yoy) sedikit lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya yang sebesar 3,24% (yoy).

Dalam dokumen Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah (Halaman 40-44)

Dokumen terkait