• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

B. Diskusi

Responden I dan II menilai subjective well-being mereka berdasarkan kepuasan terhadap domain-domain kehidupannya, hal ini sesuai dengan teori yang diugkapkan sebelumnya. Namun, responden III justru menilai hidupnya tidak memuaskan karena ketidakpuasan terhadap domain keluarga sekalipun domain lainnya memuaskan. Hal

menyatakan bahwa domain yang paling dekat dan mendesak dalam kehidupan individu merupakan domain yang paling mempengaruhi subjective well-beingindividu tersebut. Dalam hal ini domain terpenting bagi Responden III adalah keluarga, akibatnya ketidakpuasan dalam domain keluarga membuat Responden III menilai kehidupannya tidak memuaskan.

Ketiga responden menyatakan bahwa afek yang mereka rasakan diakibatkan oleh kepuasan akan hidup dan kejadian-kejadian yang dialami seperti masalah yang dihadapi atau prestasi yang diperoleh. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Diener dan Lucas (2000) bahwa afek yang dirasakan berkaitan dengan evaluasi seseorang karena emosi muncul dari evaluasi yang dibuat oleh orang tersebut. Ketika responden menilai hidupnya tidak memuaskan maka afek negatif muncul dari hasil evaluasi yang diberikannya atas hidupnya.

Dalam kebahagiaan hidupnya responden I sangat dipengaruhi oleh tujuan hidup yang dimilikinya. Responden I memiliki tujuan untuk menyenangkan hati orang tuanya dan orang lain. Salah satu cara yang dilakukan responden untuk mencapai hal ini adalah dengan bernyanyi dalam PSA. Responden beranggapan ketika ia dapat bernyanyi dengan benar dan bagus, ia dapat membuat orang lain bahagia dan terhibur. Akan tetapi hal ini tidak tercapai karena responden I beranggapan bahwa rekan-rekannya dalam PSA tidak mengerjakan bagiannya dengan baik dan cenderung tidak memprioritaskan PSA, hal ini membuat responden kecewa dan tidak dapat mencapai tujuannya dengan baik dan menambah afek negatif yag dirasakan. Selain tidak tercapainya tujuannya, responden I juga mengalami konflik. Ia memiliki dua tujuan yaitu menyenangkan hati orang tuanya dan menyenangkan hati orang lain melalui kegiatan PS yang diikuti, namun, saat berusaha mencapai kedua tujuan tersebut terjadi

yang dikemukakan oleh Emmons (dalam Diener, 1999) yang menyatakan bahwa konflik dalam tujuan-tujuan yang berbeda memiliki implikasi pada emotional dan cognitive well-beingsesorang.

Responden II dan Responden III memandang penting dan melaksanakan dengan rutin kegiatan kerohanian atau hal-hal yang berkaitan dengan spiritualitas, baik dalam PSMG ataupun yang dilakukan sendiri. Namun berbeda dengan Responden II yang menyatakan hidupnya memuaskan dan menyenangkan, Responden III justru menilai hidupnya tidak memuaskan dan menyenangkan. Hal ini berbeda dengan pendapat Diener (2009) yang menyatakan menyatakan bahwa secara umum orang yang religius cenderung untuk memiliki tingkat well being yang lebih tinggi. Menurut Responden III, hal tersebut disebabkan oleh karena ia kehilangan ibunya dan selalu mengingat masa-masa indah bersama ibunya. Pengalaman negatif ini mempengaruhi subjective well-being responden III selama bertahun-tahun ini. Hal yang serupa juga didapati dalam penelitian Lucas dan Diener (dalam Diener dan Schollon, 2003) di mana seorang istri yang kehilangan suaminya membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk memulihkan kepuasan hidup mereka ke level subjective well-beingsebelumnya. Ketiga responden mengakui bahwa lirik lagu yang dinyanyikan memberi pengaruh terhadap diri masing-masing. Semakin sering lagu dinyanyikan, maka semakin dihayati lagu tersebut. Namun responden I menyatakan dampak lirik lagu tersebut hanya dirasakan saat menyanyikan saja, dan responden II menyatakan bahwa ia dapat semakin menghayati kebesaran Tuhan dalam kesehariannya dan ketaatannya dalam mengikut Tuhan, sedangkan responden III mengakui bahwa ia justru mendapatkan kekuatan dan penghiburan saat merenungkan dan menyanyikan lagu dalam PSMG

yang menyanyi juga sekaligus menjadi pendengar.

Ketiga responden mengakui bahwa mereka mendapatkan dukungan sosial dalam PSMG yang diikuti. Responden II menyatakan bahwa ia mendapatkan dukungan sosial dari PSMG berupa nasehat dan dukungan dalam menjaga kesehatan, kedisiplinan, kerohanian, dan dalam meningkatkan prestasi akademis yang dimilikinya. Responden I dan III menyatakan bahwa PSMG yang diikuti dapat mengisi kekosongan figur keluarga yang mereka butuhkan. Responden I mengakui bahwa ia merasa kehilangan sosok kakak dan abang yang dimiliki karena jarak dan konflik yang dialami. Selain itu responden I juga mengakui bahwa ia merasa kesepian ditengah-tengah teman kampusnya. Namun hal ini berbeda saat ia mengikuti PSMG, sekalipun ada kekecewaan yang dialami, namun responden I mengakui ia merasa senang dan memiliki banyak teman, sahabat, dan mendapatkan figur kakak dan abang dalam PSMG nya. Sedangkan responden III yang mengakui bahwa rasa trauma dan sangat kehilangan figur ibu, dapat diisi oleh para anggota PSMG lainnya, sekalipun ia tetap merasakan afek negatif akibat kematian ibunya, namun ia merasa puas dengan kualitas hubungan sosial dan dukungan sosial yang ia miliki dalam PSMG nya.Hal ini juga sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hancox (Hancox et. al 2010) bahwa bernyanyi dalam PS juga memberikan dukungan sosial dan persahabatan yang dapat mengatasi perasaan kesepian dan terisolasi.

Shuman (Eddington dan Shuman, 2008) menyatakan wanita lebih banyak mengungkapkan afek negatif dan depresi dibandingkan dengan pria, dan lebih banyak mencari bantuan. Namun hal ini berbeda dengan Responden I dan III, Responden I, yang berjenis kelamin laki-laki, banyak menceritakan hal negatif yang dialami dan juga menyatakan bahwa ia juga sering menceritakannya kepada rekan-rekannya di

perempuan menceritakan banyak hal negatif, namun mengakui bahwa ia tidak menceritakannya kepada orang lain dan juga tidak meminta bantuan kepada orang lain karena takut akan mempengaruhi hubungan dalam keluarganya. Hal ini disebabkan sumber dari afek negatif yang dialami responden III merupakan masalah keluarga, yang baginya merupakan hal yang tidak dapat diceritakan kepada banyak orang karena dapat berakibat buruk bagi hubungan dalam keluarga dan membuat masalah semakin rumit.

Dua dari tiga responden mengakui bahwa setelah bernyanyi stres yang mereka alami sebelumnya hilang. Responden II menyatakan bahwa ia seringkali merasa stres yang dirasakan berkurang dan lebih tenang dalam menghadapi tugas-tugasnya. Hancox (Hancox et al. 2010) menjelaskan bahwa bernyanyi melibatkan konsentrasi yang terfokus sehingga menyebabkan perhatian seseorang dapat teralihkan dari sumber stres. Ketiga responden mengakui bahwa saat bernyanyi mereka harus berkonsentrasi dengan lagu yang dinyanyikan dan tidak boleh memikirkan masalah apapun karena hal tersebut akan mempengaruhi performa mereka.

Dokumen terkait