BAB IV HASIL PENELITIAN
4.2 Analisis Univariat
4.2.2 Distribusi Faktor Umur, Pengetahuan, Jumlah Anak
Pemasangan dan Dukungan Suami di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung Tahun 2015
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Umur, Pengetahuan, Jumlah Anak, Ketersediaan Alat Kontrasepsi, Petugas Kesehatan, Media Informasi, Biaya Pemasangan dan Dukungan Suami di Wilayah Kerja Puskesmas Sering
No. Faktor Jumlah
(n) % 1 Umur > 30 tahun 37 43,0 15-30 tahun 49 57,0 2 Jumlah Anak 2 anak 45 52,3 > 2 anak 41 47,7 3 Media Informasi Media Cetak 31 36,0 Media Elektronik 55 64,0 4 Biaya Pemasangan
Gratis (biaya alat kontrasepsi pemerintah) 46 53,5 Biaya sendiri 40 46,5 5 Pengetahuan Baik 49 57,0 Kurang 37 43,0
6 Ketersediaan Alat Kontrasepsi
Tersedia 39 45,3 Tidak tersedia 47 54,7 7 Petugas Kesehatan Baik 47 54,7 Kurang baik 39 45,3 8 Dukungan Suami Mendukung 49 57,0 Tidak mendukung 37 43,0
Pada Tabel 4.2 dapat dilihat distribusi responden berdasarkan umur
menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia 15-30 tahun yaitu sebanyak 49
orang (57%). Berdasarkan jumlah anak, mayoritas responden memiliki 2 anak
responden mendapatkan informasi mengenai alat kontrasepsi adalah dari media
elektronik yaitu sebanyak 55 orang (64%). Berdasarkan biaya pemasangan,
mayoritas responden menyatakan bahwa pelayanan kontrasepsi dan alat
kontrasepsi yang mereka peroleh adalah gratis yaitu dibiayai oleh pemerintah
sebanyak 46 orang (53,5%). Berdasarkan pengetahuan, mayoritas responden
memiliki pengetahuan yang baik tentang pemakaian alat kontrasepsi yaitu
sebanyak 49 orang (57%). Berdasarkan ketersediaan alat kontrasepsi, mayoritas
responden mengatakan bahwa alat kontrasepsi tidak tersedia yaitu sebanyak 47
orang (54,7%). Berdasarkan petugas kesehatan, mayoritas responden menyatakan
sikap pelayanan petugas kesehatan adalah baik yaitu sebanyak 47 orang (54,7%).
Berdasarkan dukungan suami, mayoritas responden mendapat dukungan suami
dalam pemakaian alat kontrasepsi yaitu sebanyak 49 orang (57%).
Untuk melihat frekuensi pengetahuan responden tentang alat kontrasepsi
disusun sebanyak 20 pertanyaan dan dijabarkan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Alat Kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung
No Pengetahuan
Jawaban
Benar Salah
N % n %
1 Dimanakah ibu pergi untuk memakai alat kontrasepsi?
84 97,7 2 2,3
2 Mengapa ibu ingin menggunakan alat kontrasepsi?
61 70,9 25 29,1
3 Apakah ibu mengetahui macam-macam alat kontrasepsi yang efektif dan efisien?
56 65,1 30 34,9
4 Menurut ibu, berapa jumlah anak yang ideal?
47 54,7 39 45,3
5 Menurut ibu penyuluhan alat kontrasepsi oleh petugas tenaga kesehatan bermanfaat?
Tabel 4.3 Lanjutan
No Pengetahuan
Jawaban
Benar Salah
N % n %
6 Tahukah ibu manfaat dari pemakaian alat kontrasepsi IUD?
33 38,4 53 61,6
7 Apakah ibu sedang menggunakan alat kontrasepsi IUD ?
39 45,3 47 54,7
8 Apakah media informasi diperlukan dalam pemakaian alat kontrasepsi?
37 43,0 49 57,0
9 Apakah memakai alat kontrasepsi non MKJP (suntik/pil) lebih efektif daripada alat kontrasepsi MKJP (IUD, Implan, MOW)?
39 45,3 47 54,7
10 Apakah menurut ibu dukungan suami sangat berperan dalam pemakaian alat kontrasepsi MKJP (IUD dan Implan)?
58 67,4 28 32,6
11 Apakah biaya pemasangan alat kontrasepsi MKJP (IUD dan Implan) lebih mahal daripada alat kontrasepsi non MKJP (suntik dan pil)?
43 50,0 43 50,0
12 Apakah ibu mengetahui tentang tanda-tanda bahaya dari alat kontrasepsi Implan?
47 54,7 39 45,3
13 Apakah jenis-jenis alat kontrasepsi MKJP yang ibu ketahui?
21 24,4 65 75,6
14 Apa kelebihan dari pemakaian Implan? 18 20,9 68 79,1
15 Apa saja efek samping dari alat kontrasepsi IUD tersebut?
52 60,5 34 39,5
16 Apakah ibu mengetahui tentang efek samping dari alat kontrasepsi Implan?
50 58,1 36 41,9
17 Apa saja yang ibu tahu tentang efek samping dari alat kontrasepsi Implan?
24 27,9 62 72,1
18 Apakah efek samping dari alat kontrasepsi implan tersebut berbahaya?
- - 86 100,0
19 Apakah menurut ibu media informasi sangat memengaruhi pada saat pemakaian alat kontrasepsi?
60 69,8 26 30,2
20 Apakah ibu tahu tentang kekurangan dari kontrasepsi IUD?
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa sebesar 57% responden
menjawab salah tentang perlu tidaknya dilakukan penyuluhan tentang pemakaian
alat kontrasepsi oleh petugas tenaga kesehatan, sebesar 61,6% responden
menjawab salah manfaat dari pemakaian alat kontrasepsi IUD, sebesar 57%
responden menjawab salah tentang perlu tidaknya media informasi dalam
pemakaian alat kontrasepsi, sebesar 75,6% responden menjawab salah jenis-jenis
alat kontrasepsi MKJP, sebesar 79,1% responden menjawab salah kelebihan dari
pemakaian Implan, sebesar 72,1% responden menjawab salah tentang efek
samping dari alat kontrasepsi Imlan dan sebesar 100% responden menjawab salah
tentang berbahaya tidaknya efek samping dari alat kontrasepsi Implan.
Untuk melihat ketersediaan alat kontrasepsi disusun sebanyak 5
pertanyaan sebagai berikut:
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Ketersediaan Alat Kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung
No Ketersediaan Alat Kontrasepsi
Jawaban
Ya Tidak
N % n %
1 Alat kontrasepsi MKJP (IUD atau Implan) yang ingin dipakai selalu tersedia kapan saja.
42 49,4 44 50,6
2 Alat kontrasepsi IUD tersedia saat pemasangan dilakukan.
32 37,9 54 62,1
3 Alat kontrasepsi Implan selalu tersedia di tempat pelayanan KB.
42 49,4 44 50,6
4 Petugas kesehatan telah menyediakan alat kontrasepsi Implan.
47 54,0 39 46,0
5 Perlu peran petugas kesehatan untuk menyediakan IUD.
Distribusi frekuensi berdasarkan ketersediaan alat kontrasepsi
menyebutkan bahwa sebesar 50,6% responden menyatakan bahwa alat kontrasepsi
MKJP (IUD atau Implan) yang ingin dipakai tidak selalu tersedia kapan saja,
sebesar 62,1% menyatakan alat kontrasepsi IUD tidak tersedia saat pemasangan
dilakukan dan sebesar 50,6% menyatakan alat kontrasepsi Implan tidak selalu
tersedia di tempat pelayanan KB.
Untuk melihat peran petugas kesehatan disusun sebanyak 5 pertanyaan
sebagai berikut:
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Petugas Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung
No Petugas Kesehatan
Jawaban
Ya Tidak
N % n %
1 Ada peran petugas kesehatan terhadap pemakaian alat kontrasepsi IUD.
49 56,3 37 43,7
2 Petugas kesehatan memberikan penyuluhan terlebih dahulu sebelum pemakaian alat kontrasepsi IUD.
53 60,9 33 39,1
3 Petugas kesehatan memberikan penjelasan tentang efek samping dari alat kontrasepsi IUD.
42 49,4 44 50,6
4 Penyuluhan kesehatan yang diberikan petugas kesehatan sangat bermanfaat untuk menentukan pemakaian alat kontrasepsi.
38 43,7 48 56,3
5 Petugas kesehatan mempertanyakan tentang riwayat pemakaian alat kontrasepsi sebelumnya.
33 39,1 53 60,9
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa sebesar 50,6% responden
menyatakan bahwa petugas kesehatan tidak memberikan penjelasan tentang efek
penyuluhan kesehatan yang diberikan petugas kesehatan tidak bermanfaat untuk
menentukan pemakaian alat kontrasepsi dan sebesar 60,9% responden
menyatakan petugas kesehatan tidak mempertanyakan tentang riwayat pemakaian
alat kontrasepsi sebelumnya.
Untuk melihat dukungan suami disusun sebanyak 5 pertanyaan sebagai
berikut:
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Dukungan Suami di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung
No Dukungan Suami
Jawaban
Ya Tidak
N % n %
1 Mendapatkan dukungan suami untuk menggunakan alat kontrasepsi.
80 92,0 6 8,0
2 Ada dukungan suami terhadap pemakaian alat kontrasepsi IUD.
31 36,8 55 63,2
3 Ada dukungan suami terhadap pemakaian alat kontrasepsi Implan.
42 49,4 44 50,6
4 Suami mengingatkan ibu untuk mengontrol pemakaian alat kontrasepsi yang ibu gunakan.
64 73,6 22 26,4
5 Ada dukungan suami terhadap pemakaian alat kontrasepsi yang tingkat efektifitasnya tinggi.
42 49,4 44 50,6
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa sebesar 63,2% responden tidak
mendapat dukungan suami dalam pemakaian alat kontrasepsi IUD, 50,6% tidak
mendapat dukungan suami dalam pemakaian alat kontrasepsi Implan dan sebesar
50,6% tidak mendapat dukungan suami terhadap pemakaian alat kontrasepsi yang
4.3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara
masing-masing variabel bebas yang meliputi umur, pengetahuan, jumlah anak,
ketersediaan alat kontrasepsi, petugas kesehatan, media informasi, biaya
pemasangan dan dukungan suami dengan variabel terikat yaitu jenis alat
kontrasepsi menggunakan uji chi-square. Dikatakan ada hubungan yang bermakna
secara statistik jika diperoleh nilai p < 0,05. Hubungan antara variabel bebas
dengan variabel terikat menggunakan uji chi-square dapat dilihat sebagai berikut:
4.3.1 Hubungan Umur, Jumlah Anak, Media Informasi, Biaya Pemasangan, Pengetahuan, Ketersediaan Alat Kontrasepsi, Petugas Kesehatan dan Dukungan Suami dengan Jenis Alat Kontrasepsi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung Tahun 2015
Tabel 4.7 Hubungan Umur, Jumlah Anak, Media Informasi, Biaya Pemasangan, Pengetahuan, Ketersediaan Alat Kontrasepsi, Petugas Kesehatan dan Dukungan Suami dengan Jenis Alat Kontrasepsi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung
No Variabel
Jenis Alat Kontrasepsi
Total p-value MKJP Non MKJP n % n % n % 1 Umur > 30 tahun 25 67,6 12 32,4 37 100 0,005 15-30 tahun 18 36,7 31 63,3 49 100 2 Jumlah Anak 2 anak 30 66,7 15 33,3 45 100 0,001 > 2 anak 13 31,7 28 68,3 41 100 3 Media Informasi Media Cetak 23 74,2 8 25,8 31 100 0,001 Media Elektronik 20 36,4 35 63,6 55 100 4 Biaya Pemasangan 0,0001 Gratis (biaya alat
kontrasepsi pemerintah) 35 76,1 11 23,9 46 100 Biaya sendiri 8 20,0 32 80,0 40 100 5 Pengetahuan Baik 33 67,3 16 32,7 49 100 0,0001 Kurang 10 27,0 27 73,0 37 100
Tabel 4.7 Lanjutan
No Variabel
Jenis Alat Kontrasepsi
Total p-value MKJP Non MKJP n % n % n % 6 Ketersediaan Alat Kontrasepsi Tersedia 25 62,5 15 37,5 40 100 0,031 Tidak tersedia 18 39,1 28 60,9 46 100 7 Petugas Kesehatan Baik 30 63,8 17 36,2 47 100 0,005 Kurang baik 13 33,3 26 66,7 39 100 8 Dukungan Suami Mendukung 32 65,3 17 34,7 49 100 0,001 Tidak mendukung 11 29,7 26 70,3 37 100
Berdasarkan hasil analisis bivariat antara variabel umur, pengetahuan,
jumlah anak, ketersediaan alat kontrasepsi, petugas kesehatan, media informasi,
biaya pemasangan dan dukungan suami dengan jenis alat kontrasepsi di wilayah
kerja Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung ditemukan bahwa:
1. Hasil analisis hubungan antara umur akseptor dengan jenis alat kontrasepsi
diperoleh bahwa dari 37 orang akseptor dengan umur >30 tahun yang memakai
alat kontrasepsi MKJP sebanyak 25 orang (67,6%) dan yang memakai alat
kontrasepsi Non MKJP sebanyak 12 orang (32,4%). Kemudian dari 49 orang
akseptor dengan umur 15-30 tahun yang memakai alat kontrasepsi MKJP
sebanyak 18 orang (36,7%) dan yang memakai alat kontrasepsi Non MKJP
sebanyak 31 orang (63,3%). Hasil uji statistik chi-square menunjukkan bahwa
ada hubungan umur dengan jenis alat kontrasepsi yang digunakan akseptor
(p=0,005).
2. Hasil analisis hubungan antara jumlah anak dengan jenis alat kontrasepsi
kontrasepsi MKJP sebanyak 30 orang (66,7%) dan yang memakai alat
kontrasepsi Non MKJP sebanyak 15 orang (33,3%). Kemudian dari 41 orang
akseptor dengan >2 anak yang memakai alat kontrasepsi MKJP sebanyak 13
orang (31,7%) dan yang memakai alat kontrasepsi Non MKJP sebanyak 28
orang (68,3%). Hasil uji statistik chi-square menunjukkan bahwa ada
hubungan jumlah anak dengan jenis alat kontrasepsi yang digunakan akseptor
(p=0,001).
3. Hasil analisis hubungan antara media informasi dengan jenis alat kontrasepsi
diperoleh bahwa dari 31 orang akseptor yang mendapatkan informasi melalui
media cetak yang memakai alat kontrasepsi MKJP sebanyak 23 orang (74,2%)
dan yang memakai alat kontrasepsi Non MKJP sebanyak 8 orang (25,8%).
Kemudian dari 55 orang akseptor yang mendapatkan informasi melalui media
elektronik yang memakai alat kontrasepsi MKJP sebanyak 20 orang (36,4%)
dan yang memakai alat kontrasepsi Non MKJP sebanyak 35 orang (63,6%).
Hasil uji statistik chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan media
informasi dengan jenis alat kontrasepsi yang digunakan akseptor (p=0,005).
4. Hasil analisis hubungan antara biaya pemasangan dengan jenis alat kontrasepsi
diperoleh bahwa dari 46 orang akseptor dengan biaya pemasangan alat
kontrasepsi gratis yang memakai alat kontrasepsi MKJP sebanyak 35 orang
(76,1%) dan yang memakai alat kontrasepsi Non MKJP sebanyak 11 orang
(23,9%). Kemudian dari 40 orang akseptor dengan biaya pemasangan alat
kontrasepsi mahal yang memakai alat kontrasepsi MKJP sebanyak 8 orang
(80%). Hasil uji statistik chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan biaya
pemasangan dengan jenis alat kontrasepsi yang digunakan akseptor
(p=0,0001).
5. Hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan jenis alat kontrasepsi
diperoleh bahwa dari 49 orang akseptor dengan pengetahuan baik yang
memakai alat kontrasepsi MKJP sebanyak 33 orang (67,3%) dan yang
memakai alat kontrasepsi Non MKJP sebanyak 16 orang (32,7%). Kemudian
dari 37 orang akseptor dengan pengetahuan kurang yang memakai alat
kontrasepsi MKJP sebanyak 10 orang (27%) dan yang memakai alat
kontrasepsi Non MKJP sebanyak 27 orang (73%). Hasil uji statistik chi-square
menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan jenis alat kontrasepsi
yang digunakan akseptor (p=0,0001).
6. Hasil analisis hubungan antara ketersediaan alat kontrasepsi dengan jenis alat
kontrasepsi diperoleh bahwa dari 40 orang akseptor dengan tersedianya alat
kontrasepsi yang memakai alat kontrasepsi MKJP sebanyak 25 orang (62,5%)
dan yang memakai alat kontrasepsi Non MKJP sebanyak 15 orang (37,5%).
Kemudian dari 46 orang akseptor dengan tersedianya alat kontrasepsi yang
memakai alat kontrasepsi MKJP sebanyak 18 orang (39,1%) dan yang
memakai alat kontrasepsi Non MKJP sebanyak 28 orang (60,9%). Hasil uji
statistik chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan ketersediaan alat
kontrasepsi dengan jenis alat kontrasepsi yang digunakan akseptor (p=0,031).
7. Hasil analisis hubungan antara petugas kesehatan dengan jenis alat kontrasepsi
yang memakai alat kontrasepsi MKJP sebanyak 30 orang (63,8%) dan yang
memakai alat kontrasepsi Non MKJP sebanyak 17 orang (36,2%). Kemudian
dari 39 orang akseptor dengan peran petugas kesehatan kurang baik yang
memakai alat kontrasepsi MKJP sebanyak 13 orang (33.3%) dan yang
memakai alat kontrasepsi Non MKJP sebanyak 26 orang (66,7%). Hasil uji
statistik chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan petugas kesehatan
dengan jenis alat kontrasepsi yang digunakan akseptor (p=0,005).
8. Hasil analisis hubungan antara dukungan suami dengan jenis alat kontrasepsi
diperoleh bahwa dari 49 orang akseptor yang mendapat dukungan suami yang
memakai alat kontrasepsi MKJP sebanyak 32 orang (65,3%) dan yang
memakai alat kontrasepsi Non MKJP sebanyak 17 orang (34,7%). Kemudian
dari 37 orang akseptor yang tidak mendapatkan dukungan suami yang
memakai alat kontrasepsi MKJP sebanyak 11 orang (29,7%) dan yang
memakai alat kontrasepsi Non MKJP sebanyak 26 orang (70,3%). Hasil uji
statistik chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan dukungan suami
dengan jenis alat kontrasepsi yang digunakan akseptor (p=0,001).
4.4 Analisis Multivariat
Berdasarkan hasil uji chi-square pada analisis bivariat diketahui seluruh
variabel (8 variabel) yaitu umur, pengetahuan, jumlah anak, ketersediaan alat
kontrasepsi, petugas kesehatan, media informasi, biaya pemasangan dan dukungan
suami memiliki nilai p<0,25, maka kedelapan variabel tersebut dapat dimasukkan
ke dalam analisis multivariat. Analisis multivariat merupakan analisis untuk
mengetahui variabel dominan yang memengaruhi. Berdasarkan hasil analisis
multivariat dengan metode Backward LR diperoleh bahwa faktor jumlah anak,
biaya pemasangan, pengetahuan, petugas kesehatan dan dukungan suami
berpengaruh terhadap jenis alat kontrasepsi yang digunakan akseptor.
Untuk melihat pengaruh jumlah anak, biaya pemasangan, pengetahuan,
petugas kesehatan dan dukungan suami terhadap jenis alat kontrasepsi dapat
dilihat pada Tabel 4.8 sebagai berikut:
Tabel 4.8 Pengaruh Jumlah Anak, Biaya Pemasangan, Pengetahuan, Petugas Kesehatan dan Dukungan Suami terhadap Jenis Alat Kontrasepsi yang Digunakan Akseptor di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung
Variabel Independen Nilai B Nilai p Exp (B) 95% CI for Exp (B)
Lower Upper Jumlah anak 1,427 0,046 4,166 1,027 16,903 Biaya pemasangan 3,220 0,0001 25,019 5,110 122,503 Pengetahuan 2,638 0,001 13,981 2,857 68,417 Petugas kesehatan 1,468 0,034 4,342 1,117 16,877 Dukungan suami 1,647 0,018 5,192 1,329 20,284 Constant -5,815 0,0001
Berdasarkan Tabel 4.8 diperoleh hasil analisis regresi logistik
menunjukkan bahwa faktor jumlah anak (p=0,046), biaya pemasangan
(p=0,0001), pengetahuan (p=0,001), petugas kesehatan (p=0,034) dan dukungan
suami (p=0,018) berpengaruh terhadap jenis alat kontrasepsi yang digunakan
akseptor.
Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa variabel yang paling
dominan berpengaruh terhadap jenis alat kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas
Sering Kecamatan Medan Tembung adalah variabel biaya pemasangan dengan
25,019 yang dapat diartikan bahwa akseptor yang mendapatkan pemasangan alat
kontrasepsi gratis akan mempunyai kemungkinan 25,019 kali menggunakan alat
kontrasepsi MKJP dibandingkan dengan akseptor yang harus membayar sendiri
pemasangan alat kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan
Medan Tembung jika biaya pemasangan alat kontrasepsi gratis meningkat.
Berdasarkan hasil analisis regresi logistik pada Tabel 4.8 maka diperoleh
bahwa:
1. Variabel jumlah anak memiliki nilai Exp (B) sebesar 4,166 dengan 95%
Confidence Interval 1,027-16,903 sehingga dapat disimpulkan bahwa akseptor
yang memiliki jumlah anak 2 orang akan mempunyai kemungkinan 4,166 kali
menggunakan alat kontrasepsi MKJP dibandingkan dengan akseptor yang
memiliki jumlah anak > 2 anak .
2. Variabel biaya pemasangan diperoleh nilai Exp (B) sebesar 25,019 pada 95%
Confidence Interval 5,110-122,503 sehingga dapat disimpulkan bahwa
akseptor yang mendapatkan pemasangan alat kontrasepsi gratis akan
mempunyai kemungkinan 25,019 kali menggunakan alat kontrasepsi MKJP
dibandingkan dengan akseptor yang harus membayar sendiri pemasangan alat
kontrasepsi.
3. Variabel pengetahuan memiliki nilai Exp (B) sebesar 13,981 dengan 95%
Confidence Interval 2,857-68,417 sehingga dapat disimpulkan bahwa akseptor
yang memiliki pengetahuan baik akan mempunyai kemungkinan 13,981 kali
menggunakan alat kontrasepsi MKJP dibandingkan dengan akseptor yang
4. Variabel petugas kesehatan memiliki nilai Exp (B) sebesar 4,342 dengan 95%
Confidence Interval 1,117-16,877 sehingga dapat disimpulkan bahwa akseptor
yang mendapatkan peran baik dari petugas kesehatan akan mempunyai
kemungkinan 4,342 kali menggunakan alat kontrasepsi MKJP dibandingkan
dengan akseptor yang mendapatkan peran kurang baik dari petugas kesehatan.
5. Variabel dukungan suami memiliki nilai Exp (B) sebesar 5,192 dengan 95%
Confidence Interval 1,329-20,284 sehingga dapat disimpulkan bahwa akseptor
yang mendapatkan dukungan suami akan mempunyai kemungkinan 5,192 kali
menggunakan alat kontrasepsi MKJP dibandingkan dengan akseptor yang tidak
mendapatkan dukungan suami.
Dari hasil analisis regresi logistik pada Tabl 4.8 tersebut, maka dapat
ditentukan model persamaan regresi logistik yaitu:
) ( 647 , 1 ) ( 468 , 1 ) ( 638 , 2 ) ( 220 , 3 ) ( 427 , 1 815 , 5 ( 1 2 3 4 5
1
1
)
(
X X X X Xe
y
p
Keterangan:p(y) : probabilitas jenis alat kontrasepsi = 88,4%
e : Bilangan Konstanta = 2,71828
α : Konstanta -5,815
X1 : jumlah anak, koefisien regresi 1,427
X2 : biaya pemasangan, koefisien regresi 3,220
X3 : pengetahuan, koefisien regresi 2,638
X4 : petugas kesehatan, koefisien regresi 1,468
Nilai probabilitas sebesar 88,4% berarti bahwa perbedaan jenis alat
kontrasepsi yang digunakan oleh akseptor dipengaruhi oleh kelima variabel yaitu
jumlah anak, biaya pemasangan, pengetahuan, petugas kesehatan dan dukungan
suami sedangkan sisanya sebesar 11,6% (100%-88,4%) dipengaruhi oleh faktor
lain di luar dari kelima faktor tersebut.
Koefisien regresi sebesar 1,427 pada variabel jumlah anak menunjukkan
bahwa, jika jumlah anak meningkat 1 satuan dan variabel lain bernilai konstan,
maka pemakaian jenis alat kontrasepsi MKJP meningkat 1,427 kali lipat.
Koefisien regresi sebesar 3,220 pada variabel biaya pemasangan menunjukkan
bahwa, jika biaya pemasangan gratis meningkat 1 satuan dan variabel lain bernilai
konstan, maka pemakaian jenis alat kontrasepsi MKJP meningkat 3,220 kali lipat.
Koefisien regresi sebesar 2,638 pada variabel pengetahuan menunjukkan bahwa,
jika pengetahuan meningkat 1 satuan dan variabel lain bernilai konstan, maka
pemakaian jenis alat kontrasepsi MKJP meningkat 2,638 kali lipat. Koefisien
regresi sebesar 1,468 pada variabel petugas kesehatan menunjukkan bahwa, jika
sikap petugas kesehatan meningkat 1 satuan dan variabel lain bernilai konstan,
maka pemakaian jenis alat kontrasepsi MKJP meningkat 1,468 kali lipat.
Koefisien regresi sebesar 1,647 pada variabel dukungan suami menunjukkan
bahwa, jika dukungan suami meningkat 1 satuan dan variabel lain bernilai
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pengaruh Jumlah Anak, Biaya Pemasangan, Pengetahuan, Petugas Kesehatan dan Dukungan Suami Terhadap Jenis Alat Kontrasepsi yang Digunakan Akseptor di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung Tahun 2015
Berdasarkan hasil analisis multivariat diperoleh bahwa faktor jumlah anak,
biaya pemasangan, pengetahuan, petugas kesehatan dan dukungan suami
berpengaruh terhadap jenis alat kontrasepsi yang digunakan akseptor di Wilayah
Kerja Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung Tahun 2015, dan faktor
yang paling dominan berpengaruh adalah biaya pemasangan yang dijabarkan
sebagai berikut:
5.1.1 Pengaruh Jumlah Anak Terhadap Jenis Alat Kontrasepsi yang Digunakan Akseptor di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung Tahun 2015
Salah satu faktor yang menentukan keikutsertaan pasangan suami istri
dalam gerakan Keluarga Berencana adalah banyaknya anak yang dimilikinya.
Dimana diharapkan pada pasangan yang memiliki jumlah anak lebih banyak,
kemungkinan untuk memulai kontrasepsi lebih besar dibandingkan pada pasangan
usia subur yang mempunyai anak lebih sedikit. BKkbN (2012) menerangkan
bahwa yang dimaksud dengan keluarga kecil adalah keluarga yang jumlah
anaknya paling banyak 2 (dua ) orang, sedangkan keluarga besar adalah suatu
keluarga dengan jumlah anak lebih dari dua ( > 2 ) orang anak.
Hasil penelitian tentang variabel jumlah anak mayoritas responden memiliki
2 anak yaitu sebanyak 45 orang (52,3%). Hasil tabulasi silang antara jumlah anak
orang akseptor dengan 2 anak yang memakai alat kontrasepsi MKJP sebanyak 30
orang (66,7%) dan yang memakai alat kontrasepsi Non MKJP sebanyak 15 orang
(33,3%). Kemudian dari 41 orang akseptor dengan >2 anak yang memakai alat
kontrasepsi MKJP sebanyak 13 orang (31,7%) dan yang memakai alat kontrasepsi
Non MKJP sebanyak 28 orang (68,3%). Hasil uji statistik chi-square
menunjukkan bahwa ada hubungan jumlah anak dengan jenis alat kontrasepsi
yang digunakan akseptor (p=0,001).
Hasil analisis statistik dengan uji regresi logistik menunjukkan ada
pengaruh jumlah anak terhadap jenis alat kontrasepsi yang digunakan akseptor
(p=0,046). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Purba (2009) di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu yang
menyebutkan bahwa ada pengaruh jumlah anak terhadap jenis alat kontrasepsi
(p=0,008), artinya makin banyak anak yang dimiliki oleh responden akan diikuti
dengan peningkatan jenis alat kontrasepsi.
Hasil penelitian Dang dalam Purba (2009) melaporkan ada hubungan yang
bermakna antara jumlah anak dengan penggunaan kontrasepsi. Wanita dengan
jumlah anak 4 orang atau lebih memiliki kemungkinan untuk menggunakan
kontrasepsi sebesar 1,73 kali dibandingkan dengan wanita yang memiliki 2 orang
anak atau kurang.
5.1.2 Pengaruh Biaya Pemasangan Terhadap Jenis Alat Kontrasepsi yang Digunakan Akseptor di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung Tahun 2015
Tingkat ekonomi mempengaruhi pemilihan jenis jenis alat kontrasepsi. Hal
akseptor harus menyediakan dana yang diperlukan. Walaupun jika dihitung dari
segi keekonomisannya, kontrasepsi jangka panjang lebih murah dibanding dengan
alat kontrasepsi jangka pendek, tetapi kadang masyarakat melihatnya dari berapa
biaya harus dikeluarkan untuk sekali pasang saja. Untuk sekali pemasangan alat
kontrasepsi jangka panjang bisa aktif selama 3-5 tahun, bahkan seumur
hidup/sampai masa menopause. Sedangkan alat kontrasepsi jangka pendek hanya
mempunyai masa aktif 1-3 bulan saja, yang artinya untuk mendapatkan efek yang
sama dengan alat kontrasepsi jangka panjang, seseorang harus melakukan 12-36
kali suntikan bahkan berpuluh puluh kali lipat (Saifuddin, 2003).
Hasil penelitian tentang variabel biaya pemasangan mayoritas responden
menyatakan bahwa pelayanan kontrasepsi dan alat kontrasepsi yang mereka
peroleh adalah gratis yaitu dibiayai oleh pemerintah sebanyak 46 orang (53,5%).
Hasil tabulasi silang antara biaya pemasangan dengan jenis alat kontrasepsi
diperoleh bahwa dari 46 orang akseptor dengan biaya pemasangan alat
kontrasepsi gratis yang memakai alat kontrasepsi MKJP sebanyak 35 orang
(76,1%) dan yang memakai alat kontrasepsi Non MKJP sebanyak 11 orang
(23,9%). Kemudian dari 40 orang akseptor dengan biaya pemasangan alat
kontrasepsi mahal yang memakai alat kontrasepsi MKJP sebanyak 8 orang (20%)
dan yang memakai alat kontrasepsi Non MKJP sebanyak 32 orang (80%). Hasil
uji statistik chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan biaya pemasangan