BAB II TINJAUAN PUSTAKA
4. Disiplin Kerja
a. Pengertian Disiplin Kerja
Disiplin merupakan perilaku taat dan patuh terhadap
peraturan-peraturan dan kebijakan yang ada. Dalam kamus besar
Bahasa Indonesia, Disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada
peraturan (tata tertib dsb).
Disiplin menurut Keith Davis dalam Mangkunegara
(2011:129) mengemukakan bahwa “Disipline is management action to enorce organization standards”, dapat di artikan bahwa sebagai
pelaksana manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman
organisasi. Menurut pendapat ahli yang lain disiplin kerja adalah
kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan-peraturan
perusahaan dan norma yang berlaku (Hasibuan, 2012:193).
Adapun menurut Rivai (2009:825) disiplin kerja adalah suatu
karyawannya agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku
serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan
kesediaan seseorang untuk menaati semua peraturan perusahaan dan
norma-norma sosial yang berlaku.
Disiplin pada hakekatnya adalah kemampuan seseorang untuk
mengendalikan diri dalam bertindak yang sesuai dengan peraturan dan
norma yang terlah ditetapkan. Disiplin diartikan bilamana pegawai
selalu datang dan pulang tepat pada waktunya, mematuhi semua
peraturan yang berlaku, dan mengerjakan semua pekerjaan dengan
baik dan bertanggung jawab.
b. Macam-macam Disiplin
Menurut A. Prabu Mangkunegara ada dua bentuk disiplin
kerja, yaitu disiplin preventif, dan disiplin korektif.
1) Disiplin Preventif
Disiplin preventif adalah suatu upaya untuk menggerakkan
pegawai mengikuti dan mematuhi pedoman kerja, aturan-aturan
yang telah digariskan oleh perusahaan. Tujuan dasarnya adalah
untuk menggerakkan pegawai berdisiplin diri. Dengan cara
preventif, pegawai dapat memelihara dirinya terhadap peraturan-
peraturan perusahaan.
Disiplin preventif merupakan suatu sistem yang berhubungan
organisasi. Jika sistem organisasi baik, maka diharapkan akan lebih
mudah menegakkan disiplin kerja.
2) Disiplin Korektif
Disiplin korektif adalah suatu upaya menggerakkan pegawai
dalam menyatukan suatu peraturan dan mengarahkan untuk tetap
mematuhi peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku pada
perusahaan.
Pada disiplin korektif, pegawai yang melanggar disiplin perlu
diberikan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tujuan
pemberian sanksi adalah untuk memperbaiki pegawai pelanggar,
memelihara peraturan yang berlaku, dan memberikan pelajaran
kepada pelanggar.
Menurut Keith Davis bahwa disiplin korektif memerlukan
perhatian proses yang seharusnya, yang berarti bahwa prosedur
harus menunjukkan pegawai yang bersangkutan benar-benar
terlibat. Keperluan proses yang seharusnya itu dimaksudkan adalah
pertama, suatu prasangka yang tak bersalah sampai pembuktian
pegawai berperan dalam pelanggaran. Kedua, hak untuk didengar
dalam beberapa kasus terwakilkan oleh pegawai lain. Ketiga,
disiplin itu dipertimbangkan dalam hubungannya dengan
c. Faktor-faktor Disiplin Kerja
Menurut Malayu S.P Hasibuan (2012:191) ada beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kedisiplinan kerja pegawai
suatu organisasi, diantaranya yaitu:
1) Tujuan dan Kemampuan
Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat
kedisiplinan kerja pegawai. Tujuan yang akan dicapai harus jelas
ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan
pegawai. Hal ini berarti tujuan, pekerjaan yang dibebankan kepada
seorang pegawai harus sesuai dengan kemampuan pegawai
tersebut, agar dia bekerja sungguh-sungguh dan berdisiplin baik
dalam mengerjakannya. Tetapi jika pekerjaannya jauh dibawah
kemampuannya, maka keunggulan dan kedisiplinan pegawai
rendah.
2) Teladan Pimpinan
Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan
kedisiplinan kerja karyawan, karena pimpinan dijadikan teladan
dan panutan oleh bawahannya. Pimpinan harus memberikan contoh
yang baik. Tetapi jika teladan pimpinan kurang baik (kurang
berdisiplin), maka para bawahan juga akan kurang disiplin.
3) Balas Jasa
Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi
kepuasan dan kecintaan pegawai semakin baik terhadap pekerjaan,
maka kedisiplinan mereka akan semakin baik pula.
4) Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan kerja
pegawai, karena sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting
dan minta diperlakukan sama dengan manusia yang lainnya.
Manajer yang cakap dalam kepemimpinannya selalu bersikap asik
terhadap seluruh bawahannya. Hal ini dilakukan karena ia
menyadari bahwa dengan keadilan yang baik maka akan
menciptakan kedisiplinan yang baik pula.
5) Pengawasan Melekat
Pengawasan Melekat (waskat) adalah tindakan nyata yang
paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan pegawai, karena
dengan pengawasan ini berarti atasan harus aktif dan langsung
mengawasi perilaku moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja
bawahannya.
6) Sanksi Hukum
Sanksi hukum memberikan peranan penting dalam
memelihara kerja pegawai. Dengan sanksi hukuman yang semakin
berat pegawai akan semakin takut untuk melanggar peraturan-
peraturan perusahaan, dan sikap serta perilaku pegawai yang tidak
7) Ketegasan
Pimpinan harus berani menindak tegas pegawai yang bersikap
tidak disiplin sesuai dengan sanksi hukuman yang ditetapkan.
Dengan demikian, pimpinan tersebut akan dapat memelihara
kedisiplinan pegawai.
8) Hubungan Kemanusiaan
Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara semua
pegawai akan ikut menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu
organisasi. Jika tercipta human relationship yang baik dan
harmonis, diharapkan akan terus terwujud lingkungan dan suasana
kerja yang nyaman. Sehingga kondisi seperti ini diharapkan dapat
memotivasi kedisiplinan yang baik pada organisasi tersebut.
Sedangkan menurut Alfred Lateiner (2002) :
1) Ketepatan waktu
Jika karyawan datang ke kantor tepat waktu, pulang kantor
tepat waktu, serta karyawan dapat bersikap tertib maka dapat
dikatakan kayawan tersebut memiliki disiplin kerja yang baik.
2) Pemanfaatan sarana
Karyawan yang berhati-hati dalam menggunakan peralatan
kantor untuk menghindari terjadinya kerusakan pada alat kantor
merupakan cerminan karyawan yang memiliki disiplin kerja yang
3) Tanggung jawab yang tinggi
Karyawan yang selalu menyelesaikan tugas yang dibebankan
kepadanya sesuai dengan prosedur dan bertanggung jawab terhadap
hasil kerjanya, dapat pula dikatakan memiliki disiplin kerja yang
tinggi.
4) Ketaatan terhadap aturan kantor
Karyawan yang memakai seragam sesuai aturan, mengenakan
kartu tanda identitas, izin apabila tidak masuk kantor, juga
merupakan cerminan disiplin yang tinggi.
5. Kualitas Pelayanan