• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOA DALAM KEHIDUPAN PARA SUSTER FRANSISKAN SUKABUMI

Pada bab III, penulis akan menjelaskan doa dan peniten rekolek dalam kehidupan para Suster Fransiskan Sukabumi. Doa menjadi bagian penting dalam kehidupan religius. Dengan berdoa seorang religius SFS mengungkapkan rasa kedekatannya dengan Allah. Hubungan kedekatan bukan hanya sebagai gambaran atau gagasan saja melainkan adanya relasi yang mendalaman antara Allah dan manusia. Manusia menjawab kasih Allah yang besar dengan berdoa. Dalam menanggapi kasih Allah yang besar maka perlu ada keterbukaan hati serta kerelaan untuk mau dibimbing dan diarahkan sehingga mampu menjawab kasih Allah. Peniten rekolek sebagai ciri khas tarekat merupakan penggerak untuk semakin maju dalam hidup doa. Doa yang dilakukan ini menggandung semangat peniten rekolek yang mampu memberi daya kehidupan untuk para suster Fransiskan Sukabumi dalam kehidupan rohani. Doa menyuburkan semangat peniten rekolek, sebaliknya semangat peniten rekolek menyuburkan doa.

A. Doa

Doa ialah pertama-tama merupakan sikap hidup yang sadar akan kehadiran Allah, yang menyempurnakan semangat cinta kepada Sang Pencipta, dan menghasilkan sikap benar kepada sesame dan citaanNya (Arah Dasar Pendidikan SFS, 2001:4). Sikap manusia yang menyadari kehadiran Allah ini merupakan salah satu bentuk bakti manusia kepada Sang Pencipta. Sikap sadar ini menjadi daya yang

menggerakkan manusia untuk mampu berbuat kasih sebagaimana Allah mengajarkannya kepada manusia.

Doa merupakan kewajiban Injili (Luk 11:1), tetapi juga merupakan tuntutan rohani, sebab cinta Allah perlu juga diungkapkan dalam bentuk kata-kata dan percakapan dan pengangkatan hati terus menerus ( Darminta, 1983:44). Doa merupakan kewajiban bagi manusia karena Allah sungguh mengasihi manusia sebagaimana manusia juga mengungkapkan kasih kepada Allah cara satu-satunya adalah bersatu dengannNya, berdialog dan melakukan doa. Tanpa adanya doa kehidupan rohani akan mengalami kekeringan dan akhirnya tidak berkembang dan berbuah.

1. Pengertian Doa

KWI (1996:194) menguraikan bahwa: doa berarti mengangkat hati, mengarahkan hati kepada Tuhan, menyatakan diri anak Allah, mengakui Allah sebagai Bapa. Dalam hal ini manusia manusia mempunyai kerinduan untuk dapat bersama Allah. Kedekatan sebagai anak membuat manusi berani mengungkapkan apa yang menjadi kebutuhannya, karena yakin bahwa Allah adalah Bapanya.

Dalam kamus bahasa Indonesia doa adalah: permohonan (harapan, permintaan, pujian) kepada Tuhan. Doa yang berisikan permohonan bukan hanya harapan tetapi juga disertakan pujian kepada Tuhan karena hidup manusia itu merupakan hadiah dari Tuhan.

Doa adalah relasi antara manusia dan Allah yang didalamnya manusia yang mampu berkomunikasi, dan mengakui keberadaan Allah yang transenden. Doa merupakan pertemuan antara keduanya, ada sapaan dan juga jawaban. Darminta

(1982:49) menguraikan bahwa: doa sebagai ungkapan norma dari cinta manusia kepada Allah. Dalam hal ini manusia memiliki kerinduan akan Allah. Kerinduan itu bukan hanya diwujudkan dalam pikiran tetapi juga dalam tindakan nyata yaitu taat kepada kehendak Allah. Kehendak Allah yang dilakukan dengan penuh cinta akan membuahkan sikap mengenal Allah dalam iman , harapan dan kasih.

Darminta 1983:33; 38-39 menyatakan bahwa: doa merupakan ungkapan kenyataan manusia sebagai makhluk religius yang menuju pada Allah. Doa sebagai ungkapan kerinduan dan keinginan religius untuk menuju kepada Allah. Doa merupakan ungkapan bahwa betapa manusia ini adalah kecil di hadapan Allah, semua bergantung pada kebaikanNya. Kesadaran bahwa sebagai manusia yang lemah memiliki keterbatasan dan juga kebutuhan akan kebahagian yang sejati dan juga kekuatan untuk dapat menjalani kehidupan di dunia ini dengan penuh berkat.

Doa adalah gerak Allah menuju manusia dan manusia menuju Allah. Artinya bahwa tanpa peran serta Allah sungguh nyata dalam kehidupan manusia. Tanpa peran serta Allah maka tidak akan terjadi komunikasi timbal balik.

a. Doa menurut Kitab Suci

Doa menurut Kitab suci berarti bahwa apa yang diungkapkan sesuai dengan situasi yang dialami, secara sederhana tetapi menyentuh pada pengalaman manusiawi. Dalam kitab suci terdapat banyak contoh bagaimana berdoa yang berkenan kepada Allah yaitu dengan berani dan pasrah menyerahkan apa yang dialai secara jujur dan terbuka akan rahmat Allah. Dalam kitab suci terdapat banyak pengalaman yang juga kita alami setiap hari sehingga kitab suci sebagai dasar dari doa-doa kita.

Doa merupakan salah satu hal yang mutlak dilakukan oleh manusia apapun agamanya. Dalam kehidupan kita sebagai umat beriman yang percaya kepada Yesus

kitapun belajar dari pribadi Yesus terutama dalam hal berdoa, seperti ada dalam Luk 11:1 “Tuhan ajarilah kami berdoa” hal ini mau mengatakan bahwa manusia merindukan suatu relasi yang mendalam dengan Sang pemberi kehidupan (Darminta, 1983:39).

Dalam kitab suci, doa juga dialami oleh Musa dan bahkan diajarkan oleh Yesus. Doa Musa berkaitan denagn perjalanan ke tanah terjanji. Doa Musa ini merupakan perjuangan untuk menaklukkan kelemahan-kelemahan diri (Kel 17:8-13) merupakan pergulatan untuk keluar menjadi pemenang (Kej 32:22-32)

Doa dilakukan untuk memenangkan kwalitas hidup kekal dan hidup Ilahi. Kwalitas hidup doa terungkap dalam tindakakan nyata (Mat 25:35-36) Segelas air kepada yang haus dan sesuap nasi bagi yang kelaparan. Segala sesuatu yang dilakuakn untuk Tuhan.”Lakukanlah ini untuk Aku” Hal ini mau menyatakan baha Yesus mengajak manusia untuk mampu berbuat kasih bagi sesamanya.

Bagi Yesus doa adalah komunikasi personal dengan BapaNya, komunikasi ini terjalin dengan baik dalam suasana kesunyian. Yesus mengatakan:”Jikalau engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapa yang ada di tempat yang tersenbunyi...” (Mat 6:6). Kesunyian ini menandakan adanya relasi intim antara manusia dan Allah. Allah saja yang mengetahui apa yang sedang terjadi dengan manusia.

Mazmur 51: 15 menggunakan nama Tuhan Allah adalah demi mendukung kebenaran dan ketaatan kepada diri-Nya. Dengan demikian namanya dikuduskan dan dihormati. Dengan begitu berdoa merupakan bukti bahwa manusia menghormati dan menghargai nama-Nya yang tinggi luhur.

b. Doa menurut Dokumen Konsili Vatikan II

Tugas seorang religius adalah memberi kesaksian tentang Allah yang tampak dalam Kristus. Dalam Prefetae Caritatis art.6 tertulis:’memelihara dengan tekun semangat doa dan doa itu sendiri, sambil menimba dari sumber-sumber spiritualitas Kristen yang sejati...”

Di sini mau mengatakan bahwa doa seorang religius membawa situasi utuh dalam keterbukaan diri dan cinta kepada Allah. Dengan berdoa orang tidak akan mengalami kekosongan sebab kristus selalu memberi kekuatan. Doa sebagai kekuatan dalam panggilan, doa itu perlu dan tidak bisa diabaikan oleh seorang religius. Doa menjadikan hidup ini berarti dan berisi karena Kristus memberikan isi pada setiap gerak hidup kita.

Breemen (1988: 176) mengatakan bahwa doa itu komonunikasi dengan Tuhan penuh cinta, mendengarkan dan menjawab. Dalam kehidupan doa mengandaikan adanya percakapan antara keduanya sehingga dapat terjadi dialog. Di dalam suanan dialog ada yang mendengarkan dan menjawab artinya bahwa adanya sikap saling mendengarkan dan terbuka akan kehadiranNya. Dalam dialog itu suatu komunikasi sepadan dan sejalan serta ada hubungan cinta tanpa adanya cinta maka komunikasi tak akn terjalin dengan baik.

Doa adalah sumber kekuatan bagi seorang religius. Dalam doa seorang religius menyerahkan seluruh hidupnya kepada Allah. Sebagaimana Yesus mengajarkan kepada kita untuk selalu berdoa kepada Bapa yang telah dengan kasihNya mencintai kita manusia.

2. Makna Doa

Doa memegang peran penting dalam kehidupan seseorang dalam doa kita akan menyadari dan mengakui ketergantungan kita kepada Allah. Doa menjadi dasar hidup sebagai seorang kristiani. Dalam doa mengakui ketergantungan kita kepada Allah, menyatakan kekagumannya dan kasihnya kepadaNya, menikmati keberadaannya dan menerima kebutuhannya.

Darminta (1983:85) menyatakan bahwa doa berkaitan dengan kehidupan rohani manusia. Kehidupan rohani yang tumbuh dan berkembang karena adanya peran serta Allah. Allah menjadikan manusia semakin dewasa dan tumbuh dalam iman. a. Doa Berakar Dalam Hidup

Mat 6: 6 “Tetapi kalau kamu berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang di ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang ada di tempat tersembunyi akan membalasnya kepadamu” hal ini mau ngatakan bahwa hubungan pribadi antara manusia dan Tuhan ini merupakan suatu relasi yang pribadi dan mendalam. Ke dalaman relasi ini dapat dirasakan lewat bagaimana kehadiran Allah yang tersembunyi itu mampu di rasakan oleh manusia begitu juga sebaliknya hal ini menandakan bahwa Tuhan sudah mengetahui apa yang sebenarnya kita butuhkan dan Ia selalu ada untuk menemani kita dalam situasi apapun. Dimana ia dapat mengungkapkan apa yang dirasakan baik susah maupun senang hanya kepada Allah. Ada kejujuran dan hubungan relasi yang pribadi antara keduanya. Breemen (1983: 55-60) menyatakan bahwa doa yang benar adalah doa yang melibatkan seluruh pribadi. Artinya bahwa dalam situasi apapun manusia mengakui keberadaannya misalnya: sedih, gembira, risau, hal ini tidak dapat disingkarkan dari doa. Maka dapat terasakan bahwa dalam situasi apapun Tuhan ambil peranan dalam

kehidupan manusia. Doa melihat hal-hal real dan nyata dengan cara pandang yang berbeda artinya bahwa manusia dapat memaknai kenyataan dengan lebih utuh dan nyata. Berdoa bearti memandang dengan mata iman segala kenyataan dengan lebih utuh dan tepat. Tuhan selalu berbicara dengan manusia, hanya manusia apakah mampu mendengarkan dengan baik suaraNya. Manusia memerlukan kesadaran, bukan hanya di dalam pikiran, terutama di dalam hati, bahwa hidup adalah suatu karunia, karunia yang diberikan terus menerus yang perlu disyukuri. (Mazmur 103:2) “Pujilah Tuhan, hai jiwaku dan janganlah lupa akan segala kebaikanNya”.

Doa membuat manusia tidak lupa akan kebaikan Bapa, yang telah melengkapi segala sesuatu dan tidak ada kekerasaan yang mampu memisahkan hidup manusia dari BapaNya seperti tertulis dalam Injil berikut ini:

“Karena itu aku berkata kepadamu: janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, jangan kuatir pula akan tubuhnu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?”(Mat 6:25-26).

Keresahan membuat arah hidup menjadi salah. Maka perlu disadari bahwa kadang kala perhatian hidup bukan kepada Tuhan tetapi akan hal yang didoakan. Doa yang benar menurut Breemen (1983:59) “membuka kedok dalam diri, selama ini tersembunyi: kekuasan, harta, karir, kedudukan atau sesuatu yang lainnya”. Dengan mampumenyingkirkan kekuatiran hidup maka doa menjadi kekuatan yang mampu membebaskan hidupnya.

b. Hidup Berakar Dalam Doa

Breemen(1983: 61) menyatakan: hidup berakar dalam doa merupakan hidup yang sangat sederhana, kekayaan terletak dalam kesederhanannya. Kesederhanaan

menjadi gerakan untuk mampu berpusat pada Bapa Sang Pencipta. Hidup yang terbuka akan sabda Allah, sehingga kerajaan Allah dapat berkembang melalui kehadiran seorang religius. Hidup yang berakar pada doa memungkinkan manusia untuk dapat diikut sertakan dalam kesatuan dengan Tritunggal Kudus. Karena karya Roh kuduslah yang akn memampukan religius untuk berdoa. Seorang religius sadar bahwa ia lemah di hadapan sang pencipta.

Breemen (1983: 62) menguraikan bahwa berdoa mengandaikan sikap penuh perhatian, menunggu kedatangan Tuhan, mengosongkan diri dalam hati. Dalam kehidupan seorang religius perlu menciptakan keheningan diri sehingga dapat mendengarkan sabda Tuhan.

Dalam kehidupan seorang religius perlu berusaha untuk semakin tekun dalam berdoa baik saat mengalami kegembiraan, maupun saat kering, kosong karena dari pengalaman itulah maka akan terasa bahwa Allah selalu mendampingi dan mengantar religius untuk selalu berkembang, bahkan dalam kekosongan Allah hadir dan berkarya. Dalam keadaan apapun seorang religius diharapkan setia untuk merenungkan sabdaNya untuk dapat menjadi sumber hidupnya dalam perutusan.

3. Persoalan Dalam Doa Yang Dihadapi Oleh Para Suster Fransiskan Sukabumi

Berdoa adalah hal yang tidak mudah, maka orang mengusahakannya agar kerinduannya dapat terpenuhi khususnya dalam hal berdoa. Untuk dapat mencapai doa maka orang perlu proses yang tidak sederhana. Dapatlah kita melihat dan mencoba menganalisa kesukaran-kesukarn yang muncul dalam praktek dan proses doa. Persoalan doa yang dihadapai oleh para religius adalah karena kesibukan karya dan tantangan zaman di masa globalisasi.

a. Kesukaran-kesukaran dalam doa

Dalam kehidupan religius juga dihadapkan pada berbagai tantangan dan kesulitan. Kesulitan yang biasa dialami oleh religius adalah kesukaran dalam berdoa, karena banyaknya pekerjaan. Hal ini dirasakan oleh kongregasi yang aktif kontemplatif, karena mereka bekerja dan bertanggungjawab besar terhadap karya kongregasi seperti: Sekolah, Rumah Sakit, Karya Pastoral, Rumah Retret, Panti Jompo dll.

Kesukaran yang ditemukan dalam doa seperti dinyatakan Darminta 1982:55) sebagai berikut:

“Kesukaran ada karena setiap religius mempunyai tuntutan psikologis yang berbeda karena, warna kegiatan yang berbeda, dan dalam doa seorang religius dituntut untuk merubah diri sendiri dan memisahkan diri dari dunia yang menyibukkan dengan mencari dan berusaha menfokuskan diri pada Tuhan dengan seluruh hati dan budinya. Untuk mencapai kesatuan yang integral dengan Tuhan memang tidak mudah, karena dihadapkan dengan situasi yang menyibukkan mental seorang religius yang sangat goyah dan mengembara ke mana-mana dihayutkan dengan seribu satu macam kesan dari luar dan oleh fantasinya sendiri yang mudah mengkhianatinya”.

Seorang religius juga dapat mengalami keputusasaan karena sebuah kesukaran. Hal ini akan dapat diatasi kalau dalam kehidupan rohani seorang religius tekun mengisi kehidupannya. Mengisi kehidupannya terutama lewat doa-doa sebagai mana layaknya seorang religius. Bila hal ini dilakukan dengan terus menerus akan membuahkan hasil yaitu menjadi pribadi yang matang dan dewasa. Mampu mengolah hidupnya dan siap untuk menghadapi tantangan dan kesulitan sebagai sarana untuk semakin memajukan hidupnya. Untuk dapat mencapai kedalaman hidup, seorang religius perlu bergumul dalam doa terutama bila menghadapi situasi sulit.

b. Pergumulan dalam doa

Kehidupan religius tidak terlepas dari hidup rohani sebagai inti dan pusat hidup. Inti dan pusat yang dimaksud bahwa Allah adalah tempat penyerahan diri seutuhnya dalam wujud persembahan diri yang total kepadaNya. Untuk memperkembangkan hidup rohaninya seorang religius perlu bergumul dengan pengalamannya. Berdialog dengan Allah berarti seorang religius mampu menentukan pilihan dan keputusannya yang tentunya mengarah kepada kebaikan.

Dalam pergumulan dalam doa, seorang religius selalu didorong untuk berbuat lebih bagi Allah, tetapi mengalami keterbatasan. Hal ini diuraikan Breemen (1983:63) “nyatanya dalam ketidakmampuan ini, meskipun mengecewakan, tidak melemahkan atau menekan, sebab dari dalam seluruh hidup doa merupakan keyakinan, bahwa Tuhan dapat diandalkan tanpa habisnya, bahwa ia tidak meninggalkan kita, entah apa yang kita lakukan, bahwa ia tetatp akan mencintai kita seperti apa adanya”.

Breemen (1983:66) menyatakan bahwa: Pergumulan dalam doa dirasakan oleh setiap religius sebagai suatu kekosongan, namun dalam hidup religius tetap berkembang terus. Ada rasa kering, kurang puas, kecewa, dalam peristiwa itu religius diajak kembali untuk mencari Allah sebagai sumber hidupnya. Kenyataan dalam kesulitan yang dihadapi oleh religius di dalam doa membuat seorang religius menghayati kesetiaan Allah. Allah selalu setia, maka dalam situasi apapun harus tetap setia kepada Allah.

Kesetiaan religius dalam doa akan menyatukan dirinya dengan Yesus. Yesus pernah juga mengalami pergulatan dalam doa seperti yang tertulis dalam Injil sebagai berikut:

“Lalu katanya kepada mereka: “Hatiku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah”. Ia maju sedikit, merebahkan diri ke tanag dan berdoa supaya, sekiranya mungkin, saat itu lalu dari padaNya. Katanya: Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagiMu, ambillah cawan ini dari padaKu, tetapi jangan apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki” (Mrk 14: 34-36).

Doa yang dilakukan dengan berbagai metode dan cara mengalami kegagalan hanya satu dasar untuk dapat berhasil yaitu dengan menyerahkan kembali kepada Allah pengalaman kegagalan itu sebagai suatu persembahan. Ketekunan dan ketabahan pada saat mengalami kegagalan dan kekringan di sana Allah hadir untuk selalu membimbing dan menuntun.

B. Doa Dalam Kehidupan Para Suster SFS

Suster Fransiskan Sukabumi adalah kongregasi tingkat deosesan yang artinya kongregasi tingkat keuskupan. Kongregasi ini adalah suster deosesan Bogor yang memiliki biara induk di Sukabumi. Suster Fransiskan Sukabumi memiliki pedoman dalam mengatur kehidupan anggotanya salah satu pendomannya adalah konstitusi. Pedoman yang ada untuk mempermudah para suster makin menghayati dan menghidupi spiritualitas kongregasi. “ Fransiskus menimba semangat doa dan kebaktian suci dari Yesus sendiri. Dia mengakui Yesus sebagai pola hidupnya. Karena itu ia mengikuti hidup doa Yesus sampai kecil-kecilnya seperti: cara, waktu, serta kata-kata-Nya. Moeder Rosa de Bie memandang hidup doa sebagai roh yang menjiwai seluruh hidup dan pelayanannya” (Konst. Art:32)

Dalam pasal ini mau dikatakan bahwa Roh yang menjiwai adalah Yesus yang merupakan pola hidup bagi seorang religius. Apa yang dilakukan oleh Yesus menjadi

prinsip utama seorang religius yang sejati. “Dalam kristus para suster dihubungkan dengan Bapa, dengan sesama manusia dan dengan seluruh ciptaan” (Konst art:33)

Hubungan doa yang terjalin dengan baik menandakan adanya hubungan baik dengan sesama dan seluruh ciptaan sehingga dari pernyataan itu mau dikatakan bahwa hubungan baik dengan Bapa akan mengakibatkan hubungan baik juga dengan sesama. Penghayatan hidup doa ini sebagai perwujudkan iman seorang religius.

Doa membantu orang untuk menyadari keberadaan hidupnya, dihadapan Allah. Seorang religius yang menghayati panggilannya dengan cara bersatu dengan Kristus. Kebersatuan dengan Kristus memberi jiwa dan roh dalam kehidupannya. “Dalam doa bersama para suster mengalami secara istimewa kehadiran Tuhan di tengah-tengah mereka. Dalam Kristus mereka dihubungkan dengan Bapa, dengan sesama manusia dan dengan seluruh ciptaan. Dalam kesatuan ini harapan mereka diperteguhkan, cinta kasih mereka dibangkitkan dan iman mereka diperbaharui. “ (Konst Art: 33).

Semua yang telah dipersatukan dalam Kristus akan semakin dimajukan dalam kehidupan dalam cinta kasih kepada sesame dan iman yang semakin mendalam serta diperbaharui dalam roh.

Kongregasi suster Fransiskan Sukabumi meneladan kehidupan doa Fransiskus dan Ia sendiri menimba semangat doa dan kebaktian suci dari Yesus. Yesus sebagai pola hidupnya. Karena itu ia mengikuti hidup doa Yesus sampai sekecil-kecilnya seperti: cara, waktu, serta kata-kataNya (Konst pasal 32).

Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi juga memiliki kebiasaan yang disebut dengan tradisi dalam doa yang diatur dalam konstitusi. Adapun doa-doa yang dimaksudkan dalam konstitusi adalah sebagai berikut:

1. Perayaan Ekaristi

Perayaan Ekaristi adalah pusat hidup religius. Dalam konstitusi dituliskan bahwa: Perayaan Ekaristi merupakan ungkapan terdalam pertemuan hati dengan hati Kristus karena Perayaan Ekaristi menjadi pusat hidup religius. (Konst, Pasal 35)

Dari pernyataan ini dapat diketahui bahwa melalui ekaristi seorang fransiskan bersatu dengan Kristus yang senantiasa mempersembahkan diri-Nya dalam perjamuan yang suci. Ekaristi menjadi sumber dan pusat hidup religius yang sejati.

Dalam konstitusi pasal 36:” sedapat mungkin para suster ambil bagian dalam Perayaan Ekaristi setiap hari atau Ibadat sabda dan ibadat harian”. Diharapkan bahwa para susuter selalu dapat mengikuti Perayaan Ekaristi yang merupakan sumber kehidupan religius. Berjiwa ekaristis sehingga juga berdampak bagi sesama yang dijumpai. Bersikap baik dan penuh kasih kepada sesama. Hidup dijiwai oleh Kristus, mampu berbagi, sabar dan mau bersaudara dengan siapa saja.

2. Ofisi Harian

Ibadat harian atau ofisi sebagai doa resmi Gereja merupakan perhatian penting bagi tarekat Fransiskan. Menyadari pentingnya doa harian tersebut maka dengan penuh kedisiplinan Fransiskus mendoakan dengan kesungguhan hati, menghadirkan seluruh keberadaan dirinya. Dengan jelas dalam konstitusi dituliskan bahwa:

Perayaan Ekaristi dihubungkan dengan doa bersama dan doa pribadi. Setiap hari hendaknya para suster merayakan Ibadat harian bersama-sama yaitu ibadat pagi, sore dan malam, sesuai liturgi Gereja. (Konst Pasal 37)

Berdasarkan pernyataan ini, maka jelas dikatakan bahwa setiap pribadi hendaknya merayakan Ibadat harian bersama-sama maksudnya bersama komunitas setiap pagi,sore dan malam. Kebersamaan dalam doa ini yang ingin dihidupi oleh

tarekat Fransiskan. Dengan mendaraskan mazmur-mazmur dalam ofisi, ia mengikut sertakan Gereja dunia. Bukan berdoa atas nama pribadi tetapi atas nama gereja.

Doa ofisi merupakan doa resmi gereja sehingga hubungan kita dengan gereja semakin dipersatukan erat dengan Yesus, tidak hanya sebagai tubuh Kristus bahkan menjadi mempelainya. Bersama seluruh gereja dan alam semesta kita memuji dan memuliakan Allah sehingga kita semakin kuat. Seorang peniten sejati maka akan selalu menyediakan waktu untuk dapat berdoa bagi orang lain. Dengan berdoa berarti orang juga diajak untuk peduli dan memahami teman-temannya. Doa Ofisi ini membantu untuk mereka yang sangat membutuhkan doa-doa dari kita, selalu siap sedia, berkorban, dan mau mendokan orang lain, memiliki jiwa yang kedamaian. 3. Doa Rosario

Keutaman yang ditinggalkan Bapa Fransiskus sebagai teladan yang menarik

Dokumen terkait