• Tidak ada hasil yang ditemukan

Disiplin di rumah

Dalam dokumen Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti (Halaman 188-192)

Pembelajaran Bab VIII

H. Disiplin di rumah

Keluarga dalam hal ini orang tua adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Oleh karena itu, orang tua harus jadi teladan bagi anak

dalam hal disiplin. Aturan dan tata tertib di rumah harus dijalankan secara konsekuen, orang tua hendaknya konsisten dalam menerapkan aturan. Tiap anggota keluarga memiliki peran masing-masing, supaya peran bisa efektif maka dibutuhkan aturan-aturan yang mengikat secara tidak tertulis.

Beberapa penerapan disiplin di rumah adalah:

Disiplin waktu. Perlu ada pengaturan waktu untuk keseimbangan antara bermain dengan belajar. Ada penelitian yang mengatakan bahwa anak-anak dan remaja menghabiskan terlalu banyak waktu di depan TV dan bermain games, atau permainan elektronik, dan berbagai bentuk media sosial. Dampaknya tidak hanya pada waktu belajar tetapi juga waktu untuk bersosialisasi dengan sesama menjadi berkurang dan dampak kesehatan pada mata dan syaraf tangan yang memainkan game dalam waktu yang terlalu banyak .

Orang tua merupakan mitra bagi guru dalam menngajarkan disiplin bagi anak. Meskipun di sekolah peserta didik dididik dalam disiplin, tetapi di rumah peserta didik tidak memperoleh pendidikan dan pembiasaan disiplin, maka apa yang diperoleh di sekolah akan timpang. Di samping itu, remaja perlu diperkuat dengan prinsip-prinsip moral menyangkut pergaulan dengan sesama remaja, dengan guru, dan dengan orang tua. Mengenai prinsip moral dibahas dalam nilai kristiani jadi tidak dibahas secara lebih mendalam disini.

Disiplin yang diajarkan di rumah bertujuan mempengaruhi remaja supaya dapat berpikir, merasakan, dan bertindak dalam kaitannya dengan apa yang diyakininya salah atau benar. Menurut Editor majalah E-Konsel dalam Esa Wibowo (esabiwibowo.blogspot.com). Banyak orang menganggap bahwa masa remaja adalah masa yang paling menyenangkan tapi sekaligus juga paling membingungkan. Masa di mana seseorang mulai memikirkan tentang cita-cita, harapan, dan keinginan-keinginannya. Namun juga masa yang membingungkan, karena ia mulai menyadari masalah-masalah yang muncul ketika ia mencoba untuk mengintegrasikan antara keinginan diri dan keinginan orang-orang di sekitarnya.

Pada saat inilah orang tua memiliki peranan yang sangat penting untuk menolong anak remajanya, supaya mereka tidak salah jalan. Tetapi tidak dapat dipungkiri kalau pada saat yang sama orangtua mengalami kesulitan

dalam menghadapi perubahan-perubahan yang dialami remaja, baik secara fisik maupun psikis. Karena itu, orang tua perlu melakukan pendekatan-pendekatan yang tepat agar dapat mengerti dan memahami masalah anak remajanya. Jika tidak, maka hal ini akan menyebabkan banyak kesalahpahaman di antara mereka. Orang tua juga harus sensitif terhadap apa yang dialami oleh anaknya. Misalnya ketika menjelang ujian mereka pasti mengalami stres orang tua harus dapat memahami situasi tersebut dengan tidak menekan anak.

Adalah penting untuk memberi anak-anak waktu bagi dirinya untuk berefleksi dan merenungkan kembali semua yang telah mereka lakukan. Apalagi jika mereka sedang jatuh cinta, hampir seluruh waktu akan dipakai demi orang yang sedang mereka “cintai”. Ketika orang tua menegur dengan keras maka itu akan menjadi momen perpecahan dengan anak. Sebaiknya memberi anak waktu sambil mengajaknya bicara dari hati ke hati.

Orang tua dapat membuat peraturan-peraturan rumah tangga yang wajar, beralasan dan dapat dilaksanakan. Sikap hormat dipelajari anak sementara dia memberi tanggapan positif terhadap wibawa. Berusahalah bersikap seluwes mungkin, terutama terhadap hal-hal yang menyangkut identitas, kebebasan, dan harga diri mereka. Para remaja membutuhkan banyak dukungan dan dorongan. Pertentangan tidak pernah dapat diselesaikan dengan argumen atau pertengkaran.

Teladan dan kemantapan orangtua mempengaruhi anak-anak mereka.

Pernikahan yang baik dan bahagia, jauh lebih membantu anak-anak muda untuk siap menghadapi kehidupan, daripada peraturan-peraturan dan pengawasan. Ciri-ciri nilai kristiani seperti kasih, kesabaran, pengertian, dukungan, dan kepercayaan, yang diungkapkan secara tetap, akan menjadi dasar kekuatan yang dibutuhkan para remaja dalam menghadapi tekanan dan masa-masa perubahan. Kepercayaan orang tua tidak boleh dipisahkan dari pengalaman dan tindakan nyata, terutama dalam keluarga.

Komunikasi yang erat dengan remaja, akan banyak membantu menghindari konflik yang sering kali terjadi antara orang tua dengan anak.

Itu berarti, kita perlu bukan saja bercakap-cakap secara bermakna, tetapi juga meluangkan waktu yang bermutu bersama anak remajanya. Perhatian

pribadi ini akan menciptakan citra diri yang positif serta menggalang persaudaraan dalam keluarga. Jangan takut mengungkapkan kasih sayang secara fisik. Pelukan bapak dan ciuman ibu sangat membantu pembentukan kesan bahwa anak diterima dan dikasihi.

Jadi, penerapan disiplin di rumah, hendaknya dilakukan secara berimbang; menertibkan remaja tetapi juga sebagai sarana mengekspresikan cinta kasih dan perhatian orangtua bagi masa depan anak. Disiplin yang disertai dengan kekerasan tidak akan menghasilkan perubahan yang berarti tetapi cinta kasih dan konsistensi dalam menjalankan aturan diharapkan membawa perubahan bagi remaja.

I. Disiplin Sebagai Sikap Orang Beriman

Alkitab memang tidak berbicara secara spesifik mengenai disiplin namun Alkitab menulis tentang para tokoh yang menghargai waktu yang diberikan Tuhan bagi mereka. Ada satu keteladanan yang diberikan oleh Daniel yaitu disiplin beribadah. Daniel selalu taat beribadah dan menyembah Tuhan pada setiap waktu secara teratur. Oleh karena kesetiaanya, maka ia dan teman-temannya dilemparkan ke dalam lubang singa juga ke dalam api yang bernyala-nyala namun Tuhan Allah menyelamatkan mereka. John Mac Arthur menulis, Rasul Paulus mengindikasikan penggunaan waktu yang tepat sebagai tanda kebijaksanaan rohani yang sejati sebagaimana tertulis dalam Kitab Efesus 5:15-16: “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat”

(Efesus 5:15-16). Menjadi orang yang tepat waktu menandakan kehidupan yang teratur. Orang yang tepat waktu mengindikasikan orang yang taat pada aturan dan perjanjian. Dalam kaitannya dengan itu, Amsal Salomo menulis:

“Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa depan.” (Amsal 19:20); dan ”Orang yang mengarahkan telinga kepada teguran yang membawa kepada kehidupan akan tinggal di tengah-tengah orang bijak. Siapa mengabaikan didikan membuang dirinya sendiri, tetapi siapa mendengarkan teguran, memperoleh akal budi.” (Amsal 15: 31-32).

Orang yang berdisiplin adalah orang yang “taat” pada aturan, menghargai aturan dan hidup berdasarkan aturan. Didikan dan nasehat adalah bagian dari disiplin karena disiplin membutuhkan pembelajaran dan latihan. Rasul Paulus mengatakan: pergunakanlah waktu yang ada. Artinya, orang beriman tidak boleh membuang-buang waktu, sebaliknya menggunakan waktu secara produktif atau dalam rangka menghasilkan sesuatu. Misalnya, siswa menggunakan waktu dengan baik untuk belajar, siswa mampu membagi waktu dengan baik antara bermain, bermedia sosial, dan belajar, serta istirahat. Pengaturan waktu yang baik menunjukkan kualitas diri seseorang.

Waktu yang ada diberikan Tuhan bagi manusia untuk digunakan sebaik-baiknya. Hidup disiplin merupakan baagian dari iman, jadi orang beriman adalah orang yang taat pada disiplin dan taat pada aturan yang ada.

J. Sekolah dan Rumah sebagai Tempat Mendidik dan

Dalam dokumen Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti (Halaman 188-192)