• Tidak ada hasil yang ditemukan

E. Kerangka Teori

2. Disiplin

2.1 Pengertian Disiplin

Berbicara masalah disiplin berakaitan degan unsur perilaku, sikap dan tingkah laku seseorang. Untuk mengetahui pelaksanaan disiplin kerja pegawai yang dilaksanakan oleh pegawai pada Kantor Sekratriat DPRD Kabupaten Serdang Bedagai, maka diperlukan arah dan landasan berpikir yang jelas dalam penelitian. Oleh karena itu penulis mengambil beberapa konsep teori atau pendapat-pendapat yang telah durimuskan oleh para ahli yang dianggap mempunyai relavasinya tentang “disiplin” sesuai dengan masalah penelitian seperti yang dikemukakan dibawah ini:

kata disiplin berasal “disipel”(lateimun, 1995:67) yang berarti pengikut yang sungguh-sungguh dan yakin dengan ketekunan menyebarkan ajaran-ajaran pimpinan, ketetunan tersebut merupakan dasar utama dari setiap ajaran. Menurut Saydam (1996:284) disiplin adalah sikap kesedian dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati segala norma-norma yang berlaku disekitarnya.

Disiplin tidak hanya diartikan tunduk kepada peraturan-peraturan dan ketentuan yang sudah lazim dilaksanakan. Akan tetapi disiplin dapat mendorong manusia melaksanakan kegiatan-kegiatan secara sadar diyakini manfaatnya.

Secara umum disiplin dapat diartikan sebagai kepatuhan atau ketaatan terhadap segala peraturan dan ketentuan yang berlaku atau dapat juga diartikan sebagai kesungguhan dalam bertindak dan berperilaku.

Menurut Saydam (1996:284) disiplin adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan mentaati segala norma-norma yang berlaku disekitarnya.

Dari pendapat diatas dapat dikatakan bahwa disiplin merupakan sikap tertib dari seseorang yang menujukan kepatuhan atau ketaatan kepada peraturan atau ketentuan yang telah ada dengan sengan hati, dalam arti tanpa paksaan. Untuk membentuk dan membina disiplin itu perlu adanya peraturan atau ketentuan yang dibuat terlebih dahulu. Namun, bukan berarti peraturan dan ketentuan tersebut dimaksudkan untuk memaksa orang-orang agar disiplin, akan tetapi dimaksudkan sebagi pedoman atau acuan dalam bertindak, berprilaku atau bersikap yang diharapkan dapat menjadi suatu kebiasaan atau sesuatu yang wajar dengan senag hati.

Menurut Sinungan (1995:115) disiplin adalah sikap kewajian dari seseorag atau sekelompok orang yang senatiasa berkehedak untuk mengikiuti atau memahami segala aturan/ keputusan yang telah ditetapkan.

Dari pendapat diatas dapat dikatakan bahwa disiplin merupakan sikap kejiwaan seseorang atau sekelompok orang yang berupa dorongan dari dalam dirinya

yang menyebabkan mereka senatiasa patuh atau taat dan sungguh-sungguh menjalankan/ melaksanakan peraturan yang telah ditetapkan.

Sukarna (1995:115) menatakan disiplin adalah latihan sikap, tingkah laku, watak, keasadaran, lathan pengembangan dan pengendalian sikap, untuk mengatur tingkah laku para pegawai.

Dari pendapat diatas dapat dikatakan bahwa disiplin merupakan suatu bentuk pelatihan yang berusaha mempebaiki dan membentuk sikap, watak, kesadaran pegawai sehingga para pegawai tersebut secara sukarela bekerja kooperatif dengan para pegawai yang lain serta mampu menigkatkan prestasi kerjanya.

Menurut Moenis (1992:96) disiplin kerja dalah keharusan mengikuti aturan-aturan yang mencakup metode-metode pengerjaan, prosedur kerjanya, waktu serta jumlah unit dan mutu yang telah ditetapkan.

Sedangkan Arif (1994:188) megatakan bahwa yang menjadi hakekat dari disiplin itu sendiri adalah ketaatan, kesungguhan, kekuatan atau keterampilan, sikap dan tigkah laku serta hormat terhadap segala ketentuan perjanjian atau persetujuan antara organisasi dan para pegawainya.

Dari pendapat diatas dapat dikatakan bahwa disiplin pada hakekatnya merupakan pembatas kebebasan dari pegawai itu sendiri. Oleh karena itu dalam usaha menegakkan diri tidak asal melaksanakannya saja, dengan kata lain disiplin bukan hanya sekedar pegawai harus tertib tetapi disiplin juga harus dapat menunjang tujuan

organisasi. Selain harus dapat menunjang tujuan organisasi maka disiplin yang ditegakan juga harus sesuai dengan kemampuan pegawai.

2.2. Faktor – faktor yang mempengaruhi pembentukan disiplin

Dalam setiap organisasi atau intasi baik swasta maupun pemerintahan pada dasarnya mengahrapkan pegawai-pegawai yang mempunyai disiplin yang tinggi dalam menyeleggarakan tigas-tugas kedinasan. Dengan kedisiplinan tersebut pegawai diharapkan mempunyai kerja yang baik, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai dengan efektif dan efisien.

Faktor – faktor dalam pembinaan dan pembentukan disiplin tersebut menurut Syarif (1983:39) antara lain :

a. Kepemimpinan

b. Pemberian motivasi

c. Pendidikan latihan

d. Kesejahteraan

e. Penegakan disiplin melalui hukum

faktor-faktor tersebut perlu mendapat perhatian dari pimpinan, diman pimpinan harus ikut berperan aktif dalam membetuk bawahannya. Dalam hal ini pimpinan melakukan pegawasan administratif, dibidang kepegawaian (personal), dengan melakukan

pemantauan secara personal terhadap bawahannya yang berkaitan dengan faktor-faktor tersebut, misalnya dengan memberikan motovasi yang tinggi terhadap bawahan, mengdakan pelatihan dan latihan, memperhatikan kesejahteraan pegawainya dan memerikan sanksi terhadapa pegawai yang melanggar ketentuan yang berlaku. Semuanya itu merupakan suatu pengawasan dibidang kepegawaian agar pegawai memiliki kedisiplinan kerja yang tinggi.

Selain kelima faktor-faktor penting dalam pembentukan dan pembinaan disiplin tersebut diatas, ada faktor-faktor lain yang mendukung supaya disiplin kerja pegawai terwujud dalan suatu intansi formal pemerintahan dalam melaksanakan tugas dan kewajiban antara lain:

1. Sikap teladan pemimpin

Bila pemimpin disiplin, maka bawahan terpaksa harus ikut disiplin, bila bawahan tidak mau disiplin tentu aka terkena tindakan pendisiplinan. Teladan pimpinan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menegakan disiplin. Sebab pemimpin merupakan panutan, sorotan dari bawahannya.

2. Tanggung jawab pemimpin selaku atasan

Pimpan organisasi ataupun atasan memnyai tanggung jawab yang besar dalam meningkatkan disiplin kerja bawahannya dalam rangka melaksanakan tugas mencapai tujuan organisasi. Adapun tanggung jawab

pimpinan selaku atasan untuk meningkatkan disiplin kerja pegawai adalah sebagai berikut:

a. Penunjukan dan penempatan pegawai sesuai denga keahlian yang dimliki oleh pegawai tersebut

b. Pemberian tanda penghargaan atasan jasa atau perbuatan yang terpuji yang dilakukan pegawai.

c. Memberikan rangsangan kepada pegawai sehingga dapat menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan.

d. Meningkatkan pengetahuan dan keahlian kepada pegawai sehingga meningkatkan kecakapan pegawai tersebut.

e. Meciptakan hubungan komunikatif yang dua arah sehinga tanggung jawab, rasa sungkan diantara pegawai tidak menjadi hambatan.

3. komunikasi yang efektif diantara pimpinan dengan bawahan.

Komunikasi yang efektif dimana penyampaian pesan-pesan informasi tidak hanya dari pemberi perintah saja, akan tetapi juga dari penerima perintah kepada pemberi perinrah. Dengan jalinan penretian yang dimaksudkan adalah komunikasi yang disampaikan oleh pihak yang satu dan diterima oleh pihak yang lain harus mudah dimengerti.

4. Penempatan pegawai

Penempatan pegawai dalam suatu jabatan pada dasarnya ditentukan menurut pendidikan dan keterampilan yang dimilikinya. Jadi penempatan pegawai dalam jabatan tertentu tidaklah pilih kasih atau karena hubungan keluarga atau persahabatan. Pada hakekatnya intansi pemerintahan menuntut penempatan setiap pegawai sesuai dengan keahlian, kemampuan pengalaman, dan pendidikannya menurut kebutuhan intansinya.

2.3 Beberapa Pedoman dalam Pendisiplinan

Heidjrachman dan Husnan (1994:241) mengemukakan bahwa dalam pendisiplinan perlu diperhatikan beberapa pedoman sebagai barikut:

1. Pendisiplinan hendaknya dilakukan secara pribadi.

Tidak seharusnya memberikan teguran kepada bawahan dihadapan banyak orang,hal ini akan mempermalukan bawahan yang ditegur ( mekipun memang bersalah) akibatnya bisa menimbulakn rasa dendam

2. Pendisiplinan harus bersifat membangun.

Memberikan teguran hendaklah disertai dengan saran tentang bagaimana seharusnya tidak berbuat lagi dengan kesalaha yang sama.

3. Pendisiplinan harus dilaksanakan dari pimpinan.

Hal itu berarti bahwa pendisiplinan dari pimpinan maka akan berpengaruh terhadap bawahan atau sebagi contoh kepada bawahan.

4. Pimpinan tidak seharusnya memberiakan pendisiplinan pada waktu bawahan sedang absen.

5. Setelah pendisiplinan sikap pemimpin haruslah wajar.

Dari pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa pendisiplinan yang dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahan bukan proses yang berlarut-larut akan tetapi sudah sewajarnya diberikan oleh pimpinan kepada bawahannya dan para bawahan menganggapnya sebagai perbaikan tindakan atas kesalahanya. Dengan demikian seorang pimpinan haruslah memperhatikan bagaimana pedoman pendisiplinan terhadap bawahan.

2.4 Disiplin Bagi Pegawai Negeri

Dalam rangka untuk mencapai tujuan nasional diperlukan adanya pegawai negeri sebagai unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat yang penuh dengan ketaatan kepada negara yang berwibawa, berdaya guna, berhasil guna, bersih, bermutui dan sadar akan tanggung jawabnya untuk mmenyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan.

Untuk membina pegawa negeri yang demikian, maka diperlukan adanya peraturan yang memuat pokok-pokok kewajiban, larangan dan sanksi apabila kewajiban tidak ditaati.

Pada Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Peraturan Pemerintahan Nomor 30 Tahun 1980 tentang peraturan disiplin pegawai negeri sipil antara lain:

1. Peraturan disiplin pegawai negeri sipil adalah peraturan yang mengatur kewajiban, larangan dan sanksi apabila kewajiban tidak ditaati atu larangan dilanggar oleh pegawai.

2. Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan atau perbuatan pegawai negeri sipil baik yang dilakukan di dalam maupun diluar kerja.

3. Hukuman disiplin adalah hukuman yang di jatuhkan kepada pegawai negeri sipil karena melanggar peraturan disiplin.

4. Pegawai yang berwenang menghukum adalah pejabat byang diberi wewenag menjatuhkan hukuman disiplin pegawai.

5. Atasan pejabat yang berwenag menghukum adalah atasan langsung dari pejabat yang berwenang menghukum.

6. Perintah kedinasan adalah perintah yang diberikan oleh atasan yang berwenang mengenai atau yang ada hubunganya dengan kedinasan.

7. Peraturan kedinasan adalah perturan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang mengenai kedinasan atau yang ada hubungannya dengan kedinasan.

Dokumen terkait