• Tidak ada hasil yang ditemukan

188/Pdt.G/2013/PN.Smg

Mengamati pencatatan di Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia, dapat diketahui bahwa masalah tentang warisan maupun pembagian harta seringkali disengketakan oleh masyarakat di Indonesia. Hal ini terbukti dari munculnya lebih dari 1500 (seribu lima ratus) sengketa waris dalam kurun waktu 2003-2015 dan lebih dari 70 (tujuh puluh) sengketa pembagian harta dalam kurun waktu 2007-2015 yang diputus oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia.246 Baik masalah waris maupun masalah pembagian harta termasuk dalam ruang lingkup sengketa perdata. Secara umum, definisi “sengketa perdata adalah suatu perkara perdata yang terjadi antara pihak yang bersengketa yang di dalamnya mengandung sengketa yang harus diselesaikan oleh kedua belah pihak”.247

Dari sekian banyak sengketa perdata terkait warisan dan pembagian harta, yang akan diteliti dalam tesis ini adalah putusan sengketa perdata yang memiliki relevansi dengan masalah hibah wasiat yang melanggar bagian mutlak atau

legitime portie legitimaris (putusan Nomor 188/Pdt.G/2013/PN.Smg). Secara garis besar, kedudukan para pihak dalam putusan tersebut dirinci dalam skema berikut ini :

246 “Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia”,

(http://putusan.mahkamahagung.go.id/pengadilan/mahkamah-agung/direktori/perdata), diakses tanggal 5 Mei 2016.

247

Sarwono, Hukum Acara Perdata Teori dan Praktik, (Jakarta : Sinar Grafika, 2011), hal. 7.

Pewaris dalam putusan Nomor 188/Pdt.G/2013/PN.Smg bernama Ko Bing Nio (selanjutnya disebut Almarhum), meninggal dunia di Semarang pada tanggal 13 Februari 2011. Semasa hidupnya, Almarhum pernah kawin dengan Go A Sing dan dari perkawinannya, Almarhum dikaruniai 4 (empat) orang anak yakni Lany Wibowo (selanjutnya disebut Penggugat II), Hendra Gunawan (selanjutnya disebut Penggugat III), Go Kiem Lan (selanjutnya disebut Penggugat IV), dan Sutadi Goyono (selanjutnya disebut Tergugat I). Go A Sing sendiri berstatus Warga Negara Asing dan telah meninggal dunia sejak lama. Sebelum kawin dengan Go A Sing, Almarhum sudah mempunyai seorang anak yang bernama Ko Pien Tjoe (selanjutnya disebut Penggugat I). Penggugat I tersebut kedudukannya telah diakui secara sah dengan Almarhum sebelum Almarhum kawin dengan Go A Sing.246

Diketahui pula Almarhum meninggalkan satu anak kandung lagi yang bernama Ratna Utomo (selanjutnya disebut Turut Tergugat II). Turut Tergugat II tersebut diasuh dan dirawat (dibesarkan) oleh orang lain yang masih ada hubungan keluarga dengan Almarhum. Selain itu, Almarhum ternyata juga ada mengangkat seorang anak yang bernama Sugunto Komarudin (selanjutnya disebut Turut Tergugat I).247

Objek sengketa dalam putusan Nomor 188/Pdt.G/2013/PN.Smg adalah tanah dan rumah yang berdiri di atasnya, sebagaimana tercantum dalam Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor 318/Peterongan atas nama Almarhum, setempat

246 “Putusan Nomor 188/Pdt.G/2013/PN.Smg”,

(http://putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/bf61598b39662f97651ef3ef3963c063), diakses tanggal 23 Januari 2016, hal. 3.

kenal dengan Jalan Mataram/MT. Haryono Nomor 896, Kelurahan Peterongan, Kecamatan Semarang Timur, Kota Semarang. Lebih rinci, tanah dan rumah di atas tanah tersebut berbatasan dengan tembok kantor Taspen dan Hak Guna Bangunan 197 (sebelah utara), tembok Hak Guna Bangunan 40 (sebelah timur), tembok Hak Guna Bangunan 93 (sebelah selatan), dan Jalan MT. Haryono/Jalan Mataram (sebelah barat).248 Selanjutnya, tanah tersebut diketahui berukuran seluas lebih kurang 999 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan) meter persegi dan merupakan satu-satunya harta yang ditinggalkan oleh Almarhum.

Dari keterangan Para Penggugat dan Para Tergugat, diketahui bahwa objek sengketa dikuasai atau ditinggali oleh Tergugat I dan anaknya yang bernama Hendri Goyono (selanjutnya disebut Tergugat II) sejak mereka kecil. Semasa hidup, Almarhum datang menghadap Tan Bian Tjong, Notaris di Semarang dan membuat satu akta hibah wasiat terkait objek sengketa yakni akta Nomor 9 tertanggal 6 Maret 1999, yang berisi :

1. Almarhum menarik kembali dan menghapuskan semua testamen-testamen

dan akta-akta lain dengan kekuatan testamen yang dibuat sebelumnya dengan tidak ada yang dikecualikan;

2. Almarhum sebelum menikah dengan Go A Sing telah melahirkan dan mengakui Penggugat I dan dari perkawinannya dengan Go A Sing telah mempunyai anak yakni Penggugat II, Penggugat III, Penggugat IV, dan Tergugat I; dan

3. Almarhum memberikan hibah wasiat atau legaat kepada Tergugat I dan Tergugat I diangkat sebagai ahli waris tunggal, serta Penggugat III sebagai pelaksana hibah wasiat atau legaat. 249

248Ibid.,

hal. 3-4.

249Ibid.,

Akta hibah wasiat tersebut dibuat berbarengan dengan akta Nomor 10 tertanggal 6 Maret 1999 yang isinya adalah pernyataan persetujuan dan pelepasan hak atas objek sengketa oleh Para Penggugat.

Selanjutnya, sebelum meninggal dunia, Almarhum membuat lagi akta hibah wasiat di hadapan Alexander Wahyu Permana, (selanjutnya disebut Turut Tergugat III), notaris pengganti pada kantor notaris Tan Bian Tjong, di Semarang, yakni akta Nomor 1 tertanggal 29 Maret 2003. Akta hibah wasiat tersebut isinya adalah sebagai berikut :

1. Menarik kembali dan menghapuskan semua testamen-testamen dan akta- akta lain dengan kekuatan testamen yang dibuat sebelum testamen ini, dengan tidak ada yang dikecualikan;

2. Memberikan hibah wasiat atau legaat kepada Tergugat I dan Tergugat II terhadap objek sengketa; dan

3. Mengangkat Penggugat III sebagai pelaksana testamen. 250

Sekitar bulan Mei 2012, terjadi perselisihan mengenai pembagian harta peninggalan Almarhum antara Para Penggugat (khususnya Penggugat III) dengan Tergugat I, karena Tergugat I berniat menjual objek sengketa kepada pihak lain. Para Penggugat di sini menghendaki jika objek sengketa akan dijual, maka salah satu ahli waris dapat membelinya bukan oleh pihak lain.251 Dari sini, Para Penggugat beranggapan bahwa Tergugat I bertindak seenaknya saja seolah ia berhak sepenuhnya atas objek sengketa. Oleh karena itu, Para Penggugat kemudian menyatakan keberatan atas akta hibah wasiat yang dibuat oleh Almarhum dan berniat menuntut pembatalan atas akta hibah wasiat tersebut.

250Ibid.,

hal. 30-31.

251Ibid.,

Tergugat I dan Penggugat III sepakat untuk menyerahkan sertifikat atas objek sengketa kepada Turut Tergugat II sambil menunggu musyawarah mufakat seluruh keluarga dari Almarhum. Turut Tergugat II dianggap sebagai pihak yang netral serta dapat dipercaya oleh Tergugat I dan Para Penggugat. Bagi Tergugat I, Turut Tergugat II adalah kakak kandung yang banyak menolong Tergugat I dan keluarganya berada dalam keadaan yang baik dari masalah keuangan, kesehatan, dan masalah lainnya.252

Selanjutnya pada bulan Juni 2012, setelah beberapa kali melakukan musyawarah, maka keluarga Almarhum mencapai kata sepakat atas pembagian harta peninggalan Almarhum. Hasilnya adalah harta peninggalan Almarhum dibagi seluruhnya kepada keluarga besar Almarhum yakni Para Penggugat, Para Tergugat, Turut Tergugat I, dan Turut Tergugat II dengan pembagian Tergugat I dan Tergugat II mendapatkan 40% (empat puluh persen), sedangkan Para Penggugat, Turut Tergugat I dan Turut Tergugat II masing-masing mendapat 10% (sepuluh persen). Hal tersebut dinyatakan secara tegas di bawah sumpah di hadapan Tan Bian Tjong, Notaris di Semarang, sebagaimana ternyata dalam akta Nomor 1 tertanggal 29 Juni 2012 mengenai Keterangan.253

Pada bulan Februari 2013, Tergugat I berubah pikiran sehingga ia menghendaki seluruh harta peninggalan Almarhum serta meminta kembali sertifikat atas objek sengketa dari Turut Tergugat II. Menanggapi perbuatan Tergugat I, Penggugat III menyatakan keberatan jika sertifikat atas objek sengketa diserahkan kepada Tergugat I dan menghendaki kalau sertifikat atas objek

252Ibid.,

hal. 6.

sengketa tetap berada pada Turut Tergugat II. Oleh karena itu, pada tanggal 27 Maret 2013, Tergugat I melaporkan Turut Tergugat II ke Kepolisian Resort Kota Besar Semarang, dengan sangkaan melakukan tindak pidana penggelapan sebagaimana ternyata dalam laporan polisi Nomor LP/B/521/III/2013 tertanggal 27 Maret 2013. Dengan laporan Tergugat I, Penggugat III dan Turut Tergugat II dipanggil polisi untuk diperiksa.254

Para Penggugat dan Para Turut Tergugat telah berusaha menyelesaikan perkara dengan sebaik-baiknya dengan Para Tergugat, namun tidak berhasil, sehingga cara terakhir yang dapat ditempuh oleh Para Penggugat adalah dengan mengajukan gugatan perdata ke Pengadilan Negeri Semarang. Untuk mengantisipasi tindakan Para Tergugat yang secara nyata berusaha untuk menjual atau mengalihkan objek sengketa kepada pihak lain, maka Penggugat memohon juga agar terhadap objek sengketa diletakkan sita jaminan sehingga gugatan yang diajukan Para Penggugat tidak sia-sia.

Dalam gugatannya, Para Penggugat meminta petitum yaitu sebagai berikut:

1. Mengabulkan gugatan Para Penggugat seluruhnya;

2. Menyatakan sah dan berharga sita jaminan atas objek sengketa yaitu tanah dan rumah yang berdiri di atasnya, sebagaimana ternyata dalam Sertifikat Nomor 318/Peterongan, Kelurahan Peterongan, Kecamatan Semarang Timur, Kota Semarang, seluas lebih kurang 999 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan) meter persegi;

3. Menyatakan batal demi hukum testamen Almarhum yang dibuat oleh atau di hadapan Turut Tergugat III, notaris pengganti pada kantor notaris Tan Bian Tjong, di Semarang sebagaimana akta Nomor 1 tertanggal 29 Desember 2003 mengenai testamen dan akta Nomor 10 tertanggal 6 Maret 1999 tentang menyatakan persetujuan dan pelepasan hak atas Hak Guna Bangunan Nomor 318/Peterongan atas nama Almarhum;

254Ibid.,

4. Menyatakan Para Penggugat, Tergugat I, Turut Tergugat I, dan Turut Tergugat II adalah ahli waris dari Almarhum;

5. Menyatakan sah dan berdasar hukum keterangan Tergugat I dan Tergugat II di hadapan Tan Bian Tjong, Notaris di Semarang sebagaimana ternyata dalam akta Nomor 1 tertanggal 29 Juni 2012 mengenai Keterangan;

6. Menyatakan objek sengketa, yaitu tanah dan rumah yang berdiri di atasnya, sebagaimana ternyata dalam Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor 318/Peterongan atas nama Almarhum, setempat kenal dengan Jalan Mataram/MT. Haryono Nomor 896, Kelurahan Peterongan, Kecamatan Semarang Timur, Kota Semarang, seluas lebih kurang 999 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan) meter persegi adalah satu-satunya harta peninggalan Almarhum yang belum dibagi;

7. Menyatakan sah dan berdasar hukum Para Penggugat, Turut Tergugat I, dan Turut Tergugat II berhak atas bagian objek sengketa masing-masing 10% (sepuluh persen) sedangkan bagian Para Tergugat 40% (empat puluh persen) dari objek sengketa;

8. Menyatakan sah dan berdasar hukum keberadaan sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor 318/Peterongan atas nama Almarhum dikuasai oleh Turut Tergugat II;

9. Menyatakan tindakan Tergugat I yang menyatakan satu-satunya yang berhak atas objek sengketa dan meminta sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor 318/Peterongan atas nama Almarhum dari Turut Tergugat II dengan melaporkan Turut Tergugat II ke Kepolisian Resort Kota Besar Semarang sebagaimana ternyata dalam laporan polisi Nomor LP/B/521/III/2013 tertanggal 27 Maret 2013 adalah perbuatan melawan hukum;

9a. Menghukum Para Tergugat atau pihak ketiga yang mendapatkan hak dari Para Tergugat untuk mengosongkan objek sengketa dan selanjutnya dibagi sebagaimana bagian dalam petitum 7;

10.Menghukum Para Turut Tergugat untuk tunduk dan patuh atas putusan ini; 11.Menyatakan putusan ini dapat dijalankan terlebih dahulu meskipun ada

upaya hukum, banding, kasasi, ataupun peninjauan kembali (uit voerbaar bij voorraad); dan

12.Menghukum Para Tergugat untuk membayar semua biaya perkara. 255

Inti dari petitum yang diminta Para Penggugat adalah meminta pembatalan dua akta hibah wasiat yang dibuat oleh Almarhum serta mendapat bagian dari harta warisan Almarhum.

Terkait dengan dalil-dalil gugatan Para Penggugat di atas, Para Tergugat mengajukan beberapa jawaban. Dalam eksepsi, Para Tergugat menyatakan bahwa

255Ibid.,

gugatan Para Penggugat tidak jelas dan kabur (obscuur libel). Hal ini karena menurut teori dan asas hukum acara perdata, suatu gugatan diajukan harus ada kepentingan dari pihak Penggugat sehingga disimpulkan penempatan para pihak dalam gugatan tidak sinkron dengan petitum 4 (empat). Dalam hal ini, Turut Tergugat I dan Turut Tergugat II dimohonkan untuk ditetapkan sebagai ahli waris Almarhum sehingga seharusnya juga berkedudukan sebagai pihak Penggugat. Posisi Turut Tergugat I dan Tutut Tergugat II dalam gugatan Penggugat berarti mereka tidak mempunyai kepentingan hukum dan pasif.256

Selanjutnya terkait dengan petitum 9 (sembilan), tindakan Para Penggugat yang menyatakan bahwa Tergugat I melakukan perbuatan melawan hukum karena melaporkan Turut Tergugat II ke polisi dianggap Para Tergugat sangat berlebihan (overbodig). Menurut Para Tergugat, seharusnya yang berhak mendalilkan tindakan Tergugat I adalah Turut Tergugat II bukan Para Penggugat. Kemudian, judul gugatan Penggugat berdasarkan jawaban Para Tergugat adalah gugatan pembatalan testamen, tetapi di dalam gugatan terjadi pembiasan masalah dengan perkara perbuatan melawan hukum yang menurut Para Penggugat telah dilakukan oleh Para Tergugat.257 Selain itu, perbuatan melawan hukum yang didalilkan Para Penggugat tidak dijadikan alasan atau tidak ada korelasinya dengan permohonan pembatalan testamen.

Dalam pokok perkara (verweer ten principale), jawaban Para Tergugat menyatakan berdasarkan logika hukum, Para Penggugat pasti telah sadar dan melakukan pertimbangan yang matang saat menandatangani akta pelepasan hak

256Ibid.,

hal. 13-14.

257Ibid.,

atas objek sengketa Nomor 10 tanggal 6 Maret 1999258 sehingga sangatlah janggal apabila Para Penggugat masih menyatakan tidak dan/atau belum menerima warisan dari Almarhum. Tindakan Para Tergugat yang menyerahkan sertifikat atas objek sengketa kepada Turut Tergugat II dimaksudkan untuk diamankan karena terus ditekan dan diminta oleh Penggugat III sehingga jelas bukan karena kesepakatan.259

Selanjutnya, Para Tergugat membantah dengan tegas keabsahan akta Nomor 1 tanggal 29 Juni 2012 tentang surat keterangan kesepakatan pembagian harta peninggalan Almarhum dikarenakan Para Tergugat merasa tidak mengerti isi dari akta tersebut. Oleh karena itu, terjadi tekanan-tekanan dan itikad buruk yang dilakukan Penggugat III terhadap Para Tergugat dalam pembuatan akta tersebut. Para Tergugat juga menolak dalil Para Penggugat yang menyatakan bahwa Para Tergugat melakukan perbuatan melawan hukum dengan melaporkan Turut Tergugat II kepada polisi. Para Tergugat menegaskan bahwa tindakannya yang dilakukannya merupakan upaya hukum untuk mendapatkan keadilan.260

Para Penggugat malah menyatakan bahwa Turut Tergugat II yang melakukan perbuatan melawan hukum karena telah menguasai sertifikat atas objek sengketa tanpa adanya alas hak yang sah. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya akta hibah wasiat Nomor 1 tanggal 29 Desember 2003 yang secara nyata menyatakan bahwa Para Tergugat yang mempunyai hak atas objek sengketa. Berkaitan dengan hal tersebut, Para Tergugat juga memohon agar dalil Para

258Ibid., hal. 20. 259Ibid., hal. 21. 260Ibid., hal. 21-22.

Penggugat tentang permohonan sita jaminan (conservatoir beslag) atas objek sengketa haruslah ditolak dan dikesampingkan karena tidak beralasan.261

Dalam jawabannya, Para Tergugat juga meminta kepada Pengadilan Negeri Semarang untuk :

1. Dalam eksepsi, dimohon agar dapat menerima dan mengabulkan seluruh eksepsi Para Penggugat serta menyatakan bahwa gugatan Para Penggugat tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard); dan

2. Dalam pokok perkara, dimohon agar menolak gugatan Para Penggugat seluruhnya atau setidak-tidaknya menyatakan bahwa gugatan tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard) serta membebankan biaya yang timbul dalam perkara ini kepada Para Penggugat. 262

Dari kasus di atas, dapat disimpulkan bahwa Almarhum melakukan tindakan penghibahwasiatan kepada salah satu anak kandungnya berupa satu- satunya harta yang dipunyainya. Dengan begitu, secara otomatis ahli waris lain (anak kandung Almarhum yang lain) yang seharusnya berkedudukan sama dengan penerima hibah tidak dapat apa-apa dari bagian harta peninggalan. Dari kasus ini, dapat dilihat bahwa ada bagian mutlak atau legitime portie sebagian ahli waris mutlak atau legitimaris yang terlanggar. Para ahli waris mutlak atau legitimaris dalam kasus ini tidak berdiam diri namun menggunakan hak tuntutnya untuk membatalkan akta hibah wasiat Almarhum. Hal ini dibuktikan dengan adanya sengketa perdata waris yang diputuskan dalam putusan Nomor 188/Pdt.G/2013/PN.Smg. 261Ibid., hal. 23. 262Ibid., hal. 24.

A. Pertimbangan dan Putusan Hakim Nomor 188/Pdt.G/2013/PN.Smg