• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Distribusi Proporsi Penderita kista ovarium

5.1.1. Umur

Proporsi penderita Kista Ovarium di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar tahun 2011-2013 berdasarkan umur dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 5.1. Diagram Bar Proporsi Penderita Kista Ovarium Berdasarkan Umur Di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar Tahun 2011-2013

Dari gambar 5.1 dapat dilihat bahwa proporsi penderita kista ovarium berdasrkan umur tertinggi pada kelompok umur 28-35 tahun (25,8 %) dan terndah pada kelompok umur 60-67 tahun (1,6%). Proporsi penderita kista ovarium mengalami peningkatan sampai dengan kelompok umur 28-35 tahun dan kemudian mengalami penurunan.

0 5 10 15 20 25 30 12_19 20-27 28-35 36-43 44-51 52-59 60-67 68-75 P ROP ORS I (% ) UMUR TAHUN

Pada penelitian ini kista ovarium berdasarkan umur, proporsi distribusi umur yang tertinggi adalah kelompok umur 28-35 tahun yaitu sebanyak 25,8 %. Pada kelompok umur 12-19 tahun kista ovarium ditemukan proporsinya masih rendah. Kista ovarium banyak teradi pada usia 20-51 tahun. Hal ini karena usia 20-51 tahun merupakan usia reproduktif dengan produktivitas tinggi, dan kista ovarium sering terjadi pada usia reproduktif karena pada usia reproduktif produktivitas indung telur tinggi (Wiknjosastro,2005). Kista ovarium pada penelitian ini pling banyk terjadi pada usia 28-35 tahun, hal ini karena biasanya pada usia ini banyak pasangan yang membutuhkan anak, sehingga wanita yang pada usia 28-35 tahun yang belum memiliki anak memeriksakan kesehatan alat reproduksi mereka dan pada akhirnya baru ditemukannya penyakit kista ovarium. Kista ovarium yang terjadi pada usia 12-19 tahun masih rendah karena pada usia ini jarang ditemukan penyakit kista, walaupun kista terjadi pada usia 12-19 tahun dapat disebabkan karena faktor riwayat keluarga atau faktor keturunan dan juga karena mereka mengalami menstruasi dini.

Hal ini sejalan dengan William yang menyatakan bahwa angka kejadian kista sering terjadi pada wanita usia reproduktif, jarang sekali dibawah umur 20 tahun maupun diatas 50 tahun.(William,2007)

5.1.2. Suku

Gambar 5.2. Diagram Pie Proporsi Penderita Kista Ovarium Berdasarkan Suku di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar Tahun 2011-2013

Berdasarkan Gambar 5.2 dapat dilihat bhwa proporsi penderita kista ovarium berdasarkan suku tertinggi yaitu suku batak (60,5%).

Pada penelitian ini bahwa suku batak memiliki proporsi tertinggi dari suku lainnya, hal ini dapat dihubugkan dengan jumlah penderita kista ovarium yang dating memilih tempat berobat ke Rumah sakit Vita insani pematang siantar Tahun 2011-2013 berdasarkan suku adalah mayoritas suku batak karena mayoritas suku yang tinggal di Pematang siantar adalah suku batak , hal ini bukan menunjukkan bahwa suku batak lebih berisiko untuk terkena kista ovarium karena suku tidak berhubungan langsung terhadap kejadian kista ovarium.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Dumaris siringo-ringo di Rumah sakit st Elisabeth Medan, yang menyatakan bahwa suku tidak berhubungan langsung dengan kejadian kista ovarium.(Dumaris,2012)

60.50% 38.70% 0.80% Batak Jawa Tionghoa

5.1.3. Agama

Gambar 5.3. Diagram Pie Proporsi Penderita Kista Ovarium Berdasarkan Agama Di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar 2011-2013

Berdasarkan gambar 5.3 dapat dilihat bahwa proporsi penderita kista ovarium berdasarkan agama tertinggi adalah agama islam (48,40%) dan terendah adalah budha (8%) dan juga tidak ditemukannya penderita yang beragama hindu.

Pada penelitian ini proporsi penderita kista ovarium banyak yang beragama islam, hal ini bukan berarti bahwa agama Islam merupakan faktor risiko untuk menderita kista ovarium dan juga agama tidak berhubungan langsung dengan kejadian kista ovarium, tetapi menunjukkan bahwa penderita kista ovarium yang datang berobat ke Rumah sakit Vita insani adalah mayoritas beragama Islam. 48.40% 41.90% 8.90% 8% Islam Kristen Protestan Katholik Budha

5.1.4. Pendidikan

Gambar 5.4. Diagram Pie Proporsi Penderita Kista Ovarium BErdasarkan Tingkat Pendeidikan Di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar

Berdasarkan gambar 5.4 dapat diketahui bahwa proporsi penderita kista ovarium berdasarkan pendidikan tertinggi yaitu Tamat SMA /sederajat (71%) dan terendah yaitu SD / sederajat (2,40%)

Hal ini bukan berarti bahwa tingkat pendidikan SMA lebih berisiko untuk menderita kista ovarium, namun keterkaitannya dengan jumlah penderita kista ovarium yang dating mencari tempat berobat ke Rumah Sakit Vita Insani Pematang siantar Tahun 2011-2013 mayoritas berpendidikan terakhir SMA/Sederajat, diamana mereka ingin mendapatkan pengobatan yang lebih baik untuk kesehatannya

Hal ini sejalan dengan penelitian Tryanto, dkk di Purwokerto tahun 2009 bahwa responden yang menderita kista ovarium berpendidikan SD 44%, SLTP 37%, berpendidikan SLTA/SMEA 16 % dan yang berpendidikan PT/ Akademi

71.00% 14.50%

12%

2.40%

Tamat SLTA / Sederajat

Akademi/ PT

Tamat SLTP/Sederajat

Tidak Tamat SD/ Tamat SD/ Sederajat

3%. Dari penelitian ini dapat dilihat bahwaa penderita kista ovarium mayoritas berpendidikan SD.(Tryanto,2009)Dan juga sejalan dengan penelitian Dumaris siringo- ringo, dari hasil penelitian ditemukan bahwa penderita kista ovarium mayoritas berpendidikan Perguruan Tinggi/ Akademi (47,4%). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa faktor pendidikan tidak berhubungan langsung dengan kejadian kista ovarium.(Safitri,2010)

5.1.5. Pekerjaan

Gambar 5.5. Diagram Pie Proporsi Penderita Kista Ovarium Berdasarkan Pekerjaan Di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar

Berdasarkan gambar 5.5 dapat dilihat bahwa proporsi penderita kista ovarium berdasarkan pekerjaan tertinggi yaitu ibu rumah tangga (50%) dan yang terendah yaitu pegawai negeri sipil (8,9%), ada juga penderita kista ovarium yang tidak bekerja ( 0,80%).

Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan seseorang, dalam penelitian ini menunukan hasil bahwa proporsi pekerjaan penderita kista ovarium

50%

18.50% 12.10%

9.70%

8.90% 0.80%

Ibu Rumah Tangga

Wiraswasta

Lain-Lain (Petani, Pedagang)

Pegawai Swasta

Pegawai Negeri Sipil

paling tinggi adalah ibu rumah tangga. Hal ini menunjukan bahwa Ibu Rumah Tangga lebih banyak menderita kista ovarium karena pada umumnya wanita yang sudah berumah tangga adalah berusia reproduksi dan pada umumnya juga kista ovarium terjadi pada usia reproduksi dan selain itu mereka juga mempunyai biaya yang cukup untuk melakukan pengobatan di Rumah sakit tersebut. Dan hal ini bukan menunjukkan bahwa pekerjan Ibu Rumah tangga merupakan risiko utama menderita kista ovarium.

Hal ini sejalan dengan penelitian merice dan dkk di RS. Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta pada tahun 2007 bahwa ditemukan pada umumnya penderita adalah ibu Rumah Tangga yaitu 87%, disusul pegawai (negeri dan swasta).(M.Sihombing, 2007)

5.1.6. Status Perkawinan

Gambar 5.6. Diagram Pie Proporsi Penderita Kista Ovarium Bedasarkan Status Perkawinan Di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar

90.70% 9.30%

Kawin

Berdasarkan gambar 5.6 dapat dilihat bahwa proporsi penderita kista ovarium bersarkan status perkawinan tertinggi yaitu kawin (90,70%) dan terendah yaitu belum kawin (9,30%).

Penderita kista ovarium banyak terjadi pada wanita yang bestatus kawin hal ini bias dihubungkan dengan wanita yang berstatus kawin lebih banyak pada usia reproduksi. Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering dijumpai wanita di masa reproduksinya. (Depkes RI 2011) Kista ovarium paling sering dijumpai pada masa reproduksi karena biasanya kista terbentuk setelah telur dilepaskan sewaktu ovulasi. (Yatim, 2005)Oleh karena kista ovarium sering terjadi pada masa reproduksi dan pada umumnya wanita yang bestatus kawin mayoritas berada pada usia reproduksi.

Pada wanita usia subur dan sudah menikah serta memiliki anak, biasanya mereka menggunakan alat kontrasepsi hormonal merupakan faktor resiko kista ovarium, yaitu pada wanita yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal berupa implant, akan tetapi pada wanita yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal berupa pil cenderung mengurangi resiko untuk terkena kista ovarium.(Henderson, 2005)Penggunaan alat kontrasepsi cenderung mengalami gangguan hormone. Dan pada wanita yang belum menikah kista ovarium terjadi kemungkinan karena gaya hidup yang cenderung tidak sehat dan pola makan yang salah, seperti seringnya mengkonsumsi fastfood.

5.2. Keluhan

Gambar 5.7. Diagram Pie Proporsi Penderita Kista Ovarium Berdasarkan Keluhan Di Rumah Sakit Vita Insani PEmatang Siantar Dari gambar 5.7 dapat dilihat bahwa proporsi penderita kista ovarium berdasarkan keluhan utama tertinggi yaitu nyeri abdomen bawah (56,20%) dan terendah adalah perut membesar (9,10%).

Pada penelitian ini ditemukan keluhan nyeri abdomen bawah yang paling tinggi, hal ini kemungkinan dikarenakan bahwa pada umumnya seseorang mencari pengobatan apabila karena keadaan sudah mencapai tingkat keparahan yang sudah tidak bisa ditahan oleh pasien, dan apabila seseorang hanya memiliki keluhan ringan biasanya pasien akan mencoba mencari alternative sendiri tanpa bantuan medis.

Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker ovarium.. Gejala-gejalanya antara lain: perut ,terasa penuh, berat dan kembung, tekanan pada dubur

56.20%

17.60% 17.10%

9.10%

Nyeri Abdomen Bawah

Nyeri Ketika Haid

Terjadi Pendarahan

dan kandung kemih (sulit buang air kecil), siklus menstruasi tidak teratur dan sering nyeri, nyeri panggul yang menetap atau tidak terlalu sering yang dapat menyebar ke punggung bawah dan paha, nyeri senggama, mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil, luas permukaan dinding endometrium menebal,dan pembengkakan tungkai bawah yang tidak disertai rasa sakit. Kadang-kadang kista dapat memutar pada pangkalnya, mengalami infark dan robek, sehingga menyebabkan nyeri tekan perut bagian bawah yang akut sehingga memerlukan penanganan kesehatan segera.(Moore, 2001)

5.3. Status Haid

Gambar 5.8. Diagram Pie Proporsi Penderita Kista Ovarium Berdasarkan Status Haid Di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar Dari gambar 5.8 dapat diketahui bahwa proporsi penderita kista ovarium berdasarkan status haid tertinggi yaitu haid tidak teratur ( 70,20 %) dn yang terendah adalah menopause (12,10%)

Pada penelitian ini proporsi penderita kista ovarium dengan haid tidak teratur lebih tinggi dari menopause karena biasanya kista ovarium lebih banyak

70.20% 17.70%

12.10%

haid tidak Teratur

Haid Teratur

terjadi pada usia reproduksi. Gangguan siklus haid yang sangat pendek atau lebih panjang harus diwaspadai. Menstruasi di usia dini merupakan faktor risiko berkembangnya kista ovarium, dan juga pada wanita yang memiliki siklus haid tidak teratur merupakan faktor resiko terkena kista ovarium.(Manuaba, 2010)

5.4. Ukuran Diameter Kista

Gambar 5.9.Diagram Bar Proporsi Penderita Kista Ovarium Berdasarkan Ukuran Diameter Kista Di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar

Berdasarkan gambar 5.9 dapat dilihat bahwa proporsi penderita kisa ovarium berdasrkan ukuran diameter kista tertinggi yaitu ukuran 2-9 cm (47,6%) dan terendah ukuran 18-25 (8.9%)

Ukuran kista ovarium bervariasi, kista ovarium seringkali tanpa gejala dan hal ini terjadi apabila kistanya masih kecil, bahkan kadang-kadang tidak

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 2_9 10_17 18_25 P R O P O R S I ( %)

menunjukkan gejala-gejala apapun.Kista baru memberikan rasa tidak nyaman apabila kista sudah semakin membesar. (Llewellyn, 2001)

5.5. Jenis Kista

Gambar 5.10. Diagram Pie Proporsi Penderita Kista Ovarium Berdasarkan Jenis Kista Di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar Tahun 2011-2013

Berdasarkan gambar 5.10 dapat dilihat bahwa proporsi penderita kista ovarium berdasarkan jenis kista tertinggi adalah kista ovarium jinak (82,30%) dan terendah yaitu kista ovarium ganas (5,2%).

Penderita yang dating berobat ke Rumah Sakit Vita Insani mayorita menderita kista ovarium jinak bahwa jenis kista pada umumnya yang terjadi adlah kista ovarium jinak (fungsional). Secara umum, kista fungsional tidak menimbulkan gejala dan dapat menghilang sendiri dalam waktu 6-8 minggu.(Nugroho,2010)

Kista fungsional akan tumbuh setiap bulan dan akan pecah pada masa subur, untuk melepaskan sel telur yang pada waktunya siap dibuahi oleh sperma setelah pecah, kista fungsional akan menjadi kista folikuler dan aakan hilang saat

82.30% 17.70%

Kista ovarium jinak

menstruasi.Kista fungsional terdiri dari kista folikel dan kista luteum.(Nugroho, 2010)

5.6. Penatalaksanaan Medis

Gambar 5.11. Diagram Pie Proporsi Penderita Kista Ovarium Berasarkan Penatalaksanaan Medis Di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar Tahun 2011-2013

Berdasarkan gambar 5.11 dapat diketahui bahwa proporsi penderita kista ovarium berdasarkan penatalaksanaan medis adalah terapi pembedahan (91,90%)

Penatalaksanaan medis yag paling tinggi dilakukan di Rumah Sakit Vita Insani Pematang siantar adalah dengan terapi pembedahan dan hal ini dikarenakan kebanyakan pasien yang melakukan terapi pembedahan merupakan rujukan dari dokter SPOG yang membuka praktek dokter sendiri.

Pada umunya seseorang akan mencari pengobatan apabila sudah mencapai tingkat keparahan yang sedikit tinggi. Apabila kista sudah terlanjur tumbuh dan didiagnosa sebagai kista ovarium yang berbahaya, biasanya tindakan medis perlu dilakukan. Operasi pengangkatan biasanya akan dilakukan untuk mencegah kista ovarium tumbuh lebih besar. Akan tetapi, wanita muda yang masih ingin

91.90% 8.10%

Terapi Pembedahan

Terapi Hormonal + Pembedahan

mendapat keturunan dan tingkat keganasan kista yang rendah (misalnya kista sel

granulosa), dapat dipertanggung-jawabkan untuk mengambil resiko dengan melakukan operasi yang tidak seberapa radikal.(Prawirohardjo,2002)

5.7. Lama Rawatan Rata-rata

Lama rawatan ratrata penderita kista ovarium adalah 4,5 hari atau 5 hari. SD (Standar Deviasi) 1,137 hari dengan lama rawatan minimum 1 hari dan lama rawtan maksimum 9 hari.

Penderita kista ovarium yang paling lama dirawat adalah penderita yang mendapat terapi pembedahan yaitu selama 9 hari, hal ini kemungkinan disebabkan karena pasien mempunyai biaya yang cukup untuk tetap melanjutkan perawatan secara tuntas sampai diperbolehkan untuk pulang oleh dokter yang merawat, dan juga kemungkinan karena tindakan pembedahan yang dilakukan mengalami kesalahan ataupun pasien mendapat tindakan yang salah.

5.8. Sumber Biaya

Gambar 5.12.Diagram Pie Proporsi Penderita Kista Ovarium Berdasarkan Sumber Biaya Di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar Berdasarkan gambar 5.11 dapat dilihat bahwa proporsi penderita kista ovarium berdasarkan sumber biaya tertinggi yaitu dengan biaya sendiri (76.60%), kemudian disusuk dengan biaya Jamsostek (12,10%), Askes (8,90%) dan yang terakhir Jamkesmas (2.40%).

Hal ini diasumsikan bahwa penderita kista ovarium yang berobat di Rumah Sakit Vita Insani sebagian besar adalah ibu rumah tangga yang sebagian besar belum memiliki kartu jaminan kesehatan.Oleh karena itu mereka melakukan perobatan dengan menggunakan biaya pribadi.

76.60% 12.10% 8.90% 2.40% Biaya Sendiri Jamsostek Askes Jamsostek

Dokumen terkait