• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2. Distribusi Spesies Jamur pada Kultur dan PCR-RFLP

Distribusi proporsi jenis jamur pada kultur yang ditemukan pada penderita onikomikosis di Rumah Sakit H. Adam Malik Medan pada Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Jenis Jamur pada Kultur Onikomikosis di Rumah Sakit H.Adam Malik Medan Tahun 2014

No. Jenis Jamur pada Kultur Frekuensi Persentase (%)

1. TAPJ 7 20,0 2. Candida albicans 15 42,8 3. Aspergillus niger 5 14,3 4. Cladosporium sp 3 8,6 5. Phaecylomyces sp 1 2,9 6. Epidermophyton floccosum 1 2,9 7. Trichophyton tonsurans 1 2,9 8. 9. Culvularia Candida tropicalis 1 1 2,9 2,9 Total 35 100,0

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa berdasarkan jenis jamur yang

ditemukan pada kultur pada penderita onikomikosis mayoritas jenis Candida

albicans yaitu 15 orang (42,8%) dan minoritas jenis jamur yang ditemukan

Phaecylomyces sp, Epidermophyton floccosum, Trichophyton tonsurans, Candida tropicalis dan Culvularia masing-masing yaitu 1 orang (2,9%).

Pada penelitian Gupta M pada tahun 2005 di India spesies penyebab onikomikosis yang didapat dari pemeriksaan kultur adalah Candida atau yeast

40,8%, Trichophyton rubrum 32,6%, Trichophyton mentagrophytes 6,1%,

Trichophyton verrucosum 2,1% dan Aspergillus sp 6,1%.1

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Jenis Jamur pada PCR-RFLP Onikomikosis di Rumah Sakit H.Adam Malik Medan Tahun 2014

No. Jenis Jamur pada PCR-RFLR Frekuensi Persentase (%)

1. Tidak terdeteksi 11 31,4 2. 3. Candida albicans Negatif 15 6 42,8 17,1 4. Epidermophyton floccosum 1 2,9 5. 6. Trichophyton tonsurans Candida tropicalis 1 1 2,9 2,9 Total 35 100,0

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan dengan PCR-RFLP, jenis jamur yang ditemukan pada penderita onikomikosis mayoritas adalah Candida albicans yaitu 15 orang (42,8%) dan minoritas jenis jamur yang ditemukan jenis Epidermophyton floccosum, Candida tropicalis dan

Trichophyton tonsurans masing-masing yaitu 1 orang (2,9%).

Spesies Candida albicans dijumpai pada 70% kasus onikomikosis, bisa terjadi pada kuku tangan atau kuku kaki.2

Infeksi jamur pada kuku atau onikomikosis di Indonesia pada umumnya disebabkan oleh golongan jamur candida terutama Candida albicans hal ini dijumpai dari penelitian-penelitian pada tahun 1994 pada pusat-pusat pendidikan di Medan, Jakarta, Surabaya dan Bandung.3

Pada penelitian Bramono dkk yang mengumpulkan data onikomikosis dari beberapa kota seperti Bandung, Jakarta, Denpasar, Makasar dan lain-lain dari tahun 1997-1998 penyebab onikomikosis terbanyak adalah spesies Candida yaitu 50,1%.47

Pada penelitian Gelotar dkk pada tahun 2011 di Gujarat dari 45 kasus onikomikosis jamur patogen yang paling banyak dijumpai adalah spesies Candida

64,71%, dermatofita 17,56%, campuran 11,76% dan mold 5,88%.8

Jamur penyebab onikomikosis lebih banyak dijumpai spesies Candida

terutama Candida albicans terjadi akibat pekerjaan yang sering kontak dengan air seperti pada ibu rumah tangga, pembantu rumah tangga, petani dan nelayan.3,5

4.3. Sensitivitas, Spesifisitas, Positive Predictive Value, Negative Predictive Value, Rasio Kemungkinan Positif, Rasio Kemungkinan Negatif dan Akurasi

Menegakkan diagnostik suatu penyakit secara tepat, mudah dan efisien sangat diperlukan. Adanya beberapa metoda diagnostik suatu penyakit akan memudahkan klinis untuk menentukan alternatif diagnosa yang digunakan yang disesuaikan dengan sarana dan prasarana pelayanan yang tersedia.

Pada penelitian ini dilakukan pengujian metode diagnostik untuk penentuan penyakit onikomikosis dengan pemeriksaan PCR-RFLP yang menggunakan standar baku emas kultur jamur.

Tabel 4.8 Distribusi Subjek Penelitian pada Pemeriksaan PCR-RFLP Dibandingkan dengan Pemeriksaan Kultur Jamur

Kultur Jamur Total PCR-RFLP Positif Negatif Positif 24(a) 5(b) 29 Negatif 4(c) 2(d) 6 Total 28 7 35

Hasil analisis dan uji statistik adalah sebagai berikut:

Sensitivitas x 100 % x 100% = 85,71 %

Spesifisitas x 100 % x 100 % = 28,57 %

Akurasi x 100 % x 100 % = 74,29%

NPP x 100 % x 100% = 82.76 %

Pemeriksaan PCR-RFLP untuk mendeteksi onikomikosis dengan metode kultur jamur sebagai baku emas mempunyai sensitivitas uji diagnostik sebesar 85,71%, yang berarti hanya 85,71% di antara penderita onikomikosis yang dapat dideteksi oleh alat ini yang menunjukkan sensitivitas metoda diagnostik dengan alat ini sangat tinggi. Uji sensitivitas merupakan pengujian yang menunjukkan kemampuan alat atau metoda yang digunakan untuk memberikan gambaran yang positif pada orang yang benar-benar sakit.

Berdasarkan hasil pengujian ini bahwa alat ini sangat baik untuk mendeteksi penyakit onikomikosis pada orang yang benar-benar menderita onikomikosis sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif pemeriksaan untuk mendiagnosis penyakit onikomikosis.

Pada penelitian Kardjeva dkk pada tahun 2004 di Jerman dari 261 kasus onikomikosis dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosisnya dijumpai pemeriksaan dengan PCR sensitivitasnya 84% dan pemeriksaan kultur jamur sensitivitasnya 22%, hal ini menunjukkan pemeriksaan molekuler hasilnya lebih baik dan waktu untuk mengidentifikasi jamur penyebab infeksi kuku hanya 2 sampai 3 hari yang dibandingkan pemeriksaan kultur jamur bias 2 sampai 4 minggu.13

Pada penelitian Litz dkk pada tahun 2010 mereka membandingkan pemeriksaan PCR dengan KOH, kultur jamur, dan pewarnaan PAS dari 559 spesimen kuku yang menunjukkan hasil pewarnaan PAS 54%, PCR 37%, KOH 40% dan kultur 22%.15

Pada penelitian Rizal pada tahun 2010 di RSUP Haji Adam Malik Medan dijumpai bahwa pewarnaan PAS lebih baik dibandingkan kultur dalam mendiagnosis onikomikosis yaitu nilai sensitivitas 96,8% dan spesifisitas 50%.6

Pada penelitian ini dijumpai PCR-RFLP memiliki nilai sensitivitas 85,71% dan spesifisitas 28,71%, lebih rendah sedikit dari hasil pewarnaan PAS tetapi pewarnaan PAS lebih bersifat invasif jika dibandingkan dengan pemeriksaan PCR-RFLP.

Pada penelitian dari Mirzahoseini dkk pada tahun 2009 di Iran menunjukkan bahwa PCR-RFLP cepat dan merupakan alat yang dapat dipercaya untuk mengidentifikasi kebanyakan jamur patogen.25

Pada penelitian Arca dkk pada tahun 2004 di Turki dari 44 sampel kuku pasien onikomikosis yang dilakukan pemeriksaan laboratorium dijumpai dengan pemeriksaan KOH 20% 40 (77%), pemeriksaan kultur jamur 12 (23%) dan PCR 20 (38%).22 PCR merupakan alat diagnostik yang selektif dan bernilai tinggi

apabila spesies jamur penyebab infeksi tidak terdeteksi dengan metode konvensional.22

Baek dkk dari Korea menyatakan bahwa PCR-RFLP merupakan suatu metode yang lebih sensitif dalam mendeteksi dan mengidentifikasi penyakit onikomikosis, memiliki nilai diagnostik yang berharga dibandingkan metode konvensional.48

Uji spesifisitas merupakan pengujian yang menunjukkan kemampuan alat atau metoda yang digunakan untuk memberikan gambaran yang negatif pada orang yang benar-benar tidak sakit. Berdasarkan nilai spesifisitas yang diperoleh sebesar 28,57% berarti besar kemungkinan penyakit onikomikosis yang dapat disingkirkan

pada tersangka penderita onikomikosis yang memiliki uji PCR-RFLP negatif sebesar 28,57%.

Pada penelitian Mohamed LM dkk pada tahun 2007 di Mesir dari 30 kasus onikomikosis dijumpai dari pemeriksaan kultur positif jamur 13(43,3%), negatif 17(56,7%) dan pemeriksaan dengan PCR dijumpai positif jamur 16 (53,3%), negatif 14 (46,7%).14

Nilai sensitivitas yang sangat tinggi dapat dipengaruhi oleh karena PCR dapat mendeteksi genom pada jamur penyebab infeksi pada pasien onikomikosis.15

Nilai spesifisitas yang rendah pada pemeriksaan PCR-RFLP ini dapat dipengaruhi oleh kontaminan yang terjadi pada saat pengerjaan atau memproses sampel.14,22

Positive Predictive Value (PPV) merupakan gambaran probabilitas subjek dengan penyakit bila hasil tes positif. Dari hasil penelitian ini didapatkan PPV

sebesar 82,76%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan alat ini untuk memperkirakan sakit onikomikosis pada orang dengan hasil tes positif sangat tinggi sehingga memberikan kepastian yang besar dari hasil tes ini.

Negative Predictive Value (NPV) merupakan gambaran probabilitas subjek tidak menderia penyakit bila hasil tes negatif. Dari hasil penelitian ini didapatkan

NPV sebesar 33,33%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan alat ini untuk

memperkirakan tidak sakit onikomikosis pada orang dengan hasil tes negatif relatif lemah sehingga alat ini kurang baik digunakan untuk skrining penyakit onikomikosis.

Akurasi adalah kemampuan alat uji untuk mendeteksi secara benar dari seluruh subjek yang diuji. Dari hasil penelitian ini didapatkan nilai akurasi alat

PCR-RFLP adalah 74,29% yang menunjukkan kemampuan alat ini untuk mendeteksi penyakit onikomikosis secara benar adalah tinggi.

Rasio Kemungkinan Positif (RKP) adalah perbandingan antara hasil positif pada kelompok yang memang positif sakit dibandingkan dengan hasil positif pada kelompok yang negatif. Dari hasil penelitian ini didapatkan nilai RKP alat PCR-RFLP adalah 1,20

Rasio Kemungkinan Negatif (RKN) adalah perbandingan antara hasil negatif pada kelompok yang positif dibandingkan dengan hasil negatif pada kelompok yang negatif. Dari hasil penelitian ini didapatkan nilai RKN alat PCR-RFLP adalah 0,5.

Hasil uji diagnostik yang positif kuat memberikan nilai rasio kemungkinan yang jauh lebih besar dari 1 dan dianggap penting adalah 10 atau lebih. Hasil uji yang negatif kuat akan memberikan nilai rasio kemungkinan mendekati 0.

PCR-RFLP cukup baik digunakan untuk mendiagnosis penyakit onikomikosis

BAB V

Dokumen terkait