• Tidak ada hasil yang ditemukan

Doktrin Ajaran

Dalam dokumen ILMU KALAM Guru edited 4 maret 2015 (Halaman 163-166)

ALIRAN DAN DOKTRIN ALIRAN DALAM ILMU KALAM

3) Doktrin Ajaran

a) Sifat-sifat Tuhan.

Menurutnya, Tuhan memiliki sifat sebagaimana disebut di dalam Al-Quran, yang di sebut sebagai sifat-sifat yang azali, Qadim, dan berdiri diatas zat Tuhan. Sifat-sifat itu bukanlah zat Tuhan dan bukan pula lain dari zatnya.

b) Al-Quran.

Menurutnya, Al-Quran adalah qadim dan bukan makhluk diciptakan. c) Melihat Tuhan.

Menurutnya, Tuhan dapat dilihat dengan mata oleh manusia di akhirat nanti. d) Perbuatan Manusia.

Menurutnya, perbuatan manusia diciptakan Tuhan, bukan di ciptakan oleh manusia itu sendiri.

e) Keadilan Tuhan

Menurutnya, Tuhan tidak mempunyai kewajiban apapun untuk menentukan tempat manusia di akhirat. Sebab semua itu marupakan kehendak mutlak Tuhan sebab Tuhan Maha Kuasa atas segalanya.

f) Muslim yang berbuat dosa.

Menurutnya, yang berbuat dosa dan tidak sempat bertobat diakhir hidupnya

tidaklah kair dan tetap mukmin. Pengikut Asy’ari yang terpenting dan terbesar

pengaruhnya pada umat Islam yang beraliran Ahlussunnah wal jamaah ialah Imam Al-Ghazali. Al-Ghazali meyakini bahwa:

a) Tuhan mempunyai sifat-sifat qadim yang tidak identik dengan zat Tuhan dan mempunyai wujud di luar zat.

b) Al-Quran bersifat qadim dan tidak diciptakan.

c) Mengenai perbuatan manusia, Tuhanlah yang menciptakan daya dan perbuatan

dilihat.

e) Tuhan tidak berkewajiban menjaga kemaslahatan (ash-shalah wal ashlah)

manusia, tidak wajib memberi ganjaran pada manusia, dan bahkan Tuhan boleh memberi beban yang tak dapat dipikul kepada manusia.

b. Aliran Maturidiyah 1) Pengertian

Aliran Maturidiyah merupakan aliran teologi yang bercorak rasional-tradisional. Nama aliran itu dinisbahkan dari nama pendirinya, Abu Mansur Muhammad Al-Maturi-di. Aliran Maturidiyah adalah aliran kalam yang dinisbatkan kepada Abu Mansur

Al-Ma-turidi yang berpijak kepada penggunaan argumentasi dan dalil aqli kalami. Aliran

Maturidiyah digolongkan dalam aliran Ahlussunnah Wal Jamaah yang merupakan ajaran yang bercorak rasional.

Dilihat dari metode berpikir aliran Maturidiyah, berpegang pada keputusan akal piki-ran dalam hal-hal yang tidak bertentangan dengan syara’. Sebaliknya jika hal itu berten-tangan dengan syara’, maka akal harus tunduk kepada keputusan syara’. Berdasar-kan prinsip pendiri aliran Maturidiyah mengenai penafsiran al-Quran yaitu kewajiban melakukan penalaran akal disertai bantuan nash dalam penafsiran Al-Quran.

2) Doktrin Ajaran

a) Akal dan wahyu

Al-Maturidi dalam pemikiran teologinya berdasarkan pada Al-Quran dan akal, akal banyak digunakan diantaranya karena dipengaruhi oleh Mazhab Imam Abu Hanifah. Menurut Al-Maturidi, mengetahui Tuhan dan kewajiban mengetahui Tuhan dapat diketahui dengan akal. Jika akal tidak memiliki kemampuan tersebut, maka tentunya Allah tidak akan memerintahkan manusia untuk melakukannya. Al-Maturidi membagi kaitan sesuatu dengan akal pada tiga macam, yaitu :

1) Akal dengan sendirinya hanya mengetahui kebaikan sesuatu itu. 2) Akal dengan sendirinya hanya mengetahui keburukan sesuatu itu,

3) Akal tidak mengetahui kebaikan dan keburukan sesuatu, kecuali dengan petunjuk wahyu.

b) Perbuatan manusia

Perbuatan manusia adalah ciptaan Allah, karena segala sesuatu dalam wujud ini ada-lah ciptaan-Nya. Mengenai perbuatan manusia, kebijaksanaan dan keadilan kehendak Allah mengharuskan manusia untuk memiliki kemampuan untuk berbuat (ikhtiar) agar kewajiban yang dibebankan kepadanya dapat dilaksanakan. Dalam hal ini Al-Maturidi mempertemukan antara ikhtiar manusia dengan qudrat Allah sebagai pencipta perbuatan

bebas memakainya, dengan demikian tidak ada pertentangan sama sekali antara qudrat Allah dan ikhtiar manusia.

c) Kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan

Penjelasan di atas menerangkan bahwa Allah memiliki kehendak dalam sesuatu yang baik atau buruk. Tetapi, pernyataan ini tidak berarti bahwa Allah berbuat sekehendak dan sewenang-wenang. Hal ini karena qudrat tidak sewenang-wenang, tetapi perbuatan dan kehendak-Nya itu berlangsung sesuai dengan hikmah dan keadilan yang sudah ditetap-kan-Nya sendiri.

d) Sifat Tuhan

Tuhan mempunyai sifat-sifat seperti sama, bashar, kalam, dan sebagainya.

Sifat-sifat Tuhan itu mulzamah (ada bersama) dzat tanpa terpisah (innaha lam takun ain

adz-dzat wa la hiya ghairuhu).

e) Melihat Tuhan

Al-Maturidi mengatakan bahwa manusia dapat melihat Tuhan, hal ini diberitakan

dalam. QS. al-Qiyamah [84]:22 dan 23 :

ٌةَرِظاَن اَهِّبَر َىِإ ٢ ٌةَ ِضاَن ٍذِئَمْوَي ٌهوُجُو

22. Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. 23. kepada Tu

-hannyalah mereka melihat.

f) Kalam Tuhan

Al-Maturidi membedakan antara kalam yang tersusun dengan huruf dan bersuara

dengan kalam nafsi. Kalam nafsi adalah sifat qadim bagi Allah, sedangkan kalam yang

tersusun dari huruf dan suara adalah baru (hadits). Kalam nafsi tidak dapat kita ketahui hakikatnya dari bagaimana Allah bersifat dengannya, kecuali dengan suatu perantara.

g) Perbuatan Tuhan

Semua yang terjadi atas kehendak-Nya, dan tidak ada yang memaksa atau membatasi kehendak Tuhan, kecuali karena ada hikmah dan keadilan yang ditentukan oleh kehen-dak-Nya sendiri. Tuhan tidak akan membebankan kewajiban di luar kemampuan manu-sia, karena hal tersebut tidak sesuai dengan keadilan, dan manusia diberikan kebebasan oleh Allah dalam kemampuan dan perbuatannya, hukuman atau ancaman dan janji terjadi karena merupakan tuntutan keadilan yang sudah ditetapkan-Nya.

h) Pengutusan Rasul

Pengutusan Rasul berfungsi sebagai sumber informasi, tanpa mengikuti ajaran wahyu yang disampaikan oleh Rasul berarti manusia telah membebankan sesuatu yang berada di luar kemampuan akalnya.

i) Pelaku Dosa Besar

Al-Maturidi berpendapat bahwa pelaku dosa besar tidak kair dan tidak kekal di

dalam neraka walaupun ia mati sebelum bertobat. Hal ini karena Tuhan telah menjan-jikan akan memberikan balasan kepada manusia sesuai dengan perbuatannya. Kekal di dalam neraka adalah balasan untuk orang musyrik.

j) Iman

Dalam masalah iman, aliran Maturidiyah berpendapat bahwa iman adalah taṣdīq bi

al-qalb, bukan semata iqrār bi al-lisān.

Dalam dokumen ILMU KALAM Guru edited 4 maret 2015 (Halaman 163-166)