• Tidak ada hasil yang ditemukan

DISKUSI DAN KESIMPULAN

Papila interdental adalah bagian gingiva dari area interdental yang dibentuk oleh jaringan ikat padat yang ditutupi oleh jaringan epitel oral. Bentuk ini ditentukan oleh hubungan kontak antar gigi, lebar permukaan gigi aproksimal dan bagian dari cemento-enamel junction ( CEJ ). Pada bagian anterior, gingiva ini memiliki bentuk piramida dengan ujung yang terdapat langsung di bawah titik kontak. Pada bagian posterior, gingiva ini lebih lebar dan berbentuk lembah (kol) konkaf atau jembatan.

Hilangnya papila interdental dapat disebabkan oleh karena diastema midline, keadaan akar yang divergen, mahkota klinis yang cenderung berbentuk triangular, lesi yang berhubungan dengan plak, prosedur oral higiene yang traumatik, kontur restorasi inadekuat dan hilangnya gigi. Pada kasus ketiadaan papila akibat diastema dapat menyebabkan masalah estetis dan fonetik. Sedangkan pada kasus ketiadaan papila akibat black space / black triangles, selain menyebabkan masalah estetis dan fonetik juga mengakibatkan impaksi makanan.

Nordland dan Tarnow mengemukakan suatu sistem klasifikasi untuk kehilangan tinggi papila interdental yang didasarkan pada tiga struktur anatomis yakni titik kontak interdental, perluasan permukaan apikal CEJ dan perluasan koronal interproksimal CEJ sehingga diperoleh empat kategori yakni keadaan yang normal, klas I, klas II, dan klas III. Papilla presence index (PPI) merupakan suatu sistem klasifikasi lainnya dengan pemberian skor berdasarkan hubungan keduduk an di antara papila, CEJ dan gigi yang disebelahnya yang terdiri atas PPI 1, PPI 2, PPI 3, dan PPI 4. Papilla presence index

(PPI) ini digunakan terutama untuk menilai hilangnya papila interdental yang disebabkan oleh penyakit periodontal dan hasil rekonstruksi papila setelah perawatan periodontal, terutama jika melibatkan tindakan mereposisi gigi.

Beberapa prosedur telah dikemukakan untuk menanggulangi hilangnya papila interdental. Prosedur tersebut meliputi prosedur periodonsia, ortodonsia, konservasi, dan prostodonsia. Prosedur periodonsia akan merekonstruksi jaringan lunak diantara gigi. Sedangkan prosedur ortodonsia, konservasi dan prostodonsia dapat memodifikasi ruang interproksimal yang akan mempengaruhi bentuk jaringan lunak.

Carnio J. dalam laporan kasusnya yakni rekonstruksi bedah papila sebagai salah satu prosedur periodonsia memperlihatkan bahwa teknik bedah dengan menggunakan penempatan cangkok jaringan ikat subepitel dapat membentuk kembali papila interdental yang telah hilang. Hasil rekonstruksi ini stabil dan tidak memperlihatkan adanya tanda klinis inflamasi selama empat tahun pasca bedah. Untuk mencapai keberhasilan ini harus didukung dengan tindakan pemeliharaan integritas dari jaringan interproksimal.

Cardaropoli D. dan Re S. dalam laporan kasusnya yakni prosedur augmentasi papila interdental yang diikuti perawatan ortodonsia sebagai prosedur kombinasi antara periodonsia dengan ortodonsia. Prosedur periodonsia akan memodifikasi jaringan lunak dan memulihkan kesehatan periodontal dengan pengurangan kedalaman probing dan merekonstruksi tulang dengan pencangkokan tulang. Sedangkan prosedur ortodonsia akan menata susunan gigi sehingga menunjukkan potensi yang baik sekali terhadap perbaikan estetis. Hal ini berpengaruh terhadap level papila akhir yang akan memperbaiki estetis pasien.

Jika hilangnya papila interdental merupakan akibat anatomi mahkota gigi yang triangular maka perawatan rekonturing dengan penggunaan bahan restorasi pada permukaan mahkota aproksimal dapat dilakukan untuk memperluas titik kontak dan memindahkan titik kontak ke servikal yang akan mengisi ruang interdental. Dan bila hilangnya papila interdental merupakan akibat kehilangan gigi maka keadaan ini dapat ditanggulangi dengan tindakan prostetik yang menggunakan pontik ovate. Pontik ini menggantikan posisi gigi yang hilang dan memberikan bantuan terhadap pengisian ruang interproksimal yang akan menciptakan papila interdental pasca ekstraksi. Selain itu, pontik ini juga memiliki nilai estetis dan higiene yang optimal.

Seluruh faktor penyebab dan alternatif perawatan terhadap hilangnya papila interdental harus didiskusikan terlebih dahulu dengan pasien sebelum dilakukan perawatan karena dengan rencana perawatan yang cermat maka level papila yang telah tercapai dapat dipertahankan. Suatu tindakan yang multidisiplin seperti dengan kombinasi prosedur dapat dijadikan pertimbangan untuk mencapai hasil klinis yang optimal.

---ooOoo---

DAFTAR PUSTAKA

1. Reddy MS. Achieving gingival esthetics. J Amp Dent Assoc 2003; 134: 295-304. 2. Carnio J. Surgical reconstruction of interdental papilla using an interposed

subepithelial connective tissue graft: a case report. J Perio Rest Dent 2004; 24: 31-7.

3. Krishnan IS, Kheur MG. Esthetic considerations for the interdental papilla: eliminating black triangles around restorations: a literature review. J Prosthodont 2006; 6(4): 164-9.

4. Prato GPP, Rotundo R, Cortellini P, Tinti C, Azzi R. Interdental papilla management: a review and classification of the therapeutic approaches. J Perio Rest Dent 2004; 24: 246-55.

5. Cardaropoli D, Re S. Interdental papilla augmentation procedure following orthodontic treatment in a periodontal patient. J Periodontol 2005; 76: 655-61. 6. Zetu L, Wang H-L. Management of inter-dental/inter-implant papilla. J Clin

Periodontol 2005; 32: 831-9.

7. Dalimunthe SH. Periodonsia. 2th ed. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2005: 8-11.

8. Chang L-C. The association between embrasure morphology and central papilla recession: a noninvasive assessment method. Chang Gung Med J 2007; 30:445-52.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

9. Tanaka OM, Furquim BD’A, Pascotto RC, Ribeiro GLU, Bosio JA, Maruo H. The dilemma of the open gingival embrasure between maxillary central incisors. J Contemp Dent Pract 2008; 9: 92-8.

10.Leblebicioglu B, Rawal S, Mariotti A. A review of the functional and esthetic requirements for dental implants. J Amp Dent Assoc 2007; 138(3): 321-9.

11.Cardaropoli D, Re S, Corrente G. The papilla presence index (PPI): a new system to assess interproximal papillary levels. J Perio Rest Dent 2004; 24: 488-92. 12.Cardaropoli D, Re S, Corrente G, Abundo R. Reconstruction of the maxillary

midline papilla following a combined orthodontic-periodontic treatment in adult periodontal patients. J Clin Periodontol 2004; 31: 79-84.

13.Inocencio F, Sandhu HS. Interdental papilla reconstruction combining periodontal and orthodontic therapy in adult periodontal patients: a case report. J Can Dent Assoc 2008; 74(6): 531-5.

14.Spear FM, Cooney JP. Restorative Interrelationship. In : Carannza FA. Clinical Periodontology. Missouri : Elsevier Saunders, 2006: 1050-69.

---ooOoo--

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

Dalam dokumen Penanggulangan Hilangnya Papila Interdental (Halaman 51-55)

Dokumen terkait