• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

3. Disposisi Matematik

Terdapat delapan kompetensi yang diharapkan muncul setelah peserta didik belajar matematika, yaitu :1) pemahaman konsep, 2) penalaran adaptis, 3) penguasaan prosedur, 4) penguasaan komunikasi, 5) penguasaan koneksi,

Masalah atau kondisi

Proses pembelajaran dengan SSCS Membaca LKS dan mencari informasi Search Solve Menyelesaikan masalah yang diberikan Create Membuat laporan penyelesaian yang akan dipresentasikan Share Mempresentasikan hasil penyelesaian di depan kelas

6) kompetensi strategis, 7) pemecahan masalah dan 8) disposisi produktif.11.Kompetensi tersebut secara umum bisa kita kelompokan menjadi dua, kompetensi kognitif yang mencangkup kompetensi pertama sampai ke-tujuh dan disposisi matematik sebagai kompetensi afektif.

Salah satu kompetensi yang diharapkan muncul setelah siswa mempelajari matematika di atas adalah disposisi produktif.Disposisi matematik itu sendiri diungkapkan oleh Suhendra merupakan kemampuan untuk selalu memandang matematika secara positif, menguntungkan dan bermanfaat.12 Individu yang memiliki disposisi yang baik akan mencari hal positif pada matematika meskipun dia menemukan kesulitan dalam matematika itu sendiri karena dia meyakini bahwa apa yang dipelajari dari matematika selalu bisa digunakan baik dalam proses pembelajaran atau dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Sementara Utari menjelaskan bahwa disposisi matematik diartikan sebagai keinginan, kesadaran, dan dedikasi yang kuat pada diri siswa untuk belajar matematika dan melaksanakan berbagai kegiatan matematika.13Siswa dengan disposisi matematik yang baik merasa kegiatan matematika seperti memahami serta memecahkan masalah matematika merupakan hal yang tidak sukar lagi karena dia sudah terbiasa melakukannya. Dalam proses pembelajaran siswa akan terlihat nyaman dalam mempelajari matematika, tidak ada rasa cemas saat menemui kesulitan dalam memahami materi atau menyelesaikan masalah.

Sejalan dengan kedua pendapat di atas Katz lebih khusus mendefinisikan disposisi sebagai kecenderungan untuk berperilaku secara sadar, teratur, dan sukarelauntuk mencapai tujuan tertentu. Dalam konteks pembelajaran matematika disposisi matematik (mathematical disposition) berkaitan dengan bagaimana sikap siswa menyelesaikan masalah matematik, apakah percaya diri, tekun, berminat, dan berpikir fleksibel untuk mengeksplorasi berbagai alternatif penyelesaian

11

Suhendra dkk, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, (Jakarta: UT. 2007), h.7.21.

12

Suhendra, op cit, h.7.23 13

Rochman Natawidjaja dkk (ed), Rujukan filsafat, Teori dan Praktis Ilmu Pendidikan, (Bandung : UPI Press. 2008), h.684.

masalah, bagaimana siswa bertanya, menjawab pertanyaan, mengkomunikasikan ide-ide matematik dan bekerja dalam kelompok.14

Dari penjelasan di atas disimpulkan secara singkat bahwa disposisi matematik adalah kecenderungan untuk memandang matematika sebagai hal yang bermanfaat, bersikap positif terhadap matematikadanterbiasa melakukan kegiatan matematik.

Suhendra menjelaskan bahwa seseorang yang memiliki disposisi produktif melakukan beberapa hal seperti: 1) memandang ideatau gagasan matematika sebagai sesuatu yang benar, 2) meyakini bahwa matematika selalu bermanfaat baik untuk diri sendiri maupun bidang lain bila kitamemanfaatkanya dengan baik dan benar, dan 3) berusaha untuk lebih menguasai dan memahami matematika.15 Individu yang memiliki disposisi produktif akan senantiasa melihat matematika secara positif dan yakin bahwa mempelajari matematika dengan kesungguha selalu dapat memberikan manfaat dalam kehidupannya.

Secara lebih rinci National Council of Teacher Mathematis menjelaskan bahwa untuk menilai disposisi matematik siswa bisa dilihat dari tujuh indikator berikut:16

1) Percaya diri menggunakan matematika dalam menyelesaikan masalah, menyampaikan ide dan pendapat,

2) Fleksibel dalam bermatematika dan mencoba menggunakan berbagai metode lain dalam memecahkan masalah,

3) Gigih dan tekun dalam mengerjakan tugas matematika

4) Memiliki rasa ingin tahu dan ketertarikan yang baik terhadap matematika 5) Melakukan refleksi atas cara berpikir dan tugas yang telah diselesaikan

14

Ali Mahmudi, Tinjauan Asosiasi antara Kemampuan Pemecahan Masalah Matematikdan Disposisi Matematik, makalah disampaikan Pada Seminar Nasional Pendidikan MatematikaDiselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan MatematikaFMIPA Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 17 April 2010.

15

Suhendra dkk.loc.cit.

16

National Council of Teachers of Mathematics,Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. (VA: NCTM Inc, 1989),h.233.

6) Menghargai aplikasi matematika dalam kehidupan sehari-hari dan disiplin ilmu yang lain

7) Mengapresiasi matematika sebagai alat dan bahasa.

Ketujuh indikator di atas mencangkup sikap positif dan kebiasaan berpikir serta bertindak matematis yang menjelaskan bahwa disposisi matematik bukan hanya berkaitan dengan sikap positif seperti menyukai dan semangat tetapi juga bagaimana prilaku siswa saat melakukan kegiatan matematika.

Disposisi dan perilaku cerdas dalam upaya menyelesaikan persoalan sederhana sampai kompleks dinamai Costa (Costa, Ed, 2001) dengan istilah habits of mind (kebiasaan berpikir).17Habits of mind adalah karakter dan sikap yang diterlihatdari seseorang yang cerdas saat dihadapkan kepada masalah yang tidak bisa langsung diselesaikan.

Risnanosanti menjelaskan bahwa karakteristik psikologis yang termasuk dalam habitd of mind adalah ketekunan pribadi, kecenderungan untuk memilih strategi yang efektif dan mengaplikasikan strategi tersebut dalam menyelesaikan masalah.18 Selanjutnya Costa menjelaskan mengenai sifat dan sikap yang merupakan indikator yang akan terlihat saat seseorang yang memiliki disposisi yang baik dan prikalu cerdas, yaitu:19

1) Bertahan atau pantang menyerah (Persisting).

Siswa terkadang menyerah dan merasa putus asa saat jawaban dari sebuah masalah tidak langsung mereka ketahui dan berkata “aku nggak bisa jawab” atau “ini sulit banget”, kemudian secepat mungkin menulis jawaban apa saja untuk menyelesaikan tugas tersebut.

Dengan persisting, siswa tidak akan pantang menyerah ketika menghadapi masalah yang rumit. Mereka mampu mennganalisa suatu masalah kemudian

17

Utari sumarmo, Berpikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik, 2011, h.12. (http://math.sps.upi.edu/?p=58)

18

Risnanosati, Habits of Mind dan kaitannya dengan kemampuan berpikir matematis, h 256.

19

Arthur L.Costa dan Bena Kallick, Describing 16 Habits of Mind, 2012, (http://www.ccsnh.edu/documents/CCSNH%20MLC%20HABITS%20OF%20MIND%20COSTA -KALLICK%20DESCRIPTION%201-8-10.pdf)

mengembangkan strategi untuk menyelesaikannya.Mereka mencoba apakah strategi yang mereka miliki dapat digunakan atau tidak, dan saat strategi itu tidak berhasil mereka tahu dari mana harus memulai untuk memperbaikinya dan mencobanya kembali sampai berhasil.

2) Mengatur kata hati (Managing Impulsivity). Individu yang dapat mengatur kata hatinya akanberpikir sebelum bertindak. Ia akan megumpulkan, memahami dan mempertimbangkan segala informasi yang dimilikinya sebelum mengatur stategi untuk mencapai tujuan serta selalu memandang positif alternatif lain yang bisa digunakan.

3) Mendengarkan pendapat orang laindengan rasa empati. Menurut beberapa psikolog, salah satu bentuk prilaku cerdas adalah menghabiskan waktu untuk mendengarkan pendapat orang lain dengan rasa empati dan perhatian yang besar sehingga mampu memahami apa yang mereka sampaikan. Tapi tentu saja bukan selalu harus setuju dengan pendapat tersebut.

4) Berpikir luwes (Thinking flexibly). Penemuan yang menakjubkan tentang otak manusia adalah kemapuannya mengikat kembali, merubah bahkan memperbaiki sendiri untuk menjadi lebih pandai. Individu yang fleksibel sangat terbuka dan mampu mengubah pandangannya saat mendapatkan informasi baru yang membuat ia menjadi semakin pandai.

5) Berpikir metakognitif, yaitu berpikir tentang apa yang sedang difikirkan. Individu yang berpikir matekognitif memahami apa yang diketahui dan tidak diketahuinya kemudian menggunakan kesadaran tersebut untuk mengontrol apa yang dilakukan.

6) Berusaha bekerja secara teliti dan tepat. Individu yang memliki karakter ini akan bekerja lebih teliti dan cenderung memiliki standar yang tinggi dalam melakukan sesuatu serta belajar terus menerus. Ia akan meriksa kembali dan berusaha memperbaiki apa yang telah dikerjakannya untuk memperoleh hasil yang baik dan benar sehingga terhindar dari kesalahan.

7) Bertanya dan mengajukan masalah secara efektif. Individu yang cerdas mengetahui bagaimana cara bertanya yang efektif untuk mengumpulkan data dan atau informasi pendukung asumsi dan kesimpulan mereka.

8) Memanfaatkan pengetahuan lama untuk membangun pengetahuan yang baru. Salah satu prilaku cerdas adalah belajar dari pengalaman. Ketika dihadapkan dengan masalah baru dan membingungkan ia akan menganalogikan dan menghubungkanya dengan pengalaman lama.

9) Berpikir dan berkomunikasi secara jelas dan tepat. Bahasa yang baik memiliki peran yang penting dalam peningkatan kognitif seseorang dan kemampuannya untuk berpikir kritis. Penggunaan bahasa yang jelas, tepat dan tidak berlebihan serta menghindari distorsi akan melahirkan pemikiran yang efektif.

10) Memanfaatkan indera dalam mengumpulkan dan mengolah data. Individu yang memiliki karakter ini dapat berpikir intuitif dalam memperkirakan solusi sebelum menyelsaikan tugas secara analitik.

11) Mencipta, berkayal, dan berinovasi. Karakter ini bukan merupakan hal yang tumbuh begitu saja, tetapi berkembang dengan pembiasaan yang terus menerus. Individu yang terbiasa mencipta dan berinovasi serta berkhayal cenderung memandang sesuatu dari sudut pandang yang berbeda sehingga menghasilkan sesuatu yang kreatif.

12) Bersemangat dalam merespons. Individu yang bekerja dengan penuh semangat tidak hanya mengungkapkan saya mampu tetapi juga saya senang melakukannya. Ia akan dengan senang hati merespon apa yang tejadi di sekitarnya.

13) Berani bertanggung jawab dan menghadapi resiko atas masalah yang telah diselesaikan. Briggs mengatakan bahwa satu-satunya cara untuk sukses adalah berani mengambil segala resiko yang mungkin akan terjadi. individu yang memiliki karakter ini tidak akan takut menghadapi kegagalan karena telah memperkirakan hal tersebut.

14) Humoris. Gelak tawa memberikan manfaat positif terhadap psikologi seseorang. Selain itu, rasa humor dapat melahirkan kreatifitas dan kemampuan berpikir tingkat tinggi untuk membuat cerita yang berhubungan, mebandingkan dan menganalogi sesuatu.

15) Berpikir saling bergantung satu sama lain. Sebagai makhluk sosial manusia tentu tidak lepas dari ketergantunganya terhadap orang lain karena saling

membutuhkan satu sama lain. Individu yang memiliki karakter ini menyadari bahwa dengan bersama akan menjadi lebih kuat daripada sendiri. Ia akan merasa nyaman saat belajar dan bekerja secara kelompok.

16) Belajar yang berkelanjutan. Individu yang cerdas akan terus belajar, mencari sesuatu yang baru untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan kemapuan mereka.

Indikator-indikator yang dijelaskan di atas sejalan dengan KTSP yang menjelaskan bahwa tujuan pendidikan matematika dalam ranah afektif adalah memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari, memiliki rasa ingin tahu, minat dan perhatian dalam mempelajari matematika, serta gigih dan tekun dalam menyelesaikan permasalahan matematika.20Ini menyimpulkan bahwa pengembangan disposisi matematika siswa juga menjadi salah satu tujuan pendidikan di Indonesia.

Hal yang sangat perlu diperhatikan adalah bahwa disposisi matematik lebih dari sekedar menyukai matematika. Siswa yang menyukai matematika mungkin masih semangat dalam mengikuti proses pembelajaran dan mengerjakan tugas tetapi bisa jadi tidak yakin dengan kemampuan mereka saaat diberikan masalah yang berbeda, hal ini tidak akan terjadi pada siswa yang memiliki disposisi matematik, ia akan percaya diri dan yakin bahwa masalah akan terpecahkan walaupun dengan cara yang sedikit lebih rumit. Keyakinan ini, mempengaruhi pekerjaan siswa ketika mereka memecahkan masalah.Dengan demikian bisa kita katakana bahwa walaupun beberapa siswa memiliki sikap yang baik terhadap matematika, mereka bisa saja tidak memiliki indikator disposisi matematik yang telah dirumuskan.21

Berdasarkan pengkajian masalah dan teori, indikator disposisi matematik yang akan ditingkatkan dalam penelitian ini adalah sebagi berikut:

20

Sri Whardani, Paket Fasilitas Pemberdayaan KKG/MGMP Matematika ,(Yogyakarta: Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Matematika, 2008).h.8

21

1) Ketertarikan terhadap matematika

Ketertarikan merupakan modal utama siswa untuk menyukai matematika. Jika siswa tidak lagi menganggap matematika sebagi pelajaran yang menakutkan aplikasinya adalah siswa akan merasa enjoy saat belajar dan semangat untuk terus mempelajari matematika. Indikator ketertarikan yang akan ditingkatkan dalam penelitian adalah, semangat dalam belajar dan aktif mengajukan pertanyaan. 2) Kapercayaan diri siswa

Indikator kepercayaan diri siswa yang akan ditingkatkan dalam penelitian adalah percaya diri dengan kemampuan matematika yang dimiliki dan percaya diri dalam mengemukaan pendapat.

3) Kegigihan dan ketekunan

Indikator kepercayaan diri siswa yang akan ditingkatkan dalam penelitian adalah tidak pantang menyerah saat menemukan masalah dan mengerjakan tugas sebaik-baiknya

4) Fleksibelitas

Indikator fleksibelitas siswa yang akan ditingkatkan dalam penelitian adalah bekerja sama dan berbagi pengetahuan dan menggunakan beragam strategi dalam menyelesaikan masalah.

5) Metakognisi

Indikator metakognisi yang akan ditingkatkan dalam penelitian adalah mengetahui apa yang diketahui dan apa yang akan dilakukan dalam menyelesaikan masalah, menggambarkan proses penyelesaian masalah dan memeriksa kembali hasil pekerjaan

4. Keterkaitan Model Pembelajaran SSCS dengan Disposisi Matematik Telah dijelaskan sebelumnya bahwa disposisi matematik akan tumbuh dengan kebiasaan bersikap kritis, cermat, objektif, kreatif, terbuka serta menghargai matematika juga berpikir matematik.Secara umum, kegiatan dalam model pembelajaran SSCS memberikan kesempatan kepada siswa untuk terbiasa

melakukan hal tersebut di atas.Siswa dilatih untuk bersikap kritis dan cermat saat mengindentifikasi masalah dan mencari (search) informasi guna menyelesaikan masalah. Siswa terbiasa berpikir objektif dan terbuka dalam memilih caramenyelesaikan (solve) masalah, serta kreatif membuat (create) solusi penyelesaiannya. Hal ini sejalan dengan laporan dari laboratory Network program yang menginformasikan bahwa model pembelajaran SSCS mampu mengembangkan disposisi matematik siswa.

Lebih rinci lagi, keterkaitan model pembelajaran SSCS dengan aspek disposisi matematik siswa dalam penelitian ini bisa terlihat dalam kegiatan pada setiap tahapanberikut:22

1. Search

1) Siswa diminta untuk mencari dan menuliskan informasi apa yang diketahui dari masalah atau situasi yang diberikan

2) Siswa menganalisa informasi yang telah ditemukan dan menyimpulkan masalah atau situasi yang dihadapi

Pada tahap ini, dengan aktif mencari informasi sendiri ketertrikan siswa terhadap matematika dapat ditumbuhkan. Dengan menggali dan menganalisa informasi yang diberikan secara mandiri siswa berinteraksi langsung dengan masalah matematika, selain itu dalam kegiatan di fase ini siswa juga diberi kesempatan untuk bertanya dan belajardari berbagi sumber sehingga lambat laun tanggapan mengenai matematika susah bisa dihilangkan dan siswa bisa menyukai matematika yang kemudian membuat siswa semangat belajar

2. Solve

1) Siswa mencari dan memilih informasi yang berkaitan dengan pertanyaan dalam masalah atau situasi yang diberikan

2) Menyelesaikan masalah atau situasi yang diberikan

Pada tahap solve siswa dituntut untuk menyelesaika tugas atau masalah yang diberikan. Siswa tidak bisa melanjutkan ke tahap selanjutnya sebelum menyelesaikan masalah. Dengan demikian siswa terlatih untuk tidak mudah

22

menyerah dalam menyelesaikan tugas dan mengerjakan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya.

3. Create

1) Siswa diminta untuk membuat produk yang berkaitan dengan masalah atau situasi yang diberikan dalam LKS.

2) Siswa membuat laporan proses penyelesaian tersebut dengan sekreatif mungkin

Pada kegiatan ini siswa diminta untuk membuat sesuatu yang berkaitan denga materi yang diajarkan dan laporan penyelesaian yang berisi tentang prosespenyelesaian masalah. Dalam membuat sesuatu seseorang haruslah memiliki pikiran yang luwes sehingga menghasilkan sesuatu yang beda dan kreatif.seseorang yang tidak memiliki pemikiran yang luwes yang dia hasilkan hanya itu-itu saja. Dengan demkian fleksibelitas dapat siswa ditingkatkan pada fase ini. Selain itu kemampuan metakognisi siswa juga terlatih saat ia menuliskan kembali proses penyelesaian yang ia lakukan.

4. Share

1) Siswa mempresentasikan proses penyelesaian msalah secara individual atau kelompok di depan kelas.

2) Individu atau kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya atau memberikan pendapat terhadap hasil diskusi kelompok tersebut.

3) Memeriksa kembali solusi setelah menerima umpan balik dari guru dan teman yang lain.

Kegiatan pada tahap terakhir model SSCS ini melatih tiga aspek disposisi matematik sekaligus, yaitu: 1) Menanamkan keberanian siswa menunjukan kemampuan dirinya dalam menyelesaikan msalah dan mengemukakan pendapat serta berargumentasi membuat kepercayaan diri siswa tumbuh, 2) Membiasakan siswa medengarkan pendapat teman-temanya yang membuat siswa berpikir fleksibel dalam berbagi pengetahuan, dan 3) metakognitis siswa, si mana siswa diberikan kesempatan untuk memperbaiki hasil kerja mereka.Siswa yang

memperbaiki hasil pekerjaanya tentu tahu dimana dia harus menambah atau mengurang.

Dari penjelasan di atas, dapat diasumsikan bahwa model pembelajaran SSCS dapat meningkatkan aspek disposisi matematik yang menjadi bahasan dalam penelitian ini, yaitu: 1) ketertarikan, mencangkup semangat dalam belajar dan aktif mengajukan pertanyaan, 2) kepercayaan diri siswa, mencangkup percaya akan kemampuan yang dimiliki, dan kepercayaan diri dalam mengungkapkan pendapat, 3) kegigihan dan ketekunan, mencangkup tidak pantang saat menemukan masalah dan mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya, 4) fleksibel, mencangkup bekerja sama dan berbagi pengetahuan serta menggunakan beragam strategi dalam menyelesaikan masalah, dan 5) berpikir metakognitif, mencangkup mengetahui apa yang diketahui dan apa yang akan dilakukan dalam menyelesaikan masalah, mendeskripsikan proses penyelesaian masalah dan memeriksa kembali hasil kerja.

Dokumen terkait