BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jenis Alat Kontrasepsi
Memiliki anak merupakan salah satu cara untuk memenuhi kewajiban
dalam budaya reproduksi. Menanamkan konsep pada pada kaum perempuan
bahwa mengandung dan melahirkan anak adalah kewajiban, tanpa diimbangi
dengan hak dan juga pilihan lainnya. Di banyak negara berkembang, bahkan
keputusan untuk menggunakan kontrasepsi pun bukan merupakan keputusan
perempuan, meskipun pada akhirnya yang menggunakan adalah perempuan itu
sendiri (Mohamad,1998). Hal ini berkaitan dengan kesehatan seorang wanita yang
tergambar dari perilaku hidup sehat yang diterapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berhubungan dengan
upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatannya. Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap
stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan
respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang
bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan tersebut disebut dengan
determinan perilaku yang dibedakan menjadi dua yaitu: faktor internal (tingkat
kecerdasan/pengetahuan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya) dan
faktor eksternal (lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi,
politik, masyarakat dan sebagainya). Kedua faktor tersebut akan dapat terpadu
menjadi perilaku yang selaras dengan lingkungannya apabila perilaku yang
terbentuk dapat diterima oleh lingkungannya, dan dapat diterima oleh individu
kesehatan mempelajari perilaku adalah sangat penting, karena pendidikan
kesehatan berfungsi sebagai media atau sarana untuk merubah perilaku individu
atau masyarakat sehingga sesuai dengan norma-norma hidup sehat
(Notoatmodjo,2003).
Lawrence Green (1980) seperti dikutip Notoatmodjo (2003) menyatakan,
terdapat 3 faktor yang mendasari perilaku individu dalam mengambil keputusan
untuk memilih menggunakan alat kontrasepsi yang tidak terlepas dari
masing-masing individu yaitu presdiposisi (predisposing), pendukung (enabling), dan
pendorong (reinforcing). Faktor prediposisi (faktor predisposing) meliputi umur,
pengetahuan dan jumlah anak yang merupakan kognitif domain yang mendasari
terbentuknya perilaku baru pada pasangan suami istri dalam menentukan jumlah
anak yang sesuai dengan diharapkan pada tujuan keluarga berencana. Hal lain dari
faktor ini adalah tradisi, sistem nilai, dan tingkat sosial ekonomi. Faktor
pendukung (faktor enabling) mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau
fasilitas kesehatan berupa ketersediaan alat kontrasepsi. Faktor pendorong (faktor
reinforcing) meliputi petugas kesehatan, media informasi, biaya pemasangan alat
kontrasepsi dan dukungan suami.
Dalam penelitian ini diambil faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan
alat kontrasepsi dalam ber-KB adalah faktor predisposisi (predisposing) yaitu
umur, pengetahuan, jumlah anak dan faktor pendukung (enabling) yaitu
ketersediaan alat kontrasepsi, sedangkan faktor pendorong (reinforcing) meliputi
2.4.1 Umur Istri
Menurut Radita Kusumaningrum (2009) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa umur dalam hubungan dengan pemakaian KB berperan sebagai faktor
intrinsik. Umur berhubungan dengan struktur organ, fungsi faaliah, komposisi
biokimiawi termasuk sistem hormonal seorang wanita. Perbedaan fungsi faaliah,
komposisi biokimiawi dan sistem hormonal pada suatu periode umur
menyebabkan perbedaan pada kontrasepsi yang dibutuhkan. Masa reproduksi
(kesuburan) dibagi menjadi 3, yaitu: masa menunda kehamilan (kesuburan), masa
mengatur kesuburan (menjarangkan kehamilan),dan masa mengakhiri kehamilan
(tidak ingin hamil lagi). Masa reproduksi (kesuburan) ini merupakan dasar pola
penggunaan alat kontrasepsi rasional.
1.Masa Menunda Kehamilan
Sebaiknya istri menunda kehamilan pertama sampai umur 20
tahun.Ciri-ciri kontrasepsi yang sesuai yaitu: kembalinya kesuburan yang tinggi dan
efektifitas yang tinggi.Hal ini penting karena akseptor belum mempunyai anak
dan karena kegagalan akan menyebabkan tujuan KB tidak tercapai.Prioritas
kontrasepsi yang sesuai : Pil, AKDR, dan kondom.
2.Masa Mengatur Kehamilan
Umur terbaik bagi istri melahirkan adalah 20-30 tahun.ciri-ciri kontrasepsi
yang sesuai yaitu kembalinya kesuburan cukup, efektifitas cukup tinggi, dapat
dipakai 2-4 tahun sesuai dengan jarak kehamilan yang aman bagi ibu dan anak,
dipakai yaitu AKDR, suntik, Pil, kondom, implant dan kontap (jika umur istri 30
tahun).
3. Masa mengakhiri kehamilan
Umumnya pada keluarga yang sudah memiliki jumlah 2 anak dan umur
istri telah melebihi umur 30 tahun, sebaiknya tidak hamil lagi. ciri-ciri kontrasepsi
yang sesuai yaitu: efektifitas yang sangat tinggi, dapat dipakai untuk jangka
panjang, tidak menambah kelainan/penyakit yang sudah ada, dimana pada masa
umur tua kelainan itu seperti penyakit jantung, hipertensi dan metabolik
meningkat. Prioritas kontrasepsi yang dipakai yaitu Kontap, IUD, Implan.
2.4.2 Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini
terjadi melalui panca indera manusia,yaitu indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo,2003).
2.4.3 Jumlah Anak
Salah satu faktor yang menentukan keikutsertaan pasangan suami istri
dalam gerakan Keluarga Berencana adalah banyaknya anak yang dimilikinya.
Dimana diharapkan pada pasangan yang memiliki jumlah anak lebih banyak,
kemungkinan untuk memulai kontrasepsi lebih besar dibandingkan pada pasangan
usia subur yang mempunyai anak lebih sedikit. BKKBN (2012) menerangkan
anaknya paling banyak 2 (dua ) orang, sedangkan keluarga besar adalah suatu
keluarga dengan jumlah anak lebih dari dua ( > 2 ) orang anak.
2.4.4 Ketersediaan Alat Kontrasepsi
Berdasarkan Dari hasil wawancara,diketahui bahwa ketersediaan alat
kontasepsi dari pemerintah seperti adanya KB safari sangat membantu masyarakat
untuk menggunakan alat kontrasepsi yang efektif dan efisien pada akseptor KB.
2.4.5 Petugas Kesehatan
Hasil penelitian wyadnyana (1995) menemukan adanya hubungan antara
sikap petugas kesehatan dengan pemanfaatan pelayanan kontrasepsi akseptor KB.
wyadnyana menyarankan agar petugas kesehatan perlu lebih interest terhadap
upaya pemberian pelayanan kontrasepsi dalam upaya memberikan pelayanan yang
terbaik pada masyarakat.
2.4.6 Media Informasi
Media informasi merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan informasi dari pengirim ke penerima sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat dari si penerima. Berdasarkan
hasil wawancara sementara bahwa dengan media informasi baik dari televisi,
majalah, radio maupun dari penyuluhan yang berfungsi untuk merangsang ibu
untuk memilih menggunakan alat kontrasepsi yang efektif dan efisien.
2.4.7 Biaya Pemasangan alat Kontrasepsi
Tingkat ekonomi mempengaruhi pemilihan pemakaian jenis alat
kontrasepsi. Hal ini disebabkan karena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi
jika dihitung dari segi keekonomisannya, kontrasepsi jangka panjang lebih murah
dibanding dengan alat kontrasepsi jangka pendek, tetapi kadang masyarakat
melihatnya dari berapa biaya harus dikeluarkan untuk sekali pasang saja. Jika
patokannya adalah biaya setiap kali pasang, Mungkin alat kontrasepsi jangka
panjang terlihat jauh lebih mahal, tetapi jika dilihat masa/jangka waktu
penggunaannya, tentu biaya yang harus dikeluarkan untuk pemasangan alat
kontrasepsi jangka panjang akan lebih murah dibandingkan alat kontrasepsi
jangka pendek. Untuk sekali pemasangan alat kontrasepsi jangka panjang bisa
aktif selama 3-5 tahun, bahkan seumur hidup/sampai masa menopause. Sedangkan
alat kontrasepsi jangka pendek hanya mempunyai masa aktif 1-3 bulan saja, yang
artinya untuk mendapatkan efek yang sama dengan alat kontrasepsi jangka
panjang, seseorang harus melakukan 12-36 kali suntikan bahkan berpuluh puluh
kali lipat (Saifuddin, 2003).
2.4.8 Dukungan Suami
Berdasarkan hasil penelitian Syamsiah (2002) dalam Farahwati (2009)
bahwa dukungan suami menunjukkan adanya hubungan antara dukungan suami
dengan pemilihan pemakaian alat kontrasepsi yang digunakan ibu/istri. Dimana
dukungan suami merupakan faktor yang paling dominan untuk memilih
menggunakan alat kontrasepsi yang efektif dan efisien pada istri sebagai akseptor