• Tidak ada hasil yang ditemukan

DISKUSI DAN KESIMPULAN

Dalam dokumen Psikologi Belajar RPP dan Model Pembelaj (Halaman 126-138)

INGGRIS MELALUI METODE ROLE PLAYING

D. DISKUSI DAN KESIMPULAN

Metode

Role Playing

dapat meningkatkan keterampilan berbicara Bahasa Inggris pada siswa, yang dilihat dari nilai tes keterampilan berbicara siswa yang mengalami peningkatan. Nilai rata-rata keterampilan berbicara pada pra siklus adalah 71,5 yang tergolong kategori cukup, kemudian meningkat pada siklus II menjadi 84,1 tergolong kategori baik dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 91,5 tergolong kategori sangat baik. Sehingga rata-rata dari pra siklus ke siklus I meningkat sebesar 12,6%, dan dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 7,4%.

TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME VYGOTSKY

Berkaitan dengan pembelajaran, Vygotsky mengemukakan tiga prinsip seperti yang dikutip oleh (Slavin, 2000: 256) yaitu:

1. Pembelajaran sosial (social leaning).

Pendekatan pembelajaran yang dipandang sesuai adalah pembelajaran kooperatif. Vygotsky menyatakan bahwa siswa belajar melalui interaksi bersama dengan orang dewasa atau teman yang lebih cakap.

2. ZPD (zone of proximal development).

Bahwa siswa akan dapat mempelajari konsep-konsep dengan baik jika berada dalam ZPD. Siswa bekerja dalam ZPD jika siswa tidak dapat memecahkan masalah sendiri, tetapi dapat memecahkan masalah itu setelah mendapat bantuan orang dewasa atau temannya (peer); Bantuan atau support dimaksud agar si anak mampu untuk mengerjakan tugas-tugas atau soal-soal yang lebih tinggi tingkat kerumitannya dari pada tingkat perkembangan kognitif si anak. Daerah Perkembangan Terdekat ( Zone of Proximal Development = ZPD). Vygotsky yakin bahwa belajar terjadi jika anak bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari tetapi tugas-tugas tersebut masih berada dalam daerah perkembangan proksimal mereka. Daerah proksimal adalah tingkat perkembangan sedikit diatas tingkat perkembangan seseorang saat ini, artinya bahwa daerah ini adalah daerah antara tingkat perkembangan sesungguhnya (aktual) dan tingkat perkembangan potensial anak. Tingkat perkembangan aktual adalah pemfungsian intelektual individu saat ini dan kemampuan untuk mempelajari sesuatu dengan kemampuannya sendiri (kemampuan memecahkan masalah secara mandiri), sedang tingkat perkembangan potensial anak adalah kondisi yang dapat dicapai oleh seseorang individu dengan bantuan orang dewasa atau melalui kerja sama dengan teman sebaya yang lebih mampu. (kemampuan memecahkan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya). Jadi pada saat siswa bekerja dalam daerah perkembangan terdekat (ZPD) mereka, tugas-tugas yang tidak dapat mereka selesaikan sendiri, akan dapat mereka selesaikan dengan bantuan teman sebaya atau orang dewasa. Pembelajaran di sekolah hendaknya bekerja dalam daerah ini, menarik kemampuan-kemampuan anak dengan maksud mendorong pertumbuhan seefektifnya.

3. Perancahan (Scaffolding)

Perancahan (scaffolding) mengacu kepada pemberian sejumlah bantuan oleh teman sebaya atau orang dewasa yang berkompeten kepada anak. Menurut Slavin (Ratumanan, 2004:47) scaffolding berarti memberikan kepada anak sejumlah besar dukungan selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu melakukan tugas tersebut secara mandiri. Bantuan yang diberikan pembelajar dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri. Vygotsky mengemukakan tiga kategori pencapaian siswa dalam upayanya memecahkan permasalahan, yaitu (1) siswa mencapai keberhasilan dengan baik, (2) siswa mencapai keberhasilan dengan bantuan, (3) siswa gagal dalam meraih keberhasilan. Scaffolding, berarti upaya pembelajar untuk membimbing siswa dalam upayanya mencapai keberhasilan. Dorongan guru sangat dibutuhkan agar pencapaian siswa ke jenjang lebih tinggi menjadi optimum. Prinsip ini melahirkan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran.

Vygotsky menekankan pentingnya memanfaatkan lingkungan dalam pembelajaran. Lingkungan sekitar siswa meliputi orang-orang, kebudayaan, termasuk pengalaman dalam lingkungan tersebut. Orang lain merupakan bagian dari lingkungan (Taylor, 1993), pemerolehan pengetahuan siswa bermula dari lingkup sosial, antar orang, dan kemudian pada lingkup individu sebagai peristiwa internalisasi (Taylor, 1993). Vygotsky menekankan pada pentingnya hubungan antara individu dan lingkungan sosial dalam pembentukan pengetahuan yang menurut beliau, bahwa interaksi sosial yaitu interaksi individu tersebut dengan orang lain merupakan faktor terpenting yang dapat memicu perkembangan kognitif seseorang.

Vygotsky berpendapat bahwa proses belajar akan terjadi secara efisien dan efektif apabila anak belajar secara kooperatif dengan anak-anak lain dalam suasana dan lingkungan yang mendukung (supportive), dalam bimbingan seseorang yang lebih mampu, guru atau orang dewasa.

Ciri-Ciri Pembelajaran Secara Konstuktivisme Sosial

1. Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui penglibatan dalam dunia sebenarnya.

sebagai panduan merancang pengajaran.

3. Menyokong pembelajaran secara koperatif mengambil kira sikap dan pembawaan murid.

4. Mengambil kira dapatan kajian bagaimana murid belajar sesuatu ide. 5. Menggalakkan & menerima daya usaha & autonomi murid.

6. Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid & guru.

7. Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran.

MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING

Model

role playing

atau bermain peran adalah suatu cara penguasaan bahan- bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan itu dilakukan dengan memerankannya sevagi tokoh hidup atau benda mati. Menurut (Kardoyo,2009) bahwa

Role Playing

merupakan suatu aktivitas dramatik, biasanya ditampilkan oleh sekelompok kecil siswa, bertujuan mengeksploitasi beberapa masalah yang ditemukan untuk melengkapi partisipan dan pengamat dengan pengalaman belajar yang nantinya dapat meningkatkan pemahaman mereka.

Role Playing

merupakan suatu aktivitas yang dramatik biasanya ditampilkan oleh sekolompok kecil siswa bertujuan untuk mengekploitasi beberapa masalah yang ditemukan untuk melengkapi partisipan dan pengamat belajar yang nantinya dapat meningkatkan pemahaman mereka.

1. Macam-macam

Role Play

Permainan peran tidak termasuk kegiatan yang mengharuskan siswa untuk mengikuti naskah. Memainkan peran siswa hadir dengan situasi terbuka bagi mereka untuk menyelesaikan. Siswa tidak akan mengikuti

script

, tapi akan bereaksi terhadap situasi dengan cara tanpa latihan.

Berdasarkan persiapan awal siswa permainan peran dibagi menjadi dua yaitu : a. R

ole play

spontan tidak memerlukan persiapan awal

b.

Role play

investigasi

Sedangkan berdasarkan jumlah peserta

role play

melibatkan seluruh kelas atau menjadi terbatas pada beberapa peserta yang dipilih.

Apapun jenis

Role play

yang digunakan, keuntungan yang didapat adalah sebagai berikut:

a. Siswa memperoleh pengalaman dalam memahami orang lain. b. Peningkatan motivasi dan minat siswa dapat terjadi.

c. Siswa memiliki kesempatan untuk mempraktekkan keterampilan interpersonal. d. Siswa memiliki kesempatan untuk mempraktekkan pengambilan keputusan.

2.

Tujuan dan Manfaat Pembelajaran

Role Playing

Model pembelajaran

role play

lebih menekankan hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain. Model ini lebih memfokuskan pada proses negosiasi sosial. Model pembelajaran

role playing

memberikan prioritas pada peningkatan kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dalam upaya peningkatan kemampuan

individu untuk berhubungan dengan orang lain dalam upaya meningkatkan proses demokratis, didesain untuk mengajak peserta didik dalam menyelidiki nilai-nilai pribadi dan sosial melalui tingkah laku mereka sendiri dan nilai-nilai yang menjadi sumber penyelidikan.

Menurut Zuhaerini (1983: 56), model ini digunakan apabila pelajaran dimaksudkan untuk:

a) menerangkan suatu peristiwa yang di dalamnya menyangkut orang banyak, dan berdasarkan pertimbangan didaktik lebih baik didramatisasikan daripada diceritakan, karena akan lebih jelas dan dapat dihayati oleh anak;

b) melatih anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan masalah-masalah sosial- psikologis;

c) melatih anak-anak agar mereka dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya.

Manfaat yang dapat diambil dari

role playing

adalah:

Pertama,

role playing

dapat memberikan semacam

hidden practise

, dimana murid tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari. Kedua,

role playing

melibatkan jumlah murid yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar. Ketiga,

role playing

dapat memberikan kepada murid kesenangan karena

role playing

pada dasarnya adalah permainan.

Dengan bermain murid akan merasa senang karena bermain adalah dunia siswa. Masuklah ke dunia siswa, sambil kita antarkan dunia kita (Bobby DePorter, 2000: 12). 3. Kelebihan dan Kelemahan Metode

Role Playing

a. Kelebihan Metode Role playing

Kelebihan metode

Role playing

melibatkan seluruh siswa berpartisipasi, mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja sama. Siswa juga dapat belajar menggunakan bahasa dengan baik dan benar. Selain itu, kelebihan metode ini adalah, sebagai berikut:

1. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.

2. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.

3. Guru dapat mengevaluasi pengalaman siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.

4. Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping merupakan pengaman yang menyenangkan yang saling untuk dilupakan.

5. Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias.

6. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi.

7. Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung didalamnya dengan penghayatan siswa sendiri. 8. Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan dapat

menumbuhkan/membuka kesempatan bagi lapangan kerja.

Menurut Hasibuan dan Moedjiono (1995:25), kelebihan dari

role playing

antara lain siswa melatih dirinya untuk memahami, mengingat dan menghayati isi cerita yang harus diperankan, siswa akan terlatih berinisiatif dan berkreasi, kerja sama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina sebaik mungkin, siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesama, memvisualisasikan hal- hal yang abstrak, melatih berfikir kritis karena siswa terlibat dalam analisa proses, menimbulkan respon positif dari siswa yang lamban, kurang cakap dan kurang memotivasi dan bakat yang ada pada diri siswa dapat dipupuk sehingga memungkinkan akan muncul bibit seni drama di sekolah.

b. Kelemahan Metode Role playing

Hakekatnya sebuah ilmu yang tercipta oleh manusia tidak ada yang sempurna, semua ilmu ada kelebihan dan kekurangan. Jika kita melihat metode

Role playing

dalam cakupan cara dalam proses mengajar dan belajar dalam lingkup pendidikan tentunya selain kelebihan terdapat kelemahan. Kelemahan metode role palying antara lain: 1. Metode bermain peranan memerukan waktu yang relatif panjang/banyak.

2. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid. Dan ini tidak semua guru memilikinya.

3. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan suatu adegan tertentu.

4. Apabila pelaksanaan

role playing

dan bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai.

5. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini. 4. Langkah – Langkah Model Pembelajaran

Role Playing

a. Menyediakan Warm-up (Pendahuluan, Guru). Langkah ini membuat siswa sadar akan masalah yang dihadapi dan membuat mereka untuk berpikir tentang berurusan dengan masalah. Masalahnya dapat disajikan oleh pembacaan gambar, film, rekaman. Sangat penting bahwa guru memusatkan perhatian

siswa pada masalah.

b. Memilih Peserta untuk

Role play

. Aturan standar pilih siswa yang telah diidentifikasi dengan peran dan yang dapat menginternalisasi mereka. Hal ini dianggap praktik yang baik untuk menghindari menempatkan role ke siswa yang telah sukarela bagi peran oleh siswa lain, situasi mungkin menghukum atau siswa mungkin tidak melihat diri mereka sendiri peran. Guru perlu melakukan penilaian.

c. Mengatur Panggung. Peran pemain harus memiliki periode singkat rencana waktu t apa yang akan mereka lakukan dalam bermain peran dalam reaksi terhadap masalah yang diajukan pada langkah pertama. Karena

Role play

tidak melibatkan script atau tindakan yang telah ditentukan, tahap ini harus mengambil waktu yang sangat sedikit. Hal ini pada dasarnya tahap organisasi. d. Mempersiapkan Pemirsa yang akan berpartisipasi sebagai pengamat.

Nonparticipants

harus siap untuk mengamati permainan peran cerdas. Sebagai kelas-mengamati permainan peran, mereka harus mempertimbangkan cara alternatif untuk mengatasi masalah yang sedang disajikan.

e. Awal

Role play

(Pengesahan). Pada tahap ini, permainan peran awal dimulai. Guru harus memahami dan biasanya tidak boleh mengganggu sekali bermain peran telah dimulai. Perlu diingat bahwa bermain peran merupakan reaksi spontan terhadap situasi. Dengan demikian, reaksi dan bahasa yang ekstrim mungkin terjadi. Pada titik ini, guru mungkin perlu untuk menunjukkan arah. Namun, guru harus menyadari bahwa sensor terlalu banyak akan merusak maksud dari permainan peran.

f. Mempromosikan Diskusi dan Evaluasi. Diskusi merupakan salah satu tahapan yang paling penting dari bermain peran. Ini adalah melalui diskusi yang pemecahan masalah prosedur yang disempurnakan dan belajar. Segera setelah berlakunya, mendorong kelas untuk membahas apa yang terjadi dan kemungkinan konsekuensi dari jalannya tindakan yang diambil. Mendatangkan komentar dari pemain peran dan pengamat. Ini mungkin berguna untuk membandingkan dan kontras reaksi dari pemain peran dan pengamat. Guru dapat memilih untuk mengakhiri permainan peran setelah langkah ini.

g. Pertimbangkan Reenactment. Langkah ini memungkinkan untuk kesempatan kedua untuk memecahkan dilema, dengan manfaat dari masukan yang diberikan melalui diskusi. Sebuah replay ketiga atau keempat dapat memberikan yang berbeda 'interpretasi. Sebagai alternatif, pemeragaan tersebut dapat dilakukan oleh satu set yang berbeda dari pemain peran, sehingga memberikan perspektif yang berbeda dari masalah yang sedang dipertimbangkan. Reaksi dari para pelaku baru dapat memberikan dasar untuk diskusi-membandingkan dan kontras.

h. Merangsang Diskusi lebih lanjut. Setelah pemeragaan masing, diskusi harus dilakukan. Sebagai mahasiswa bergerak bolak-balik antara aktor dan pengamat, mereka dapat membandingkan perspektif mereka. Wawasan yang diperoleh dari pengalaman harus mengizinkan siswa untuk mencapai keputusan mereka sendiri mengenai kelangsungan hidup dari solusi yang diusulkan dalam permainan peran, sehingga mendapatkan praktik dalam pengambilan keputusan.

i. Berbagi Pengalaman dan Generalisasi. Ini adalah langkah terakhir dalam permainan peran. Sekarang ide dan wawasan dari para aktor dan pengamat dapat ditarik bersama-sama. Pada saat ini, siswa memiliki kesempatan untuk menggeneralisasi reaksi mereka terhadap situasi kehidupan nyata. Guru dapat menjernihkan kesalahpahaman, menerapkan permainan peran dengan materi sebelumnya disajikan, atau menggambarkan bagaimana kegiatan bermain peran memadukan ke pelajaran berikutnya.

Hubungan Antara Metode Role Playing Dan Kaitannya Dengan Teori Psikologi Belajar Konstruktivisme Sosial Lev Vygotsky

Model pembelajaran

role play

lebih menekankan hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain. Model ini lebih memfokuskan pada proses negosiasi sosial. Model pembelajaran

role playing

memberikan prioritas pada peningkatan kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dalam upaya peningkatan kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dalam upaya meningkatkan proses demokratis, hal ini sangat berkaitan dengan teori konstruktivisme sosial dimana Vygotsky menekankan pentingnya memanfaatkan lingkungan dalam pembelajaran. Lingkungan sekitar siswa meliputi orang-orang, kebudayaan, termasuk pengalaman dalam lingkungan tersebut. Orang lain merupakan bagian dari lingkungan (Taylor, 1993), pemerolehan pengetahuan siswa bermula dari lingkup sosial, antar orang, dan kemudian pada lingkup individu sebagai peristiwa internalisasi (Taylor, 1993). Vygotsky menekankan pada pentingnya hubungan antara individu dan lingkungan sosial dalam pembentukan pengetahuan yang menurut beliau, bahwa interaksi sosial yaitu interaksi individu tersebut dengan orang lain merupakan faktor terpenting yang dapat memicu perkembangan kognitif seseorang. Vygotsky berpendapat bahwa proses belajar akan terjadi secara efisien dan efektif apabila anak belajar secara kooperatif dengan anak-anak lain dalam suasana dan lingkungan yang mendukung (supportive), dalam bimbingan seseorang yang lebih mampu, guru atau orang dewasa.

Didalam teori konstruktivisme menekankan tiga pokok penting yaitu : 1. Pembelajaran sosial (social leaning).

Pendekatan pembelajaran yang dipandang sesuai adalah pembelajaran kooperatif. Vygotsky menyatakan bahwa siswa belajar melalui interaksi bersama dengan orang dewasa atau teman yang lebih cakap.

2. ZPD (zone of proximal development).

Bahwa siswa akan dapat mempelajari konsep-konsep dengan baik jika berada dalam ZPD. Siswa bekerja dalam ZPD jika siswa tidak dapat memecahkan masalah sendiri, tetapi dapat memecahkan masalah itu setelah mendapat bantuan orang dewasa atau temannya (peer); Bantuan atau support dimaksud agar si anak mampu untuk mengerjakan tugas-tugas atau soal-soal yang lebih tinggi tingkat kerumitannya dari pada tingkat perkembangan kognitif si anak. Daerah Perkembangan Terdekat ( Zone of Proximal Development = ZPD). Vygotsky yakin bahwa belajar terjadi jika anak bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari tetapi tugas-tugas tersebut masih berada dalam daerah perkembangan proksimal mereka.

3. Perancahan (Scaffolding).

Perancahan (scaffolding) mengacu kepada pemberian sejumlah bantuan oleh teman sebaya atau orang dewasa yang berkompeten kepada anak. Bantuan yang diberikan pembelajar dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri.

Implikasi di dalam metode role playing yang digunakan dalam RPP ,yaitu: 1. Pembelajaran sosial

Siswa diminta untuk bergabung dengan kelompok yang telah ditentukan,disana ia belajar bekerjasama dengan rekan sebaya. Guru memberikan soal untuk dikerjakan bersama dengan anggota kelompok,soal yang diberikan adalah menyebutkan bermacam benda berharga milik pribadi dan keluarga,benda milik pribadi 2 jenis,benda milik keluarga 4 jenis.

Soal berikutnya adalah mendiskusikan cara merawat serta memelihara dokumen penting pribadi dan keluarga. Harus ada 6 cara berbeda untuk merawat dokumen tersebut.

2. Pada impilikasi ZPD,Guru sebagai fasilitator telah menjelaskan berbagai macam benda berharga milik pribadi dan keluarga. Selanjutnya siswa diminta untuk mengembangkan sendiri materi pokok yang telah dijelaskan Guru dengan menyebutkan contoh lain benda berharga milik pribadi dan keluarga. Disini terdapat ZPD yaitu penilaian celah antara siswa diberi bimbingan untuk mengerjakan (potensial) yang tampak dari kemampuan siswa untuk menyelesaikan tugas-tugas dan menyelesaikan masalah ketika dibawah bimbingan Guru atau ketika berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih kompeten,dengan siswa dapat mengerjakan sendiri (aktual) yang tampak dari tampak dari kemampuan siswa untuk menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri maupun hasil kelompok yang telah didiskusikan.

3. Scaffolding

Guru memberi arahan jika ada hasil diskusi yang kurang benar. Guru memberi klu/petunjuk dengan menunjukkan alat peraga yang sudah ada di ruangan kelas maupun alat peraga yang dibawa. Seperti kamper,plastik besar,lap kering. Almari kelas,kemoceng kelas,dll. Berikutnya memilih peran dalam merawat dokumen tersebut.

Hasil

Hasil dari pembelajaran model role playing dibuktikan di dalam review jurnal yang telah dianalisa yaitu dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan mengerti isi materi yang disampaikan di kelas dan lebih memotivasi siswa untuk ikut serta dalam proses pembelajaran sehingga pemahaman materi lebih maksimal.

DAFTAR PUSTAKA Internet

Ariant, Abaz . 2011.

Model Pembelajaran Role playing

. (9 Desember 2013). [Online]. Tersedia : http://abazariant.blogspot.com/2013/02/teori-belajar-

konstruktivisme_21.html

Nasrialika.2013.

Teori Belajar Konstruktivistik Oleh Vygotsky

(10 November 2013) Tersedia : http://nasriaika1125.wordpress.com/2013/11/10/teori-belajar- kontruktivistik-oleh-vygotsky/

Ningrum,Dewi Wulan. 2013.

What Makes A Market Economy Special With Role Playing

Dalam dokumen Psikologi Belajar RPP dan Model Pembelaj (Halaman 126-138)

Dokumen terkait